Uploaded by User104694

11. KELOMPOK 4 Istirahat Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi

advertisement
MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Istirahat Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi
Dosen Pengajar :
Rindayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Nama Anggota :
1. Dinda Reza Sugiarto
(151911913045)
2. Sakisa Putri Lutfiana
(151911913047)
3. Ifat Tasnim
(151911913051)
4. Ervika Maulita
(151911913053)
5. Wildatus Sholikhah N R
(151911913054)
6. Salsabilla Anggie F
(151911913061)
Kelas : 3A-Gresik
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Istirahat Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumetasi Keperawatan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tanpa dukungan dari beberapa, kami
tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Sekian, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun motivaasi kepada pembaca.
Gresik, 18 September 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ..........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus .........................................................................................2
1.3 Manfaat ...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Hipertensi ................................................................................4
2.1.1 Definisi ....................................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ..............................................................................4
2.1.3 Etiologi ....................................................................................................5
2.1.4 Patofisiologis ...........................................................................................5
2.1.5 Pathway Hipertensi .................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................7
2.1.7 Faktor Resiko Hipertensi .........................................................................8
2.1.8 Komplikasi Hipertensi ...........................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................................12
2.2 Konsep Gangguan Pola Tidur ......................................................................15
2.2.1 Definisi ..................................................................................................15
2.2.2 Batasan Karakteristik .............................................................................16
2.2.3 Faktor yang Berhubungan......................................................................16
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................19
2.3.1 Pengkajian..............................................................................................19
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................24
2.3.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................24
2.3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ..........................................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................27
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................42
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................42
4.2 Saran .............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan manusia perlu dipertahankan dengan cara memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dan untuk memenuhi hal tersebut, manusia harus bekerja siang dan
malam. Bahkan sepertinya tidak mengenal waktu sehingga mengorbankan satu hal
yang sangat berarti, yaitu istirahat dan tidur (Siregar,2011)
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan
latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang
berbeda. Dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka akan
mempengaruhi pada kemampuan berkonsentrasi, membuat keputusan, kelabilan
emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun. (Potter dan
Perry,2013)
Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance et al.,
2010). Ketika seseorang dalam kondisi tidur, ia akan merasakan relax secara
mental, terbebas dari rasa kegelisahan, dan merasakan ketenangan dalam fisiknya.
Tidur adalah reccurant, perubahan dari kesadaran yang terjadi untuk periode yang
berkelanjutan. Ketika seseorang mendapatkan tidur yang tepat, mereka merasa
bahwa energi mereka telah dipulihkan. Tidur memberikan waktu untuk perbaikan
dan pemulihan sistem tubuh. Kualitas yang memadai dan kuantitas tidur
berkontribusi pada kesehatan yang optimal. (Potter dan Perry,2011)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi kesehatan
dan sebagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering
kali membutuhkan lebih banyak tidur dan sitirahat daripada pasien yang sehat.
Namun
demikian biasanya penyakit
mencegah beberapa pasien
mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat.
untuk
Lingkungan rumah sakit atau
perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali membuat
pasien sulit tidur. Atau beberapa pasien memang mempunyai gangguan tidur
sebelumnya, sedangkan pasien yang lain bertambah masalah tidurnya akibat dari
penyakit dan lingkungan rawat inap (Potter dan Perry,2013).
1
1.2
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep
istirahat dan tidur, antara lain; definisi istirahat dan tidur, fungsi istirahat
dan tidur, mekanisme tidur, tahap-tahap tidur, kebutuhan istirahat dan tidur
berdasarkan usia, faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur. Dan menjelaskan masalah yang sering ditemukan pada
klien gangguan istirahat dan tidur beserta asuhan keperawatannya.
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dokumentasi asuhan keperawatan klien
insomnia yang mengalami gangguan pola tidur.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji asuhan keperawatan pada Ny. Leni klien
insomnia dengan gangguan pola tidur
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. Leni klien
insomnia dengan gangguan pola tidur
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. Leni
klien insomnia dengan gangguan pola tidur
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny. Leni klien
insomnia dengan gangguan pola tidur
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Leni klien
insomnia dengan gangguan pola tidur.
1.3
Manfaat
a. Memberikan pemahaman tentang perbedaan antara tidur dan
istirahat
b. Memberikan pemahaman tentang fisiologi tidur
c. Memberikan pemahaman tentang fungsi tidur
d. Memberikan
pemahaman
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tidur
e. Memberikan pemahaman tentang macam-macam gangguan tidur
f. Memberikan
pemahaman
Kebutuhan Istirahat dan Tidur
2
tentang
Asuhan
Keperawatan
g. Mahasiswa memiliki dasar teori tentang konsep istirahat dan
tidur
yang
kuat
sehingga
mampu
keperawatan yang tepat pada klien..
3
memberikan
asuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Hipertensi
2.1.1 Definisi
Pengertian hipertensi oleh beberapa sumber adalah sebagai berikut :
a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami
peningkatan
tekanan
darah
diatas
normal
sehingga
mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas,
tekanan
darah
fase
sistolik
140
mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang
kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah
yang sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan
darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155
mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai
dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan
pada dua kali pengukuran atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle,
& Cheever, 2012).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.1.
4
Tabel 2.1
Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik
Kategori
Normal
Prahiperte
nsi
Stadium 1
Stadium 2
Tekanan darah sistolik
(mmHg)
< 120 mmHg
120 - 139 mmHg
Tekanan darah diastolik
(mmHg)
< 80 mmHg
80 – 89 mmHg
140 – 159 mmHg
≥ 160 mmHg
90 – 99 mmHg
≥ 100 mmHg
Sumber : (Smeltzer, et al, 2012)
2.1.3
Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut
Dr.Iskandar Junaidi, 2010 yaitu :
1. Hipertensi Primer/esensial
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa
kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki
asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena
faktor genetik. (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh kejadian
hipertensi)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena
gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal,
kelenjar adrenalin, dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 510% berasal dari penyakit ginjal, dan sekitar 1-2% karena kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab
lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal
yang menghasilkan
hormon
epinerin
(adrenalin)
atau
norepinerin (noradrenalin).
