Uploaded by Cahya Pria Ardiansyah

Cahya Pria Ardiansyah 142011133165 Kelas C Kelompok 7 Laprak Fisiologi Pencernaan

advertisement
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
NAMA / NIM
: Cahya Pria Ardiansyah / 142011133165
KELAS /KELOMPOK
: Akuakultur C / Kelompok 7
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Praktikum Ke-
: Kelima
Tanggal
: 29 April 2021
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Praktikum
: Fisiologi Sistem Pencernaan Ikan
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui fisiologi pencernaan pada ikan , mengetahui cara dan
penentuan daya cerna ikan terhadap beberapa jenis pakan tertentu, dan mengetahui penentuan dan
cara GET / waktu pengosongan lambung ikan.
Alat dan Bahan
 Alat
:
1. Aquarium
2. Timbangan
3. Gunting
4. Pipet
5. Kertas saring
6. Serokan ikan
 Bahan :
1. Sampel ikan
2. Pellet
3. Tubifex basah
4. Tubifex kering
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
Cara Kerja

:
Langkah kerja pengamatan Daya Cerna Ikan
1. Menyiapkan 3 ekor ikan sebagai sampel yang di letakkan di aquarium yang berbeda
2. Selanjutnya, menimbang bobot masing-masing ikan
3. Pakan yang berupa pellet, tubifex kering dan tubifex basah ditimbang sebanyak 3% dari
bobot tubuh ikan
4. Pakan diberikan 2 kali setiap 3 jam dalam kurung waktu 6 jam
5. 3 jam setelah pemberian pakan, feses diambil dan dikumpulkan di atas kertas saring
6. Pengambilan feses dilakukan setiap 3 jam setelah pemberikan pakan
7. Lakukan proses prosedur yang sama untuk pengamatan 3 jam kedua
8. Feses setelah di kumpul, selanjutnya dikeringkan dan di timbang
9. Dalam pengamatan daya cerna ikan dan gastric evaluation time juga diukur suhu air
tersebut
10. Menghitung daya cerna menggunakan rumus dan juga membuat grafik

Langkah kerja pengamatan Gastric Evacuation Time (GET)
1. Ketiga sampel ikan yang diletakkan dalam aquarium yang berbeda-beda, ditimbang bobot
tubuhnya
2. Selanjutnya, pakan sesuai ketentuan di timbang sebanyak 3% dari bobot tubuhnya
3. Pakan diberikan masing-masing pada sampel ikan
4. Kemudian, lakukan pembedahan untuk mengambil isi usus ikan
5. Isi usus ikan dikumpulkan diatas dikertas saring, di keringkan dan ditimbang
6. Lakukan prosedur yang sama untuk pengamatan 2 jam ke dua, dan 2 jam ke 3
7. Pembedahan dilakukan 2 jam sekali, serta pemberian pakan dalam kurun waktu 6 jam
8. Melakukan pengukuran suhu air
9. Menghitung Gastric Evacuation Time menggunakan rumus dan juga membuat grafik
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
Hasil
:
DAYA CERNA (DC)
1. Tabel Daya Cerna Ikan (DC)
Waktu
Jenis Pakan
14.00
Pelet
17.00
14.00
Tubifex
17.00
Kering
14.00
Tubifex
Basah
17.00
Berat
Pakan
0,2 gram
0,2 gram
Berat Feses
0,02 gram
0,04 gram
0,01 gram
0,02 gram
0,01 gram
a. Jenis Pakan Pelet
: BTM = 0,2 gram
BTF = 0,02 gram + 0,04 gram = 0,06 gram
DC =
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐵𝑇𝑀
=
0,2−0,06
x 100%
x 100%
0,2
= 70 %
b. Jenis Pakan Tubifex kering
Diketahui
: BTM = 0,2 gram
BTF = 0,01 gram + 0,02 gram = 0,03 gram
DC =
=
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐵𝑇𝑀
0,2−0,03
0,2
= 85 %
x 100%
x 100%
Suhu
29ºC
70 %
85 %
0,02 gram
0,4 gram
2. Perhitungan Daya Cerna Ikan (DC)
Diketahui
DC
30ºC
33ºC
33ºC
30ºC
92,5 %
31ºC
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
c. Jenis Pakan Tubifex basah
Diketahui
: BTM = 0,4 gram
