MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN Istirahat Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi Dosen Pengajar : Rindayati, S.Kep., Ns., M.Kep Disusun Oleh : Kelompok 4 Nama Anggota : 1. Dinda Reza Sugiarto (151911913045) 2. Sakisa Putri Lutfiana (151911913047) 3. Ifat Tasnim (151911913051) 4. Ervika Maulita (151911913053) 5. Wildatus Sholikhah N R (151911913054) 6. Salsabilla Anggie F (151911913061) Kelas : 3A-Gresik PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2020/2021 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Istirahat Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi untuk memenuhi tugas mata kuliah Dokumetasi Keperawatan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tanpa dukungan dari beberapa, kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Sekian, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun motivaasi kepada pembaca. Gresik, 18 September 2020 Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Tujuan .............................................................................................................2 1.2.1 Tujuan Umum ..........................................................................................2 1.2.2 Tujuan Khusus .........................................................................................2 1.3 Manfaat ...........................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4 2.1 Konsep Dasar Hipertensi ................................................................................4 2.1.1 Definisi ....................................................................................................4 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ..............................................................................4 2.1.3 Etiologi ....................................................................................................5 2.1.4 Patofisiologis ...........................................................................................5 2.1.5 Pathway Hipertensi .................................................................................7 2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................7 2.1.7 Faktor Resiko Hipertensi .........................................................................8 2.1.8 Komplikasi Hipertensi ...........................................................................11 2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................................12 2.2 Konsep Gangguan Pola Tidur ......................................................................15 2.2.1 Definisi ..................................................................................................15 2.2.2 Batasan Karakteristik .............................................................................16 2.2.3 Faktor yang Berhubungan......................................................................16 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................19 2.3.1 Pengkajian..............................................................................................19 2.3.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................24 2.3.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................24 2.3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................26 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ..........................................................................26 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................27 BAB IV PENUTUP ..............................................................................................42 4.1 Kesimpulan ...................................................................................................42 4.2 Saran .............................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia perlu dipertahankan dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan untuk memenuhi hal tersebut, manusia harus bekerja siang dan malam. Bahkan sepertinya tidak mengenal waktu sehingga mengorbankan satu hal yang sangat berarti, yaitu istirahat dan tidur (Siregar,2011) Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka akan mempengaruhi pada kemampuan berkonsentrasi, membuat keputusan, kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun. (Potter dan Perry,2013) Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance et al., 2010). Ketika seseorang dalam kondisi tidur, ia akan merasakan relax secara mental, terbebas dari rasa kegelisahan, dan merasakan ketenangan dalam fisiknya. Tidur adalah reccurant, perubahan dari kesadaran yang terjadi untuk periode yang berkelanjutan. Ketika seseorang mendapatkan tidur yang tepat, mereka merasa bahwa energi mereka telah dipulihkan. Tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan pemulihan sistem tubuh. Kualitas yang memadai dan kuantitas tidur berkontribusi pada kesehatan yang optimal. (Potter dan Perry,2011) Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi kesehatan dan sebagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan sitirahat daripada pasien yang sehat. Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. untuk Lingkungan rumah sakit atau perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali membuat pasien sulit tidur. Atau beberapa pasien memang mempunyai gangguan tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain bertambah masalah tidurnya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap (Potter dan Perry,2013). 1 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep istirahat dan tidur, antara lain; definisi istirahat dan tidur, fungsi istirahat dan tidur, mekanisme tidur, tahap-tahap tidur, kebutuhan istirahat dan tidur berdasarkan usia, faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. Dan menjelaskan masalah yang sering ditemukan pada klien gangguan istirahat dan tidur beserta asuhan keperawatannya. 