2.1.4 Patofisiologis
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
5
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama (Gray, 2005).
Pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Dita, 2010).
6
2.1.5
Pathway Hipertensi
2.1.6
Manifestasi klinis
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara
lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tibatiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
7
2.1.7
Faktor Resiko Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Umur
Resiko kejadian hipertensi menjadi lebih besar dengan
bertambahnya umur sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjut cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai
akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Hipertensi
terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik
pada usia lanjut. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan
diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita.
Pria
diduga
memiliki
gaya
hidup
yang
cenderung
dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal.
3) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi dapat
meningkatkan risiko hipertensi, terutama pada hipertensi primer
(esensial). Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila
kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan
turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah
1) Kegemukan (obesitas)
8
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak
yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Berat badan dan indeks masa
tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan
tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar
(Armilawaty, 2007).
2) Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag (Prasetyorini, 2012).
3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai
ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
4) Kurang Aktivitas Fisik dan Olahraga
Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori).
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
9
Dalam kegiatan sehari-hari setiap orang (individu) melakukan
berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori), misalnya
mencuci baju, mengemudi, mengecat rumah, menyapu, berjalan
kaki, mengaja, menyetrika, berkebun, dan sebagainya.
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:
a) Kegiatan ringan yaitu hanya memerlukan sedikit tenaga
dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam
pernapasan atau ketahanan
(endurance). Contoh :
berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring,
mencuci kendaraan, memasak, dan sebagainya.
b) Kegiatan sedang membutuhkan tenaga intens atau terus
menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan
(flexibility). Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang,
bersepeda, jalan cepat.
c) Kegiatan berat biasanya berhubungan dengan olahraga
dan
membutuhkan
kekuatan
(strength),
membuat
berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola,
aerobik, bela diri (misal karate, taekwondo, pencak silat )
dan outbond.
Manfaat Fisik/Biologis dari aktivitas fisik adalah menjaga
tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal,
menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh, dan
meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan manfaat psikis/mental
adalah dapat mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri,
membangun rasa sportifitas, memupuk tanggung jawab, dan
membangun kesetiakawanan sosial.
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang
tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat
10
menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun
(Armilawaty, 2007).
5) Konsumsi Alkohol Berlebih
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru
nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
standar setiap harinya.
6) Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan
mengurangi
asupan
garam.
Pada
masyarakat
yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah
ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.78 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
7) Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL
dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga
tekanan darah meningkat (Lanny, 2004).
2.1.8
Komplikasi Hipertensi
Beberapa komplikasi dari hipertensi yang dapat terjadi seperti:
1. Jantung
Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak
diobati. Pada awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus
11
menghadapi tekanan darah tinggi dengan meningkatnya kerja otot
sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung
yang mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk beredar
ke seluruh tubuh dan sebagian darah menumpuk pada jaringan. Zat
gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui pembuluh darah.
Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau kelainan di
pembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi
untuk menggerakan jantung secara normal (Maulana, 2008).
2. Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah
pada ginjal sehingga menganggu mekanisme yang sangat halus yang
menghasilkan urin. Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah berkurangnya
kemampuan untuk menyaring darah (Tom Smith, 1998).
3. Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada
dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi
lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Pada kasus seperti
itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan
darah yang terjadi secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak
dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan
asupan oksigen dan zat gizi yang dibawa melalui pembuluh darah
tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan akhirnya mati (Auryn,
2007).
2.1.9
Penataksanaan Hipertensi
1. Penataksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa
obat – obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,
perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat (Junaedi, 2010) seperti:
a.
Menurunkan berat badan sampai batas ideal
b.
Mengubah pola makan dan makan makanan seimbang
12
c.
Mengurangi pemakaian garam
d.
Mengurangi / tidak minum –minuman beralkohol
e.
Olahraga yang tidak terlalu berat
f.
Berhenti merokok.
2. Penataksanaan farmakologi
Jenis – jenis obat anti hipertensi menurut Brunner, 2002 yaitu :
1.
Diuretic
Kerja utama :
a. Penurunan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah
jantung.
b. Menghambat reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal.
c. Bekerja mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume
cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi ringan.
2.
Inhibitor Adrenergik
Kerja utama :
a. Memperlambat denyut
b. Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah
jantung
c. Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat
d. Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah dan
menurunkan tekanan darah saat berdiri juga saat
telentang.
3.
Vasodilator
Kerja utama : Menurunkan tekanan perifer namun secara
berlawanan meningkatkan curah jantung dan menurunkan
tekanan sistolik dan diastolik
4.
Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin
Kerja utama :
a. Menghambat
konversi
angiotensin
angiotensin II
b. Menurunkan tahanan perifer total
13
I
menjadi
5.
Antagonis Kalsium
Kerja utama :
a. Menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel
b. Menurunkan afterload jantung
c. Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung
d. Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy,
meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisi untuk darah dan protein dan kreatinin darah : Dapat
menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
b. Glukosa darah : Untuk menyingkirkan diabetes atau
intoleransi glukosa.
c. Kolesterol,HDL dan kolesterol total serum : Membantu
memperkirakan risiko kardiovaskuler dimasa depan.
d. EKG : Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
e. Hemoglobin / Hematokrit : Bukan diagnostic tetapi
mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan
dapat
mengindikasikan
faktor-faktor
resiko
seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
f. BUN kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau
fungsi ginjal.
g. Glukosa
Hiperglikemia
menyebabkan
hipertensi
:
Diabetes
karena
mellitus
dapat
diakibatkan
oleh
peningkatan kadar katekolamin.
h. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretic.
i. Kalsium serum : Peningkatan kadara kalsium serum dapat
meningkatakan hipertensi.
