Uploaded by User104023

50-42-PB

advertisement
Volume 12 No.1 Th. Maret 2018
ISSN 2301 9530
Jurnal
INDUSTRIKRISNA
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Krisnadwipayana
Volume 12 No.1 Th. Maret 2018
ISSN 2301 9530
Jurnal
INDUSTRIKRISNA
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Krisnadwipayana
Volume 12 No.1 Th. Maret 2018
ISSN 2301 9530
Jurnal
INDUSTRIKRISNA
Penanggung Jawab
: Dr.Ir. Ayub Muktiono, M.SiP
Pimpinan Redaksi
: Ir. Florida Butarbutar, M.T.
Redaksi Ahli
: Dr. Zefri, M.Si
: Dr. Suwanda, S.T,M.T.
: Ir. Tri Ongko P, M.T.
: Dr. Semuel Salean, M.Si.
: Harjono P Putro, S.Kom, M.Kom
Anggota Penyunting
: Ismail Kurnia S.T.,M.T.
: Yudi Sosialisman,S.T.,M.T.
: Hendro Susiyanto,S.T.,M.T.
: Ir. Japinal Sagala, M.M.
: Mutoharoh,S.Pd.,M.Si
: Johny Purnomo,S.T.,M.T.
Mitra Bestari
: Dr.Ir. Harun Ar Rosyid,M.T.
Editor/Layout/SIM
: M. Syahri Nur Afif, S.T
Kesekretariatan
: Dwi Oktaviana, S.Sos,M.Si.
: Rahima Azizatul Hikmawati, S.Kom
Bendahara
: Ir. Vera Nova Lumbanraja, M.T.
Penerbit
: Program Studi Teknik Industri
Alamat Sekretariat
: Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana Jakarta
Jl. Kampus UNKRIS Jatiwaringin, Tel. 021-84998529
Jakarta 13077
E-mail: [email protected]
Volume 12 No.1 Th. Maret 2018
ISSN 2301 9530
DAFTAR ISI
1
Perancangan tata letak area produksi penyalur udara (ducting) 1 – 25
dengan metode systematic layout planning di pt. Arista
pratama jaya (Ir. Florida Butarbutar, MT)
2
Analisa penerapan total productive maintenance (tpm ) dengan 27 – 33
metode overall equipment effectiveness ( oee )
( study kasus : pt. Trix indonesia ) (Ismail Kurnia, ST, MT.)
3
Perancangan hopper tank dan kursi ergonomi pada salah satu 35 – 43
stasiun kerja dengan pendekatan antropometri (studi kasus pt.
Rudy soetadi) (Ir. Florida Butarbutar, MT)
4
Analisis hubungan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja 45 – 53
(k3) terhadap kinerja karyawan (studi kasus : divisi pelayanan
selatan dan key account palyja) (Dr. Suwanda, ST, MT.)
5
Penyusunan strategi perusahaan dengan menggunakan analisis 53 – 59
swot pada pt tossima cipta karya. (Ir. Florida Butarbutar, MT)
6
Perancangan ulang tata letak gudang produk jadi dengan 61 - 70
metode shared storage pada pt. XXX (Ir. Florida Butarbutar,
MT)
i
Volume 12 No.1 Th. Maret 2018
ISSN 2301 9530
Pengantar Redaksi
Industrikrisna - Jurnal Ilmiah Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknik Universitas Krisnadwipayana menyajikan karangan ilmiah dalam
bentuk hasil penelitian, tinjauan teori maupun konsep serta penilaian
terhadap hasil penelitian atau juga tinjauan buku. Diterbitkan selain sebagai
upaya dalam menampung berbagai pemikiran teoritik dan hasil penelitian
juga dimaksudkan untuk mendorong dan memperluas munculnya forumforum diskusi.
Redaksi mengundang para ilmuwan, sarjana, peneliti, praktisi,
pemuda, cendikiawan, dan tokoh masyarakat untuk menulis di jurnal ini.
Redaksi berhak untuk melakukan perbaikan terhadap isi tulisan, serta naskah
yang tidak dimuat akan dikembalikan. Jurnal ini diterbitkan secara berkala
dua kali dalam satu tahun, dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
Semoga dengan terbitbya Industrikrisna ini dapat memberikan wacana
dan wawasan kepada dosen dan mahasiswa pada khususnya.
Tim Redaksi
ii
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
PERANCANGAN TATA LETAK AREA PRODUKSI
PENYALUR UDARA (DUCTING) DENGAN
METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING DI
PT. ARISTA PRATAMA JAYA
Sukardi (1) Florida Butarbutar (2) Vera Nova L Raja (3)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana,
Jalan Raya Jatiwaringin, RT. 03 / RW. 04, Jatiwaringin, Pondok Gede
Jaticempaka, Pondokgede, Kota Bks, Jawa Barat 13077
[email protected]
ABSTRAK
Tata Letak merupakan salah satu aspek penting pada kelangsungan proses produksi suatu pabrik
sehingga perlu perencanaan yang baik dalam penyusunan tata letak. Salah satu metode dalam
penyusunan tata letak pabrik adalah Systematic Layout Planning. Area produksi Penyalur Udara
(Ducting) pada PT. Arista Pratama Jaya, Jakarta yang terpisah-pisah membuat jarak pemindahan bahan
menjadi panjang sehingga output tidak optimal. Hal itu sangat merugikan perusahaan mengingat produk
Penyalur Udara (Ducting) yang permintaannya terus meningkat dan memiliki prospek yang baik dimasa
yang akan datang. Sebagai tindakan mengatasi hal tersebut, dan antisipasi permintaan yang meningkat,
pihak perusahaan berencana untuk memusatkan area produksi penyalur udara (ducting) menjadi satu
area sehingga produk Penyalur Udara (Ducting) ini memiliki plant produksi sendiri. Pembangunan area
produksi penyalur udara (ducting) ini tentunya membutuhkan perencanaan tata letak yang baik agar
menghasilkan sistem produksi yang lebih efektif dan efisien. Dalam pengujian dari perhitungan data yang
dilakukan penulis maka diperoleh hasil uji data menggunakan Metode Systematic Layout Planning hasil
jumlah mesin teoritis Mesin Cutting AutoShear : 3, Mesin Cutting Plasma (CNC) : 4, Mesin Lock
Former :4 ,Mesin Lock Stik Former : 4 ,Mesin TFD (Transfer Flange Duct) : 3 ,Mesin Bending :2.
Dari analisa yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya perubahan
layout yang baru terjadi kelancaran produksi yang menyebabkan kenaikan delivery performance dari
sebelumnya.
Kata kunci: Tata Letak, penyalur udara (ducting), Systematic Layout Planning, Delivery
Performance, Relayout.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan menjaga kesuksesan
kerja suatu industri. Dalam membangun suatu perusahaan harus sesuai dengan perencanaan dan
perancangan yang sesuai dengan syarat pendirian suatu perusahaan. Dengan adanya perencanaan
dan perancangan tata letak fasilitas ini, diharapkan agar aliran proses serta pemindahan bahan
yang ada di dalam suatu perusahaan berjalan dengan lancar. Kelancaran proses produksi dapat
menghemat biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain tu, perencanaan dan
perancangan tata letak fasilitas ini juga berguna untuk mengoptimalkan hubungan antar aktivitas.
Upaya untuk mencapai efisiensi yang optimal dapat dengan melakukan dan menerapkan sistem
yang sesuai dengan karakteristik produk dan proses yang dilakukan, untuk produk dan proses
dalam menghasilkan produk penyalur ducting adalah dengan menerapkan System Layout
Planning. Dengan mengoptimalkan layout proses produksi diharapkan dapat mengatasi komplain
keterlambatan material dari proyek.
PT. Arista Pratama Jaya adalah perusahaan Kontraktor yang bergerak dalam bidang
pengadaan dan jasa pemasangan instalasi Mekanikal & Elektrikal. Dalam hal pengadaan
barang PT. APJ juga memproduksi alat penyalur udara yaitu Ducting kotak sebagai salah satu
1
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
devisi yaitu Devisi Workshop. Saat ini banyak menerima keluhan tentang keterlambatan
kedatangan ducting, dan tidak adanya kejelasan type sistem dan metode yang dipergunakan dalam
melakukan proses produksi ducting. Berdasarkan tata letak saat ini jumlah produksi yang
dilakukan tidak sebanding dengan jumlah permintaan dari customer. Area proses produksi
yang semakin sempit dan penuh dengan barang-barang hasil proses, membuat proses
produksi menjadi terganggu. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergerakan yang tidak efektif
dan mengakibatkan penggunaan area-area yang tidak sesuai dengan peruntukanya. Selain itu
juga penempatan stasiun kerja yang tidak beraturan membuat proses produksi menjadi lebih
panjang, terutama dari segi jarak dan waktu. Hal ini menjadi kendala yang sangat serius bagi
PT.APJ, terutama untuk jangka panjang, melihat bahwa kebutuhan akan permintaan konsumen
yang semakin besar, maka hal ini menjadi sesuatu yang harus dipikirkan secara serius.
Secara garis besar kekurangan dari tata letak pabrik yang saat ini adalah perlu adanya
penataan tata letak pabrik yang sesuai dengan kondisi kebutuhan dan permintaan akan produk
saat ini.
Indentifikasi Masalah
Kapasitas produksi dan area produksi yang saat ini ada di PT. Arista Pratama Jaya
merupakan salah satu dasar dalam perancangan tata letak. Dalam mengatasi masalah ini
maka dapat di indentifikasikan permasalahannya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah mesin tidak sesuai dengan kebutuhan.
Jumlah Bahan baku/material yang sering terjadi kekurangan
Susunan mesin yang tidak sesuai dengan urutan proses.
Luas area yang dibutuhkan tidak efektif dalam melakukan proses produksi
Posisi fasilitas produksi yang tidak teratur
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap yaitu menganalisa tata letak pabrik
saat ini, melakukan perancangan tata letak pabrik, membuat beberapa usulan rancangan tata
letak pabrik , dan analisa usulan rancangan tata letak pabrik. Sehingga diperoleh rancangan
tata letak pabrik dengan jarak perpindahan bahan terkecil. Metoda yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Systematic Layout Planning (SLP). Prosedur dalam melakukan
perancangan dengan metode SLP adalah : a. Melakukan pengumpulan data awal b.
Menentukan aliran material c. Menentukan hubungan aktivitas d. Membuat diagram
hubungan aktivitas e. Menentukan jumlah kebutuhan ruang f. Menyesuaikan ruangan
tersedia g. Membuat diagram hubuingan ruangan h. Membuat modifikasi dan batasan dalam
pembuatan alternative layout i. Membuat pertimbangan praktis dalam pembuatan alternative
layout j. Pembuatan alternative layout k. Mengevaluasi dan memilih alternative layout.
2. LANDASAN TEORI
Perencanaan Tata Letak
Perancangan fasilitas dapat dibagi menjadi dua bagian, lokasi fasilitas dan tata letak fasilitas
(Afrazeh, Keivani, & Farahani, 2010, p. 249). Pengertian perencanaan fasilitas dapat
dikemukakan sebagai proses perencanaan fasilitas, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan,
desain dan susunan fasilitas, peralatan fisik, dan manusia yang ditunjukkan untuk meningkatkan
efisiensi produksi dan sistem pelayanan (Purnomo, 2004, p. 1).
Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan
didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan fasilitas dimaksudkan sebagai sarana
untuk perbaikan layout fasilitas, digunakan dalam penanganan material (material handling) dan
2
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
untuk menentukan peralatan dalam proses produksi, juga digunakan dalam perencanaan fasilitas
keseluruhan. Ada dua hal pokok dalam perencanaan fasilitas, yaitu berkaitan dengan perencanaan
lokasi pabrik (plant location) dan perancangan fasilitas produksi yang meliputi perancangan
struktur pabrik, perancangan tata letak fasilitas dan perancangan sistem penanganan material
(Purnomo, 2004, p. 2).
Tujuan Perancangan Tata Letak
Tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan
kualitas dengan cara yang paling ekonomis melalui pengaturan dan koordinasi yang efektif dari
fasilitas fisik. Adapun secara rinci beberapa tujuan perancangan tata letak fasilitas di antaranya
adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004, pp. 3 dan 117-120):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Memanfaatkan area yang ada.
Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, fasilitas produksi lebih besar.
Meminimumkan material handling.
Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran.
Jaminan keamanan, keselamatan & kenyamanan bagi tenaga kerja.
Mempersingkat proses manufaktur.
Mengurangi persediaan setengah jadi.
Mempermudah aktivitas supervisi.
Perancangan dengan sistem fasilitas merupakan perancangan bangunan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti sistem pencahayaan, kelistrikan, sistem komunikasi,
suasana kerja, sanitasi, pembuangan limbah dan sebagainya. Aspek yang perlu diperhitungkan
secara matang dalam perancangan tata letak antara lain meliputi peralatan-peralatan yang
digunakan, mesin-mesin, dan semua perabotan perusahaan. Sedangkan dalam perancangan
sistem material handling meliputi mekanisme yang dibutuhkan agar interaksi antara fasilitas yang
ada seperti material, personal, informasi dan peralatan untuk mendukung produksi berjalan
sempurna (Purnomo, 2004, p. 3).
Ruang Lingkup Rancang Fasilitas
Ruang lingkup rancang fasilitas mencakup satu kajian cermat paling tidak dari bidangbidang berikut : (James M. Apple, 1990:3)
Tabel 1 : Ruang Lingkup Rancang Fasilitas
1.Pengangkutan
10.
Pergudangan
2.Penerimaan
11.
Pengiriman
3.Gudang bahan baku
12.
Perkantoran
4.Produksi
13.
Fasilitas Luar ( Penunjang)
5.Perakitan
14.
Bangunan
6.Pengemasan dan pengepakan
15. Lahan
7.Pemindahan barang
16. Lokasi
8.Pelayanan Pegawai
17.