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui konsep dokumentasi asuhan keperawatan klien insomnia yang mengalami gangguan pola tidur. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mampu mengkaji asuhan keperawatan pada Ny. Leni klien insomnia dengan gangguan pola tidur b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. Leni klien insomnia dengan gangguan pola tidur c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. Leni klien insomnia dengan gangguan pola tidur d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny. Leni klien insomnia dengan gangguan pola tidur e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Leni klien insomnia dengan gangguan pola tidur. 1.3 Manfaat a. Memberikan pemahaman tentang perbedaan antara tidur dan istirahat b. Memberikan pemahaman tentang fisiologi tidur c. Memberikan pemahaman tentang fungsi tidur d. Memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tidur e. Memberikan pemahaman tentang macam-macam gangguan tidur f. Memberikan pemahaman Kebutuhan Istirahat dan Tidur 2 tentang Asuhan Keperawatan g. Mahasiswa memiliki dasar teori tentang konsep istirahat dan tidur yang kuat sehingga mampu keperawatan yang tepat pada klien.. 3 memberikan asuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Hipertensi 2.1.1 Definisi Pengertian hipertensi oleh beberapa sumber adalah sebagai berikut : a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014). b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013). c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012). 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. 4 Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik Kategori Normal Prahiperte nsi Stadium 1 Stadium 2 Tekanan darah sistolik (mmHg) < 120 mmHg 120 - 139 mmHg Tekanan darah diastolik (mmHg) < 80 mmHg 80 – 89 mmHg 140 – 159 mmHg ≥ 160 mmHg 90 – 99 mmHg ≥ 100 mmHg Sumber : (Smeltzer, et al, 2012) 2.1.3 Etiologi Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar Junaidi, 2010 yaitu : 1. Hipertensi Primer/esensial Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi, lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetik. (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh kejadian hipertensi) 2. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenalin, dan aorta. Penyebab hipertensi sekunder sekitar 510% berasal dari penyakit ginjal, dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinerin (adrenalin) atau norepinerin (noradrenalin). 2.1.4 Patofisiologis Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme 5 (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama (Gray, 2005). Pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Dita, 2010). 6 2.1.5 Pathway Hipertensi 2.1.6 Manifestasi klinis Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tibatiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. 7 2.1.7 Faktor Resiko Hipertensi a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah 1) Umur Resiko kejadian hipertensi menjadi lebih besar dengan bertambahnya umur sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik pada usia lanjut. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. 2) Jenis Kelamin Pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. 3) Keturunan (genetik) Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi dapat meningkatkan risiko hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah 1) Kegemukan (obesitas) 8 Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar (Armilawaty, 2007). 2) Psikososial dan Stress Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Prasetyorini, 2012). 3) Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. 4) Kurang Aktivitas Fisik dan Olahraga Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. 9 Dalam kegiatan sehari-hari setiap orang (individu) melakukan berbagai aktifitas fisik. Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori), misalnya mencuci baju, mengemudi, mengecat rumah, menyapu, berjalan kaki, mengaja, menyetrika, berkebun, dan sebagainya. Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan: a) Kegiatan ringan yaitu hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance). Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci kendaraan, memasak, dan sebagainya. b) Kegiatan sedang membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bersepeda, jalan cepat. c) Kegiatan berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (misal karate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond. Manfaat Fisik/Biologis dari aktivitas fisik adalah menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh, dan meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan manfaat psikis/mental adalah dapat mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri, membangun rasa sportifitas, memupuk tanggung jawab, dan membangun kesetiakawanan sosial. Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat 10 menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun (Armilawaty, 2007). 5) Konsumsi Alkohol Berlebih Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. 6) Konsumsi Garam Berlebihan Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.78 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi. 7) Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Lanny, 2004). 2.1.8 Komplikasi Hipertensi Beberapa komplikasi dari hipertensi yang dapat terjadi seperti: 1. Jantung Jantung dapat dirusak oleh tekanan darah tinggi yang lama tidak diobati. Pada awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus 11 menghadapi tekanan darah tinggi dengan meningkatnya kerja otot sehingga membesar agar dapat memompa lebih kuat. Pompa jantung yang mulai macet, tidak dapat lagi mendorong darah untuk beredar ke seluruh tubuh dan sebagian darah menumpuk pada jaringan. Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui pembuluh darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau kelainan di pembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai oksigen dan zat gizi untuk menggerakan jantung secara normal (Maulana, 2008). 2. Ginjal Hipertensi yang berkelanjutan menebalkan pembuluh darah pada ginjal sehingga menganggu mekanisme yang sangat halus yang menghasilkan urin. Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi adalah berkurangnya kemampuan untuk menyaring darah (Tom Smith, 1998). 3. Stroke Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan zat gizi dan akhirnya mati (Auryn, 2007). 2.1.9 Penataksanaan Hipertensi 1. Penataksanaan non farmakologi Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat – obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat (Junaedi, 2010) seperti: a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal b. Mengubah pola makan dan makan makanan seimbang 12 c. Mengurangi pemakaian garam d. Mengurangi / tidak minum –minuman beralkohol e. Olahraga yang tidak terlalu berat f. Berhenti merokok. 2. Penataksanaan farmakologi Jenis – jenis obat anti hipertensi menurut Brunner, 2002 yaitu : 1. Diuretic Kerja utama : a. Penurunan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah jantung. b. Menghambat reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal. c. Bekerja mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan. 2. Inhibitor Adrenergik Kerja utama : a. Memperlambat denyut b. Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung c. Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat d. Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah dan menurunkan tekanan darah saat berdiri juga saat telentang. 3. Vasodilator Kerja utama : Menurunkan tekanan perifer namun secara berlawanan meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan sistolik dan diastolik 4. Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin Kerja utama : a. Menghambat konversi angiotensin angiotensin II b. Menurunkan tahanan perifer total 13 I menjadi 5. Antagonis Kalsium Kerja utama : a. Menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel b. Menurunkan afterload jantung c. Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung d. Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy, meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung. 3. Pemeriksaan penunjang a. Urinalisi untuk darah dan protein dan kreatinin darah : Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi. b. Glukosa darah : Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa. c. Kolesterol,HDL dan kolesterol total serum : Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler dimasa depan. d. EKG : Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. e. Hemoglobin / Hematokrit : Bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. f. BUN kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal. g. Glukosa Hiperglikemia menyebabkan hipertensi : Diabetes karena mellitus dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin. h. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic. i. Kalsium serum : Peningkatan kadara kalsium serum dapat meningkatakan hipertensi. 14 j. Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateron matosa (efek kardiovaskuler). k. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi. l. Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab). m. Urinalisa : Darah , protein, glukosa, diabetes mellitus. n. Asam urat : Hipersemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor resiko terjdinya hipertensi. o. Foto thorak : Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup depresit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung. p. Ct scan : Mengkaji tumor serebral, ensefalopati atau feokromositama. 2.2 Konsep Gangguan Pola Tidur 2.2.1 Definisi Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan stimulus dan sensori yang cukup. Selain itu tidur juga dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, melainkan merupakan sesuatu urutan siklus yang berulang (Wahit Iqbal Mubarak et al., 2015). Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2006). Gangguan pola tidur merupakan gangguan yang terjadi pada kualitas dan kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor eksternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan. Ibu post SC mengalami gangguan pola tidur pada hari ke-0 sampai hari ke-3 pasca dilakukannya tindakan SC dimana 15 merupakan hari yang sulit bagi ibu karena mengalami proses persalinan dan kesulitan beristirahat (Marmi, 2014). Rasa yang tidak nyaman yang dialami oleh ibu post SC pasca melahirkan yaitu lingkungan yang kurang nyaman, bayi menangis, aktivitas untuk merawat bayi, serta nyeri yang dirasakan akibat dilaksanakan bedah sesar sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pola tidur pada masa nifas. Secara teoritis, pola tidur kembali mendekati normal, dalam 2-3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar (Puspita Sari & Dwi Rimandini, 2014). 2.2.2 Batasan Karakteristik Batasan karakteristik pada masalah gangguan pola tidur antara lain: 1. Bangun terlalu dini 2. Gangguan pola tidur 3. Gangguan status kesehatan 4. Gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari 5. Kesulitan memulai tidur 6. Kesulitan tidur nyenyak 7. Kurang bergairah 8. Peningkatan terjadi kecelakaan 9. Penurunan kualitas hidup 10. Perubahan afek 11. Perubahan konsentrasi 12. Perubahan mood 13. Pola tidur tidak menyehatkan (mis; karena tanggung jawab menjadi pengasuh,menjadi orang tua, pasangan tidur) 14. Sering membolos. 15. Tidur tidak memuaskan. 