TEORI FUNGSIONALISME Nama Anggota Kelompok : 1. Namira Adita Nareswari 071911733015 2. Yustika Fitri 071911733031 3.Christiana Permata Sari 071911733033 4. Uyun Lissa Fauzia 071911733045 5. Arina Luk Luk H.S. AS 071911733056 6. Rizky Indra Dewangga 071911733076 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2021 PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan umat manusia. Dalam pandangan antropologi, pandangan aliran fungsionalisme struktural dinyatakan bahwa kebudayaan merupakan proses keterkaitan pengaruh satu subsistem atas subsistem lainnya. Misalnya, bagaimana sistem religi berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya sistem yang menyeluruh. Manusia hidup di dalam keseluruhan sistemik yang membentuk jaringan tak terpisahkan. Manusia selalu berada di dalam kehidupan yang bercorak fungsionalitas antar subsistemnya. PERSPEKTIF FUNGSIONALISME BRONISLAW MALINOWSKI Bronislaw Malinowski mengembangkan teori fungsionalisme tentang kebudayaan setelah dia melakukan penelitian lapangan di kepulauan Trobrian. Namun, ketika Malinowski menerbitkan karyanya mengenai penduduk di pulau Trobrian, muncul beberapa reaksi dan tanggapan dari para ahli antropologi. Salah satu tanggapannya adalah bahwa Malinowski tidak memperhatikan proses-proses perkembangan kebudayaan dalam pemikiran-pemikirannya. Malinowski seolah-olah mengambil gambaran dari masyarakat itu pada satu saat saja, dengan mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan menjadi satu. Gambarangambaran yang diterbitkan oleh Malinowski hanya merupakan suatu pembekuan dari kehidupan masyarakat pada satu detik ruang dan waktu (Koentjaraningrat, 1987). Selain itu, menurut Nur Syam (2007) Malinowski tidak konsisten dalam membuat asumsiasumsi teoritik karena ia meneliti masyarakat Trobrian yang sangat spesifik kemudian dipakai untuk menjelaskan kebudayaan pada umumnya. Malinowski melihat individu sebagai realitas psiko-biologis dalam sebuah masyarakat. Manusia mempunyai kebutuhan bersama yang bersifat psikologis dan biologis. Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat psikologis dan biologis. Selain itu, Malinowski juga membagi kebutuhan manusia menjadi tiga, yaitu kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, instrumental dan integratif. Kebutuhan biologis seperti kebutuhan pangan dan prokreasi, kebutuhan instrumental seperti hukum dan pendidikan, serta kebutuhan integratif seperti agama dan kesenian. 1|Page PERSPEKTIF FUNGSIONALISME A.R. RADCLIFFE BROWN A.R. Radcliffe Brown memberikan pandangan bahwa masyarakat memiliki suatu kebiasaan dan kepercayaan yang memiliki fungsi tertentu. Fungsi tersebut berguna untuk melestarikan struktur yang ada di masyarakat sehingga timbul hukum-hukum secara umum untuk mempelajari perilaku manusia. Dari sini ia mendefinisikan kebudayaan adalah sejumlah cita-cita dan nilai-nilai standar perilaku tertentu yang dimiliki bersama serta memiliki karakteristik nya tersendiri. Kebudayaan adalah milik bersama atau sebagai common denominator. Common denominator ini membuat mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan perilaku manusia yang lainnya. Mereka memiliki pengetahuan bersama atas dasar kesamaan interaksi yang terjadi di waktu dan di tempat yang sama. Radcliffe Brown dalam karyanya “The Andaman Islanders” (1922), mendeskripsikan aspek upacara yang terkait dengan mitos yang dilakoni dalam penduduk Andaman. Suku Andaman melakukan ritual dengan unsur tangisan yang bukan bermakna kesedihan tetapi sebagai ekspresi dari solidaritas sosial. Dalam hal ini, terdapat fungsi yang didasarkan pada pemikiran bahwa budaya sebagai sebuah mekanisme adaptif manusia dalam menjaga kehidupan sosial sebagai suatu komunitas yang teratur. PERSPEKTIF FUNGSIONALISME LESLIE WHITE Leslie White mendefinisikan kebudayaan sebagai reaksi atas perkembangan dan kemajuan teknologi. Dalam kajiannya Leslie White melihat kebudayaan sebagai kumpulan yang terdiri dari 3 komponen. Komponen tersebut yaitu komponen tekoekonomis, social, dan ideologi. Pada hakikatya, kebudayaan erat kaitannya dengan lambang atau simbol. Misalnya salib, ka’bah, masjid dan juga gereja merupakan lambang yang menggambarkan dunia religiusitas manusia. Misalnya lambang salib yang menggambarkan penderitaan manusia yang disalib, juga lambang ka’bah yang menggambarkan rumah Tuhan. REFERENSI Syam, Nur. 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara. 2|Page