BTF = 0,02 gram + 0,01 gram = 0,03 gram
DC =
=
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐵𝑇𝑀
0,4−0,03
0,4
x 100%
x 100%
= 92,5 %
3. Grafik Daya Cerna
100%
90
80%
70
%
60
Tubifex Basah
50%
Tubifex Kering
40
Pelet
30%
20
10%
0
%
Pelet
Tubifex Kering
Tubifex basah
GASTRIC EVACUATION TIME (GET)
1. Tabel Gastric Evacuation Time (GET)
Waktu
Berat Ikan
2 jam
7,65 gram
4 jam
6,25 gram
6 jam
7,75 gram
Rata-rata
7,21 gram
Berat
Berat Isi
Berat
Pakan
Lambung
Feses
0,09 gram
0,2 gram
Suhu
Wt
0,04 gr
28ºC
0,62 gram/jam
0,05 gram
0,03 gr
28ºC
0,35 gram/jam
0,01 gram
0,02 gr
29ºC
0,2 gram/jam
0,03 gr
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
2. Perhitungan Laju Pengosongan Lambung / Gastric Evaluation Time (GET)
a) Selama 2 jam
DC =
-b =
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐵𝑇𝑀
𝐷𝐶
3
=
0,85
3
x 100% =
0,2−0,03
0,2
x 100% = 85 % = 0,85
= 0,283
Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎)
= 0,2 x 2,7180,283(6−2)
= 0,2 x 2,7181,132
= 0,2 x 3,101
= 0,62 gram/jam
b) Selama 4 jam
DC =
-b =
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐵𝑇𝑀
𝐷𝐶
3
=
0,85
3
x 100% =
0,2−0,03
0,2
x 100% = 85 % = 0,85
= 0,283
Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎)
= 0,2 x 2,7180,283(6−4)
= 0,2 x 2,7180,566
= 0,352 gram/jam
c) Selama 6 jam
DC =
-b =
𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹
𝐷𝐶
3
𝐵𝑇𝑀
=
0,85
3
x 100% =
0,2−0,03
= 0,283
Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎)
= 0,2 x 2,7180,283(6−6)
= 0,2 gram/jam
0,2
x 100% = 85 % = 0,85
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
3. Grafik Laju Pengosongan Lambung/Gastric Evaluation Time (GET)
0.8
0.7
0.6
0.5
WT Perhitungan
0.4
WT Asli
0.3
0.2
0.1
0
2 Jam
Pembahasan
4 Jam
6 Jam
:
1. Hasil praktikum dan grafik yang diperoleh beserta alasannya
Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang
tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Daya cerna juga dapat
digunakan sebagai salah satu indikator penentu kualitas pakan yang diberikan Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem
pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna
pakan. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan,
pengankutan dan metabolisme. Sehubungan dengan kekomplekan zat makanan dan
keterbatasan kemampuan mencerna maka tidak semua makanan yang dikonsumsi dapat
diserap oleh tubuh ikan. Bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh akan
dibuang sebagai feses atau fecal energy (FE) (Putra, 2015).
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
Pada ikan yang diberi pakan pellet memiliki hasil daya cerna (DC) 70 % yaitu dari berat
total feses 0,06 selama 3 jam dengan pemberian pakan 0,2 gram, dan pada Ikan yang diberi
pakan tubifex kering hasil DC nya yaitu 85 % yaitu dari berat total feses 0,03 selama 3 jam
dengan pemberian pakan 0,2 gram, sedangkan pada ikan tubifex basah Hasil DC nya yaitu 92,5
% yaitu dari berat total feses 0,03 selama 3 jam dengan pemberian pakan 0,4 gram. Hasil ini
menunjukkan bahwa daya cerna pakan pellet lebih rendah dibandingkan pakan tubifex, dan
pakan tubifex basah memiliki prosentase daya cerna yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan
cacing Tubifex memiliki serat kasar yang sangat rendah yaitu 0,29 % sehingga lebih disukai
dan sangat mudah dicerna dan nantinya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.