9.Kegiatan Produksi Penunjang
18. Buangan
3
Keamanan
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Permasalahan tata letak pada sistem manufaktur
Menurut James M. Apple, 1990:16-18, Masalah tata letak tidak selalu merupakan masalah
perancangan tata letak untuk fasilitas baru, melainkan juga penataan ulang tata letak dari satu
proses yang telah ada ataupun perubahan beberapa bagian dari susunan peralatan tertentu.
Menurut James M. Apple, 1990:18 beberapa petunjuk diperlukannya pengkaian atas tata letak
yang telah ada diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Bangunan tidak cocok dengan yang dibutuhkan.
Kegagalan dalam menerapkan jalur teknik produksi ketika diterapkan
Perubahan rancangan produk atau proses dibuat tanpa membuat perubahan yg diperlukan
pd tata letak.
Pemasangan peralatan tambahan tanpa mempetimbangkan keterkaitannya dengan pola
aliran yang ada.
Waktu terbuang dan menganggur yang tak terduga.
Kesulitan pengendalian persediaan.
Menurunnya produksi pada satu tempat kerja
Kondisi penuh sesaknya ruang ruang kerja
Terlalu banyak orang yang memindahkan barang
“Leher botol” dalam produksi
Langkah balik
Penyimpanan sementara terlalu banyak.
Hambatan dalam aliran barang
Kesulitan penjadwalan
Pemborosan ruangan
Tanda-Tanda Tata Letak yang Baik
Menurut James M. Apple, 1990:19, Tata letak yang baik dapat terwujud dengan adanya
memiliki beberapa karakteristik yang jelas yang dapat dilihat bahkan dari satu pengamatan biasa.
Karakteristik tata letak yang baik yang sangat penting diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Keterkaitan kegiatan yang terencana
Pola aliran barang terencana
Aliran yang lurus
Langkah balik (kembali ketempat yang telah dilalui) yang minimum
2.7. Pola Aliran Umum
Langkah pertama dalam mendesain fasilitas manufaktur adalah menentukan pola aliran
umum untuk material, part, dan WIP, yang melalui sistem.
“Flow pattern refer to the overall pattern in which the product flows from the beginning to end –
that is , while it is being transformed from raw material (at the receiving stage) through
semifinished product (at the fabrication stage) to the finished product (at the assembly stage).”
(Sunderesh S. Heragu, 2008:37-39)
Tipe Layout
Terdapat 5 tipe layout yang biasa terapkan tidak hanya pada sistem manufaktur tetapi juga
non manufacturing system, yaitu: (Sunderesh S. Heragu, 2008:39-42).
4
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
a. Product layout
Produk layout sering disebut juga sebagai flow-line layout, production-line layout, assembly-line
layout, dan layout by product. Pada product layout, mesin dan workstation disusun sepanjang
rute produk secara berurutan sesuai dengan urutan pengoperasian yang dialami produk.
b. Process Layout
Pada process layout, tata letak diatur berdasarkan proses yang berlangsung. Semua milling
machines diletakkan disatu departemen, semua turning machines diletakkan bersama-sama satu
dengan yang lain, dan seterusnya. Process Layout disebut juga job-shop layout. Proses layout
sangat berguna bagi perusahaan yang memproduksi jenis produk atau pekerjaan dengan kuantitas
yang kecil/sedikit, dimana masing-masing pekerjaan biasanya berbeda dari yang lainnya.
Meskipun process layout menawarkan fleksibilitas, dan membuat seseorang menjadi ahli dalam
satu proses/fungsi tertentu, namun jenis layout ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu,
meningkatkan biaya material handling, kemacetan lalu lintas, antrian dan cycle time yang
panjang, kompleksitas pada perencanaan dan pengendalian, dan menurunkan produktifitas.
c. Fixed Position Layout
Pada layout seperti ini, produk tidak berpindah-pindah dari satu lokasi kelokasi lain
melainkan proses dan peralatan yang digunakan untuk membuat produk inilah yang dibawa
ketempat dimana produk dibuat. Layout seperti ini digunakan pada proses manufaktur yang
produknya tidak mudah untuk dipindah-pindahkan seperti pada pembuatan kapal-kapal besar,
pesawat, konstruksi rumah, dll. Keuntungan dari jenis layout ini adalah produk yang diproduksi
besar sekali dan harganya mahal. Hal tersebut membuat peluang kerusakan lebih kecil, dan
mengurangi biaya pemindahan juga. Tetapi meskipun begitu, ada peningkatan pada biaya
pemindahan peralatan, dan utilisasi peralatan juga rendah. Sekali peralatan dibawa ke lokasi
pembuatan, maka alat tersebut akan berada disana sampai proses manufaktur selesai. Karena itu
kita akan melihat beberapa peralatan menganggur di lokasi konstruksi.
d. Group technology based (GT) layout.
Layout yang sering digunakan pada situasi job-shop. Biasanya komponen yang tidak sama
dikelompokan kedalam satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk komponen, bukan
kesamaan bentuk penggunaan akhir. Hal ini memungkinkan pemakaian kelompok jalur produksi,
ketimbang mesin mandiri atau pusat-pusat mesin (atau jenis mesin yang sama), yang
memungkinkan lot kecil dari komponen yang tidak sama dikerjakan dengan satu dasar produksi
massal. (James M. Apple, 1990:64)
e. Hybrid layout
Hybrid layout merupakan kombinasi dari layout yang dibahas sebelumnya yaitu process
layout, product layout, dan GT layout.
Systematic Layout Planning (SLP)
Systiematic Layout Planning (SLP) banyak diaplikasikan untuk berbagai macam persoalan
meliputi antara lain problem produksi, transportasi, pergudangan, suporting services dan aktifitasaktifitas yang dijumpai dalam perkantoran. Data masukan dan aktifitas dalam proses SLP adalah
sebagai berikut :
1. Aliran material
2. Hubungan aktifitas
3. String diagram
4. Kebutuhan luas area
5. Luas area tersedia
5
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
6. Space Relationship Diagram
7. Pertimbangan modifikasi
8. Batasan-batasan praktis
9. Perencanaan alternatif tata letak
10. Evaluasi.
Langkah awal : Pengumpulan Data Awal dan Aktivitas.
Langkah 1 : Analisa Aliran Material.
Langkah 2 : Analisa Hubungan Aktifitas Kerja (Activity Relationship).
Langkah 3 : Penyususnan String Diagram.
Langkah 4 : Kebutuhan Luas Area.
Langkah 5 : Pertimbangan Terhadap Luas Yang Tersedia.
Langkah 6 : Pembuatan Space Relationship Diagram.
Langkah 7 & 8 : Modifikasi Layout Berdasarkan Pertimbangan Praktis.
Langkah 9 & 10 : Pemilihan dan Evaluasi Alternatif Layout.
Gambar 1. Prosedur Merencanakan Systematik Layout
Input dari teknik SLP ini dibagi ke dalam 5 kategori (Sunderesh S. Heragu, 2008:70) yaitu :
P = Product (Tipe produk yang akan dihasilkan)
Q = Quantity (Volume dari tiap tipe part)
R = Routing (Urutan operasi dari tiap tipe part)
S = Service (Pelayanan pendukung, stasiun inspeksi, ruangan locker, dst)
6
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
T = Timing (Kapan setiap tipe part diproduksi? apa mesin yang akan digunakan pada periode
tersebut?)
Peta Proses Operasi
Teknik ini terutama untuk melihat operasi mandiri dari tiap komponen atau rakitan. Peta ini
memberikan gambaran yang lebih cermat tentang pola aliran produksi karena peta ini
menambahkan data kuantitatif pertama pada usulan perencanaan aliran.
Hubungan Keterkaitan Antar Kegiatan
Jenis – jenis keterkaitan yang ada dalam beberapa kegiatan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Antara 2 kegiatan produksi
2. Antara suatu kegiatan produksi, kegiatan pelayanan, atau kegiatan tambahan
3. Antara 2 kegiatan pelayanan
Perancangan keterkaitan kegiatan ini dibuat dengan langkah-langkah yaitu membuat ARC,
ARD dan ARD Muther.
Activity Relationhip Chart (ARC)
James M. Apple, 1990:226, ARC adalah suatu teknik ideal untuk merencanakan keterkaitan
antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Peta ini berguna dalam:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyusunan urutan pendahuluan bagi satu peta dari ke
Lokasi nisbi dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor.
Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan
Lokasi pusat kerja dalam usaha perawatan atau perbaikan
Lokasi nisbi dari daerah pelayanan dalam satu fasilitas produksi
Menunjukkan hubungan dari satu kegiatan dengan yang lainnya serta alasannya.
Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.
Activity Relationhip Diagram (ARD)
Sementara peta keterkaitan kegiatan berguna untuk perencanaan dan penganalisisan
keterkaitan kegiatan, informasi yang dihasilkan hanya berguna jika diolah kedalam satu diagram.
Inilah tujuan dari diagram keterkaitan kegiatan yang menjadi dasar perencanaan keterkaitan
antara pola aliran barang dan lokasi kegiatan pelayanan dihubungkan dengan kegiatan produksi
3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan Data
Spesifikasi Produk
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa bahasan khusus pada penelitian ini adalah
produk penyalur udara (Ducting). Produk - produks tersebut dapat kami jelaskan adalah sebagai
berikut :
1. Ducting Lurus
Ducting ini dibentuk dengan mesin Autoshear / mesin Cutting. Satu set ducting terdiri dari dua
bagian berbntuk “L” untuk sampai dengan BJLS 60. Sedangkan untuk BJLS 80 ke atas menjadi 4
pcs/lembar.
7
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 2. Produksi Ducting Lurus
Produk
Model
Lurus
A
Lurus
B
Produksi
/Hari
Produksi
/ Bulan
Pengiriman/
Hari
200 Duct
4000
Duct
2 Palet
175Duct
3500
Duct
2 Palet
2. Ducting Elbow
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari 4 pcs/lembar,
yaitu 2 pcs sisi lebar dan 2 pcs sisi tebal.. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
Tabel 3. Produksi Ducting Eblow
Produk
Model
Produk
si/Hari
Produksi/
Bulan
Pengiri
man/Har
i
Elbow
10 Duct
200 Duct
2 Palet
3. Ducting TEECross
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari
6pcs/lembar, yaitu 2 pcs sisi lebar dan 4 pcs sisi tebal. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
Tabel 4. Produksi Ducting TEECross
Produk
Model
Produksi
/Hari
Produksi/
Bulan
Pengirim
an/Hari
TEECross
8 Duct
160 Duct
1 Palet
4. Ducting Cabang TY Left
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari 6 pcs/lembar, yaitu 2 pcs
sisi lebar dan 4 pcs sisi tebal. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
8
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 5. Produksi Ducting Cabang TY Left
Produk
Model
Produksi
/Hari
Produksi/
Bulan
Pengirim
an/Hari
8 Duct
160 Duct
1 Palet
TY Left
5. Ducting Cabang TY Right
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari 6 pcs/lembar, yaitu 2 pcs
sisi lebar dan 4 pcs sisi tebal. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
Tabel 6. Produksi Ducting Cabang TY Right
Produk
Model
Produks
i/Hari
Produksi/
Bulan
Pengirim
an/Hari
TY Left
8 Duct
160 Duct
1 Palet
6. Ducting Cabang Tee
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari 6 pcs/lembar, yaitu 2
pcs sisi lebar dan 4 pcs sisi tebal. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
Tabel 7. Produksi Ducting Cabang Tee
Produk
Model
Produksi
/Hari
Produksi/
Bulan
Pengirim
an/Hari
8 Duct
160 Duct
1 Palet
TY Left
7. Ducting Transisi
Ducting ini dibentuk dimesin Flasma/CNC. Satu set ducting terdiri dari 4 pcs/lembar, yaitu 2
pcs sisi lebar dan 2 pcs sisi tebal. Untuk jenis ini berlaku pada semua BJLS
Tabel 8. Produksi Ducting Transisi
9
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Produk
Model
Produks
i/Hari
Produksi/
Bulan
Pengirim
an/Hari
TY Left
15 Duct
300 Duct
1 Palet
Operation Process Chart
Menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan memuat informasi yang diperlukan
untuk analisis lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan mesin
yang dipakai.