2.2.3 Faktor Yang Berhubungan Berikut sejumlah faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan kuantitas tidur. 16 1. Obat dan Substansi Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu (Schweitzer, 2005). Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Lansia mengonsumsi berbagai obatuntuk mengontrol atau mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi yang mendukung terjadinya tidur di banyak orang adalah L-triptofan, protein alami yang ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging. 2. Gaya Hidup Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seseorang individu yang bekerja secara rotasi sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang berbahaya. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah waktu makan malam. 3. Pola Tidur yang Lazim Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktivitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya akan merasa mengantuk keesokan harinya. Namun, mereka mampu mengatasi perasaan ini meskipun mengalami kesulitan melaksanakan tugas dan tetap memperhatikan. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius pada kemampuan untuk melakukan fungsi seharihari. Kantuk cenderung paling sulit diatasi selama melakukan tugas yang menetap (tidak aktif). 17 4. Stres Emosional Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Sters yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik. Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan yang mengarah ke sters emosional seperti pensiun, gangguan fisik, atau kematian orang yang dicintai. Lansia dan orang yang menalami masalah depresi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur, munculnya tidur REM labih awal, sering terbangun, meningkatkan waktu total tidur, perasaan tidur buruk, dan bangun lebih awal. 5. Lingkungan Lingkungan fisik dimana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk memulai dan tetap tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa klien memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau orang lansia, lebih menyukai cahaya lembut selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar. Sebuah ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin sering menyebabkan klien menjadi gelisah. 6. Latihan dan Kelelahan Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat diukur dengan nyenyak, terutama jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenagkan. Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun, kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan remaja. 18 7. Makanan dan Asupan Kalori Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang baik. Makan besar, berat, dan/atau makanan pedas pada malam hari sering mengakibatkan gangguan pencernaan yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol, dan nikotin yang dikonsumsi dimalam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan coklat yang mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan tidak dapat tidur. Pengurangan secara drastis atau menghindari zat-zat ini merupakan strategi penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan tidur. Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi, alergi susu kadang menyebabkan bangun malam dan menangis atau kolik. Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi pola tidur. Berat badan berkontribusi pada apnea tidur obstruktif karena terjadi peningkatan ukuran struktur jaringan lunak di saluran nafas bagian atas. Berat badan menyebabkan insomnia dan penurunan jumlah tidur. Gangguan tidur tertentu merupakan hasil dari diet semilapar yang populer di masyarakat peduli berat badan). 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengkajian 1. Biodata a. Inisial : b. Umur : c. Jenis Kelamin : d. Suku / bangsa : 2. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang Kepala terasa pusing, tidak bias tidur, lemah. 3. Riwayat penyakit masa lalu Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang sudah lama di alami oleh klien,dan biasanya klien mengkonsumsi obat rutin. 4. Riwayat penyakit keluarga 19 Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit turunan dari kelurga klien. 5. Riwayat psikologi Hubungan klien dengan kelurga, kerabat dan teman 6. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Kebiasaan makan, menu makanan, porsi makan, porsi minum. b. Istirahat (tidur) Kebiasaan tidur klien, gangguan tidur klien. c. Eliminasi BAK (kebiasaan BAK, warna, bau, jumlah) BAB (kebiasaaan BAB, warna, bau) d. Personal hygine Mandi (kebiasaan mandi, memakai sabun, keramas) Gosok gigi (kebiasaan gosok gigi) 7. Pemeriksaan fisik a. Kulit, rambut, dan kuku Inspeksi : Warna kulit, vaskularisasi. jaringan Amati parut, adanya lesi, dan pruritus dan abnormalitas lainnya. Palpasi : Palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan massa. b. Kepala Inspeksi : Kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi dan massa) Palpasi : Dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala ke damping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, kekuatan akar rambut. 20 dan nyeri tekan, c. Mata Inspeksi : Kelopak mata, perhatikan bentukdan kesimetrisannya.Amati daerah orbital adanya tidaknya edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang orbital, amati konjungtiva dan sclera ( untuk mengetahui adanya anemis atau tidak) dengan menarik / membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema dan lesi.Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.Inspeksi pupil dan iris. Palpasi : Ada tidaknya pembekakan pada orbital dan kelenjar lakrimal. d. Hidung Inspeksi : Kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan cairan yang keluar. Palpasi : Bidang dan jaringan lunak hidung, adanya nyeri, massa, dan penyimpangan abnormal. e. Telinga Inspeksi : Amati kesimetrisan bentuk dan letak telinga, warna dan lesi. Palpasi : Kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang telinga, ada nyeri atau tidak. f. Mulut dan faring Inspeksi : Warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan kongenital, kebersihan mulut dan faring. g. Leher Inpeksi : Bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembekakan, jaringan parut atau massa Palpasi : Kelenjar limfa / kelenjar getah bening, kelenjar tiroid. 21 h. Thorak dan tulang belakang Inspeksi : Kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang belakang, pada wanita (inspeksi payudara, bentuk dan ukuran ). Palpasi : Ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita ( palpasi payudara, massa). i. Paru posterior, lateral, interior Inspeksi : Kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi. Palpasi : Dengan meminta klien menyebutkan angka missal 7 7 7 7, bandingkan paru kanan dan kiri. Pengembangan paru dengan meletakkan kedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan meminta klien bernafas panjang. Perkusi : Dari puncak paru kebawah ( suprasapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan torakal 10).Catat suara perkusi sonor/hipersonor/redup. Auskultasi : Bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, branchovesikuler, bronchialtracheal, suara abnormal : wheezing, ronchi, krekels). j. Jantung dan pembuluh darah Inspeksi : Titik implus maksimal, denyutan apical Palpasi : Area aorta pada intercosta ke-2 kiri dan pindah jari-jari ke intercosta 3 dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada intercosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kira. Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, perkusi dilakukan dari arah lateral ke medial.Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batasan jantung kiri. Dengan cara mendapatkan tempat iktus yaitu normal pada ruang interkosta V kiri agak 22 ke medial dari linea midklavikula sinistra dan agak di atas batas paru-hepar ini merupakan batas kiri bawah jantung. Sedangkan batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkosta III / IV kanan, diline parasternalis kanan.Sedangkan batas atasnya di ruang interkosta II kanan linea parasternalis dekstra. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya bunyi jantung tambahan k. Abdomen Inspeksi : Ada tidaknya asites, datar, cekung, kebersihan umbilicus. Palpasi : Epigastrium, lien, hepar, ginjal. Perkusi : 4 kuadran ( timpani, hipertimpani, pekak). Auskultasi : kuadran ( peristaltic usus diukur dalam ! menit, bising usus). l. Genetalia Inspeksi : Inspeksi anus ( kebersihan,lesi, massa, perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touch ( khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat), perdarahan, cairan, dan bau. Palpasi : Skrotum dan testis sudah turun atau belum. m. Ekstermitas Inspeksi : Inspeksi kesimetrisan, lesi, massa. Palpasi : Tonus otot, kekuatan otot. Kaji siekulasi : akral hangat / dingin, warna. CRT. 8. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi dpat melalui pemeriksaan hematokrit, kalium serum, kreatinin serum, urinalisa, elektrokardiogram. 23 2.3.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuahan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman & Kamitsuru 2015). Diagnosa keperawatan yang mungkin pada penderita hipertensi antara lain: a. Nyeri kepala b. Gangguan pola tidur c. Gangguan perfusi d. Penurunan curah jantung e. Nyeri dada f. Resti injuri 2.3.3 Internvensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan pola tidur antara lain. Diagnosa NOC NIC Gangguan pola tidur Tujuan : klien dapat Pengaturan posisi Definisi : Gangguan pola beristirahat dengan 1. Tempatkan klien tidur merupakan interupsi baik. jumlah waktu dan Setelah dilakukan kualitas tidur akibat tindakan keperawatan faktor internal maupun selama 3x24 jam eksternal diharapkan klien tidak tidur yang Batasan karakteristik : terganggu saat tidur diinginkan klien 1. kesulitan saat memulai dengan kriteria hasil : tidur, 2. ketidakpuasan tidur, 3. menyatakan tidak merasa cukup istirahat, 1. Jumlah jam tidur dalam batas normal pada tidur 2. Monitor status oksigenasi klien 3. Masukkan posisi kedalam rencana keperawatan. 4. Tinggikan kepala 2. Pola, kualitas, tidur tempat tidur. dalam batas normal Terapi relaksasi 3. Perasaan fresh 24 1. Berikan deskripsi 4. penurunan kemampuan berfungsi, 5. perubahan pola tidur normal, 6. sering terjaga tanpa sebab yang jelas. FaktorYang Berhubungan sesudah tidur/ detail terkait istirahat intervensi relaksasi 4. Mampu mengidentifikasi yang dipilih. 2. Ciptakan hal-hal yang lingkungan yang meningkatkan tenang tanpa tidur. distraksi dengan 1. Gangguan karena lampu yang redup pasangan tidur, dan suhu ruangan 2. Halangan lingkungan ( yang nyaman mis: bising,pejanan 3. Dorong klien untuk cahaya/gelap,lingkung mengambil posisi an yang tidak yang nyaman dikenali). dengan pakaian 3. Imobilitas. yang longgar. 4. Kurangnya privasi, 5. Pola tidur tidak 4. Minta klien untuk menyehatkan rileks dan (mis:karena tanggung merasakan sensasi jawab menjadi yang terjadi. pengasuh, menjadi orang tua, pasangan Peningkatan tidur tidur). 1. Pengurangan kecemasan 2. Latihan autogenic 3. Peningkatan koping 4. Manajemen energi 5. Peningkatan latihan 6. Terapi latihan: 7. ambulasi 8. Pemijatan 9. Fasilitas meditasi 10. Terapi music 11. Manajemen nutrisi 25 2.3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang lebih disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. 2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau tidak. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektiynya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawatan dan yang lainnya (Harmoko,2012).Adanya beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi. 26 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan I. Pengkajian (tgl 18 September 2020, pukul: 08.00 WIB) 1.1 Identitas Klien Nama : Ny R Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/ Bangsa : Jawa Pendidikan : Tamat SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan :- Alamat : Jl. Wahidin I No. 49 Bangil MRS tgl/ jam : 17 September 2020/ Jam 20.00 WIB Ruangan : Krissan No. Reg : xxx Dx. Medis : Hipertensi 1.2 Identitas penanggung jawab Nama : Tn I Umur : 55 Tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Agama : Islam Suku/ Bangsa : Jawa Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Wiraswasta Penghasilan : Rp. 4.000.000/bulan Alamat : Jl. Wahidin I No. 49 Bangil Hub. Dengan klien : Suami klien 27 1.3 Keluhan Utama : Susah tidur 1.4 Riwayat Penyakit Sekarang : a. Provocative/Palliative : Penyebab pasien tidak bisa tidur karena hipertensi dan pasien mengatakan dirinya tidak bisa tidur jika tidak minum obat. b. Quantity/Quality : pasien mengatakan tidak bisa tidur dan sangat lelah serta wajah pasien terlihat lelah, kantong mata membesar, lingkar mata menghitam, kelihatan mengantuk dan menguap. c. Saverity : Pasien mengatakan bahwa penyakitnya sangat mengganggu dirinya sehingga dia kesulitan untuk tidur di malam hari. d. Time : Pada malam hari jam 23.00 Wib pasien tidak dapat tidur. 1.5 Riwayat Penyakit Dahulu : Ny.R dulu tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu, hanya saja pasien mempunyai penyakit hipertensi sejak umur 40 tahun yang lalu. 1.6 Riwayat Penyakit Keluarga : a) Orang tua Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi seperti klien b) Saudara Kandung Klien adalah anak 1 dari 3 bersaudara, dan saudara kandungnya tidak memiliki riwayat hipertensi seperti klien c) Penyakit keturunan yang ada Keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan d) Anggota keluarga yang mengalami hipertensi Keluarga klien tidak ada yang mengalami hipertensi e) Anggota keluarga yang meninggal Ayah dan ibu klien 28 f) Penyebab meninggal Ayah dan ibu klien meninggal karena sudah tua 1.7 Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual: a) Riwayat Psiko : Pasien mengalami rendah diri karena mengalami hipertensi, pasien mengatakan pasrah akan penyakitnya dan ia selalu bersyukur serta keadaan emosionalnya klien cukup stabil b) Riwayat Sosial : Menurut klien hubungan klien dengan keluarga sangat baik, humoris dan klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain. c) Riwayat Spiritual : Klien menganut agama islam dan klien selalu melakukan ibadah 1.8 ADL (Activity Daily of Life) : 1. Pola Nutrisi - Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi besar yaitu pagi, siang dan malam. Jenis makanan biasa yaitu nasi, lauk, sayur dan tidak memiliki kesulitan makan. Minum air putih sehari 8 gelas - Selama sakit : Pasien mengatakan makan 2x sehari dan habis setengah porsi, minum air putih kurang dari 8 gelas. 2. Pola Eliminasi - Sebelumsakit : Pasien mengatakan BAB lancar sehari sekali dengan konsitensi padat, warna feses coklat, pola BAK normal 3-5 x sehari dan tidak ada nyeri atau kesulitan BAK. - Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 2x sehari dengan konsistensi padat, warna feses coklat, pola BAK normal 3-5 x sehari 3. Pola Istirahat - Sebelum sakit : Pasien mengatakan bisa tidur kurang lebih 7 jam per hari dan biasa tidur siang kurang lebih 1 jam. 29 - Selama sakit : Pasien mengatakan sulit tidur pada malam hari,namun pasien masih dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. 4. Pola Personal Higiene - Sebelum sakit : Pasien mengatkan mandi 3x sehari dengan sabun dan air bersih, mencuci rambut 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari - Selama sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari dengan sabun dan air hangat. 5. Pola Aktivitas - Sebelum sakit :Pasien melakukan aktivitas mandiri dengan baik - Selama sakit : klien selalu melakukan ibadah walaupun dalam keadaan sakit dan aktivitasnya sedikit dibantu oleh keluarganya 2. Pemeriksaan 2.1 Pemeriksaan Umum Kesadaran: Composmentis, GCS:4,5,6 Suhu : 36,5 ℃ 2.2 Nadi : 86x / menit RR : 24x / menit BB : 49 kg TB : 155 cm TD : 160/100 mmHg Pemeriksaan Fisik: Kepala - Bentuk : Bulat, simetris - Ubun- ubun : Ada, normal - Kulit kepala : Kulit kepala bersih 30 Rambut - Keadaan : Rambut merata, terlihat bersih - Bau : Tidak berbau - Warna kulit : Sawo matang - Struktur wajah: Lengkap dan normal Wajah Mata : mata kering, lingkar mata tampakmenghitam, kantung mata membesar dan mata terlihat merah Hidung - Tulang hidung : Normal, tidak ada sekret - Lubang hidung: Normal, dan lengkap - Cuping hidung : Baik Mulut - Keadaan bibir : Simetris - Keadaan gigi : Gigi tampak kuning - Keadaan gusi : Gusi normal - Keadaan lidah : normal Telinga - Bentuk telinga : Simetris - Ukuran telinga : Normal - Lubang telinga : Lengkap - Ketajaman pendengaran : Baik Leher - Thyroid : Tidak ada pembengkakan - Suara : Normal - Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan - Vena jugularis: Normal 31 Thorax - I : Bentuk dada simetris - P : Getaran suara fremitus taktil seimbang kanan kiri - P : Terdengar bunyi resonan - A : Suara nafas normal, suara ucapan jelas, tidak ada tambahan Abdomen - I : Tidak ada distensi atau asitas, bentuk abdomen normal - A : Peristaltic 8x/menit - P : Tidak ada nyeri tekan apigastrium, tidak ada pembengkakan hepar - P Genetalia : Suara abdomen timpani, asites(-) : Tidak terpasang kateter, tidak ada pendarahan, tidak ada edema. Ekstremitas - Atas : Kanan : Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada edema : Kiri - Bawah : Kanan : Terpasang infus : Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada edema : Kiri : Dapat digerakkan dengan