BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin 1 kepada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi. Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997) B. Rumusan masalah 1. Apa definisi dari isolasi sosial ? 2. Bagaimana proses terjadinya masalah ? 3. Bagaimana terjadinnya komplikasi ? 4. Apa saja pengkajian keperawatan ? C. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan sebagai berikut : 2 1. Mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien yanng menderita penyakit isoslasi sosial 2. Mampu mendiagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami isolasi sosial 3. Dapat mengetahui perencanaan keperawatan selanjutnya. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Definisi Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008). Berikut beberapa pengertian isolasi sosial yang dikutip dari Pasaribu (2008). Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial tidak efektif. Menurut Depkes RI penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan usaha 4 menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. B. Psikodinamika 1. Etiologi Pada setiap tahap tumbuh kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan hubungan sosial, setiap individu harus melewati masa bayi yang sangat tergantung dengan orang yang terpercaya, masa sekolah anak dimulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya sekolah, masa remaja dimana dekat dengan temannya tapi remaja mengembangkan keininan orang tua dan teman– temannya, masa dewasa muda adalah independent dengan teman atau orang tua individu belajar menerima dan sudah matang dan mempunyai rasa percaya diri, sehingga sudah menjalani hubungan dengan orang lain, masa dewasa tua masa dimana individu akan merasa terbuka karena kehilangan dan mulai menyembunyikan perasaan terkait dengan budaya. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif. Ada pendapat yang mengatakan bahwa individu 5 yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memasahkan dirinya dari orang tua. (Gail, 2006 : hal 276) Faktor perkembangan biologi dan sosiokultural merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, tidak mampu merumuskan kegiatan dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari –hari hampir terabaikan. Faktor sosiokultural dan psikologis merupakan faktor presipitasi pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu yang berhubungan dengan orang lain menyebabkan ansietas. Faktor sosiokultural dapat ditimbilkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya merupakan ansietas . misalnya, karena dirawat di RS. Faktor psikologis dapat menimbulkan ansietas tinggi karena tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan. 2. Proses terjadinya masalah Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga 6 yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan. Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi melatarbelakangi adanya komplikasi. 3. Komplikasi Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi sosial antara lain : a. Defisit perawatan diri b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi C. Rentang Respon Sosial Rentang respon sosial menurut (Gail W. Stuart ; 2006 hal 277) adalah : 7 Respons adaptif Respons maladaptif Menyendiri Manipulasi Menarik diri Otonomi Ketergantungan Implusif Kebersamaan Narkisisme Saling ketergantungan Keterangan rentang respons: 1) Respons adaptif adalah respons yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respons adaptif tersebut: a. Menyendiri Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya. b. Otonomi Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ideide individu. 8 c. Kebersamaan Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal di mana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima. d. Saling Ketergantungan Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal. 2) Respon maladatif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku maladatif tersebut adalah sebagai berikut : a. Kesepian Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbukakepada orang lain. b. Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lainuntuk mencari ketenangan sementara waktu. c. Ketergantungan Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki. 9 d. Manipulasi Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. e. Impulsif Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan. f. Narkisisme Harga diri yang rapuh secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung. D. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Menurut Keliat (2005 : hal 3) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan perumusan masalah. Data yang dikumpulkan meliputidata biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Larry, 2005 :). a. Faktor Predisposisi Menurut Dalami (2009 : hal 3) faktor predisposisi antara lain : 10 1) Faktor Perkembangan Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Mulai usia bayi sampai dengan dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif. Diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses.Sistem keluarga yang tergantung.Dapat berperan dalam perkembangan respons social maladaptif. Yang paling sering adalah adanya gangguan dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat. a) Masa bayi : bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Karena bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologisnya. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri. b) Toodler : mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri. c) Pra Sekolah : anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini, anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Kegagalan anak dalam berhubungan mengakibatkan anak tidak mampu 11 mengontrol diri, tergantung, ragu, menarik diri dari lingkungan, pesimis. d) Anak sekolah : pada usia ini anak mulai mengenal bekerjasama, kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua. Teman dan orang dewasa merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam tahap ini mengakibatkan anak menjadi frustasi, putus asa, merasa tidak mampu, dan menarik diri dari lingkungan. e) Pra remaja : pada usia ini, anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan teman sejenis maupun lawan jenis.Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan identitas dan rasa percaya diri yang kurang. f) Dewasa muda memperhatikan : individu saran dan belajar pendapat mengambil orang lain keputusan dengan seperti memilih pekerjaan, karir, melangsungkan pernikahan.Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir. g) Dewasa tengah : individu pada usia dewasa tengah umumnya telah menikah. Individu yang perkembangannya baik akan dapat mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada dirinya sendiri, produktivitas dan kreatifitas berkurang, dan perhatian terhadap orang lain berkurang. 12 h) Dewasa lanjut : individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Kegagalan pada tahap ini mengakibatkan perilaku menarik diri. 2) Faktor Biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptive menurut (Gail, 2006 : hal 430). Terjadinya penyakit jiwa pada individu juga dipengaruhi oleh keluarganya disbanding dengan individu yang tidak mempunyai riwayat penyakit terkait. 3) Faktor Sosiokultural Menurut (Gail,2006 : hal 431) Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi: norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produkstif seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, penderita kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. 4) Faktor Dalam Keluarga Menurut (Gail, 2006 : hal 279) pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya mengiformasikan hal – hal yang negative akan mendorong anak 13 mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi traumatik dan enggan berkomunikasi dengan orang lain. b. Faktor Presipitasi Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor presipitasi terdiri dari : 1) Stresor Sosiokultural Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit. 2) Stresor Psikologis Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. c. Manifestasi Klinis Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap – cakap dengan klien orang lain, tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri di kamar klien. Menolak berhubungan 14 dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, meniru posisi janin pada saat tidur. Sedangkan untuk data subjektif sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat, dengan kata – kata “ tidak”, “ ya “, dan “tidak tahu”. (Dalami, 2009 : hal 10). d. Mekanisme Koping Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006 : hal 281). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti sosial antara lain :proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang : formasi reaksi, isolasi, idelisasi orang lain dan merendahkan orang lain. e. Sumber Koping Menurut (Gail, 2006 : hal 280), sumber koping berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman. 15 f. Pohon Masalah Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi Isolasi Sosial Harga diri rendah 1) Diagnosa Keperawatan: Diagnosa keperawatan adalah idenyifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial (Keliat, 2005 :hal 7). 1. Isolasi Sosial 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi 2) Perencanaan Keperawatan a. Perencanaan keperawatan Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan pengetahuan yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau pengalaman praktek. Diagnosa Keperawatan Tujuan Umum : Isolasi Sosial : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Tujuan Khusus (TUK) : 16 TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi : Menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat : wajah cerah, tersenyum, perasaannya, mau berkenalan, bersedia ada kontak mengungkapkan mata, bersedia masalahnya. menceritakan Rencana tindakan keperawatan : bina hubungan saling percaya, beri salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi, buat kontak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien. TUK 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri. Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan minimal satupenyebab menarik diri dari orang lain dengan lingkungan. Rencana tindakan keperawatan : Tanyakan kepada klien tentang orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien, orang yang paling dekat dengan klien di rumah atau diruang keperawatan, apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut, orang yang tidak dekat dengan klien di rumah atau di ruang keperawatan, apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang lain, upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain, diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain, beri pujian terhadap klien megungkapkan perasaannya. TUK 3 : Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri. Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan 17 kerugian mnearik diri. Rencana tindakan keperawatan : tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian mernarik diri, diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan. TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap. Kriteria evaluasi : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat, orang lain dan kelompok. Rencana tindakan keperawatan : Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial, beri motifasi dan Bantu klien untuk berkenalkan atau berkomunikasi dengan orang lain, diskusikan libatkan jadwal kliendalam harian yang terapi dapat aktifitas dilakukan kelompok untuk sosialisasi, meningkatkan kemampuan klien untuk bersosialisasi, beri motifasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat, beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan. TUK 5: Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan sosial. Kriteria berhubungan evaluasi:Klien sosial dengan dapat menjelaskan orang lain. perasaannya Rencana setelah tindakan keperawatan:diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain, beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya. TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial. Kriteria evaluasi : Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri, tanda dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat, 18 cara merawat diskusikan klien pentingnya menarik peran diri. serta Rencana keluarga tindak sebagai keperawatan pendukung : untuk mengatasi prilaku menarik diri, diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi prilaku enarik diri, latih keluarga dalam merawat klien menarik diri, tanyakan perasaan keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi, beri pujian kepada keluarga atas keterlibatan merawat klien di rumah sakit. TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria evaluasi : Klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping. Setelah tiga kali interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Setelah tiga kali interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter. Rencana tindakan keperawatan : diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. b. Penatalaksanaan Medis Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah : 19 a) Psikofarmaka Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa. Yang tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain : 1) Chlorpromazine (CPZ) Atas indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat untuk menilai realistis, waham halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku atau tidak terkendali tidak mampu bekerja. Dengan efek samping hipotesis, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat. 2) Haloperidol (HLP) Atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari – hari dengan efek samping yaitu : penyakit hati, penyakit darah (anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy, kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat. 3) Tryhexipenidil (THP) Atas indikasi segala jenis perkinson, termasuk pasca encephalitis dengan efek samping yaitu mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urin. Kontra indikasinya yaitu hipersensitif terhadap tryhexipenidil, glukosa sudut sempit, hipertropi prostate dan obstruksi saluran cerna. 20 b) Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy) Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus listrik. Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 – 100 volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat dan terapi obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan beresiko bunuh diri dan skizofrenia akut. c) Prinsip Keperawatan Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak sering tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji, memenuhi kebutuhan sehari – hari, libatkan klien TAK. 3) Pelaksanaan Keperawatan Pelaksanana tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan. Dan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) (Keliat,2005, hal 17). Jenis Tindakannya seperti : 21 1. Secara mandiri (independent) Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor (penyakit). Misalnya ; membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari – hari, memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar, menciptakan lingkungan terapeutik. 2. Saling ketergantungan atau kolaborasi ( interdependen) Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya. Seperti dokter, fisioterapi, analis kesehatan, dan sebagainya. Misalnya ; pemberian obat – obatan sesuai dengan intruksi dokter. Jenis dosis dan efek samping menjadi tanggung jawab dokter tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi tanggung jawab. 3. Rujukan atau ketergantungan ( dependen) Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya : dokter, psikologi, pskiater, ahli gizi, fisioterapi. Misalnya ; terapi aktivitas kelompok. 4) Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal 22 17)Hasil yang diharapkan pada klien, yaitu: klien dapat membina hubungan saling percaya dengan orang lain, klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri, klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, klien dapat melaksanakan hubungan sosial, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas memanfaatkan obat. 23 hubungan sosial, klien dapat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008). Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi sosial antara lain : a. Defisit perawatan diri b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi B. Saran Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah : 1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan kontrol ke RSJ. 24 2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan. 3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapa membantu proses penyembuhan. 25