Gambar 2. OPC Ducting Lurus
10
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Gambar 3. Layout OPC Produk Ducting Lurus
Gambar 4 Layout OPC Produk Ducting Fitting (Elbow,TY,TEECros & TEE )
11
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 9. Quantity Produk Ducting Perhari/mesin
Ukuran
Produk
Produk
Ducting
Lurus A
Ducting
Lurus B
Mesin
Mesin
Mesin Cuttin Mesin Mesin
TFD Mesin QC & Gudang
Cutting g
Lock Lock
(Transfe Bendi Packin Barang
AutoSh Plasm Forme Stik
r Flange ng g Palet Jadi
ear
a
r
Former
Duct)
(CNC)
Bjls 50-60
200
Bjls 80-120
175
Elbow
Bjls/Fitting
-
TEECross
Bjls/Fitting
TYLeft
-
150
150
150
150
10
7
-
8
Bjls/Fitting
-
TYRight
Bjls/Fitting
TEE
Transisi
140
140
140
150
150
150
7
8
8
8
6
6
7
7
7
8
6
6
7
7
7
-
8
6
6
7
7
7
Bjls/Fitting
-
8
6
6
7
7
7
Bjls/Fitting
-
15
12
15
15
15
15
Tabel 10. Cycle Time Per Produk Ducting
Jenis Produk
Ducting
Lurus
Ducting
Fitting
Produk
Talk Time
Cycle Time
Ducting Lurus A
7.5 menit/duct
8.7 menit/duct
Ducting Lurus B
7.5 menit/duct
8.4 menit/duct
Elbow
7.5 menit/duct
8.2 menit/duct
TEECross
7.0 menit/duct
7.1 menit/duct
TYLeft
7.0 menit/duct
7.1 menit/duct
TYRight
7.0 menit/duct
7.1 menit/duct
TEE
7.0 menit/duct
7.1 menit/duct
Transisi
10 menit/duct
14.8 menit/duct
Tabel 11. Data Produksi Ducting tahun 2017
Produk
Ducting Ducting
Lurus A Lurus B
Elbow
TEECro
TYRigh
TYLeft
ss
t
TEE
TOTAL
32,323
34,632
1,847
1,616
1,616
1,616
1,616
Ratarata/Bulan
2,694
2,886
154
135
135
135
135
12
Transisi
TOTA
L
3,463 78,730
289
6,561
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Histogram Data Produksi Tahun 2017
90,000
78,730
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
32,323
Total
34,632
Average
30,000
20,000
10,000
2,694
-
1
Total
3,463
2,886
1,847 1,616 1,616 1,616 1,616
289
154
135
135
135
135
2
3
4
5
6
7
8
6,561
9
32,32 34,63 1,847 1,616 1,616 1,616 1,616 3,463 78,73
Average 2,694 2,886
154
135
135
135
135
289
6,561
PRODUK
Gambar 5. Histogram data produksi tahun 2017
Tabel 12. Data Kapasitas Mesin Terhadap Produksi Ducting
No
Mesin
Mesin Cutting
AutoShear
Mesin Cutting Plasma
2
(CNC)
1
Total
Jam
Total
Jumlah
Biaya Upah
Produksi Kerja Produksi
Mesin
Produksi/Duct
Ducting/ Perbulan Ducting/
Saat Ini
/hari (Rp)
(Hari)
Hari
Bulan
TOTAL
(Rp)
2
375
20
7500
4,000 30,000,000
2
57
20
1140
26,316 30,000,000
3 Mesin Lock Former
2
432
20
8640
926
8,000,000
4 Mesin Lock Stik Former
2
432
20
8640
926
8,000,000
5 Mesin TFD
3
232
20
4640
2,586 12,000,000
6 Mesin Bending
2
200
20
4000
2,000
TOTAL
13
8,000,000
96,000,000
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Pengolahan Data
Tabel 13. Kebutuhan Mesin Teoritis terhadap Realisasi Kebutuhan Mesin
Produk
Ukuran
Produk
Ducting Lurus A Bjls 50-60
Ducting Lurus B Bjls 80-120
Elbow
Bjls/Fitting
TEECross
Bjls/Fitting
TYLeft
Bjls/Fitting
TYRight
Bjls/Fitting
TEE
Bjls/Fitting
Transisi
Bjls/Fitting
TOTAL Kebutuhan mesin per
JAM
TOTAL Realisasi Kebutuhan
Mesin
Mesin
Cutting
AutoShear
Mesin
Cutting
Plasma
(CNC)
1.17
1.26
0.47
0.43
0.41
0.41
0.43
0.84
Mesin
Mesin Mesin
TFD
Mesin Packing
Lock Lock Stik (Transfer
Bending Palet
Former Former Flange
Duct)
1.53
1.53
0.00
1.53
1.56
1.64
1.64
1.64
1.67
0.09
0.09
0.14
0.15
0.08
0.08
0.12
0.13
0.08
0.08
0.12
0.13
0.08
0.08
0.12
0.13
0.08
0.08
0.12
0.13
0.16
0.16
0.27
0.27
2.43
2.99
3.73
3.73
2.55
1.53
4.17
2
3
4
4
4
2
10
Tabel 14. Activity Relation Chart (ARC)
Produksi
: Ducting
Dibuat : Sukardi
Tanggal
: 30 Januari 2018
Referensi
:
Proyek : Perancangan Layout
Dengan :
Lembar : 1 (satu)
14
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 15. Peta Aliran Proses
Delivery Performance Per 6 Bulan Terakhir
Mencapai kinerja pengiriman yang dapat diterima adalah tantangan manufaktur yang paling
signifikan yang dihadapi oleh banyak organisasi. Diperlihatkan pada tabel dan grafik di bawah
ini adanya tingkat efisiensi dalam hal pengiriman barang atau Delivery Performance sehingga
bisa menjadi analisa tersendiri dalam penelitian selanjutnya.
Tabel 16. Tabel Delivery Performance tahun 2017
Volume
Prosentase
Quantity
Pencapaian
Juli
Agustus September Oktober Nopember Desember
Target
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Actual
80%
75%
85%
90%
90%
75%
Target
5,456
7,843
7,161
8,184
7,877
6,138
Actual
4,365
5,882
6,087
7,366
7,089
4,604
16
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Delivery Performance
4000
Ducting Lurus A
3000
Ducting Lurus B
2000
Elbow
1000
TEECross
0
0
2
4
6
TYLeft
8
Histogram Delivery Performance Semua produk 6 bulan terakhir
4. ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
Tabel 17. Analisa Perhitungan Jumlah Mesin Sebelum dan Sesudah Improvment
Mesin
Mesin
Cutting
Cutting
Plasma
AutoShear
(CNC)
Produk
TOTAL
Kebutuhan mesin
per JAM
TOTAL Realisasi
Kebutuhan Mesin
TOTAL Mesin
Actual
Selisih Kebutuhan
Mesin
Mesin
Mesin
Mesin
TFD
Mesin
Lock Lock Stik (Transfer
Bending
Former Former Flange
Duct)
Packing
Palet
2.43
2.99
3.73
3.73
2.55
1.53
4.17
2
2
2
2
3
2
2
2
3
4
4
4
2
10
0
1
2
2
1
0
8
Tabel 18. Analisa Perhitungan Jumlah Material Yang Dibutuhkan
Efektif
Efektif
Efektif
Efektif
Efektif
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Kebutuhan
Produk
Work
Material
Material
Material
Material
Day
Per 6 bulan Perbulan Per 6 bulan
Perbulan (m2)
(m2)
(coi)
(m2)
Ducting Lurus A
246
20
4911
29466
12
74
Ducting Lurus B
259
20
5188
31128
13
78
Elbow
19
20
376
2253
1
6
TEECross
14
20
290
1739
1
4
TYLeft
14
20
290
1739
1
4
TYRight
14
20
277
1663
1
4
TEE
17
20
345
2069
1
5
Transisi
37
20
736
4417
2
11
TOTAL PENGADAAN BJLS PERBULAN (M2)
74473
TOTAL PENGADAAN BJLS (COIL)
31
186
Efektif
Kebutuhan
Material
Perhari (m2)
17
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Produksi : Ducting
Proyek : Perancangan Layout
Dibuat
: Sukardi
Dengan :
Tanggal
: 30 Januari 2018
Lembar : 1 (satu)
Referensi
:
Gambar 6. Analisa Activity Relation Chart (ARC)
18
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 19. Penjelasan Activity Relation Diagram Setelah Improvment (ARD)
Kegiatan
Derajat
Kegiatan
Posisi mesin ini harus digeser, untuk
memberi akses keleluasaan pada sekitar
mesin dan pengoperasian, poisinya
mutlak dalam rangkaian proses produksi.
Posisi mesin ini harus digeser, untuk
memberi akses keleluasaan pada sekitar
mesin dan pengoperasian, poisinya
mutlak dalam rangkaian proses produksi.
Mesin Lock forming sudah cukup baik
posisinya dengan mesin cutting Autoshear
Mesin Stik forming sudah cukup baik
posisinya dengan mesin cutting Autoshear
Proses Pembuatan Flange eng ductign
dengan mesin TFD lokasinya dipindah
Proses bending ducting posisinya
dipindah untuk mengefektifkan aliran
Posisi perletakan palet packing ini
sebenarnya bisa dipindah secara spontan,
perletakannya harunya bisa diseting lebih
efektif lagi
Ruang kendali (Ruang kontrol) ini
posisinya tidak bisa diimprove.
Lokasi gudang bahan baku menjadi
penting, karena banyak menyita area dan
memerlukan alat pemindah untuk
penggunaannya.
Loading/unloading sebagian area
digunakan sebagai penyimpan barang
(palet) siap kirim. Sehingga posisinya
sangat penting bagi keleluasaan dan
kenyaman proses-proses lainnya.
1 Mesin Cutting AutoShear
2
Mesin Cutting Plasma
(CNC)
3 Mesin Lock Former
4 Mesin Lock Stik Former
5
Penjelasan
Mesin TFD (Transfer
Flange Duct)
6 Mesin Bending
7 Storage Packing Palet
8 Ruang Kendali
9 Raw Material Storage
10 Loading/Unloading
19
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 20. Analisa Lembar Kebutuhan Ruang Produksi Sebelum dan Sesudah Improvement
SEBELUM
SESUDAH
IMPROVMENT
IMPROVMENT
Total Total
Total
Jumlah Dimensi Area Jumlah Dimensi Total
Mesin/ Mesin/ (m2) Mesin/ Mesin/ Area
Area
Area Yang Area
Area (m2)
(PxL) Ada
(PxL)
DATA MESIN DAN AREA
No
AREA
1
Produksi
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Loading/
Unloading
11
No
Operasi
Mesin
Mesin Cutting
AutoShear
Mesin Cutting
Plasma (CNC)
Mesin Lock
Former
Mesin Lock Stik
Former
Mesin TFD
(Transfer Flange
Duct)
Mesin Bending
Palet
Office Operator
Ruang Panel
Gudang Barang
Jadi
Loading/Unloading
BJLS
2
108
2
108
3
99.18
3
99.18
2
7.68
4
15.36
2
9.45
4
18.9
3
28.8
4
38.4
2
5
1
1
12.15
8
18
18
2
5
1
1
12.15
8
18
18
1
144
1
144
1
144
1
144
864
12 Gudang
Gudang Barang
Bahan
1
24
621.26
Efektif Area yang digunakan
20
24
888
70%
864
1
24
647.99
24
888
73%
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Sebelum
Sesudah
Gambar 7. Analisa Template Sebelum dan Sesudah Improvment untuk mesin Autoshear
21
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Sebelum
Sesudah
Gambar 8. Analisa Template Sebelum dan Sesudah Improvment untuk mesin Plasma (CNC)
22
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Gambar 9. Layout keseluruhan sesudah di Improvment
Analisa Delivery Performance Sebelum dan Sesudah Improvment
Delivery Performance
Des.
Nop.
Oktober
Sept.
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
SEBELUM IMPROVMENT
SESUDAH IMPROVMENT
Ducting Lurus A
Ducting Lurus B
Elbow
TEECross
TYLeft
TEE
Transisi
TYRight
Gambar 10. Analisa Delivery Performance Sebelum dan Sesudah Improvement
23
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Analisa Kenaikan Produksi Terhadap Biaya Upah Produksi
Tabel 21. Kenaikan Produksi Terhadap Biaya Upah Produksi
URAIAN
Ducting Ducting
TEECro
TYRigh
Elbow
TYLeft
Lurus A Lurus B
ss
t
Produksi
Sebelum
2,694
Improvment
(Duct)
Produksi
Sesudah
3,848
Improvment
(Duct)
Kenaikan
Produksi
30%
(%)
Biaya Upah
Perbulan
35,640
Sebelum
Improvment
Biaya Upah
Perbulan
24,948
Sesudah
Improvment
Penurunan
Biaya Upah
-43%
Produksi
(%)
TEE
Transisi
TOTAL
2,886
154
135
135
135
135
289
6560.84
3,367
192
154
154
154
154
289
8311.68
14%
20%
13%
13%
13%
13%
0%
21%
33,264 623,701 712,801 712,801 712,801 712,801 332,640 3,876,448
28,512 498,960 623,701 623,701 623,701 623,701 332,640 3,379,863
-17%
-25%
-14%
-14%
-14%
-14%
0%
-15%
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
Metode Systematic Layout Planning dapat diaplikasikan dalam penentuan tata letak industri di
dalam suatu kawasan industri untuk meningkatkan efisiensi. Tata letak industri dalam klaster
perlu dipertimbangkan berdasar aliran material, proses produksi serta kedekatan dan keterkaitan
antar industri. Kesimpulan dari pendekatan metode tersebut adalah :
1.
Perhitungan jumlah mesin teoritis yang dibutuhkan data dilihat pada tabel.
2.
Perhitungan jumlah material yang dibutuhkan berdsarkan data produk sebelum nya yaitu :
Total kebutuhan material
: 12400m2/bulan
3.
Analisa Activity Relation Chart (ARC) adalah ada beberapa mesin-mesin yang mutlak
berdekatan atau berwarna merah adalah mesin Autoshear, CNC dengan Mesin Lock, Mesin
Stik dan Mesin TFD. Untuk mesin bending kedekatannya bisa berwarna hijau (Penting).
4.
Perhitungan luas kebutuhan ruangan atau area yang dibutuhkan berdasarkan hasil
Improvment adalah : Luas area keseluruhan 888m2, penggunaan sebelum Improvment
adalah 621.26m2 (70%), sesudah Improvment 647.99m2 ( 73%).
5.
Dari analisa layout yang baru, terdapat perubahan jarak antara mesin potong dengan mesin
lock, stik dan tfd, yang sebelumnya cukup jauh (bisa mencapai 5-10meter) memutar dan
24
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
sekarang jaraknya antara 1-1.5meter saja.
6.
Deangan layout yang telah di improvment ini terdapat kenaikan presentasi (%) Delivery
performance. Delivery performance adalah :
⚫
Sebelum Improvment Delivery Performance untuk jenis ducting lurus A&B adalah
75%, setelah Improvment menjadi 97% ada kenaikan 22%.
⚫
Sebelum Improvment Delivery Performance untuk jenis ducting fitting adalah 60%,
setelah Improvment menjadi 82% ada kenaikan 22%.
7. Dari Analisa biaya upah produksi terhadap produktivitas adalah adanya kenaikan produksi
sebesar rata-rata 21% (dari 6560.84 menjadi 8311.68duct/bulan) dan penurunan biaya upah
produksi sebesar 15% (dari Rp, 3,876,448 menjadi Rp. 3,379,863/bulan) setelah
dilakukannya Improvment.
