LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== NAMA / NIM : Cahya Pria Ardiansyah / 142011133165 KELAS /KELOMPOK : Akuakultur C / Kelompok 7 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------Praktikum Ke- : Kelima Tanggal : 29 April 2021 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Praktikum : Fisiologi Sistem Pencernaan Ikan Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui fisiologi pencernaan pada ikan , mengetahui cara dan penentuan daya cerna ikan terhadap beberapa jenis pakan tertentu, dan mengetahui penentuan dan cara GET / waktu pengosongan lambung ikan. Alat dan Bahan Alat : 1. Aquarium 2. Timbangan 3. Gunting 4. Pipet 5. Kertas saring 6. Serokan ikan Bahan : 1. Sampel ikan 2. Pellet 3. Tubifex basah 4. Tubifex kering LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== Cara Kerja : Langkah kerja pengamatan Daya Cerna Ikan 1. Menyiapkan 3 ekor ikan sebagai sampel yang di letakkan di aquarium yang berbeda 2. Selanjutnya, menimbang bobot masing-masing ikan 3. Pakan yang berupa pellet, tubifex kering dan tubifex basah ditimbang sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan 4. Pakan diberikan 2 kali setiap 3 jam dalam kurung waktu 6 jam 5. 3 jam setelah pemberian pakan, feses diambil dan dikumpulkan di atas kertas saring 6. Pengambilan feses dilakukan setiap 3 jam setelah pemberikan pakan 7. Lakukan proses prosedur yang sama untuk pengamatan 3 jam kedua 8. Feses setelah di kumpul, selanjutnya dikeringkan dan di timbang 9. Dalam pengamatan daya cerna ikan dan gastric evaluation time juga diukur suhu air tersebut 10. Menghitung daya cerna menggunakan rumus dan juga membuat grafik Langkah kerja pengamatan Gastric Evacuation Time (GET) 1. Ketiga sampel ikan yang diletakkan dalam aquarium yang berbeda-beda, ditimbang bobot tubuhnya 2. Selanjutnya, pakan sesuai ketentuan di timbang sebanyak 3% dari bobot tubuhnya 3. Pakan diberikan masing-masing pada sampel ikan 4. Kemudian, lakukan pembedahan untuk mengambil isi usus ikan 5. Isi usus ikan dikumpulkan diatas dikertas saring, di keringkan dan ditimbang 6. Lakukan prosedur yang sama untuk pengamatan 2 jam ke dua, dan 2 jam ke 3 7. Pembedahan dilakukan 2 jam sekali, serta pemberian pakan dalam kurun waktu 6 jam 8. Melakukan pengukuran suhu air 9. Menghitung Gastric Evacuation Time menggunakan rumus dan juga membuat grafik LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== Hasil : DAYA CERNA (DC) 1. Tabel Daya Cerna Ikan (DC) Waktu Jenis Pakan 14.00 Pelet 17.00 14.00 Tubifex 17.00 Kering 14.00 Tubifex Basah 17.00 Berat Pakan 0,2 gram 0,2 gram Berat Feses 0,02 gram 0,04 gram 0,01 gram 0,02 gram 0,01 gram a. Jenis Pakan Pelet : BTM = 0,2 gram BTF = 0,02 gram + 0,04 gram = 0,06 gram DC = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐵𝑇𝑀 = 0,2−0,06 x 100% x 100% 0,2 = 70 % b. Jenis Pakan Tubifex kering Diketahui : BTM = 0,2 gram BTF = 0,01 gram + 0,02 gram = 0,03 gram DC = = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐵𝑇𝑀 0,2−0,03 0,2 = 85 % x 100% x 100% Suhu 29ºC 70 % 85 % 0,02 gram 0,4 gram 2. Perhitungan Daya Cerna Ikan (DC) Diketahui DC 30ºC 33ºC 33ºC 30ºC 92,5 % 31ºC LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== c. Jenis Pakan Tubifex basah Diketahui : BTM = 0,4 gram BTF = 0,02 gram + 0,01 gram = 0,03 gram DC = = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐵𝑇𝑀 0,4−0,03 0,4 x 100% x 100% = 92,5 % 3. Grafik Daya Cerna 100% 90 80% 70 % 60 Tubifex Basah 50% Tubifex Kering 40 Pelet 30% 20 10% 0 % Pelet Tubifex Kering Tubifex basah GASTRIC EVACUATION TIME (GET) 1. Tabel Gastric Evacuation Time (GET) Waktu Berat Ikan 2 jam 7,65 gram 4 jam 6,25 gram 6 jam 7,75 gram Rata-rata 7,21 gram Berat Berat Isi Berat Pakan Lambung Feses 0,09 gram 0,2 gram Suhu Wt 0,04 gr 28ºC 0,62 gram/jam 0,05 gram 0,03 gr 28ºC 0,35 gram/jam 0,01 gram 0,02 gr 29ºC 0,2 gram/jam 0,03 gr LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== 2. Perhitungan Laju Pengosongan Lambung / Gastric Evaluation Time (GET) a) Selama 2 jam DC = -b = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐵𝑇𝑀 𝐷𝐶 3 = 0,85 3 x 100% = 0,2−0,03 0,2 x 100% = 85 % = 0,85 = 0,283 Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎) = 0,2 x 2,7180,283(6−2) = 0,2 x 2,7181,132 = 0,2 x 3,101 = 0,62 gram/jam b) Selama 4 jam DC = -b = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐵𝑇𝑀 𝐷𝐶 3 = 0,85 3 x 100% = 0,2−0,03 0,2 x 100% = 85 % = 0,85 = 0,283 Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎) = 0,2 x 2,7180,283(6−4) = 0,2 x 2,7180,566 = 0,352 gram/jam c) Selama 6 jam DC = -b = 𝐵𝑇𝑀−𝐵𝑇𝐹 𝐷𝐶 3 𝐵𝑇𝑀 = 0,85 3 x 100% = 0,2−0,03 = 0,283 Wt = Wo.