Kandungan protein pada Tubifex dapat mencapai 48,56 % (Satyantini, 2008). Cacing Tubifex
merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air tawar. Pakan cacing Tubifex
mempunyai beberapa keuntungan antara lain
pergerakannya relative lambat sehingga
memberi rangsangan bagi ikan untuk memakan serta ukurannya yang sesuai dengan bukaan
mulut ikan (Subandiyah dkk., 2003). Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda
dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan,
ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan (Wulandari,
2014).
Pada pengamatan GET pada ikan ini waktu pengosongan lambung dilakukan selama 2 jam
yaitu 2 jam pertama, 2 jam ke 2 dan 2 jam ke 3. Didapatkan hasil Daya cerna dari ikan terhadap
pakan yakni sebersar 85%. Pada 2 jam pertama yaitu dengan pemberian pakan dan berat isi
lambung asli 0,09 gram, dan hasil berat isi lambung perhitungannya yaitu 0,62 gram. Pada 2
jam kedua (4 jam) yaitu dengan pemberian pakan dan berat isi lambung asli 0,05 gram, dan
hasil berat isi lambung perhitungannya yaitu 0,35 gram. Pada 2 jam ketiga (6 jam) yaitu
dengan pemberian pakan dan berat isi lambung asli 0,01 gram, dan hasil berat isi lambung
perhitungannya yaitu 0,2 gram. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa isi berat lambung pada
saat pertama kali berbeda dengan ikan yang telah mencerna makanannya. Sehingga jika nilai
digestibilitasnya meningkat maka GET akan menurun dan juga sebalikny, hal tersebut
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
berkaitan dengan waktu dilakukannya pengamatan. Laju pengosongan lambung atau laju
digesti itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran tubuh ikan, jenis kelamin, aktivitas
ikan, temperature lingkungan dan air, musim, waktu, intensitas cahaya dan lainnya (Irfan,
2018). Menurut Risa (2017) laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari
sejumlah pakan yang bergerak melewati saluran pencernaan persatuan waktu tertentu, yang
dinyatakan sebagai gr/jam atau mg/menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan
lambung salah satunya yakni jumlah pakan yang tersedia, frekuensi makan, ukuran partikel
pakan, pergerakan fraksi pakan tercerna atau tidak tercerna, serta pemuasaan dan pemaksaan
ikan.
2. Fisiologi sistem pencernaan
Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisika dan
kimia sehingga makanan berubah dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk
selanjutnya diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh dan digunakan pada proses metabolisme
sistem peredaran darah (Affandi, 2002). Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan
dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyedia bahan-bahan kimia serta
pengeluaran sisa makanan yang tidak tercerna dari tubuh. Adapun fungsi dari saluran
pencernaan yakni melakukan makan padan mulut kemudian makanan diteruskan ke
esophagus, selanjutnya dicerna melewati lambung, usus halus, usus besar dan sisa makanan
yang tidak tercerna dikeluarkan melalui anus (Triastuti & Laksmi, 2013).
Saluran pencernaan ikan dimulai dari rongga mulut (covum oris) yang didalamnya terdapat
gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada rahang bawah dan lidah pada dasar mulut yang
tidak dapat digerakkan dan dapat menghasilkan lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Dari
rongga mulut makanan masuk ke dalam esophagus melalui faring yang terdapat di daerah
sekitar insang. Esophagus berbentuk kerucut, pendek terdapat di belakang insang dan bila tidak
dilalui makanan makan lumen akan menyempit. Dari kerongkongan, makanan di dorong
masuk ke lambung sehingga lambung menjadi besar. Antara lambung dan usus tidak jelas
batasnya. Pada beberapa jenis ikan terdapat tonjolan buntu yang berfungsi untuk memperluas
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
penyerapan makanan, dari lambung makanan masuk ke dalam usus yang berbentuk pipa
panjang berkelok-kelok dan sama besarnya bermuara pada anus. Kelenjar pencernaannya
berupa hati dan empedu. Hati merupakan kelenjar yang berukuran cukup besar, berwarna
merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan, bentuknya tidak tetap. Fungsi hati
adalah menghasilkan cairan empedu yang disimpan dalam kantong empedu untuk membantu
proses pencernaan lemak. Kantong empedu berbentuk bulat berwarna kehijauan terletak di
sebelah kanan hati dan salurannya bermuara pada lambung. kantong empedu befungsi untuk
menyimpan cairan empedu dan menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan
(Wulandari, 2014).
Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat
pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan.
Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam
bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan
lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil
makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya
mempunyai bentuk bibir yang tebal. Bentuk anatomi lambung sangat bervariasi. Lambung ikan
herbivora berbeda dengan lambung ikan carnivora. Ikan herbivora tidak mempunyai lambung
yang sebenarnya, kalaupun ada maka merupakan lambung palsu yang merupakan
penggelembungan usus bagian depan. Umumnya ikan carnivora mempunyai lambung yang
berbentuk seperti tabung, sedangkan pada ikan omnivora berbentuk seperti kantung.
Sedangkan usus merupakan tempat proses penyerapan zat makanan yang telah tercerna, dan
selanjutnya sisa makanan dibuang melalui anus. Ikan-ikan herbivora yang tidak mempunyai
lambung, pencernaan yang intensif terjadi di dalam usus. Umumnya ikan-ikan herbivora
memiliki usus yang panjangnya beberapa kali panjang tubuhnya, sedangkan ikan-ikan
carnivora memiliki usus yang pendek atau sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang
tubuhnya (Wulandari, 2014).
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
3. Faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme ikan
Laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies
hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (Tobin dkk., 2005 dalam Putra, 2015).
Aktivitas yang meningkat menyebabkan metabolisme ikan juga ikut meningkat dan laju
konsumsi oksigennya ikut meningkat. Salah satu faktor yang memengaruhi laju metabolisme
organisme adalah aktivitas, di mana organisme yang sedang aktif memiliki laju metabolisme
yang tinggi dibandingkan dengan organisme yang pasif (Djawad dkk., 1996 dalam Zainuddin,
2012).
Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme, respirasi dan
tingkat konsumsi oksigen pada ikan. Suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan
konsentrasi oksigen terlarut dalam air menurun dan konsumsi oksigen oleh ikan meningkat.
Bila suhu naik atau turun maka laju metabolismenya juga berubah demikian pula dengan
kebutuhan energinya. Meningkatnya suhu akan menyebabkan peningkatan proses respirasi
(Putra, 2015). Menurut Harver dan Hardy (2002), Metabolisme adalah perubahan atau semua
transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Metabolisme adalah aktivitas sel
yang amat terkordinasi, mempunyai tujuan dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem
multi enzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik yaitu untuk memperoleh energi
kimiawi dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari energi solar,
untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida,
polisakarida dan komponen sel lain dan untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang
diperlukan di dalam fungsi khusus sel.
Makanan yang dikonsumsi oleh ikan atau Intake of Energy (IE) akan mengalami proses
pencernaan, penyerapan, pengankutan dan metabolism. Bagian makanan yang tidak dapat
dicerna oleh tubuh akan dibuang sebagai feses. sedangkan zat makanan yang terserap atau
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
Digestible Energy (DE) setelah diangkut menuju organ target sebagian akan mengalami proses
metabolisme atau Metabolizable Energy (ME) yang terdiri dari proses katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme merupakan fase metabolism yang bersifat menguraikan, yang
menyebabkan molekul organic nutrient seperti karbohidrat, lipid, dan protein yang terurai di
dalam reaksi-reaksi bertahap menjadi produk akhir yang lenih kecil dan sederhana, seperti
asam laktat, CO2 dan ammonia. Katabolisme diikuti oleh pelepasan energi bebas yang telah
tersimpan di dalam struktur kompleks molekul organik yang lebih besar tersebut. Sedangkan
anabolisme atau biosintesis merupakan fase pembetukan atau sintesis dari metabolisme,
molekul pemula atau unit pembangun yang lebih lebih kecil disusun menjadi makromolekul
besar yang merupakan komponen sel, seperti protein dan asam nukleat (Putra, 2015).