5.1. SARAN
Setelah penulis menganalisa sampai dengan kesimpulan, ada beberapa saran yang perlu
disampaikan kepada pihak manajemen PT. Arista Pratama Jaya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Dalam menentukan dan menghitung kebutuhan mesin dan material, agar menghitung juga
luasan area yang dibutuhkan, untuk menjaga pola aliran yang seimbang.
Segala aktifitas adalah saling berhubungan dan berkaitan, maka diperlukan jembatan
komunikasi, bisa melalui meeting-meeting kecil dan briefing.
Untuk menjaga dan tetap meningkatkan Delivery Performance sampai dengan 99% harus
selalu dilakukan improvment secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James M. (1990). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Bandung : Penerbit ITB.
Dewi, AI, Perencanaan Ulang Tata Letak Fasilitas. Berdasarkan Hasilsimulasi Proses Produksi
Rokok. (Studi Kasus Pt Bayi Kembar Malang), Malang 2004.
Suyono, Dwi haryati, Perancangan Tata Letak area Produksi paper packaging pada pt. gramedia
printing unit cikarang dengan metode systematic layout planning, Jakarta 2012.
Susetyo, Joko., Simanjuntak, R.A., Ramos J.M. (2010). Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas
Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk
Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1, 75-84.
Yudawan, Albertus Pasca, Penataan Ulang Tataletak Pabrik Assesories Mobil Berbahan Polimer
pada PT. FLN dengan metode Sistematic Layout Planning, Jakarta 2011
25
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
ANALISA PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE
MAINTENANCE (TPM ) DENGAN METODE
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS ( OEE )
( Study Kasus : PT. TRIX INDONESIA )
Faozan ( 1 ) Ismail Kurnia ( 2 ) Vera Nova L. Raja ( 3 )
Jurusan Teknik Industri Universitas Krisnadwipayana
Jl. Kampus Unkris Jatiwaringin Pondok Gede – Jakarta 13077 – Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Dalam memenuhi pesanan Customer sering sekali perusahaan mengalami permasalahanpermasalahan yang terjadi untuk menyelesaikan pesanan Customer,hal ini menyebabkan pesanan
berikutnya yang menggunakan mesin yang sama harus menunggu pesanan sebelumnya selesai sehingga
jadwal produksi ( planning). yang telah disusun sebelumnya tidak bisa terpenuhi menyebabkan Stop Line
next proses, pihak Customer juga akan mengalami dampak atau kerugian yang cukup besar dan akan
berfikir untuk beralih ke perusahaan lain yang bisa memenuhi semua pesanan sesuai jadwal kebutuhan
produksi ( Planning ) pihak Customer .Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) merupakan metode yang
digunakan sebagai alat ukur ( metrik ) dalam menerapkan program TPM guna menjaga peralatan dalam
kondisi ideal dengan menghapuskan Six Big Losses peralatan. Overall Equipment Effectiveness adalah
besarnya efektifitas yang dimiliki oleh peralatan atau mesin. OEE dihitung dengan memperoleh dari
availabilitas dari alat-alat perlengkan, efisiensi kinerja dari proses dan rate dari mutu produk.Pada
penerapan metode OEE yang selama ini di jalankan oleh Pt. Trix Indonesia, target yang telah di tetapkan
oleh perusahaan telah di sesuaikan dengan kondisi perusahaan dan perusahaan belum mampu menerapkan
metode OEE. Nilai OEE mesin Aida Ry 250 Ton tertinggi hanya mencapai 64,33% dan kondisi ini masih
jauh dari kondisi ideal. Hendaknya pemeliharaan dan inspeksi rutin harus dilaksanakan dengan baik untuk
menghindari kerusakan, sehingga waktu Breakdown dapat di eliminasi.
Kata Kunci : Overall Equipment Effectiveness, Total Productive Maintenance
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor penunjang keberhasilan industri manufaktur di tentukan oleh kelancaran
proses produksi.sehingga bila proses produksi lancar, penggunaan mesin dan peralatan produksi
yang efektif akan menghasilkan produk berkualitas, waktu penyelesaian pembuatan yang tepat
dan ongkos produksi yang murah. proses tersebut tergantung dari kondisi sumber daya yang
dimiliki seperti manusia, mesin ataupun sarana penunjang lainya , dimana kondisi yang di maksud
adalah kondisi siap pakai untuk menjalankan operasi produksinya, baik ketelitian, kemampuan
atau pun kapasitasnya .
PT Trix Indonesia adalah salah satu cabang dari PT Trix grup yang berpusat di Siam aisin
thailand. PT Trix Indonesia adalah perusahaan supplier yang menyediakan part part ( komponen )
kendaraan roda empat dan roda dua .Untuk melakukan sebuah kegiatan proses produksinya,
khususnya department pressing melakukan proses dengan mesin yang kekuatan tekanan yang
bebeda beda, menyesuaikan dengan kebutuhannya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam memenuhi pesanan Customer sering sekali perusahaan mengalami permasalahan permasalahan yang terjadi untuk menyelesaikan pesanan Customer, hal ini menyebabkan pesanan
26
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
berikutnya yang menggunakan mesin yang sama harus menunggu pesanan sebelumnya selesai
sehingga jadwal produksi (planning). yang telah disusun sebelumnya tidak bisa terpenuhi
menyebabkan Stop Line next proses, pihak Customer juga akan mengalami dampak atau kerugian
yang cukup besar dan akan berfikir untuk beralih ke perusahaan lain yang bisa memenuhi semua
pesanan sesuai jadwal kebutuhan produksi ( Planning ) pihak Customer .PT Trix Indonesia harus
mampu mempertahankan Customer dan melakukan eveluasi perbaikan pada mesin, dies, jig,
compresor, maupun pekerjanya .
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
a)
Tujuan Penelitian
Dengan penerapan Total Productive maintenance mengunakan metode OVERALL
EQUIPMENT EFFECTIVENESS ( OEE ) Maka tujuan umum dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan aliran material dari step awal sampai finish good dan siap untuk
dialirkan ke Customer dengan tepat waktu ( Sesuai Planning ) .
2. Memaksimalkan penggunaan peralatan, mesin, dies, jig, tool.
3. Mengurangi biaya produksi .
b)
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi masukan kepada perusahaan dalam rancangan peneparan Total
Productive
Maintenance dengan perhitungan Overall Equipment Efectiviness (OEE) dalam meminimalis
Six Big Loses pada mesin aida Ry 250 t.
2. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai pemborosan waktu yang
terbuang saat terjadi trouble pada mesin Ry 250 t, next proses pun akan tergangu produksi
dan planning produksi tidak akan berjalan dengan baik.
1.4 Batasan Masalah
1.
2.
3.
Penelitian yang dilakukan hanya pada departemen PRESSING di PT TRIX INDONESIA
yang berlokasi di kawasan KKIC, jln maligi IV lot k1-e1 karawang.
Penelitian yang dilakukan hanya untuk mesin Ry 250 t .
Tingkat efektivitas mesin yang diukur hanya dengan menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE) dan Meminimalis Six Big Losses .
1.5 Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan merupan susunan atau aturan untuk memberi gambaran atau uraian
penulisan. dalam penulisan tugas akhir ini disajikan dalam beberapa bab antara lain.
BAB I
Pendahuluan
Diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah , sistematika
penulisan tugas akhir .
BAB II
Landasan Teori
Dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisa
masalah yang akan diteliti oleh penulis.
27
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
BAB III Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Diuraikan informasi mengenai tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, metode
dalam pengumpulan data yang diperoleh, langkah-langkah dalam pengolahan data dan
analisis pemecahan masalah.
BAB IV Analisa Dan Pembahasan
Berisi langkah-langkah dalam menganalisa data yang digunakan dalam penelitian yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, Dengan data tersebut dilakukan
pengolahan data .
BAB V
Kesimpulan Dan Saran
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan yang dapat dirangkum berdasarkan
hasil penelitian, dan saran-saran yang dapat diberikan berhubungan dengan hasil
penelitian.
2.
Landasan Teori
Pada bagian ini berisi tentang pengertian Total Productive Maintenance, tujuan penerapan
Total Productive Maintenance, Perbaikan mandiri operator ( autonomous maintenance ), Motto
5S dalam TPM, Pengertian Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) , Perhitungan OEE,
Pengertian Six Big Losses .
2.1 Total Productive Maintenance ( TPM )
Total Productive Maintenance ( TPM ) adalah suatu konsep program tentang pemeliharaa
yang melibatkan seluruh pekerja melalui aktivitas grup kecil ( Nakajima 1988 dalam Nachnul
Ansori, M. Imron Mustajib 2013:101 ). mengatakan bahwa tpm adalah suatu program
pemelihaaan yang melibatkan suatu gambaran konsep untuk pemeliharan peralatan dan pabrik
dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas serta pada waktu yang sama dapat meningkatkan
kepuasan dan moril karyawan.
Total Productive maintenance meliputi beberapan hal seperti komitmen total terhadap
program oleh kalangan manajemen puncak,pemberian wewenang yang lebih luas kepada pekerja
untuk melakukan tindakan korektif, dan merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu relatif
lama untuk pelaksanaannya serta prosesnya berlangsung secara kontinue. Total Productive
Maintenance menjadikan kegiatan pemeliharaan menjadi fokus yang penting dalam bisnis dan
tidak lagi dianggap sebagai kegiatan yang tidak menguntungkan. Dalam Total Productive
Maintenance, downtime (waktu ngangur ) untuk pemeliharaan dijadwalkan sebagai bagian dari
proses produksi sehari-hari dan bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
produksi tersebut.
2.2 Tujuan Total Productive Maintenance
Total Productive Maintenace bertujuan untuk menghilangkan kerugian proses yang dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu :
1.
Kerugian Karena Downtime
Kerugian system produksi yang masuk dalam kelompok ini adalah akibt dari peralatan yang
tidak bisa digunakan pada proses produksi untuk sementara waktu. Kerugian ini bisa di bagi
28
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
menjadi dua katagori, yaitu : Breakdown serta Setup dan Penyesuaian. Kerugian Downtime atau
Breakdown disebabkan karena kegagalan sporadis ataupun kronis. Kegagalan sporadis terjadi
ketika perubahan terjadi dalam beberapa kondisi ( Metode Kerja dan Kondisi Peralatan ),
sedangkan kegagalan kronis terjadi ketika ada beberapa kerusakan tersembunyi dalam mesin atau
peralatan. Kerugian karena setup dan penyesuaian terjadi ketika produksi satu item berakhir dan
peralatannya dimodifikasi atau disesuaikan untuk memenuhi item lainnya.
2.
Kerugian Karena Kinerja Buruk
Kategori ini memfokuskan pada penggunaan peralatan yang hilang sebagai akibat dari hasil
peralatan yang dijalankan pada kecepatan yang kurang dari maksimum. Kapasitas produksi yang
hilang ini masuk dalam subkategori : Reduksi kecepatan serta Penghentian Minor. Kerugian
Reduksi Kecepatan terjadi ketika ada perbedaan antara kecepatan yang diinginkan dengan
kecepatan aktual, serta kecepatan desain yang lebih rendah dari pada standart teknologi yang ada
atau kondisi yang diingonkan. Ini bisa terjadi karena kurangnya konfidensi operator dalam proses
manufaktur.
Kerugian penghentian minor terjadi ketika produksi terganggu oleh malfungsi sementara
ketika mesin dalam kondisi beroperasi. Penghentian ini berasal dari kebutuhan akan beberapa
penyesuaian sedikit ( seperti pengencangan baut ) ataupun karena kesalahan sensor.
Kerugian Karena Kualitas Buruk
Kerugian yang muncul dari produk kualitas buruk dibagi menjadi dua klarifikasi : kerusakan
proses dan kerugian start-up. Kerusakan dalam outout seringkali disebabkan oleh kerusakan
dalam proses yang terkait dengan kinerja peralatan. Kerusakan proses bisa meliputi masalah
produksi kronis dan sporadis yang menghasilkan produk yang tidak bisa diterima ( cacat ) atau
harus dikerjakan kembali ( rework ).
Kerugian start-up didefinisikan sebagai kerugian waktu ( Penurunan output ) selama tahap awal
produksi, dari start-up mesin sampai stabilisasi.
2.3 Pengertian Autonomous Maintenance
Pemeliharaan otonomi merupakan kegiatan yang dirancang untuk melibatkan operator
dengan sasaran utama untuk mengembangkan pola hubungan antara manusia, mesin, dan tempat
kerja yang bermutu. Pemeliharaan otonomi dirancang untuk melibatkan operator dalam merawat
mesinnya sendiri. Kegiatan tersebut melibatkan pembersihan, pelumasan, mur/baut, pengecekan
harian, pendeteksian penyimpangan dan reparasi sederhana.
2.4 Motto ‘5-S ‘ Dalam Total Productive Maintenance
Didalam pemeliharaan terdapat dua kegiatan mendasar, yaitu pembersihan dan
pemeriksaan . Dimana pelaksanaan kedua aktivitas tersebut harus didasari motto 5s, antara lain :
•
•
•
•
Seiri, yang berarti ringkas
Kegiatan memisah – memisahkan segala sesuatu yang benar – benar diperlukan dan
kemudian menyingkirkan yang tidak perlu dari tempat kerja.
Seiton, yang berarti rapi
Merupakan penetapan tata letak peralatan dan perlengkapan sehingga segalanya selalu siap
pada saat diperlukan.
Seiso, yang berarti bersih
memeriksa secara hati-hati untuk kemudian menyingkirkan segala sesuatu yang tidak
semestinya ditempat kerja sehingga kondisi tempat kerja selalu dalam keadaan bersih.
Seiketsu, yang berarti rawat
29
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
•
mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapai pada 3-S sebelumnya dengan
membakukanya ( standarisasi ).