14
j. Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateron matosa (efek kardiovaskuler).
k. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokontriksi dan hipertensi.
l. Kadar
aldosteron
urin/
serum
:
Untuk
mengkaji
aldosteronisme primer ( penyebab).
m. Urinalisa : Darah , protein, glukosa, diabetes mellitus.
n. Asam urat : Hipersemia telah menjadi komplikasi sebagai
faktor resiko terjdinya hipertensi.
o. Foto thorak : Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada
area katup depresit pada dan atau takik aorta, pembesaran
jantung.
p. Ct scan : Mengkaji tumor serebral, ensefalopati atau
feokromositama.
2.2 Konsep Gangguan Pola Tidur
2.2.1
Definisi
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat
dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup. Selain itu
tidur juga dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan
hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, melainkan merupakan
sesuatu urutan siklus yang berulang (Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015). Tidur
merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2006).
Gangguan pola tidur merupakan gangguan yang terjadi pada kualitas
dan kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor eksternal (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016). Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama
segera setelah melahirkan. Ibu post SC mengalami gangguan pola tidur pada
hari ke-0 sampai hari ke-3 pasca dilakukannya tindakan SC dimana
15
merupakan hari yang sulit bagi ibu karena mengalami proses persalinan dan
kesulitan beristirahat (Marmi, 2014). Rasa yang tidak nyaman yang dialami
oleh ibu post SC pasca melahirkan yaitu lingkungan yang kurang nyaman,
bayi menangis, aktivitas untuk merawat bayi, serta nyeri yang dirasakan
akibat dilaksanakan bedah sesar sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
pola tidur pada masa nifas. Secara teoritis, pola tidur kembali mendekati
normal, dalam 2-3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui
mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar (Puspita Sari & Dwi
Rimandini, 2014).
2.2.2
Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik pada masalah gangguan pola tidur antara lain:
1. Bangun terlalu dini
2. Gangguan pola tidur
3. Gangguan status kesehatan
4. Gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari
5. Kesulitan memulai tidur
6. Kesulitan tidur nyenyak
7. Kurang bergairah
8. Peningkatan terjadi kecelakaan
9. Penurunan kualitas hidup
10. Perubahan afek
11. Perubahan konsentrasi
12. Perubahan mood
13. Pola tidur tidak menyehatkan (mis; karena tanggung jawab
menjadi pengasuh,menjadi orang tua, pasangan tidur)
14. Sering membolos.
15. Tidur tidak memuaskan.
2.2.3
Faktor Yang Berhubungan
Berikut sejumlah faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas
tidur. Sering kali faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk
masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan faktor lingkungan sering
mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
16
1.
Obat dan Substansi
Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat
langsung dari obat umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola
tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian
menjadi masalah bagi individu (Schweitzer, 2005). Obat yang
diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah
daripada
manfaat.
Lansia
mengonsumsi
berbagai
obatuntuk
mengontrol atau mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan
beberapa obat bisa sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi
yang mendukung terjadinya tidur di banyak orang adalah L-triptofan,
protein alami yang ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan
daging.
2.
Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seseorang
individu yang bekerja secara rotasi sering mengalami kesulitan
menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan
kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan
bahkan kinerja yang berbahaya. Perubahan lain dalam rutinitas yang
mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang tidak
biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan
mengubah waktu makan malam.
3.
Pola Tidur yang Lazim
Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga.
Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari
aktivitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang,
biasanya akan merasa mengantuk keesokan harinya. Namun, mereka
mampu mengatasi perasaan ini meskipun mengalami kesulitan
melaksanakan tugas dan tetap memperhatikan. Kurang tidur yang
kronis jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan
perubahan serius pada kemampuan untuk melakukan fungsi seharihari. Kantuk cenderung paling sulit diatasi selama melakukan tugas
yang menetap (tidak aktif).
17
4.
Stres Emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga
menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tertidur,
sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Sters
yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.
Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan
yang mengarah ke sters emosional seperti pensiun, gangguan fisik,
atau kematian orang yang dicintai. Lansia dan orang yang menalami
masalah depresi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur,
munculnya tidur REM labih awal, sering terbangun, meningkatkan
waktu total tidur, perasaan tidur buruk, dan bangun lebih awal.
5.
Lingkungan
Lingkungan fisik dimana seseorang tidur secara signifikan
memengaruhi kemampuan untuk memulai dan tetap tidur. Ventilasi
yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran kenyamanan,
dan posisi tempat tidur memengaruhi kualitas tidur.
Tingkat cahaya memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur.
Beberapa klien memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain
seperti anak-anak atau orang lansia, lebih menyukai cahaya lembut
selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan
dengan suhu kamar. Sebuah ruangan yang terlalu hangat atau terlalu
dingin sering menyebabkan klien menjadi gelisah.
6. Latihan dan Kelelahan
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat diukur dengan
nyenyak, terutama jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau
latihan yang menyenagkan. Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum
tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan, mengurangi
kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun, kelelahan yang
berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres
membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah
dasar dan remaja.
18
7. Makanan dan Asupan Kalori
Mengikuti
kebiasaan
makan
yang
baik
penting
untuk
menciptakan tidur yang baik. Makan besar, berat, dan/atau makanan
pedas pada malam hari sering mengakibatkan gangguan pencernaan
yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol, dan nikotin yang dikonsumsi
dimalam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan coklat yang
mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan tidak dapat
tidur. Pengurangan secara drastis atau menghindari zat-zat ini
merupakan strategi penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan
tidur. Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi,
alergi susu kadang menyebabkan bangun malam dan menangis atau
kolik.
Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi
pola tidur. Berat badan berkontribusi pada apnea tidur obstruktif
karena terjadi peningkatan ukuran struktur jaringan lunak di saluran
nafas bagian atas. Berat badan menyebabkan insomnia dan penurunan
jumlah tidur. Gangguan tidur tertentu merupakan hasil dari diet semilapar yang populer di masyarakat peduli berat badan).