𝑒 −𝑏(𝑡−𝑎) = 0,2 x 2,7180,283(6−6) = 0,2 gram/jam 0,2 x 100% = 85 % = 0,85 LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== 3. Grafik Laju Pengosongan Lambung/Gastric Evaluation Time (GET) 0.8 0.7 0.6 0.5 WT Perhitungan 0.4 WT Asli 0.3 0.2 0.1 0 2 Jam Pembahasan 4 Jam 6 Jam : 1. Hasil praktikum dan grafik yang diperoleh beserta alasannya Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Daya cerna juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator penentu kualitas pakan yang diberikan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengankutan dan metabolisme. Sehubungan dengan kekomplekan zat makanan dan keterbatasan kemampuan mencerna maka tidak semua makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh ikan. Bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh akan dibuang sebagai feses atau fecal energy (FE) (Putra, 2015). LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== Pada ikan yang diberi pakan pellet memiliki hasil daya cerna (DC) 70 % yaitu dari berat total feses 0,06 selama 3 jam dengan pemberian pakan 0,2 gram, dan pada Ikan yang diberi pakan tubifex kering hasil DC nya yaitu 85 % yaitu dari berat total feses 0,03 selama 3 jam dengan pemberian pakan 0,2 gram, sedangkan pada ikan tubifex basah Hasil DC nya yaitu 92,5 % yaitu dari berat total feses 0,03 selama 3 jam dengan pemberian pakan 0,4 gram. Hasil ini menunjukkan bahwa daya cerna pakan pellet lebih rendah dibandingkan pakan tubifex, dan pakan tubifex basah memiliki prosentase daya cerna yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan cacing Tubifex memiliki serat kasar yang sangat rendah yaitu 0,29 % sehingga lebih disukai dan sangat mudah dicerna dan nantinya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Kandungan protein pada Tubifex dapat mencapai 48,56 % (Satyantini, 2008). Cacing Tubifex merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air tawar. Pakan cacing Tubifex mempunyai beberapa keuntungan antara lain pergerakannya relative lambat sehingga memberi rangsangan bagi ikan untuk memakan serta ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut ikan (Subandiyah dkk., 2003). Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan (Wulandari, 2014). Pada pengamatan GET pada ikan ini waktu pengosongan lambung dilakukan selama 2 jam yaitu 2 jam pertama, 2 jam ke 2 dan 2 jam ke 3. Didapatkan hasil Daya cerna dari ikan terhadap pakan yakni sebersar 85%. Pada 2 jam pertama yaitu dengan pemberian pakan dan berat isi lambung asli 0,09 gram, dan hasil berat isi lambung perhitungannya yaitu 0,62 gram. Pada 2 jam kedua (4 jam) yaitu dengan pemberian pakan dan berat isi lambung asli 0,05 gram, dan hasil berat isi lambung perhitungannya yaitu 0,35 gram. Pada 2 jam ketiga (6 jam) yaitu dengan pemberian pakan dan berat isi lambung asli 0,01 gram, dan hasil berat isi lambung perhitungannya yaitu 0,2 gram. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa isi berat lambung pada saat pertama kali berbeda dengan ikan yang telah mencerna makanannya. Sehingga jika nilai digestibilitasnya meningkat maka GET akan menurun dan juga sebalikny, hal tersebut LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== berkaitan dengan waktu dilakukannya pengamatan. Laju pengosongan lambung atau laju digesti itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran tubuh ikan, jenis kelamin, aktivitas ikan, temperature lingkungan dan air, musim, waktu, intensitas cahaya dan lainnya (Irfan, 2018). Menurut Risa (2017) laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melewati saluran pencernaan persatuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai gr/jam atau mg/menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambung salah satunya yakni jumlah pakan yang tersedia, frekuensi makan, ukuran partikel pakan, pergerakan fraksi pakan tercerna atau tidak tercerna, serta pemuasaan dan pemaksaan ikan. 2. Fisiologi sistem pencernaan Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisika dan kimia sehingga makanan berubah dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk selanjutnya diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh dan digunakan pada proses metabolisme sistem peredaran darah (Affandi, 2002). Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyedia bahan-bahan kimia serta pengeluaran sisa makanan yang tidak tercerna dari tubuh. Adapun fungsi dari saluran pencernaan yakni melakukan makan padan mulut kemudian makanan diteruskan ke esophagus, selanjutnya dicerna melewati lambung, usus halus, usus besar dan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui anus (Triastuti & Laksmi, 2013). Saluran pencernaan ikan dimulai dari rongga mulut (covum oris) yang didalamnya terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada rahang bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan dan dapat menghasilkan lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Dari rongga mulut makanan masuk ke dalam esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esophagus berbentuk kerucut, pendek terdapat di belakang insang dan bila tidak dilalui makanan makan lumen akan menyempit. Dari kerongkongan, makanan di dorong masuk ke lambung sehingga lambung menjadi besar. Antara lambung dan usus tidak jelas batasnya. Pada beberapa jenis ikan terdapat tonjolan buntu yang berfungsi untuk memperluas LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== penyerapan makanan, dari lambung makanan masuk ke dalam usus yang berbentuk pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya bermuara pada anus. Kelenjar pencernaannya berupa hati dan empedu. Hati merupakan kelenjar yang berukuran cukup besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan, bentuknya tidak tetap. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu yang disimpan dalam kantong empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. Kantong empedu berbentuk bulat berwarna kehijauan terletak di sebelah kanan hati dan salurannya bermuara pada lambung. kantong empedu befungsi untuk menyimpan cairan empedu dan menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan (Wulandari, 2014). Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal. Bentuk anatomi lambung sangat bervariasi. Lambung ikan herbivora berbeda dengan lambung ikan carnivora. Ikan herbivora tidak mempunyai lambung yang sebenarnya, kalaupun ada maka merupakan lambung palsu yang merupakan penggelembungan usus bagian depan. Umumnya ikan carnivora mempunyai lambung yang berbentuk seperti tabung, sedangkan pada ikan omnivora berbentuk seperti kantung. Sedangkan usus merupakan tempat proses penyerapan zat makanan yang telah tercerna, dan selanjutnya sisa makanan dibuang melalui anus. Ikan-ikan herbivora yang tidak mempunyai lambung, pencernaan yang intensif terjadi di dalam usus. Umumnya ikan-ikan herbivora memiliki usus yang panjangnya beberapa kali panjang tubuhnya, sedangkan ikan-ikan carnivora memiliki usus yang pendek atau sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang tubuhnya (Wulandari, 2014). LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== 3. Faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme ikan Laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin dkk., 2005 dalam Putra, 2015). Aktivitas yang meningkat menyebabkan metabolisme ikan juga ikut meningkat dan laju konsumsi oksigennya ikut meningkat. Salah satu faktor yang memengaruhi laju metabolisme organisme adalah aktivitas, di mana organisme yang sedang aktif memiliki laju metabolisme yang tinggi dibandingkan dengan organisme yang pasif (Djawad dkk., 1996 dalam Zainuddin, 2012). Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme, respirasi dan tingkat konsumsi oksigen pada ikan. Suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air menurun dan konsumsi oksigen oleh ikan meningkat. Bila suhu naik atau turun maka laju metabolismenya juga berubah demikian pula dengan kebutuhan energinya. Meningkatnya suhu akan menyebabkan peningkatan proses respirasi (Putra, 2015). Menurut Harver dan Hardy (2002), Metabolisme adalah perubahan atau semua transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkordinasi, mempunyai tujuan dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multi enzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik yaitu untuk memperoleh energi kimiawi dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari energi solar, untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida dan komponen sel lain dan untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan atau Intake of Energy (IE) akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengankutan dan metabolism. Bagian makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh akan dibuang sebagai feses. sedangkan zat makanan yang terserap atau LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== Digestible Energy (DE) setelah diangkut menuju organ target sebagian akan mengalami proses metabolisme atau Metabolizable Energy (ME) yang terdiri dari proses katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan fase metabolism yang bersifat menguraikan, yang menyebabkan molekul organic nutrient seperti karbohidrat, lipid, dan protein yang terurai di dalam reaksi-reaksi bertahap menjadi produk akhir yang lenih kecil dan sederhana, seperti asam laktat, CO2 dan ammonia. Katabolisme diikuti oleh pelepasan energi bebas yang telah tersimpan di dalam struktur kompleks molekul organik yang lebih besar tersebut. Sedangkan anabolisme atau biosintesis merupakan fase pembetukan atau sintesis dari metabolisme, molekul pemula atau unit pembangun yang lebih lebih kecil disusun menjadi makromolekul besar yang merupakan komponen sel, seperti protein dan asam nukleat (Putra, 2015). 