Shitsuke, yang berarti rajin
Membina disiplin atau kebiasaan pribadi karyawan.
2.5 Pengertian Overal Equipment Effectiveness ( Oee )
OEE merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur ( metrik ) dalam menerapkan
program TPM guna menjaga peralatan dalam kondisi ideal dengan menghapuskan Six Big Losses
peralatan. Selain itu untuk mengukur kinerja dari satu sistem produktif. Kemampuan
mengidentifikasi secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya sehingga membuat
usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama metode ini diaplikasikan secara
menyeluruh oleh banyak perusahaan didunia.
Overall Equipment Effectiveness adalah besarnya efektifitas yang dimiliki oleh peralatan
atau mesin. OEE dihitung dengan memperoleh dari availabilitas dari alat-alat perlengkan,
efisiensi kinerja dari proses dan rate dari mutu produk.
2.6 Six Big Losses
Menurut (Nakajima 1988 dalam Nachnul Ansori, M. Imron Mustajib 2013:114). terdapat
enam kerugian besar yang menyebabkan rendahnya kinerja dari peralatan. Keenam kerugian
tersebut sering disebut dengan Six Big Losses yang terdiri dari :
•
•
•
•
•
•
3.
Equipment Failure ( kerugian akibat kerusakan perusahaan )
Set-up Adjusment ( kerugian karena mengangur dan dan penghentian mesin )
Idle And Minor Stoppage ( kerugian karena mengangur dan penghentian mesin )
Reduced Speed ( kerugian karena operasi rendah )
Defect In Process ( kerugian cacat produk dalam proses )
Reduced Yield ( kerugian akibat hasil rendah )
Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Pada bab ini Diuraikan informasi mengenai tempat dan waktu penelitian, objek penelitian,
metode dalam pengumpulan dan pengolahan data.
3.1 Data Produksi
Data produksi di PT. Trix Indonesia disajikan dalam tabel 3.2, data ini merupakan hasil
Rekap dari laporan hasil produksi .
Tabel 1. Data produksi
3.2
Bulan
Produksi Aida Ry 250 T ( Pcs )
Oktober
1.830.000
November
1.955.000
Desember
1.560.000
Data Kerusakan Mesin
Data yang di kumpulkan adalah data selama tiga bulan terakhir dengan mencari perhitungan
data kerusakan mesin, yaitu mulai dari bulan Oktober 2017 sampai dengan Desember 2017, data
kerusakan mesin terlampir pada tabel 3.3
30
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 2. kerusakan mesin Aida Ry 250 T
Grease
Macet
( jam )
Angin
Bocor
( jam )
Dies
Gompal
( jam )
Dies Ng
Dimensi
( jam )
Sensor
Mesin
( jam )
Oktober
2
1
4
2
November
1
1
3
Desember
-
-
2.5
Total
3
2
Bulan
9.5
Feeder
Total
( jam )
( jam )
1
-
10
2
-
-
7
2.5
-
-
5
6.5
1
-
3.3 Data Repair ( Repair)
Tabel 3. Data Repair
Bulan
Repair Time ( Menit )
Oktober
November
Desember
120
105
150
Waktu produksi
( jam )
276.5
281.5
234.5
Frekuensi ( kali )
5
4
2
3.4
Data Jam Kerja Dan Waktu Delay Mesin
Dari hasil pengamatan mesin aida ry 250 ton , faktor - faktor yang menyebabkan delay pada
mesin Aida Ry 250 ton adalah :
1. Penyetelan Part, merupakan pemeliharaan rutin harian berupa penyetelan komponen part part mesin .
2. Machine break, yaitu kerusakan atau gangguan terhadap mesin / peralatan yang
menyebabkan mesin berhenti beroperasi untuk sementara .
3. Planned Downtime, yaitu waktu downtime yang telah dijadwalkan dalam rencana produksi .
4. Schedule shutdown, yaitu berhentinya proses produksi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yang meliputi pengecekan part mesin dan 5S .
5. Dandori, merupakan proses penyetelan / pemasangan dies dan coil, data jam kerja dan delay
mesin disajikan pada tabel 3.4 .
Tabel 4. Jam kerja dan waktu delay mesin
Bulan
Oktober
November
Desember
Jam
kerja
Tersedia
( jam )
312
312
264
Penyetelan
Part
( jam )
Machine
Break
( jam )
8.5
8.5
7,5
10
7
5
Waktu Delay
Planned
Schedule
Downtime Shutdown
( jam )
( jam )
26
26
22
31
8,5
8,5
7,5
Dandori
( jam )
Total
Delay
8,5
8,5
7,5
61.5
58.5
49.5
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
4.
ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA
Penentuan Availability Ratio
Availability merupakan rasio dari operation time, dengan mengeliminasi downtime
perlatan terhadap loading time. Rumus untuk mengukur Availability adalah :
Rumus Availability =
LoadingTime−DownTime
LoadingTime
Rumus Performance Efficiency =
Rumus Rate Of Quality =
𝑋 100%
Processe Amount x Ideal Cycle Time
Operation Time
processed Amount−Defect Amount
Processed Amount
x 100%
x 100%
Rumus OEE : Availability X Perfomance Efficience X Rate of Quality X 100%
Tabel 5. Perhitungan Availability Ratio bulan Oktober – Desember 2017
Bulan
Loading Time
( jam )
Oktober
November
Desember
312
312
264
Total
Downtime
( Jam )
35,5
30,5
29,5
Operation
Time
( Jam )
276,5
281,5
234,5
Availability
Ratio
(%)
88,62%
90,22%
88,82%
Tabel 6. Perhitungan Performance Efficiency
Bulan
Blanking
( pcs )
Ideal cycle time
( Jam )
Operation Time
( jam )
Oktober
November
Desember
1.273.160
1.425.120
1.083.200
0,000170
0,000140
0,000149
276,5
281,5
234,5
Performance
Efficiency
( Jam )
78,27%
70,87%
68,82%
Tabel 7. Perhitungan Rate of quality
Bulan
Blanking
( pcs )
Oktober
November
Desember
1.273.160
1.425.120
1.083.200
Total
Broke
Repair
( pcs )
30.820
36.066
32.120
Total
Broke
Reject
( pcs )
0
0
0
Rate of Quality
Repair
(%)
Rate Of Quality
reject
(%)
97.57%
97.46%
97.03%
100%
100%
100%
Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ( OEE )
Untuk mengetahui besarnya nilai effktivitas mesin/peralatan secara keseluruhan, maka
harus di peroleh nilai-nilai Availability ratio, Performance Effecience, dan rate of Quality
Product.
32
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Bulan
Oktober
November
Desember
Availability
Ratio
(%)
88,62%
90,22%
88,82%
Performance
Efficiency
(%)
74,41%
70,87%
68,82
Rate of Quality
(%)
OEE (% )
97,57%
97,46%
97,03%
67,67%
61.98%
59.31%
Tabel 8. Hasil Perhitungan OEE
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan analisa pengolola data maka dapat di ambil beberapa
kesimpulan :
1.
2.
Pengukuran tingkat Overall Equipment Effectiveneess pada periode bulan oktober –
desember 2017 tingkat rata – rata OEE baru mencapai 61.98%. angka tersebut jauh dari
kondisi ideal 85%
Faktor yang memiliki konstribusi terbesar penyebab rendahnya OEE mesin Aida Ry 250
ialah set-up adjustment dan reduced speed loss dengan masing – masing presentase.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang di peroleh, maka saran yang dapat
penulis berikan sebagai masukan untuk perusahaan sebagai berikut :
1.
2.
Perlu adanya penambahan personil maintenance untuk lebih efektif dalam perawatan mesin,
tool, dies, penyediaan sparepart dalam perawatan dan pemeliharaan berjangka. Pemeliharaan
dan inspeksi rutin harus dilaksanakan dengan baik.
Perusahaan harus segera menerapkan metode Overall Equipment Effectivenes, untuk
mengetahui tingkat effektifitas mesin agar dapat mengeliminasi waktu downtime, dan
meningkatkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, N., & Mustajib, M. (2013). Sistem Perawatan Terpadu ( Integrated Maintenance
System ). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kurniawan, F. (2013). Manajemen Perawatan Industri Teknik Dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sudrajat, A. (2011). Pedoman Praktis Manajemen Perawatan Industri. Bandung: PT Refika
Aditama.
Ulfi Nurfaizah, R. H. (2014). Rancangan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Di
Bagian Press II PT. XYZ. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 341 - 345.
33
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Yudi Siswanto, S. R. (2017). Analisa Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan
Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Pada Pompa Sentrifugal Studi Kasus :
PT.XYZ. Seminar dan Konfresi Nasional IDEC 2017, 470 - 479.
PERANCANGAN HOPPER TANK DAN KURSI
ERGONOMI PADA SALAH SATU STASIUN
KERJA DENGAN PENDEKATAN
ANTROPOMETRI
(studi kasus PT. RUDY SOETADI)
(1) Wisnu Ibrahim (2) Florida (3) Amar
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana Jakarta
Jln. Raya Jatiwaringin Pondok Gede Jakarta Timur 13620 telp (021) 84990456
Email: [email protected]
ABSTRAK
Teknologi industri yang pesat tidak selamanya meninggalkan tenaga manusia dalam produksinya
(Manual). Produksi manual memiliki kelebihan yaitu berkurangnya biaya listrik, BBM dan service. Di
samping itu tidak juga menguntungan karena manusia memiliki tingkat kelelahan. Faktor penyebab
terjadinya kelelahan tertinggi akbat adanya suatu proses yang tidak teratur. Dalam PT.Rudy Soetadi pada
bagian Line assembly handbody di bagian stasiun kerja capper, terjadi kelelahan dan kurangnya
kenyamanan karena meja conveyor terlalu rendah, pekerja berdiri dan adanya aktivitas yang tidak teratur
seperti pengisian ulang cup karena wadah cup terlalu kecil sehingga menyebabkan downtime saat
pengisian cup. Perlu adanya perbaikan di setasiun kerja capper. Antropometri adalah terapan ilmu
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain secara ergonomi.
Antropometri dibagi 2 yaitu: statis adalah metode pengukuran tubuh manusia secara diam dan dinamis
adalah metode pengukuran tubuh manusia secara bergerak. Untuk menguji tingkat resiko level cedera
maka di pakai softwere CATIA yang berfungsi sebagain analisa gerakan RULA. Setelah di lakukan
perancangan hopper tank dan kursi terdapat turunya level cedera dari analisa RULA, yang sebelumnya
level 7 dengan keterangan kemungkinan resiko cedera tinggi, menjadi level 3 dengan resiko cedera rendah
dan adanya peningkatan Out put (Produktifitas) terdapat kenaikan sebesar 3% menjadi 93% (21.570
pcs/shift) dari sebelumya 90% (20.790 pcs/shit) di karenakan adanya waktu downtime yang hilang sebesar
930 detik / 15,5 menit
Kata kunci : Perancangan Ergonomis, Antropometri, CATIA ,RULA, out put (Produktivitas).
I.
Pendahuluan
Dalam sistem kerja ada beberapa industri yang masih menggunakan tenaga manusia dalam
menjalankan proses produksinya (manual). Penggunaan tenaga manusia dapat menghemat biaya produksi
karena perusahaan tidak mengeluarkan biaya tambahan bagi mesin seperti biaya listrik, BBM dan biaya
service serta alat pendukung lainnya. Namun disisi lain penggunaan tenaga manusia tidak selamanya
menguntungkan. Hal ini dikarenakan proses produksi dengan menggunakan tenaga manusia lebih lama
dibanding dengan menggunakan mesin auto untuk mencapai target produksi. Manusia tidak bisa secara
terus menerus melakukan pekerjaan, manusia memerlukan waktu tambahan untuk beristirahat dalam
melakukan pekerjaan. Salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan agar kesehatan dan
kenyamanan pekerja terpenuhi adalah posisi atau sikap kerja dari operator saat melakukan aktivitas kerja.
Penerapan ergonomi perlu dilakukan dengan lebih baik melalui penyesuaian mesin, alat dan perlengkapan
34
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
kerja terhadap tenaga kerja yang dapat mendukung kesehatan, kenyamanan dan efisiensi kerja (Nurmianto,
2003).
Perusahaan Rudy Soetadi tergabung dalam (TEMPO GRUP) bergerak di bidang farmasi,
yang memperoduksi berbagai macam kosmetika. Salah satunya yaitu pada bagian asemmbly
pembuatan produk handbody kemasan botol, pada stasiun kerja ini seluruh alur produksi masih
menggunakan tenaga manusia (manual) berawal dari botol kosong di filling dengan mesin
kemudian di beri cup atau tutup botol secara manual kemudian di jik atau di press tutup botol
sehingga cup tertutup rapat, setelah botol jadi dalam kemasan kemudian di satukan dalam pelastik
berisi 6 pcs hanbody dan sampai proses akhir di masukan ke dalam box. Kelelahan salah satu
pekerja akan dampak pada target produksi, tersumbatnya aliran produksi bahkan dapat
menimbulkan line tersebut berhenti atau downtime. Pada bagian capper (pemasangan cup) terjadi
ketidak nyamanan karena ada aktivitas yang tidak teratur, yaitu pada saat pengisian ulang cup.
Pekerja harus mengambil cup yang tersedia di grobak. Sehingga pekerja harus meninggalkan
posisi kerja dan harus kembali secepat mungkin. Karna wadah cup yang terbatas.
RULA merupaka salah satu alat ergonomi yang menilai skor resiko cidera pada bagian tubuh
atas. Apabila level skor tinggi pada suatu analisa maka perlu adanya perbaikan. Terdapat keluhan
di stasiun kerja capper karena adanya aktivitas kerja yang tidak teratur sehingga dapat
menimbulkan resiko cedera dan kelelahan. Penelitihan di lakukan untuk merancang fasilitas di
stasiun kerja capper untuk mendesain wadah cap yang dapat teralir sehingga aktivitas kerja teratur
dan di beri kursi ergonomi yang dapat meningkatkan kenyamanan pekerja dengan pendekatan
Antropometri dan analisa RULA.yang bertujuan untuk memberikan solusi dalam perancangan
fasilitas kerja.