2.3
Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Inisial
:
b. Umur
:
c. Jenis Kelamin
:
d. Suku / bangsa
:
2. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
Kepala terasa pusing, tidak bias tidur, lemah.
3. Riwayat penyakit masa lalu
Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang sudah lama di
alami oleh klien,dan biasanya klien mengkonsumsi obat rutin.
4. Riwayat penyakit keluarga
19
Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit turunan dari
kelurga klien.
5. Riwayat psikologi
Hubungan klien dengan kelurga, kerabat dan teman
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Kebiasaan makan, menu makanan, porsi makan, porsi minum.
b. Istirahat (tidur)
Kebiasaan tidur klien, gangguan tidur klien.
c. Eliminasi
BAK (kebiasaan BAK, warna, bau, jumlah)
BAB (kebiasaaan BAB, warna, bau)
d. Personal hygine
Mandi (kebiasaan mandi, memakai sabun, keramas)
Gosok gigi (kebiasaan gosok gigi)
7. Pemeriksaan fisik
a. Kulit, rambut, dan kuku
Inspeksi
: Warna
kulit,
vaskularisasi.
jaringan
Amati
parut,
adanya
lesi,
dan
pruritus
dan
abnormalitas lainnya.
Palpasi
: Palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor,
tekstur, edema, dan massa.
b. Kepala
Inspeksi
: Kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi
dan massa)
Palpasi
: Dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari
ke bawah dari tengah garis kepala ke damping.
Untuk mengetahui adanya bentuk kepala,
pembengkakan,
massa,
kekuatan akar rambut.
20
dan
nyeri
tekan,
c. Mata
Inspeksi
: Kelopak
mata,
perhatikan
bentukdan
kesimetrisannya.Amati daerah orbital adanya
tidaknya edema, kemerahan atau jaringan lunak
dibawah bidang orbital, amati konjungtiva dan
sclera ( untuk mengetahui adanya anemis atau
tidak) dengan menarik / membuka kelopak
mata. Perhatikan warna, edema dan lesi.Inspeksi
kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan
berdiri disamping klien dengan menggunakan
sinar cahaya tidak langsung.Inspeksi pupil dan
iris.
Palpasi
: Ada tidaknya pembekakan pada orbital dan
kelenjar lakrimal.
d. Hidung
Inspeksi
: Kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau
lesi dan cairan yang keluar.
Palpasi
: Bidang dan jaringan lunak hidung, adanya
nyeri, massa, dan penyimpangan abnormal.
e. Telinga
Inspeksi
: Amati kesimetrisan bentuk dan letak telinga,
warna dan lesi.
Palpasi
: Kartilago telinga untuk mengetahui jaringan
lunak, tulang
telinga, ada nyeri atau tidak.
f. Mulut dan faring
Inspeksi
: Warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan
kongenital, kebersihan mulut dan faring.
g. Leher
Inpeksi
: Bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembekakan, jaringan parut atau massa
Palpasi
: Kelenjar limfa / kelenjar getah bening, kelenjar
tiroid.
21
h. Thorak dan tulang belakang
Inspeksi
: Kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang
belakang, pada wanita (inspeksi payudara,
bentuk dan ukuran ).
Palpasi
: Ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (
palpasi payudara, massa).
i. Paru posterior, lateral, interior
Inspeksi
: Kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi.
Palpasi
: Dengan meminta klien menyebutkan angka
missal 7 7 7 7, bandingkan paru kanan dan kiri.
Pengembangan paru dengan meletakkan kedua
ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan
meminta klien bernafas panjang.
Perkusi
: Dari puncak paru kebawah ( suprasapularis/3-4
jari
dari
pundak
sampai
dengan
torakal
10).Catat suara perkusi sonor/hipersonor/redup.
Auskultasi
: Bunyi
paru
saat
inspirasi
dan
akspirasi
(vesikuler, branchovesikuler, bronchialtracheal,
suara abnormal : wheezing, ronchi, krekels).
j. Jantung dan pembuluh darah
Inspeksi
: Titik implus maksimal, denyutan apical
Palpasi
: Area aorta pada intercosta ke-2 kiri dan pindah
jari-jari ke intercosta 3 dan 4 kiri daerah
trikuspidalis, dan mitral pada intercosta 5 kiri.
Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke
garis midklavikula kira.
Perkusi
: Untuk menentukan batas jantung, perkusi
dilakukan dari arah lateral ke medial.Perubahan
antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
relative kita tetapkan sebagai batasan jantung
kiri. Dengan cara mendapatkan tempat iktus
yaitu normal pada ruang interkosta V kiri agak
22
ke medial dari linea midklavikula sinistra dan
agak di atas batas paru-hepar ini merupakan
batas kiri bawah jantung.
Sedangkan batas bawah kanan jantung adalah di
sekitar ruang interkosta III / IV kanan, diline
parasternalis kanan.Sedangkan batas atasnya di
ruang interkosta II kanan linea parasternalis
dekstra.
Auskultasi
: Bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya
bunyi jantung tambahan
k. Abdomen
Inspeksi
: Ada tidaknya asites, datar, cekung, kebersihan
umbilicus.
Palpasi
: Epigastrium, lien, hepar, ginjal.
Perkusi
: 4 kuadran ( timpani, hipertimpani, pekak).
Auskultasi
: kuadran ( peristaltic usus diukur dalam ! menit,
bising usus).
l. Genetalia
Inspeksi
: Inspeksi
anus
(
kebersihan,lesi,
massa,
perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touch (
khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran
prostat), perdarahan, cairan, dan bau.
Palpasi
: Skrotum dan testis sudah turun atau belum.
m. Ekstermitas
Inspeksi
: Inspeksi kesimetrisan, lesi, massa.
Palpasi
: Tonus otot, kekuatan otot. Kaji siekulasi : akral
hangat / dingin, warna. CRT.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi dpat melalui
pemeriksaan hematokrit, kalium serum, kreatinin serum, urinalisa,
elektrokardiogram.