kuat, tidak ada edema 2.3 2.4 Pemeriksaan Penunjang : (tanggal:14 September 2020) - GDA : 100 mg/dL - Saturasi Oksigen : 90 % Therapi Tidak dilakukan Gresik, 18 September 2020 Yang Mengkaji Mahasiswi D3 Keperawatan Gresik 32 ANALISA DATA NAMA : Ny. R RUANG: Krissan UMUR : 49 Thn NO.REG: xxx No 1. Analisa Data Etiologi DS : Hipertensi -Ny.M mengatakan susah tidur, tidak nyenyak, memulai tidur, sulit untuk sulit untuk Kerusakan melanjutkan tidur jika sudah vaskuler terbangun dan sering ngantuk pembuluh darah pada siang hari. DO: Perubahan struktur -Wajah Ny. M tampak lemas. -Sering Menguap -Klien tidur siang 3 Jam. Penyumbatan -Klien tidur jam 02.00 Pagi. pembuluh darah -Jumlah tidur klien 4 Jam setiap malam. -Frekuensi terbangun pada Vaskontriksi malam hari 2 kali. -TTV: Gangguan TD : 160/100 mmHg sirkulasi RR : 24x/menit HR : 80x/MENIT T : 36,5C Otak Terjadi resistensi 33 Masalah Keperawatan Gangguan pola tidur pembuluh otak naik Gangguan pola tidur 2. DS: -Ny.M Hipertensi mengatakan 3x/hari makan dalam porsi sedang -Ny.M mengatakan suka ngemil Kerusakan pada malam hari. vaskuler -Ny.M mengatakan selera makan pembuluh darah sangat tinggi. -Ny. M mengatakan BB awal = 67 kg Perubahan struktur TB awal = 170 cm BB sekarang = 75 kg TB sekarang = 170 cm Usia 47 Tahun Penyumbatan pembuluh darah DO : Terlihat lebih gemuk dan berisi -Lingkar lengan : 41,5 cm Vaskontriksi -Lingkar paha : 62,5 cm -Lingkar perut : 91,5 cm -Pekerjaan : Ibu Rumah Gangguan Tangga sirkulasi Pembuluh darah 34 Intoleransi aktivitas Sistemik Vasokontriksi Afterload meningkat Fatique Intoleransi aktivitas 3. DS : Hipertensi -Klien mengatakan sakit kepala -Mengeluh sulit tidur -Tidak mampu rileks Kerusakan vaskuler DO : pembuluh darah -Klien tampak merintih kesakitan dan menangis -Pasien tampak gelisah Perubahan struktur -TD : 160/100 mmHg Penyumbatan pembuluh darah Vaskontriksi 35 Nyeri Gangguan sirkulasi Otak Terjadi resistensi pembuluh otak naik Nyeri kepala 36 RUMUSAN DIAGNOSA NAMA : Ny.R RUANG: Krissan UMUR : 49 Thn NO.REG: xxx NO 1 RUMUSAN DIAGNOSA Gangguan pola tidur yang TANGGAL TANGGAL DITEMUKAN TERATASI 17 – 09 – 2020 18 – 09 – 2020 17 – 09 – 2020 18 - 09 – 2020 17 – 09 – 2020 17 - -9 – 2020 berhubungan dengan hipertensi 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi 3 Nyeri berhubungan dengan pencederaan fisiologis 37 TTD INTERVENSI TGL/JAM NAMA : Ny.R RUANG: Krissan UMUR : 49 Thn NO.REG: xxx DX.KEP TUJUAN INTERVENSI 1. Identifikasi RASIONAL 18-09-20/ Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Memberikan 09.00 tidur yang asuhan keperawatan pola aktivitas dan informasi dasar dalam berhubungan selama 3 x 24 jam, tidur menentukan rencana dengan hipertensi klien dapat 2. Lakukan perawatan. mempertahankan prosedur untuk 2. Mengurangi kebutuhan meningkatkan gangguan saat tidur tidur dalam kenyamanan 3. Meningkatkan batas normal 3. Jelaskan pola tidur dengan kriteria pentingnya tidur 4. Meningkatkan Hasil : cukup selama agar bisa tidur 1. Keluhan sulit sakit pada malam tidur menurun 4. Ajarkan faktor hari 2. Keluhan tidak – faktor yang puas tidur menurun berkontribusi 3. keluhan istirahat terhadap tidak cukup gangguan pola menurun tidur. 4. kemampuan beraktivitas meningkat 18-09- Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji 2020 aktivitas asuhan keperawatan kemampuan berhubungan selama 3x24 jam pasien untuk dengan gangguan diharapkan klien melakukan kardiopulmonal dari sirkulasi dapat meningkatkan aktivitas upaya jantung dan partisipasi dalam normal, catat paru untuk aktivitas dengan laporan membawa jumlah 38 1. Mempengaruhi pilihan intervensi. 2. Manifestasi TTD kriteria hasil kelemahan, menunjukkan keletihan. peningkatan 2. Awasi TD, toleransi aktifitas. oksigen ke jaringan. 3. Meningkatkan istirahat untuk nadi, menurunkan pernafasan. kebutuhan oksigen 3. Berikan lingkungan tenang. 4. Ubah posisi tubuh. 4. Hipertensi menyebabkan pusing, berdenyut pasien dengan dan peningkatan perlahan dan resiko cedera. pantau terhadap pusing. 18-09- Nyeri berhubungan Dalam 24 jam nyeri 1. Identifikasi 1. Observasi secara 2020 dengan yang dirasakan lokasi, keseluruhan dilakukan pencederaan klien dapat karakteristik, untuk menentukan fisiologis berkurang durasi, frekuensi, tingkat kenyamanan kualitas, intensitas klien serta untuk Kriteria Hasil : nyeri menentukan perawatan 1. Keluhan nyeri 2. Fasilitasi yang tepat guna menurun istirahat dan tidur 2.Keluhan nyeri dapat 2. Kesulitan tidur 3. Jelaskan diminimalisir menurun strategi 3.Mengimplementasikan 3. Tekanan darah meredakan nyeri manajemen nyeri secara membaik 4. Kolaborasi mandiri 4. Pola tidur pemberian 4.Menggunakan agen- membaik anelgenik, jika agen farmakologi untuk perlu mengurangi atau menghilangkan nyeri 39 IMPLEMENTASI NO 1 2 3 NAMA : Ny.R RUANG: Krissan UMUR : 49 Thn NO.REG: xxx DX. KEP Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan hipertensi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi Nyeri berhubungan dengan pencederaan fisiologis TGL/ IMPLEMENTASI JAM 181. Melakukan pengkajian 09-20/ masalah gangguan tidur 08.00 klien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur. RESPON PASIEN 1. Pasien nampak tenang dan mengikuti prosedur 2. Pasien terlihat senang 3. Pasien nampak memperhatikan penjelasan perawat 4. Pasien terlihat mengerti dan mampu menerapkan apa yang telah diajarkan oleh perawat 08.30 2. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan 08.45 3. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 09.00 4. Mengajarkan faktor – faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur. 09.30 1. Mengidentifikasi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal 09.45 2. Mengobservasi TTV 11.00 3. Memberikan lingkungan yang tenang 12.00 4. Mengatur kenyamanan klien 12.30 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pasien nampak tenang karakteristik, durasi, dan mengikuti prosedur frekuensi, kualitas, intensitas dengan baik nyeri 2. Pasien merasa senang dan nyaman 2. Memfasilitasi istirahat dan 3. Pasien tidak terlihat tidur mengeluh kesakitan 4. Pasien menunjukkan 3. Menjelaskan strategi untuk tanda-tanda meredakan nyeri kesehatannya 12.45 13.00 13.30 4. Melakukan kolaborasi pemberian anelgenik, jika perlu 40 1. 2. 3. 4. Pasien terlihat tenang Pasien nampak tenang pasien merasa senang pasien terlihat nyaman dan senang TTD EVALUASI NO 1 NAMA : Ny.R RUANG: Krissan UMUR : 49 Thn NO.REG: xxx DX. KEP Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan hipertensi TANGGAL/ JAM 18-09-20/ 09.00 CATATAN PERKEMBANGAN S : klien dapat mengerti tentang masalah yang mengakibatkan gangguan pola tidur. O : klien belum bisa tidur tepat waktu. TD : 160/100 mmHg A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 1. Mengatur pola tidur 2. Posisi tidur yang nyaman 3. Kamar tidur yang bersih 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi 18-09-20/ 09.30 S :Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri O : Klien sudah tidak membutuhkan bantuan orang lain atau alat bantu lagi A : Masalah pada intoleransi aktivitas sudah teratasi P : Hentikan intervensi. 3 Nyeri berhubungan dengan pencederaan fisiologis 18-09-20/ 12.30 S :Klien mengatakan nyeri kepala berkurang O : Klien sudah tidak tampak merintih kesakitan, klien sudah bisa tidur, TD 120/80 mmHg. A : Masalah pada nyeri kepala sudah teratasi P : Hentikan intervensi. 41 TTD BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien Ny.R dengan Hipertensi yang mengalami masalah Gangguan Pola Tidur di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan, penulis mengambil kesimpulan dan saran dibuat berdasarkan laporan kasus berikut: 1. Pengkajian Hasil dari pengkajian klien yang mengalami hipertensi dengan gangguan pola tidur pada Ny.R data subyektif dari klien mengeluh tidak bisa tidur dan ada keluhan lain yaitu nyeri dan aktivitas mandiri menurun karena rasa sakit kepala yang menganggu. 2. Diagnosa keperawatan Peneliti mengambil diagnosa keperawatan di dapat dari keluhan klien 3. Intervensi Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk klien, peneliti menggunakan intervensi NOC dan NIC : Jelaskan pentingnya pola tidur yang adekuat, Tempatkan klien pada posisi tidur, Atur posisi tidur yang di inginkan klien, Tinggikan kepala tempat tidur klien, Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu ruangan yang nyaman, Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian yang longgar, Mengajarkan teknik napas dalam, Memberikan HE pada klien dan keluarga, Kolaborasi pemberian terapi obat. 4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan klien hipertensi menggunakan intervensi keperawatan NOC dan NIC. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi, akan tetapi intervensi mengenai kolaborasi pemberian terapi peneliti berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi pada klien hipertensi. 5. Evaluasi keperawatan Pada evaluasi keperawatan didapatkan di hari pertama klien mengeluh susah tidur karena sakit kepala yang menggangu. Hari kedua klien sudah bisa untuk 42 memulai tidur walau dengan sering terbangun karena berhubungan dengan penyakitnya. Dengan demikian intervensi dan implementasi yang sudah peneliti lakukan selama satu hari, didapatkan evaluasi dengan masalah gangguan pola tidur masih tahap masalah teratasi sebagian. 4.2 Saran Dari kesimpulan diatas peneliti menyampaikan saran : 1. Bagi penulis selanjutnya Diharapkan penulis dapat lebih bisa menggunakan atau memanfaatkan waktu seefektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara maksimal. 2. Bagi keluarga dan klien Dengan adanya pendidikan kesehatan yang dilakukan peneliti selama proses asuahan keperawatan diharapkan keluarga klien mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan bisa lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan bagi mahasiswanya, penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang ketrampilan mahasiswanya bik dalam segi pengetahuan, afektifitas, psikomotor serta skill station. 43 DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC. Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC. Chandra, Budiman (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Darmojo, Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Gunawan (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: penerbit kansius Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2012, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompentensi Surabaya: Healt Books Publishing. Indriyani, Widian (2009). Deteksi dini kolestrol, hipertensi, dan stroke. Jakarta : milistone Junaidi, Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan pengobatan). Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Lapau, Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Machfoedz, Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan. Jakarta : Tramaya Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta 44 Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC Nuraini, B. 2015. Risk Factors of Hypertension. Universitas Lampung: J Majority.Vol. 4 No.5:10-19 Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnose Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2.Yogyakarta: Mediaction. Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika Rusdi (2009). Awas! Bisa mati cepat akibat Hipertensi dan Diabetes. Jogjakarta : Power Books (IHDINA) Santoso, Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi. Surabaya : Jaring pena Setiadi (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha ilmu Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. 45