II. Landasan Teori
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin yaitu “ergon” yang berarti kerja dan “namos”
yang berarti hukum alam dan dapat di definisikan sebagai studi tantang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang di tinjau secara anotomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia dalam aktivitas kerja. Di dalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
[Nurmianto, 1998].
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu pengukuran manusia. Antropometri adalah
satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran,
bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses
perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia [Nurmianto,
1996].
Antropometri di bagi 2 yaitu: Antropometri Statis adalah pengukuran manusia pada posisi
diam atau yang dibakukan. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur
dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Atau bisa juga di
katakan sebagai pengukuran tubuh diam. Misalnya : pengukuran yang di lakukan oleh tukang
jahit intuk mendesain baju. Antripometri Dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan 13 gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Uji normal data adalah sebuah uji bertujuan untuk menilai sebaran data pada suatu
kelompok data atau variable, apakah sebaran tersebut berdistri busi normal atau tidak dari sebuah
populasi, seperti menentukan Uji keseragaman data: (nilai mean, standar devisiasi, batas kontol
atas dan bawah) dan uji kecukupan data.
Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang-orang yang
memiliki ukuran di bawah atau pada nilai tersebut (Nurmianto,1996). Sebagai contoh, 95th
percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah nilai dari suatu data
yang diambil. Untuk penetapan data antropometri digunakan distribusi normal di mana distribusi
35
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
ini dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan bakunya (standar
deviasi) dari data yang diperoleh. Dari nilai yang ada tersebut, dapat ditentukan nilai persentil
sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal yang ada.
Perancangan sistem kerja ialah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknikteknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Tujuan dari Perancangan
Sistem Kerja adalah tercapainya tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi serta aman,
sehat dan nyaman bagi para pekerja atau biasanya di sebut EASNE. [Iftikar Z. Sutalaksana., 2006]
CATIA (Computer Aided Three dimensional Interactive Application) adalah software
desain yang dikembangkan oleh Dassault System. Software ini berguna untuk membantu proses
desain (CAD), yang memungkinkan proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital
sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual maupun model fisik. Software ini juga handal
dalam memenuhi kriteria artistik, kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis) dan juga
kelayakan secara bisnis dari suatu desain produk.
RULA (Rapid Upper Limb Assesment) merupakan suatu alat yang berbentuk survei untuk
mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera komulatif melalu analisis postur,
gaya, dan penggunaan otot. Hasil analisis akan mengidentifikasi derajat kecenderungan pekerja
mengalami resiko dan menyediakan metode untuk prioritas kerja untuk membantu dalam
investigasi pekerjaan lebih lanjut. Alat ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap
modifikasi pekerjaan. Alat ini dirancang untuk menjadi survey yang mudah digunakan dan cepat
yang dapat menjawab keperluan akan analisis yang lebih detail. Selah di analisa terdapat katagori
scor yang menentukan level resiko cidera (Activity Scor). Yaitu;
1. Action level 1, apa bila skor 1 dan 2 postur saat ini bisa di terima untuk priode waktu yang
lama. (level resiko cidera aman).
2. Action level 2, apa bila skor 3 dan 4 postur saat ini bisa di terima untuk saat ini. Perlu
dilakukan investigasi lanjutan pada priode mendatang (level resiko cidera rendah).
3. Action level 3, apa bila skor 5 dan 6 Perlu dilakukan investigasi (level resiko cidera tinggi).
4. Action level 4, apa bila skor 7 Perlu dilakukan perbaikan sekarang karena sangat berbahaya.
(level resiko cidera sangat tinggi).
III. Metode Penelitian
Langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitihan ini di mulai dari observasi k lapangan
secara langsung untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Setelah di lakukan observasi
terdapat rumusan masalah yaitu terjadi ketidaknyamanan pada stasiun kerja capper. Karena
adanya aktivitas yang tidak teratur dan pekerja berdiri selama 7 jam kerja. Sehingga terjadinya
downtime pada stasiun kerja tersebut. Tujuan penelitihan ini adalah memberikan usulan fasilitas
kerja yang lebih ergonomi dengan pendekatan Antropometri, menganalisa level cidera dengan
RULA sebelum perbaikan atau sesudah perbaikan, dan menganalisa tingkat output (produktivitas)
setelah melakukan perbaikan. Setelah menentukan tujuan yaitu selanjutnya mengukur dimensi
Antropometri yang di perlukan untuk perancangan , setelah data Antropometri tekumpul data
tersebut di olah untuk menjadi nilai distribusi dan menentukan nilai percentil.
Tahapan untuk perancangan stasiun kerja capper (lantai 3) di mulai dari penentuan desain,
desain alternatif yang di ambil adalah perubahan wadah cap menjadi hopper tank atau buffer
tank. Hopper tank di desain dan rancang langsung ke lantai atas (lantai 4) harus membobok atap
sehingga langsung menghubungkan ke lantai 3 ke 4 sehingga tidak lagi menggunakan grobak
untuk mentransfer cap. Hopper tank di beri kaca dan bell yang berfungsi untuk memberi sinyal di
lantai 4 ketika cup habis. Setelah tidak ada lagi aktivitas pengisian ulang cup maka pekerja di beri
kursi ergonomis.
IV. Hasil dan pembahasan
A. Kondisi actual
36
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Gambar 1. Kondisi actual
Dalam kondisi tersebut pengukuran di lakukan bertujuan untuk mendapatkan desain pada
stasiun kerja capper yang akan di lakukan perubahan, dalam kondisi tersebut wadah cap hanyalah
sebuah baskom. Dalam kondisi kerja saat ini petugas cap harus berbalik arah mengisi ulang cap
yang tersedi di grobak, grobak di suplay dari petugas botol di lantai 4.
B. Pengolahan data
Dalam usulan perbaikan, alternatif rancangan di buat menjadi hopper tank yang dapat
meneransfer cup selama 7 jam kerja sehingga pekerja capper tidak lagi harus melakukan aktivitas
pengisian ulang cap sehingga lebih ergonomis. Data yang di perlukan untuk perancangan adalah
dimensi postur tubuh antropometri ststis yaitu : TPO (Tinggi Popliteal) untuk menentukan tinggi
kursi, PP (Pantat Popliteal) untuk menentukan kedalaman kursi,TSP ( Tinggi Sandaran
Punggung) untuk menentukan tinggi sandadaran kursi, LP (Lebar Pinggul) untuk menentukan
lebar kursiLSP (Lebar Sandaran Punggung) untuk menentukan lebar sandaran kursi, RT (Rentang
Tangan) untuk menentukan panjang hopper tank yang akan di desain. Pengukuran dengan cara
melakukan rentang tangan kemudian di ukur dari ujung jari kanan sampai ke kiri, TSD (Tinggi
Siku Duduk) untuk menentukan tinggi meja conveyor, dan JDT (Jangkauan Tangan Kedepan)
untuk menentukan lebar hopper tank.
Kemudian data di olah dengan uji keseragaman data dan kecukupan data untuk menentukan
nilai percentil dari suatu populasi.
Tabel 1. Nilai percentil
Data
Mean
Standart
Devisiasi
P5
P50(X)
P95
Antropometri
Jumlah
Data
TPO
30
41,15
1,468
38,75
41,15
43,55
PP
30
43,13
1.99
39,87
39,87
46,39
TSP
30
52,68
1,037
50,15
50,98
54,35
LP
30
42,05
1,044
39,89
40,36
43,76
LSD
30
35,68
1,26
33,3
33,62
37,73
RT
30
158,8
1,095
156,19
155,6
161,99
TSD
30
25,37
1,105
23,55
25,37
27,18
JTD
30
73,53
1,129
71
71,68
75,38
Perancangan sistem kerja.
37
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Dalam penentuan ukuran desain diperlukan analisa penentuan nilai persentil dari setiap
desain perancangan, bertujuan untuk mentukan nilai dari sebuah populasi dan mendapatkan
desain perancangan yang ergonomis nan juga di beri nilai Allowance atau kelonggaran. Berikut
analisa penentuan nilai suatu ukuran untuk usulan perancangan.
Tabel 2. Penentuan nilai percentil untuk desain
N
O
1
2
RANCANGAN
P
Tinggi meja
compayer (TSD
+ TPO)
P5
0
Panjang
Hopper Tank
(RT)
Menyesuaiankan
panjang
area
pemasangan cap, untuk jangankauan
rentang tangan yang lebih panjangn
juga dapat leluasa mengambil cap.
Menyesuaikan lebar compayer. Dan
pekerja memiliki jangakauan tangan
ke depan nilai p5 dapat menjangkau
cap dengan nyaman.
Menyesuaikan ukuran wadah cap yang
terdahulu, jika terlalu rendah dapat
mengurangi volume cap dan terlalu
tinggi dapat menggangu pandangan
botol. Karna posisi hopper cap berada
di tengah-tengan antara compayer
berjalan dan pekerja.
Tinggi hopper tank menjulang ke atas.
Dan di lakukan pembobokan atap.
Sehingga pengisian cap di lakukan dari
lantai atas oleh petugas gudang
komponen yang memang sudah
tersedia.
Agar pekerja yang kakinya pendek
tidak menggantung dan orang yang
kakinya tinggi dapat menggunakan
tempat duduk dengan nyaman.
Agar pekerja yang mempunyai jarak
pantat popliteal yang pendek dapat
merasa nyaman dengan alas duduk.
Agar orang yang mempunyai pinggul
yang besar dapat merasa nyaman
dengan lebar alas kursi.
Agar
pekerja
yang
tinggi
punggungnya lebih rendah
maka
masih menopang sedikit punggung
atas, itu tidak mengurangi tingkat
kenyamanan saat bersandar.
10 cm
Tinggi hopper
tank
-
5
2490
cm
Tinggi hopper
tank ke atap
-
6
9
156 cm
P5
4
8
Agar memudahkan lutut kaki pekerja.
28 cm
Lebar hopper
tank (JDT)
44 cm
Tinggi kursi
(TPO)
P5
0
Kedalaman
kursi (PP)
P5
0
Lebar kursi
(LP)
P9
5
Tinggi
sandaran
punggung
(TSP)
KETERANGAN
67 cm
P5
3
7
HASIL
43 cm
44 cm
54 cm
P9
5
38
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
1
0
Lebar sandaran
punggung
(LSP)
P9
5
38 cm
Pekerja yang lebih kecil punggungnya
dapat
merasakan
kenyamanan
sandaran.
C. Desain Usulan Perancangan Hopper tank dan kursi ergonomi.
Dalam perancangan meja conveyor hanya menambahkan ukuran dari semula 63 cm
menjadi 67 cm. Dan untuk hopper di desain ke atas.
Gambar 2. Desain hopper tank
Untuk meningkatkan kenyamanan dalam bekerja, stasiun kerja pamasangan cip di beri
kursi ergonomis dengan ukuran bedasarkan data antropometri yang sudah di tentikan nilai
percentil.
Gambar 3. Desain kursi ergonomis
D. Analisa RULA
1). Analisa RULA Sebelum perbaikan
Bedasarkan analisa gerak di stasiun kerja pengecapan, gerakan pekerja berulang ulang.
Tangan kanan mengambil cup dan menaruh ke botol yang ada di conveyor dan tangan kanan
pun sama, posisi badan sedikit membungkuk karen meja compayer yang rendah, sedangkan
posisi kaki dalam keadaan berdiri.
39
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Gambar 4. Aktivitas pengecapan sebelum perbaikan
Tabel 3. Analisa RULA sebelum Perancangan
Keterangan
Skor
Alasan
Posisi lengan atas (Upper arm)
+3
karena lengan membentuk 75 drajat dari
posisi tubuh.
Posisi lengan bawah (Lower arm)
+1
lengan bawah tidak membentuk sudut.
Posisi pergelangan tangan ( Wrist
position)
+3
pergelangan tangan membengkok ke
samping.
Penikungan pergelangan tangan (Wrist
twist)
+1
pergelengan tangan terpelintir sampai
batas tengah
Skor Tabel A Wirst & Arm
+4
Penggunaan Otot (Muscle Use Score)
+1
di karenakan aktivitas di lakukan lebih
dari 4x per menit
Muatan (Skor Force)
+0
beban di bawah <44 lbs. Berat cap hanya
23 gram
Skor Lengan & Pergelangan tangan
aktifitas pengecapan (Wirst & Arm)
+5
Neck Posisi (Leher)
+4
leher membentuk sudut 30 drajat ke
belakang dari posisi badan.
Trunk Posisi (Punggung)
+3
pada aktifitas bekerja, badan sedikit
membungkuk ke depaan sebesar 30
drajat
Leg Posisi (Kaki)
+2
bedasarkan analisa bahwa kaki dalam
kondisi berdiri dan tidak tertopang.
Skor Tabel B Neck, Trunk & Leg
Penggunaan Otot (Muscle Use Score)
+7
+1
40
dkarenakan aktivitas bagian kepala dan
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
leher lebih dari 4x per menit naik turun.
Muatan (Skor Force)
karna beban di bawah <44 lbs. Berat topi
hanya 300 gram.
+0
Skor Leher, Punggung & Kaki (Neck,
Trunk & Leg)
+8
Bedasarkan analisa rula bahwa skor menunjukan angka 7 yang di artikan bahwa resiko
cidera tinggi dan perlu adanya perbaikan segera mungkin.
2). Analisa RULA Setelah Perancangan
Setelah di lakukan perancangan setasiun kerja capper mengunaka sofware CATIA.
Terdapat pengurangan siklus kerja yaitu tidak adanya aktifitas pengisian cup, kerena aktifitas
pengisian cup langsung di transfer lewat atas melalui hopper tank. Dan aktivitas pengecapan
dalam posisi duduk sehingga tingkat kelelahan akibat berdiri berkurang dan menambah nilai
kenyamanan.