23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon
individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuahan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman &
Kamitsuru 2015). Diagnosa keperawatan yang mungkin pada penderita
hipertensi antara lain:
a. Nyeri kepala
b. Gangguan pola tidur
c. Gangguan perfusi
d. Penurunan curah jantung
e. Nyeri dada
f. Resti injuri
2.3.3 Internvensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan pola tidur
antara lain.
Diagnosa
NOC
NIC
Gangguan pola tidur
Tujuan : klien dapat
Pengaturan posisi
Definisi : Gangguan pola
beristirahat dengan
1. Tempatkan klien
tidur merupakan interupsi
baik.
jumlah waktu dan
Setelah dilakukan
kualitas tidur akibat
tindakan keperawatan
faktor internal maupun
selama 3x24 jam
eksternal
diharapkan klien tidak
tidur yang
Batasan karakteristik :
terganggu saat tidur
diinginkan klien
1. kesulitan saat memulai dengan kriteria hasil :
tidur,
2. ketidakpuasan tidur,
3. menyatakan tidak
merasa cukup
istirahat,
1. Jumlah jam tidur
dalam batas normal
pada tidur
2. Monitor status
oksigenasi klien
3. Masukkan posisi
kedalam rencana
keperawatan.
4. Tinggikan kepala
2. Pola, kualitas, tidur
tempat tidur.
dalam batas normal
Terapi relaksasi
3. Perasaan fresh
24
1. Berikan deskripsi
4. penurunan
kemampuan berfungsi,
5. perubahan pola tidur
normal,
6. sering terjaga tanpa
sebab yang jelas.
FaktorYang Berhubungan
sesudah tidur/
detail terkait
istirahat
intervensi relaksasi
4. Mampu
mengidentifikasi
yang dipilih.
2. Ciptakan
hal-hal yang
lingkungan yang
meningkatkan
tenang tanpa
tidur.
distraksi dengan
1. Gangguan karena
lampu yang redup
pasangan tidur,
dan suhu ruangan
2. Halangan lingkungan (
yang nyaman
mis: bising,pejanan
3. Dorong klien untuk
cahaya/gelap,lingkung
mengambil posisi
an yang tidak
yang nyaman
dikenali).
dengan pakaian
3. Imobilitas.
yang longgar.
4. Kurangnya privasi,
5. Pola tidur tidak
4. Minta klien untuk
menyehatkan
rileks dan
(mis:karena tanggung
merasakan sensasi
jawab menjadi
yang terjadi.
pengasuh, menjadi
orang tua, pasangan
Peningkatan tidur
tidur).
1. Pengurangan
kecemasan
2. Latihan autogenic
3. Peningkatan koping
4. Manajemen energi
5. Peningkatan latihan
6. Terapi latihan:
7. ambulasi
8. Pemijatan
9. Fasilitas meditasi
10. Terapi music
11. Manajemen nutrisi
25
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi
keperawatan
merupakan
pelaksanaan
tindakan
keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang
lebih disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang menentukan apakah
tujuan yang telah disusun tercapai atau tidak. Evaluasi didasarkan pada
bagaimana efektiynya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga,
perawatan dan yang lainnya (Harmoko,2012).Adanya beberapa metode
evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling penting adalah
bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang
sedang dievaluasi.perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa
metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang
dievaluasi.
26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur
Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan
I.
Pengkajian (tgl 18 September 2020, pukul: 08.00 WIB)
1.1 Identitas Klien
Nama
: Ny R
Umur
: 49 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Penghasilan
:-
Alamat
: Jl. Wahidin I No. 49 Bangil
MRS tgl/ jam
: 17 September 2020/ Jam 20.00 WIB
Ruangan
: Krissan
No. Reg
: xxx
Dx. Medis
: Hipertensi
1.2 Identitas penanggung jawab
Nama
: Tn I
Umur
: 55 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan
: Rp. 4.000.000/bulan
Alamat
: Jl. Wahidin I No. 49 Bangil
Hub. Dengan klien
: Suami klien
27
1.3 Keluhan Utama
: Susah tidur
1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
:
a. Provocative/Palliative
: Penyebab pasien tidak bisa tidur karena
hipertensi dan pasien mengatakan dirinya
tidak bisa tidur jika tidak minum obat.
b. Quantity/Quality
: pasien mengatakan tidak bisa tidur dan
sangat lelah serta wajah pasien terlihat
lelah, kantong mata membesar, lingkar
mata menghitam, kelihatan mengantuk
dan menguap.
c. Saverity
: Pasien mengatakan bahwa penyakitnya
sangat mengganggu dirinya sehingga dia
kesulitan untuk tidur di malam hari.
d. Time
: Pada malam hari jam 23.00 Wib pasien
tidak dapat tidur.
1.5 Riwayat Penyakit Dahulu
:
Ny.R dulu tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu, hanya saja
pasien mempunyai penyakit hipertensi sejak umur 40 tahun yang lalu.
1.6 Riwayat Penyakit Keluarga
:
a) Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi seperti klien
b) Saudara Kandung
Klien adalah anak 1 dari 3 bersaudara, dan saudara kandungnya tidak
memiliki riwayat hipertensi seperti klien
c) Penyakit keturunan yang ada
Keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan
d) Anggota keluarga yang mengalami hipertensi
Keluarga klien tidak ada yang mengalami hipertensi
e) Anggota keluarga yang meninggal
Ayah dan ibu klien
28
f) Penyebab meninggal
Ayah dan ibu klien meninggal karena sudah tua
1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:
a) Riwayat Psiko
:
Pasien mengalami rendah diri karena mengalami hipertensi, pasien
mengatakan pasrah akan penyakitnya dan ia selalu bersyukur serta
keadaan emosionalnya klien cukup stabil
b) Riwayat Sosial
:
Menurut klien hubungan klien dengan keluarga sangat baik, humoris dan
klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain.
c) Riwayat Spiritual
:
Klien menganut agama islam dan klien selalu melakukan ibadah
1.8 ADL (Activity Daily of Life) :
1.