4. Kesimpulan dan aplikasinya dalam budidaya perikanan
Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang
tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Makanan yang
dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengangkutan dan
metabolisme. Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda dikarenakan faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi
pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil daya cerna
ikan. Pakan ikan harus memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Karakteristik pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan
serta menentukan tingkat penerimaan pada para pembudidaya ikan. Syarat pakan yang
berkualitas tinggi adalah yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, mudah dicerna oleh
ikan dan tidak mengandung zat- zat berbahaya bagi ikan. Di samping itu, pakan harus memiliki
bentuk fisik yang tahan lama serta mampu bertahan selama proses penanganan dan
pengangkutan. Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat untuk ikan budidaya dan harus
memenuhi kebutuhan gizi ikan. Pakan buatan dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan
atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
tertentu sehingga memiliki daya tarik yang dapat merangsang ikan untuk memakannya dengan
mudah dan lahap (Anggraeni ddk., 2013 dalam Yunaidi, 2019).
Kesimpulan
:
Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang
tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Makanan yang
dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengankutan dan
metabolisme. Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda dikarenakan faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi
pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan. Sedangkan laju pengosongan lambung
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran tubuh ikan, jenis kelamin, aktivitas ikan,
temperature lingkungan dan air, musim, waktu, intensitas cahaya dan lainnya. Makanan yang
dimakan oleh ikan akan melalui proses pencernaan, waktu yang diperlukan makanan untuk
melewati saluran percernaan disebut laju pengosongan lambung dan ikan juga memliki daya
cerna terhadap makanan. Daya cerna ikan terhadap pakan tertinggi yaknipada pakan tubifex
(pakan alami). Pakan dari bahan alami lebih baik dibandingkan pakan buatan dan hal ini dapat
dipraktikkan dalam budidaya ikan karena pakan yang diberikan akanberpengaruh pada proses
metabolism dan pertumbuhan ikan tersebut.
Daftar Pustaka
:
Affandi., Usman. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Ress. Pekanbaru.
Harver., Hardy. 2002. Fish Nutrition: Bionergetics. Academic Prees: California USA.
Irfan, E. A. 2018. Laju Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 9(2): 147-151.
Putra, A. N. 2015. Laju Metabolisme Pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat
Komsumsi Oksigen . Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 5(1): 13-18.
Putra, A. N. 2015. Metabolisme Basal Pada Ikan. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 5(2): 57.
LEMBAR KERJA
TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
===========================================
Risa, Purnama. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel.
Surabaya.
Satyantini, W. H., Masithah, E. D, Alamsjah, A, & Andriyono, S. 2008. Diktat Penuntun
Praktikum Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga. Surabaya. hal 28-49.
Subandiyah, S., Satyani, D. (2017). Pengaruh Substitusi Pakan Alami Tubifex Dan Buatan
Terhadap Pertumbuhan ikan Tilan Lurik Merah (Mastacembelus erythrotaenia).
Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(2): 67-72.
Triastuti, Juni., Laksmi Sulmartiwi. 2013. Buku Ajar Ichthtyologi : Anatomi Internal. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Surabaya: Universitas Airlangga.
Wulandari, S. A. 2014. Sistem Pencernaan. Laporan Fisiologi Hewan. hal 1-7.
Yunaidi, A. P. 2019. Aplikasi Pakan Pelet Untuk Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan
Air Tawar Di Desa Jerukagung Srumbung Magelang. Jurnal Pemberdayaan :
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. hal 45-54.
Zainuddin, M. I. 2012. Pengaruh Level Protein Pakan Terhadap Laju Metabolisme Juana Ikan
Bandeng (Chanos chanos, Forsskal 1775). Jurnal Ikhtiologi Indonesia. hal 111119.
Download