Gambar 5. Ilustrasi aktivitas pengecapan sesudah perancangan
Tabel 4. Analisa RULA sesudah perancangan
Keterangan
Skor
Alasan
Posisi lengan atas (Upper arm)
+2
lengan membentuk 20-45 drajat dari posisi tubuh.
Posisi lengan bawah (Lower arm)
+1
lengan bawah membentuk sudut dibawah 90.
Posisi pergelangan tangan ( Wrist
position)
+3
pergelangan tangan membengkok ke samping.
Penikungan pergelangan tangan
(Wrist twist)
+1
pergelengan tangan terpelintir sampai batas
tengah
Skor Tabel A Wirst & Arm
+3
Penggunaan Otot (Muscle Use
Score)
+1
di karenakan aktivitas di lakukan lebih dari 4x per
menit
Muatan (Skor Force)
+0
beban di bawah <44 lbs. Berat cap hanya 23 gram
Skor Lengan & Pergelangan
tangan aktifitas pengecapan (Wirst
& Arm)
+4
41
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Neck Posisi (Leher)
+1
leher tegak.
Trunk Posisi (Punggung)
+1
pada aktifitas bekerja, badan tegak
Leg Posisi (Kaki)
+1
bedasarkan analisa bahwa kaki dalam kondisi
duduk dan tertopang.
Skor Tabel B Neck, Trunk & Leg
+1
Penggunaan Otot (Muscle Use
Score)
+1
dkarenakan aktivitas bagian kepala dan leher
lebih dari 4x per menit naik turun.
Muatan (Skor Force)
+0
karna beban di bawah <44 lbs. Berat topi hanya
300 gram.
Skor Leher, Punggung & Kaki
(Neck, Trunk & Leg)
+2
Bedasarkan analisa rula bahwa skor menunjukan angka 3 yang di artikan bahwa terdapat
penurunan level resiko cidera pada simulasi CATIA.
E. Analisa Produkrivitas.
Proses melakukan isi ulang cap membutuhkan waktu sekitar 10 detik. Dari analisa bahwa
kapasitas wadah cup hanya menampung 250 psc cap denga asumsi bahwa sekali pengisian cup
hanya menampung 250 cup . Sementara kapasitas / kecepatan mesin filler adalah 55pcs/menit,
4,5 menit sekali petugas capper melalukan isi ulang cap, di artikan bahwa mesin filler kan berhenti
setiap 4,5 menit sekali selama 10 detik selama 93 kali. di perkirakan adanya waktu yang terbuang
(downtime) sekitar 930 detik /15,5 menit selama 7 jam kerja/per shiftnya. Dari analisa di atas
bahwa sebelum melakukan perbaikan produktifitas dari sebuah mesin adalah 90%. 20790 adalah
output yang di rencanakan oleh managemen. Setelah adanya perbaikan pada salah satu sistem
kerja di stasiun kerja capper. Maka output rencana naik, di karenaka hilangnya waktu downtime
930 detik dan nilai waktu dalam 1/unit pcs hanbody adalah 0,91detik/pcs. Di dapat dari kapasitas
mesin/detik. 55/60 = 0,91 detik/pcs.
Tabel 5 Perhutungan Output rencana setelah perbaikan
(WKT/PCS x WKT DOWNTIME) + TARGET AWAl
Ket
Perhitungan
( 0,91 x 930 ) + 20790 (90%)
Hasil
21670 Pcs (93%)
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
21.670
=
𝑥 100 = 93%
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
23.100
Output rencana pun naik menjadi 21.670 pcs, yang di dapat dari analisa di atas di simpulkan
bahwa terdapat kenaikan pada produktivitas sebesar 3% dari sebelumya 20790 (90%) menjadi
21670 Pcs (93%).
V. Kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Terdapa Usulan dimensi perbaikan perancangan meja conveyor, wadah cap menjadi hopper
tank dan kursi ergonomis sebagai berikut :
Tinggi meja conveyor
= 67 cm
Panjang hopper tank
= 156 cm
Lebar hopper tank
= 28 cm
Tinggi wadah hopper tank
= 10 cm
42
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tinggi hopper tank ke atas
Tinggi kursi
Kedalaman kursi
Lebar kursi
Tinggi sandaran punggung
Lebar sandaran punggung
= 2490 cm
= 44 cm
= 43 cm
= 44 cm
= 58 cm
= 38 cm
Dari analisa Rula terdapat penurunan level cidera, dari yang sebelumnya skor 7 pada
aktivitas capper dapat di artikan level cidera tinggi menjadi skor 3 pada aktivitas capper Sehingga
level cedera rendah dapat di atrtikan perancangan fasilitas kerja jauh lebih ergonomi.
Bedasarkan analisa tingkatan Out put (Produktifitas) terdapat kenaikan target out put
(Produktifitas) sebesar 3% menjadi 93% (21.570 pcs/shift) dari sebelumya 90% (20.790 pcs/shit)
di karenakan adanya waktu downtime yang hilang sebesar 930 detik / 15,5 menit setelah perbaikan
perancangan fasilitas kerja capper.
B. Saran
1. Agar segera di lakuan perubahan tempat kerja di Area Stasiun kerja capper dari wadah cap
yang kecil di ubah menjadi hopper tank dan di beri kursi yang ergonomis dengan pendekatan
Antropometri.
2. Ketika hopper dan kursi di rancang perhatikan sistem penggabungan (pengelasan) untuk
memastikan tiap sambungan di las dengan rapat dan kokoh.
Daftar Pustaka
Astuti, Rahmaniyah D. Analisa dan Perancangan Sistem Kerja, Surakarta: Deepublish. 2016
Hermawan, Yuni. Jurnal Pengembangan dan analisi ergonomi kursi operator mesin Vulkanisir
ban dengan metode Reverse engineering : Jember Universitas. 2011
Husein, Torik & Sarsono, Ari. Jurnal Perancangan sisitem kerja ergonomis untuk mengurangi
tingkat kelelahan : Mercubuana Universitas, Jakarta. 2014
Kuswara, Wowo Sunaryo. Antropometri Terapan,Bandung : Pramaja Rosdakarya. 2015
Nigo. Anindita,Monica. Schoenauer,Shendy. Dewi,Chandra. Jurnal Perancangan meja
ergonomis untuk proses pemotongan kulit di heraton Craft Yogyakarta : Atma Jaya
Universitas ,Yogyakarta .2014
Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Surabaya : Guna
Widya. 1998
Nugroho D. Yusuf ST., MT. Modul Pratikum Perancangan Kerja dan Ergonomi : Telkom
University
Nurjannah St., Mt. Modul pelatihan Erginomi Desain and Analisis RULA : Gunadarma
University.2016
Sarjono, Haryadi. Model Pengukuran Rasio Produktivitas bedasarkan rasio output per
inputnya : UBiNus, Jakarta. 2001
Sutalaksana, Iftikar Z. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung : ITB. 2006.
Sutrio, Firdaus, Oktri Mohammad. Jurnal Analisis Pengukuran RULA dan REBA Petugas pada
Pengangkatan Barang di Gudang Dengan Menggunakan Software Ergolntelligencel :
Widyatama Universitas, Bandung. 2011
Wingnjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya : 2002
43
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
ANALISIS HUBUNGAN PENERAPAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : Divisi Pelayanan Selatan dan Key
Account PALYJA)
(1) Elizabeth Esther Lanna Hasibuan (2) Suwanda (3) Amar
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Krisnadwipayana
Jl. Jatiwaringin Pondok Gede Jakarta Timur
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mendukung pencapaian target perusahaan karena hal ini berkaitan langsung dengan karyawan yang
merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat penting. Penelitian ini menggunakan metode
kuesioner, teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran angket (kuisioner). Instrumen yang
digunakan adalah angket model skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik uji
validitas dan uji reliabilitas serta korelasi Rank Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Hasil uji validitas
terdapat nilai r hitung > nilai r tabel, sehingga kuesioner tersebut dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas
dengan menggunakan Cronbach’s Alpha, dimana hasilnya sebesar 0.946. Artinya bahwa item-item dalam
kuesioner ini memiliki konsistensi yang baik sebagai pengukur dimensi. Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif anatara penerapan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada Divisi Pelayanan Selatan dan Key
Account PALYJA.
Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kinerja Karyawan
I. PENDAHULUAN
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan bahwa, secara global,
sekitar 2,2 juta orang tenaga kerja meninggal dunia setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, sementara itu sekitar 270 juta tenaga kerja mengalami cedera non-fatal yang serius
dan lainnya sekitar 160 juta tenaga kerja menderita sakit yang disebabkan karena hubungan
pekerjaan. Angka-angka tersebut menunjukkan suatu kerugian yang cukup besar yang memiliki
dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan menjadi beban bagi masyarakat secara umum.
44
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Dengan demikian, upaya pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus
memperhitungkan nilai ekonomi masyarakat serta menjadi praktek bisnis yang baik bagi
perusahaan.
Sebagai gambaran umum, Masyarakat Uni Eropa tahun 2007-2012 menetapkan strategi
K3 di tempat kerja untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas di tempat kerja. Dalam strategi
tersebut dinyatakan : bahwa penjaminan kualitas dan produktivitas di tempat kerja akan dapat
mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Hal ini disebabkan adanya fakta
bahwa kurangnya perlindungan efektif untuk menjamin K3 di tempat kerja dapat menyebabkan
angka absensi yang tinggi, setelah kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dan dapat
menyebabkan kecacatan yang bersifat permanen. (Tarwaka, 2015:200).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UndangUndang No. 13 tahun 2003 pada pasal 86 dan 87, tentang perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), menekankan bahwa setiap perusahaaan wajib melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai hak tenaga kerja. Pelaksanaan program keselamatan
dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan
sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun bahaya kecelakaan di dalam perjalanan menuju dan
kembali dari tempat kerja (commuting).
Berdasarkan data kecelakaan dari Divisi EHS di PALYJA pada tahun 2015 ada
sebanyak 46 kasus kejadian, tahun 2016 ada sebanyak 60 kasus kejadian, sedangkan pada tahun
2017 ada sebanyak 41 kasus kejadian. Atas dasar latar belakang dan rumusan diatas, maka pokok
permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah hubungan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dapat mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan.
Sumber : Divisi EHS PALYJA
Gambar 1. Grafik Kecelakaan 2015-2017
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah ditetapkan penulis, maka tujuan dari
penelitian ini adalah: untuk menganalisa hubungan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) terhadap kinerja karyawan pada PT PALYJA sehingga dapat menurunkan jumlah
kecelakaan (zero accident) yang terjadi di perusahaan
II. LANDASAN TEORI
Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang
45
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masingmasing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Rivai dan Basri, (2005:50) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan
tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting
dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak
efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan
tersebut efisien (Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang
dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan
kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan
apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono, 1999:27).
Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati
perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (2005:6) keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ada, akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan kinerja. Menurut Mangkunegara (2011:161) keselamatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2011:161) program keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan fakto-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode waktu yang ditentukan. Lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara Filosofis adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur.
Menurut Ridley, John (2008), mengartikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Teori dan Konsep Hubungan Keselamatan Kerja dan Kinerja Karyawan
Penerapan program keselamatan kerja yang optimal bagi karyawan secara langsung erat
hubungannya dengan kinerja karyawan, karena penerapan program keselamatan kerja merupakan
salah satu cara memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka. Motivasi akan timbul
dari diri karyawan untuk bekerja sebaik mungkin apabila mereka merasa aman dan nyaman dalam
46
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
melaksanakan pekerjaannya tanpa ada resiko yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, selain
itu karyawan juga akan senang karena mereka merasa diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja. Akan tetapi sebaliknya, apabila program keselamatan kerja tidak dijalankan
secara intensif dan optimal, maka dapat menurunkan kinerja karyawan, yaitu penurunan semangat
dan gairah kerja karyawan akibat mereka merasa takut mengambil resiko untuk membahayakan
jiwanya dan tentunya karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan tempat mereka
bekerja.
Kemudian, ditambahkan pula oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007: 162), bahwa
dengan adanya program keselamatan kerja, maka akan meningkatkan kegairahan, produktivitas,
dan partisipasi kerja dari tenaga kerja. Senada dengan yang disampaikan oleh Andriana Pusparini,
Jusuf, Sugeng Budiono, dan Anwar Prabu Mangkunegara, ditegaskan pula oleh Sedarmayanti
(2009:109-110) bahwa program keselamatan kerja akan meningkatkan kinerja dari tenaga kerja.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa program
keselamatan kerja erat hubungannya terhadap harapan akan peningkatan kinerja, karena salah satu
tujuan dari diadakannya program keselamatan kerja itu adalah demi tercapainya peningkatan
kinerja.
Data Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek
/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80)
Jumlah populasi karyawan pada bagian Divisi Pelayanan Selatan dan Key Account
PALYJA sebanyak 135 orang, maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan Rumus Slovin
(dalam Riduwan, 2005:65)
N
𝑛 =
1 + Ne2
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi error (10%)
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Untuk melakukan uji validitas dan uji reliabilitas ini menggunakan software Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Analisis validitas dengan cara mengkorelasikan
masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item
tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap valid. Jika
r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Analisa reliabilitas adalah uji keandalan setiap variabel diukur dengan menggunakan
Cronbach’s alpha. Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki nilai
berkisar dari nol sampai satu.
Tabel 1. Tingkat Keandalan Cronbach Alpha
Nilai Cronbach’s Alpha
Tingkat Keandalan
> 0.0 – 0.20
Kurang Andal
> 0.20 – 0.40
Agak Andal
> 0.40 – 0.60
Cukup Andal
> 0.60 – 0.80
Andal
> 0.80 – 1.00
Sangat Andal
47
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Sumber: Hair et al. (2010: 125)
Uji Hipotesis
Sugiyono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan
menghubungkan secara umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis Nol (Ho)
Ho : tidak ada hubungan antara pelaksanaan program K3 dengan kinerja karyawan
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ha : terdapat hubungan antara pelaksanaan program K3 dengan kinerja karyawan
Variabel Penelitian
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini akan dijabarkan ke dalam pernyataanpernyataan dalam bentuk kuesioner.