Pola Nutrisi
- Sebelum sakit
: Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi
besar yaitu pagi, siang dan malam. Jenis makanan biasa yaitu nasi,
lauk, sayur dan tidak memiliki kesulitan makan. Minum air putih
sehari 8 gelas
- Selama sakit
: Pasien mengatakan makan 2x sehari dan habis
setengah porsi, minum air putih kurang dari 8 gelas.
2.
Pola Eliminasi
- Sebelumsakit
: Pasien mengatakan BAB lancar sehari sekali
dengan konsitensi padat, warna feses coklat, pola BAK normal 3-5 x
sehari dan tidak ada nyeri atau kesulitan BAK.
- Selama sakit
: Pasien mengatakan BAB 2x sehari dengan
konsistensi padat, warna feses coklat, pola BAK normal 3-5 x sehari
3.
Pola Istirahat
- Sebelum sakit
: Pasien mengatakan bisa tidur kurang lebih 7 jam
per hari dan biasa tidur siang kurang lebih 1 jam.
29
- Selama sakit
: Pasien mengatakan sulit tidur pada malam
hari,namun pasien masih dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri.
4.
Pola Personal Higiene
- Sebelum sakit
: Pasien mengatkan mandi 3x sehari dengan sabun
dan air bersih, mencuci rambut 2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari
- Selama sakit
: Pasien mengatakan mandi 2x sehari dengan sabun
dan air hangat.
5.
Pola Aktivitas
- Sebelum sakit
:Pasien melakukan aktivitas mandiri dengan baik
- Selama sakit
: klien selalu melakukan ibadah walaupun dalam
keadaan sakit dan aktivitasnya sedikit dibantu oleh keluarganya
2.
Pemeriksaan
2.1
Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Composmentis, GCS:4,5,6
Suhu : 36,5 ℃
2.2
Nadi
: 86x / menit
RR
: 24x / menit
BB
: 49 kg
TB
: 155 cm
TD
: 160/100 mmHg
Pemeriksaan Fisik:
Kepala
-
Bentuk
: Bulat, simetris
-
Ubun- ubun
: Ada, normal
-
Kulit kepala
: Kulit kepala bersih
30
Rambut
-
Keadaan
: Rambut merata, terlihat bersih
-
Bau
: Tidak berbau
-
Warna kulit
: Sawo matang
-
Struktur wajah: Lengkap dan normal
Wajah
Mata
: mata kering, lingkar mata tampakmenghitam, kantung
mata membesar dan mata terlihat merah
Hidung
-
Tulang hidung : Normal, tidak ada sekret
-
Lubang hidung: Normal, dan lengkap
-
Cuping hidung : Baik
Mulut
-
Keadaan bibir : Simetris
-
Keadaan gigi : Gigi tampak kuning
-
Keadaan gusi : Gusi normal
-
Keadaan lidah : normal
Telinga
-
Bentuk telinga
: Simetris
-
Ukuran telinga
: Normal
-
Lubang telinga
: Lengkap
-
Ketajaman pendengaran : Baik
Leher
-
Thyroid
: Tidak ada pembengkakan
-
Suara
: Normal
-
Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
-
Vena jugularis: Normal
31
Thorax
- I
: Bentuk dada simetris
- P
: Getaran suara fremitus taktil seimbang kanan kiri
- P
: Terdengar bunyi resonan
- A
: Suara nafas normal, suara ucapan jelas, tidak ada
tambahan
Abdomen
-
I
: Tidak ada distensi atau asitas, bentuk abdomen normal
-
A
: Peristaltic 8x/menit
-
P
: Tidak ada nyeri tekan apigastrium, tidak ada
pembengkakan hepar
-
P
Genetalia
: Suara abdomen timpani, asites(-)
: Tidak terpasang kateter, tidak ada pendarahan, tidak ada
edema.
Ekstremitas
-
Atas
: Kanan
: Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada
edema
: Kiri
-
Bawah : Kanan
: Terpasang infus
: Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada
edema
: Kiri
: Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada
edema
2.3
2.4
Pemeriksaan Penunjang : (tanggal:14 September 2020)
-
GDA
: 100 mg/dL
-
Saturasi Oksigen
: 90 %
Therapi
Tidak dilakukan
Gresik, 18 September 2020
Yang Mengkaji
Mahasiswi D3 Keperawatan Gresik
32
ANALISA DATA
NAMA
: Ny. R
RUANG: Krissan
UMUR
: 49 Thn
NO.REG: xxx
No
1.
Analisa Data
Etiologi
DS :
Hipertensi
-Ny.M mengatakan susah tidur,
tidak
nyenyak,
memulai
tidur,
sulit
untuk
sulit
untuk
Kerusakan
melanjutkan tidur jika sudah
vaskuler
terbangun dan sering ngantuk
pembuluh darah
pada siang hari.
DO:
Perubahan struktur
-Wajah Ny. M tampak lemas.
-Sering Menguap
-Klien tidur siang 3 Jam.
Penyumbatan
-Klien tidur jam 02.00 Pagi.
pembuluh darah
-Jumlah tidur klien 4 Jam setiap
malam.
-Frekuensi
terbangun
pada
Vaskontriksi
malam hari 2 kali.
-TTV:
Gangguan
TD : 160/100 mmHg
sirkulasi
RR : 24x/menit
HR : 80x/MENIT
T : 36,5C
Otak
Terjadi resistensi
33
Masalah
Keperawatan
Gangguan pola tidur
pembuluh otak
naik
Gangguan pola
tidur
2.
DS:
-Ny.M
Hipertensi
mengatakan
3x/hari
makan dalam porsi sedang
-Ny.M mengatakan suka ngemil
Kerusakan
pada malam hari.
vaskuler
-Ny.M mengatakan selera makan
pembuluh darah
sangat tinggi.
