KELOMPOK 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. ABDURRAFI IBNU SHALEH I (50420012) AFIF DAFFA ATSIILA (50420057) AHMAD TSABIT GOSAIBI (50420085) ALFIN NUGRAHA (50420124) ANDRIAN RIVALDI (50420185) ANNISA NUR RAHMADHANI (50420199) PENGERTIAN INDIKASI GEOGRAFIS BESERTA CONTOHNYA Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan. • Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. • Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Contoh indikasi geografis yang terdaftar di djki : 1. Kopi Arabika Kintamani Bali 2. Amed Bali Salt 3. Mebel Ukir Jepara 4. Lada Putih Muntok 5. Kopi Arabika Gayo 6. Tembakau Hitam Sumedang 7. Kopi Arabika Toraja 8. Susu Kuda Sumbawa 9. Madu Sumbawa 10. Kopi Arabika Florea Bajawa 11. Minyak Nilam Aceh 12. Bandeng Asap sidoarjo TUJUAN INDIKASI GEOGRAFIS Melindungi produk dan produsen anggota kelembagaan Indikasi Geografis terhadap kecurangan, penyalahgunaan dan pemalsuan tanda Indikasi Geografis; Meningkatkan posisi tawar produk serta kemampuan memasuki pasar baru pada tataran nasional maupun internasional; Meningkatkan nilai tambah, meningkatkan lapangan kerja, menigkatkan kualitas produk, meningkatkan produksi, meningkatkan peluang diversifikasi produk; Memberikan informasi yang jelas kepada konsumen tentang jenis, kualitas, dan asal produk yang mereka beli; Meningkatkan peluang promosi untuk memperoleh reputasi yang lebih baik; DASAR HUKUM INDIKASI GEOGRAFIS Undang-Undang yang mengatur tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016. Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat di bidang Merek dan Indikasi Geografis serta belum cukup menjamin perlindungan potensi ekonomi lokal dan nasional sehingga perlu diganti. UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis 1. Pasal 53 (1) Indikasi Geografis dilindungi setelah Indikasi Geografis didaftar oleh Menteri. (2) Untuk memperoleh perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemohon Indikasi Geografis harus mengajukan Permohonan kepada Menteri. 2. Pasal 55 (1) Indikasi Geografis dapat pula berdasarkan perjanjian internasional. didaftarkan (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Indikasi Geografis dari luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diatur dengan Peraturan Menteri. Pertimbangan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah: a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek dan Indikasi Geografis menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat, berkeadilan, pelindungan konsumen, serta pelindungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan industri dalam negeri; b. bahwa untuk lebih meningkatkan pelayanan dan memberikan kepastian hukum bagi dunia industri, perdagangan, dan investasi dalam menghadapi perkembangan perekonomian lokal, nasional, regional, dan internasional serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perlu didukung oleh suatu peraturan perundang-undangan di bidang Merek dan Indikasi Geografis yang lebih memadai; PENGAJUAN INDIKASI GEOGRAFIS Perlindungan Ig diberikan setelah didaftar : Pada ditjen HKI Dep. HUK & HAM Meliputi : barang barang hasil alam , hasil pertanian / barang hasil tertentu lainnya. Oleh : pemohon / kuasa Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan yang terdiri atas : Pihak yang mengusahakan barang yang hasil alam / kekayaan alam Produsen barang hasil pertanian Pembuat barang hasil kerajinan tangan / hasil industry Pedagang yang menjual barang TSB Lembaga yang diberi kewenangan untuk untuk itu atau Kelompok konsumen barang TSB Buku Persyaratan Indikasi Geografis Berisi delapan uraian berkaitan dengan indikasi geografis 1. Nama indikasi gerografis 2. Jenis produk yang dilindungi 3. Uraian karakterisitik dan kualitas tertentu pada produk yang dilindungi indikasi geografis 4. Batas wilayah / peta dartah yang akan dilindungi oleh idikasi geografis 5. Sejarah dan tradisi masyarakat didaerah tersebut 6. Proses produksi yang harus di patuhi oleh setiap produsen 7. Metode pengawasan kontrol yang dipergunakanLabel yang digunakan JANGKA WAKTU DAN INDIKASI GEOGRAFIS YANG TIDAK DAPAT DIDAFTARKAN Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, moralitas, kesusilaan, atau ketertiban umum; Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai: ciri, sifat, kualitas, asal sumber, proses pembuatan barang, dan /atau kegunaannya. Merupakan nama geografis setempat yang telah digunakan sebagai nama varietas tanaman, dan digunakan bagi varietas tanaman yang sejenis; atau telah menjadi generic. Unsur Geografis harus dimuat jelas dan benar adanya, seperti Kopi Arabika Gayo dibawah ini. Jangka Waktu Indikasi Geografis. Indikasi-geografis dilindungi selama karakteristik khas dan kualitas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas indikasi geografis tersebut masih ada. Jadi tidak ada batas waktu yang khusus dan spesifik. KASUS DAN PERJANJIAN MENGENAI INDIKASI GEOGRAFIS Kasus Pemalsuan Kopi Indonesia Pelanggaran Kopi Arabika Toraja dengan pendaftaraan merek “Toarco Toraja Coffee” di Jepang; Pelanggaran Kopi Arabika Gayo oleh merek “Wild Gayo Luwak” di Amerika Serikat, merek “Gayo Mountain Coffee”, dan merek “Amaro Gayo Coffee” oleh warga negara Inggris, serta merek “Equador: Sumatra Gayo Mountain”. Dibawa ke pengadilan Urawa, Jepang Berakhir Damai, pemegang izin penggunaan nama Toraja tetap dimiliki Key Coffee. Biji kopi Toraja diimpor dari Indonesia Jepang dan Indonesia akhirnya membangun kemitraan. Keuntungan bagi Indonesia : ekspor biji kopi yang lebih massif dan luas. Terdaftar di US, Jerman, Malay, Italia, Jepang, Rusia, Mesir, Inggris, Belgia, Canada Tidak ditemukan adanya perjanjian khusus antara Key Coffe dan komunal Toraja Namun, menyusul masalah ini, mulailah dibuat perjanjian bilateral antara Indonesia dengan negara lainnya. Dengan Jepang sendiri, dinamakan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement. Perjanjian bilateral ini berpaku kepada perjanjian Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights (TRIPS) TRIPS sendiri merupakan pengembangan dari aturan mengenai Appellation of Origin (“AO”) sebagaimana diatur dalam The Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883 (Konvensi Paris 1883) Pasal 58f ayat 6 yang berisi bahwa kedua negara dapat berinvestasi pada bidang-bidang yang telah disepakati bersama dalam perjanjian, termasuk hak kekayaan properti yang dimiliki masing-masing negara yang didalamnya terdapat geographical indication. "… indication which identify a good as originating in the territory of a Member, or a region or locally in that territory, where a given quality, representation or other characteristic of the goods is essentially attributable to its geographical origin." "… the geographical name of a country, region, or locality, which serves to designate a product originating therein, the quality and characteristic of which are due exclusively or essentially to the geographical environment, including natural and human factor."