4. Kesimpulan dan aplikasinya dalam budidaya perikanan Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengangkutan dan metabolisme. Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil daya cerna ikan. Pakan ikan harus memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Karakteristik pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan serta menentukan tingkat penerimaan pada para pembudidaya ikan. Syarat pakan yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, mudah dicerna oleh ikan dan tidak mengandung zat- zat berbahaya bagi ikan. Di samping itu, pakan harus memiliki bentuk fisik yang tahan lama serta mampu bertahan selama proses penanganan dan pengangkutan. Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat untuk ikan budidaya dan harus memenuhi kebutuhan gizi ikan. Pakan buatan dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== tertentu sehingga memiliki daya tarik yang dapat merangsang ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap (Anggraeni ddk., 2013 dalam Yunaidi, 2019). Kesimpulan : Daya cerna adalah kemampuan untuk mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan yang tercerna adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan, penyerapan, pengankutan dan metabolisme. Hasil berat total feses pada ikan berbeda-beda dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sifat kimia ikan, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, sifat fisika dn kimia pada pakan ikan. Sedangkan laju pengosongan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran tubuh ikan, jenis kelamin, aktivitas ikan, temperature lingkungan dan air, musim, waktu, intensitas cahaya dan lainnya. Makanan yang dimakan oleh ikan akan melalui proses pencernaan, waktu yang diperlukan makanan untuk melewati saluran percernaan disebut laju pengosongan lambung dan ikan juga memliki daya cerna terhadap makanan. Daya cerna ikan terhadap pakan tertinggi yaknipada pakan tubifex (pakan alami). Pakan dari bahan alami lebih baik dibandingkan pakan buatan dan hal ini dapat dipraktikkan dalam budidaya ikan karena pakan yang diberikan akanberpengaruh pada proses metabolism dan pertumbuhan ikan tersebut. Daftar Pustaka : Affandi., Usman. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Ress. Pekanbaru. Harver., Hardy. 2002. Fish Nutrition: Bionergetics. Academic Prees: California USA. Irfan, E. A. 2018. Laju Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 9(2): 147-151. Putra, A. N. 2015. Laju Metabolisme Pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat Komsumsi Oksigen . Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 5(1): 13-18. Putra, A. N. 2015. Metabolisme Basal Pada Ikan. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 5(2): 57. LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR =========================================== Risa, Purnama. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel. Surabaya. Satyantini, W. H., Masithah, E. D, Alamsjah, A, & Andriyono, S. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. hal 28-49. Subandiyah, S., Satyani, D. (2017). Pengaruh Substitusi Pakan Alami Tubifex Dan Buatan Terhadap Pertumbuhan ikan Tilan Lurik Merah (Mastacembelus erythrotaenia). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3(2): 67-72. Triastuti, Juni., Laksmi Sulmartiwi. 2013. Buku Ajar Ichthtyologi : Anatomi Internal. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Surabaya: Universitas Airlangga. Wulandari, S. A. 2014. Sistem Pencernaan. Laporan Fisiologi Hewan. hal 1-7. Yunaidi, A. P. 2019. Aplikasi Pakan Pelet Untuk Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan Air Tawar Di Desa Jerukagung Srumbung Magelang. Jurnal Pemberdayaan : Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. hal 45-54. Zainuddin, M. I. 2012. Pengaruh Level Protein Pakan Terhadap Laju Metabolisme Juana Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forsskal 1775). Jurnal Ikhtiologi Indonesia. hal 111119.