-Ny. M mengatakan
BB awal = 67 kg
Perubahan struktur
TB awal = 170 cm
BB sekarang = 75 kg
TB sekarang = 170 cm
Usia 47 Tahun
Penyumbatan
pembuluh darah
DO :
Terlihat lebih gemuk dan berisi
-Lingkar lengan : 41,5 cm
Vaskontriksi
-Lingkar paha : 62,5 cm
-Lingkar perut : 91,5 cm
-Pekerjaan : Ibu Rumah
Gangguan
Tangga
sirkulasi
Pembuluh darah
34
Intoleransi aktivitas
Sistemik
Vasokontriksi
Afterload
meningkat
Fatique
Intoleransi
aktivitas
3.
DS :
Hipertensi
-Klien mengatakan sakit kepala
-Mengeluh sulit tidur
-Tidak mampu rileks
Kerusakan
vaskuler
DO :
pembuluh darah
-Klien tampak merintih kesakitan
dan menangis
-Pasien tampak gelisah
Perubahan struktur
-TD : 160/100 mmHg
Penyumbatan
pembuluh darah
Vaskontriksi
35
Nyeri
Gangguan
sirkulasi
Otak
Terjadi resistensi
pembuluh otak
naik
Nyeri kepala
36
RUMUSAN DIAGNOSA
NAMA
: Ny.R
RUANG: Krissan
UMUR
: 49 Thn
NO.REG: xxx
NO
1
RUMUSAN DIAGNOSA
Gangguan pola tidur yang
TANGGAL
TANGGAL
DITEMUKAN
TERATASI
17 – 09 – 2020
18 – 09 – 2020
17 – 09 – 2020
18 - 09 – 2020
17 – 09 – 2020
17 - -9 – 2020
berhubungan dengan hipertensi
2
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
3
Nyeri berhubungan dengan
pencederaan fisiologis
37
TTD
INTERVENSI
TGL/JAM
NAMA
: Ny.R
RUANG: Krissan
UMUR
: 49 Thn
NO.REG: xxx
DX.KEP
TUJUAN
INTERVENSI
1. Identifikasi
RASIONAL
18-09-20/
Gangguan pola
Setelah dilakukan
1. Memberikan
09.00
tidur yang
asuhan keperawatan pola aktivitas dan
informasi dasar dalam
berhubungan
selama 3 x 24 jam,
tidur
menentukan rencana
dengan hipertensi
klien dapat
2. Lakukan
perawatan.
mempertahankan
prosedur untuk
2. Mengurangi
kebutuhan
meningkatkan
gangguan saat tidur
tidur dalam
kenyamanan
3. Meningkatkan
batas normal
3. Jelaskan
pola tidur
dengan kriteria
pentingnya tidur
4. Meningkatkan
Hasil :
cukup selama
agar bisa tidur
1. Keluhan sulit
sakit
pada malam
tidur menurun
4. Ajarkan faktor
hari
2. Keluhan tidak
– faktor yang
puas tidur menurun
berkontribusi
3. keluhan istirahat
terhadap
tidak cukup
gangguan pola
menurun
tidur.
4. kemampuan
beraktivitas
meningkat
18-09-
Intoleransi
Setelah dilakukan
1. Kaji
2020
aktivitas
asuhan keperawatan
kemampuan
berhubungan
selama 3x24 jam
pasien untuk
dengan gangguan
diharapkan klien
melakukan
kardiopulmonal dari
sirkulasi
dapat meningkatkan
aktivitas
upaya jantung dan
partisipasi dalam
normal, catat
paru untuk
aktivitas dengan
laporan
membawa jumlah
38
1. Mempengaruhi
pilihan intervensi.
2. Manifestasi
TTD
kriteria hasil
kelemahan,
menunjukkan
keletihan.
peningkatan
2. Awasi TD,
toleransi aktifitas.
oksigen ke jaringan.
3. Meningkatkan
istirahat untuk
nadi,
menurunkan
pernafasan.
kebutuhan oksigen
3. Berikan
lingkungan
tenang.
4. Ubah posisi
tubuh.
4. Hipertensi
menyebabkan
pusing, berdenyut
pasien dengan
dan peningkatan
perlahan dan
resiko cedera.
pantau
terhadap
pusing.
18-09-
Nyeri berhubungan
Dalam 24 jam nyeri
1. Identifikasi
1. Observasi secara
2020
dengan
yang dirasakan
lokasi,
keseluruhan dilakukan
pencederaan
klien dapat
karakteristik,
untuk menentukan
fisiologis
berkurang
durasi, frekuensi,
tingkat kenyamanan
kualitas, intensitas
klien serta untuk
Kriteria Hasil :
nyeri
menentukan perawatan
1. Keluhan nyeri
2. Fasilitasi
yang tepat guna
menurun
istirahat dan tidur
2.Keluhan nyeri dapat
2. Kesulitan tidur
3. Jelaskan
diminimalisir
menurun
strategi
3.Mengimplementasikan
3. Tekanan darah
meredakan nyeri
manajemen nyeri secara
membaik
4. Kolaborasi
mandiri
4. Pola tidur
pemberian
4.Menggunakan agen-
membaik
anelgenik, jika
agen farmakologi untuk
perlu
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
39
IMPLEMENTASI
NO
1
2
3
NAMA
: Ny.R
RUANG: Krissan
UMUR
: 49 Thn
NO.REG: xxx
DX. KEP
Gangguan
pola tidur
yang
berhubungan
dengan
hipertensi
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
gangguan
sirkulasi
Nyeri
berhubungan
dengan
pencederaan
fisiologis
TGL/
IMPLEMENTASI
JAM
181. Melakukan pengkajian
09-20/
masalah gangguan tidur
08.00
klien, karakteristik, dan
penyebab kurang tidur.
RESPON PASIEN
1. Pasien nampak tenang
dan mengikuti prosedur
2. Pasien terlihat senang
3. Pasien nampak
memperhatikan
penjelasan perawat
4. Pasien terlihat mengerti
dan mampu menerapkan
apa yang telah diajarkan
oleh perawat
08.30
2. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
08.45
3. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
09.00
4. Mengajarkan faktor – faktor
yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur.
09.30
1. Mengidentifikasi
kemampuan pasien untuk
melakukan aktivitas normal
09.45
2. Mengobservasi TTV
11.00
3. Memberikan lingkungan
yang tenang
12.00
4. Mengatur kenyamanan klien
12.30
1. Mengidentifikasi lokasi,
1. Pasien nampak tenang
karakteristik, durasi,
dan mengikuti prosedur
frekuensi, kualitas, intensitas
dengan baik
nyeri
2. Pasien merasa senang
dan nyaman
2. Memfasilitasi istirahat dan
3. Pasien tidak terlihat
tidur
mengeluh kesakitan
4. Pasien menunjukkan
3. Menjelaskan strategi untuk
tanda-tanda
meredakan nyeri
kesehatannya
12.45
13.00
13.30
4. Melakukan kolaborasi
pemberian anelgenik, jika
perlu
40
1.
2.
3.
4.
Pasien terlihat tenang
Pasien nampak tenang
pasien merasa senang
pasien terlihat nyaman
dan senang
TTD
EVALUASI
NO
1
NAMA
: Ny.R
RUANG: Krissan
UMUR
: 49 Thn
NO.REG: xxx
DX. KEP
Gangguan pola tidur
yang berhubungan
dengan hipertensi
TANGGAL/
JAM
18-09-20/
09.00
CATATAN PERKEMBANGAN
S : klien dapat mengerti tentang masalah
yang mengakibatkan gangguan pola tidur.
O : klien belum bisa tidur tepat waktu.
TD : 160/100 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengatur pola tidur
2. Posisi tidur yang nyaman
3. Kamar tidur yang bersih
2
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
18-09-20/
09.30
S :Klien mengatakan dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
O : Klien sudah tidak membutuhkan
bantuan orang lain atau alat bantu lagi
A : Masalah pada intoleransi aktivitas
sudah teratasi
P : Hentikan intervensi.
3
Nyeri berhubungan
dengan pencederaan
fisiologis
18-09-20/
12.30
S :Klien mengatakan nyeri kepala
berkurang
O : Klien sudah tidak tampak merintih
kesakitan, klien sudah bisa tidur, TD
120/80 mmHg.
A : Masalah pada nyeri kepala sudah
teratasi
P : Hentikan intervensi.
41
TTD
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien Ny.R dengan Hipertensi
yang mengalami masalah Gangguan Pola Tidur di Ruang Krissan RSUD Bangil
Pasuruan, penulis mengambil kesimpulan dan saran dibuat berdasarkan laporan
kasus berikut:
1. Pengkajian
Hasil dari pengkajian klien yang mengalami hipertensi dengan gangguan pola
tidur pada Ny.R data subyektif dari klien mengeluh tidak bisa tidur dan ada
keluhan lain yaitu nyeri dan aktivitas mandiri menurun karena rasa sakit
kepala yang menganggu.
2. Diagnosa keperawatan
Peneliti mengambil diagnosa keperawatan di dapat dari keluhan klien
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk klien, peneliti menggunakan
intervensi NOC dan NIC : Jelaskan pentingnya pola tidur yang adekuat,
Tempatkan klien pada posisi tidur, Atur posisi tidur yang di inginkan klien,
Tinggikan kepala tempat tidur klien, Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa
distraksi dengan lampu yang redup dan suhu ruangan yang nyaman, Dorong
klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian yang longgar,
Mengajarkan teknik napas dalam, Memberikan HE pada klien dan keluarga,
Kolaborasi pemberian terapi obat.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi
keperawatan
klien
hipertensi
menggunakan
intervensi
keperawatan NOC dan NIC. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi,
akan tetapi intervensi mengenai kolaborasi pemberian terapi peneliti
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi pada klien hipertensi.
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi keperawatan didapatkan di hari pertama klien mengeluh susah
tidur karena sakit kepala yang menggangu. Hari kedua klien sudah bisa untuk
42
memulai tidur walau dengan sering terbangun karena berhubungan dengan
penyakitnya. Dengan demikian intervensi dan implementasi yang sudah
peneliti lakukan selama satu hari, didapatkan evaluasi dengan masalah
gangguan pola tidur masih tahap masalah teratasi sebagian.
4.2
Saran
Dari kesimpulan diatas peneliti menyampaikan saran :
1. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan penulis dapat lebih bisa menggunakan atau memanfaatkan
waktu seefektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada klien secara maksimal.
2. Bagi keluarga dan klien
Dengan adanya pendidikan kesehatan yang dilakukan peneliti selama
proses asuahan keperawatan diharapkan keluarga klien mandiri dalam
mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik diri sendiri,
keluarga, maupun lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bisa lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan
keperawatan bagi mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana yang
dapat menunjang ketrampilan mahasiswanya bik dalam segi pengetahuan,
afektifitas, psikomotor serta skill station.
43
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC.
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan.
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :
EGC.
Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC
Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
Gunawan (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: penerbit
kansius
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2012, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompentensi Surabaya: Healt Books
Publishing.
Indriyani, Widian (2009). Deteksi dini kolestrol, hipertensi, dan stroke. Jakarta :
milistone
Junaidi, Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan pengobatan).
Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Lapau, Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Machfoedz, Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.
Jakarta : Tramaya
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta
44
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nugroho, wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC
Nuraini, B. 2015. Risk Factors of Hypertension. Universitas Lampung: J
Majority.Vol. 4 No.5:10-19
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnose Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid
2.Yogyakarta: Mediaction.
Nursalam
(2011). Konsep
dan
Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta :
Power Books (IHDINA)
Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena
Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi pertama.
Yogyakarta : Graha ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
45
Download