1. Variabel pelaksanaan program K3
Untuk mengukur penerapan program K3, berdasarkan penjelasan Mathis & Jackson (2002)
yang mengemukakan, bahwa sistem manajemen yang efektif, terdiri dari :
a. Komitmen Perusahaan
b. Kebijakan & Disiplin K3
c. Komunikasi dan Pelatihan K3
d. Inspeksi dan Penyelidikan Kecelakaan
e. Evaluasi K3
2. Variabel kinerja karyawan
Pada variable ini dimensi-dimensi yang akan dicapai berdasarkan Stephen P. Robbin
(1998:22), sebagai berikut :
a. Efektivitas
Dimensi efektivitas berkaitan dengan optimalisasi ketercapaian rencana (target) kerja, baik
dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, durasi penyelesaian pekerjaan, dan ketepatan
pengalokasian sumber daya.
b. Efisiensi
Dimensi pengukuran produktivitas merujuk pada realisasi penggunaan sumber daya, dan
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, apakah terjadi pemborosan, penyalahgunaan
atau penyimpangan alokasi sumber daya yang menimbulkan ketidaktercapaian target
perusahaan
III.
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data secara terperinci dan baik, peneliti menggunakan metode
kuisioner. Kuisioner merupakan cara pengumpulan data dengan menyebarkan suatu daftar yang
berisi serangkaian pertanyaan tertulis yang disusun secara sistematis, yang diserahkan langsung
kepada responden yang akan diteliti untuk diisi (Singarimbun, 2006).
Selanjutnya agar jawaban responden dapat diukur maka jawaban responden diberi skor.
Dalam pemberian skor maka digunakan skala ordinal, menurut Efendy dan Singarimbun (2006)
skala ordinal adalah merupakan cara pengukuran yang berhubungan dengan pertanyaan tentang
sikap seseorang (responden) terhadap sesuatu. Selanjutnya dalam prosedur skala ordinal ini
adalah menentukan skor atas setiap pertanyaan dalam kuisioner yang disebarkan. Jawaban dari
responden dibagi dalam lima kategori sebagai berikut:
▪ Sangat Setuju (SS) = bobot nilai 5
▪ Setuju (S)
= bobot nilai 4
48
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
▪ Netral (N)
= bobot nilai 3
▪ Tidak Setuju (TS) = bobot nilai 2
▪ Sangat Tidak Setuju (STS) = bobot nilai 1
Data dan Sumber Data
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung melalui observasi, pembagian angket atau
kuesioner kepada sebahagian karyawan yang ada di Divisi Pelayanan PALYJA Selatan dan
Key Account. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak kepada 57 responden yang terdiri
dari karyawan dari level Staf sampai level Kepala Departemen.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada atau data yang secara tidak
langsung berhubungan dengan responden yang diteliti dan merupakan pendukung bagian dari
penelitian yang dilakukan, yaitu data yang diperoleh dari instansi tempat dilakukannya
penelitian.
Jumlah Data Sampel
Dari rumus Slovin, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
135
n = 1+135(0,1)2
n = 57,44 (dibulatkan menjadi 57)
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 57 responden.
Tabel 2. Pengolahan Data SPSS versi 16.0
Sumber : Hasil pengolahan data kuesioner
Sebelum melakukan pengolahan data terlebih dahulu melakukan input semua data dari
kuesioner, mulai dari indentitas responden sampai jawaban responden. Untuk melakukan input
49
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
data terlebih dahulu Variabel View-nya. Setelah itu isi data ke dalam Data View untuk diproses
dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasill Uji Validitas
Dalam penelitian yang menggunakan metode angket atau kuesioner perlu dilakukan uji
validitas. Uji validitas berguna untuk mengetahui kevalidan atau kesesuaian kuisioner yang
peneliti gunakan untuk memperoleh data dari para responden. Uji validitas Product Momen
Pearson Correlation menggunakan prinsip mengkorelasikan atau menghubungkan antara
masing-masing skor item dengan skor total yang diperoleh dalam penelitian.
Dasar pengambilan keputusan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai r hitung > nilai r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan valid.
2. Jika nilai r hitung < nilai r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Product Momen Pearson
Pernyataan
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0.633
0.261
Valid
2
0.659
0.261
Valid
3
0.729
0.261
Valid
4
0.717
0.261
Valid
5
0.532
0.261
Valid
6
0.686
0.261
Valid
7
0.585
0.261
Valid
8
0.710
0.261
Valid
9
0.652
0.261
Valid
10
0.587
0.261
Valid
11
0.658
0.261
Valid
12
0.659
0.261
Valid
13
0.554
0.261
Valid
14
0.476
0.261
Valid
15
0.659
0.261
Valid
16
0.677
0.261
Valid
17
0.670
0.261
Valid
18
0.723
0.261
Valid
19
0.607
0.261
Valid
20
0.592
0.261
Valid
21
0.607
0.261
Valid
22
0.726
0.261
Valid
23
0.730
0.261
Valid
24
0.584
0.261
Valid
25
0.433
0.261
Valid
26
0.585
0.261
Valid
27
0.608
0.261
Valid
28
0.674
0.261
Valid
29
0.492
0.261
Valid
30
0.458
0.261
Valid
50
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
31
0.432
0.261
Valid
32
0.541
0.261
Valid
33
0.351
0.261
Valid
34
0.378
0.261
Valid
35
0.502
0.261
Valid
36
0.610
0.261
Valid
37
0.371
0.261
Valid
38
0.374
0.261
Valid
39
0.263
0.261
Valid
40
0.518
0.261
Valid
41
0.585
0.261
Valid
Sumber : Hasil pengolahan data kuesioner
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > nilai r tabel berdasarkan uji signifikansi
0.05, artinya bahwa item-item dalam kuesioner penelitian tersebut diatas valid.
Tabel 4. Korelasi Product Moment Pearson
Jika dihitung secara manual dengan menggunakan rumus yang ada, maka akan didapatkan
hasil :
𝑟𝑥𝑦 =
𝑟𝑥𝑦 =
rxy =
rxy =
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]
57(368538) − (576)(3627)
√[57(588769) − (5765)2 ][57(232509) − (3627)2 ]
21.006.666 − 20.909.655
√(324608)(97884)
97.011
178252,432
rxy = 0,544
Hasil yang didapat adalah : 0,544 artinya perhitungan dengan menggunakan SPSS dan
manual sama.
Hasil Uji Reliabilitas
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan setelah melakukan uji validitas dan mereduksi
indikator-indikator yang tidak valid. Hasil dari uji reliabilitas dalam penelitian dapat dilihat
sebagai berikut :
51
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded
a
%
57
100.0
0
.0
Total
57
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.946
41
Dari hasil Cronbach Alpha koefisien secara keseluruhan item memperlihatkan angka sebesar
0,946. Karena sudah > 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa item-item dalam kuesioner ini
memiliki konsistensi yang baik sebagai pengukur dimensi.
Hasil Korelasi Rank Spearman
Penelitian ini akan dianalisis juga dengan menggunakan teknik analisis bivariat dimana
fungsinya untuk melihat seberapa besar pengaruh penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap peningkatan kinerja karyawan, serta untuk melihat seberapa kuat hubungan antara dua
variabel, dimana yang menjadi variabel dependen adalah penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja dan yang menjadi variabel independen adalah kinerja karyawan.
Dasar pengambilan keputusan dalam korelasi Rank Spearman adalah :
1. Jika nilai signifikansi < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan
antara variabel yang dihubungkan.
2. Jika signifikansi > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara variabel yang dihubungkan.
Tabel 6. Korelasi Rank Spearman
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa penerapan program K3 berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Hasil uji Rank Spearman memiliki angka korelasi sebesar 0,483. Angka ini
menunjukkan hubungan yang positif, karena tidak disertai tanda ‘-‘ pada ouput, sehingga
menunjukkan adanya hubungan antara penerapan program K3 dengan kinerja karyawan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
52
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
1. Karyawan bagian Divisi Pelayanan Selatan dan Key Account PALYJA memiliki kepedulian
yang tergolong baik dalam penerapan sistem keselamatan kerja. Keselamatan kerja memiliki
memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, yang artinya kinerja karyawan
akan meningkat jika keselamatan kerja karyawan ditingkatkan.
2. Perusahaan memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap kesehatan kerja karyawan yang
ditunjukkan melalui program pemeriksaan kesehatan karawan Medical Check Up (MCU)
yang rutin dilaksanakan setiap tahun, dan perusahaan juga memberikan kompensasi biaya
rawat jalan kepada karyawan dengan nominal yang ditentukan dalam peraturan perusahaan.
Kesehatan kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, yang artinya
kinerja karyawan akan meningkat jika kesehatan kerja juga ditingkatkan.
Saran
1. PT. PALYJA agar mengadakan pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja secara lebih
berkala sehingga lebih terarah, lebih jelas dan lebih baik lagi guna untuk meminimalisasi
tingkat kecelakaan kerja.
2. Perusahaan harus bisa lebih fokus untuk memperhatikan beberapa alat-alat kerja pendukung
proses produksi mengingat PT. PALYJA adalah sebuah perusahaan penyedia air bersih untuk
wilayah Jakarta bagian barat, yang dalam proses produksinya banyak menggunakan alat-alat
yang cukup berbahaya yang mampu menyebabkan karyawan meninggal seketika.
Daftar Pustaka
Hair et al. (2010). Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice Hall.
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. (2006). Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Mangkunegara, Anwar Prabu . (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Prawirosentono, Suryadi. (1999). Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Rivai, Vethzal & Basri. (2005). Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Riduwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
Robbins, Stephen P., (1996). Perilaku Organisasi Jilid II, Alih Bahasa Hadayana Pujaatmaka,
Jakarta, Prenhalindo.
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar
Maju
Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. (2009). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suma'mur P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung.
Tarwaka PGDip.Sc., M.Erg. 2015. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Ergonomi (K3E) Dalam
Perspektif Bisnis. Surakarta : Harapan Press
53
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
PENYUSUNAN
STRATEGI
PERUSAHAAN
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
PADA PT. TOSSIMA CIPTA KARYA
(1) Adimas Rama Dwianto, (2) Florida (3) Amar
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana Jakarta
Jln. Raya Jatiwaringin Pondok Gede Jakarta Timur 13620 telp (021) 84990456
Email: [email protected]
ABSTRAK
PT TOSSIMA CIPTA KARYA mempunyai beberapa masalah pokok utama yaitu, sistem dalam
pabrik yang masih belum konsisten, Safety Engineer yang belum tegas dalam tugas-tugasnya. PT TOSSIMA
masih harus mengembangkan pasarnya ke ranah yang lebih luas lagi, dalam hal ini memang PT TOSSIMA
CIPTA KARYA masih mengandalkan beberapa klien dari mulut ke mulut dan dari konsumen A ke konsumen
B dan begitu seterusnya. PT TOSSIMA CIPTA KARYA akan menggunakan beberapa cara untuk dapat
membangun sistem pemasaran produknya. Untuk mengetahui dan menganalisa kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman PT TOSSIMA CIPTA KARYA dalam pengembanganya. Penulis melakukan beberapa
cara yaitu ; menggunakan Analisis SWOT untuk mengetahui berapa banyak kelemahan dan ancaman yang
dimiliki PT TOSSIMA CIPTA KARYA dalam pengembangannya dalam sistem pemasarannya. PT TSM
mempunyai beberapa kelemahan seperti disebutkan dalam Matriks IFE - EFE yaitu adalah; Pesaing yang
lebih mengerti pasar, yaitu bobot 0,05 dengan rating 3 dan skor 0,15. Pesaing PT TSM lebih maju dalam
penguasaan pasar, sehingga berpengaruh pada penjualan dan pembelian PT TSM. Barang belum jadi
yang menumpuk, dengan bobot 0,05 dengan rating 3 dan skor 0,15 PT TSM mempunyai beberapa
kelemahan yaitu sering adanya penumpukan barang belum jadi di areal pabrik. Sistem dalam pabrik yang
belum konsisten, dengan bobot 0,20 rating 3 dan skor 0,60 PT TSM memiliki sistem yang kurang percaya
diri dalam mengembangkan pabriknya. Dan itu adalah salah satu kelemahan PT TSM. Harga yang relatif
tinggi, dengan nilai 0,07 dan rating 2 dengan bobot 0,14 yang dimaksudkan adalah kelemahan dari produk
PT TSM adalah harga yang cukup tinggi dengan pesaing yang lainnya, sehingga posisi nilai kelemahan
harga yang relatif tinggi bernilai 0,14. Promosi yang kurang gencar dilakukan, dengan pembobotan 0,07
dan rating 2 dengan nilai 0,14 yang mengartikan bahwa kelamahan dari produk PT TSM tidak sering
promosi. Dalam hal ini PT TSM juga mendapatkan hasil dari Matriks IFE – EFE yaitu dengan
menggunakan Marketing Development. Marketing Development mempunyai beberapa kebijakan yaitu
dengan menggunakan Marketing Mix yaitu dengan 4P : Product, Place, Price, dan Promotion.
Kata Kunci :Analisis SWOT, Matriks IFE – EFE, Marketing Development
54
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Latar Belakang
Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka panjang yang
dilandasi dengan motif ekonomi untuk menghasilkan nilai-nilai tambah dan manfaat ekonomi
bagi stakeholders (Pemilik Wewenang). Dalam rangka memberikan kepastian akan pencapaian
tujuan jangka panjang tersebut, secara universal suatu perusahaan memerlukan daya dukung
dalam bentuk empat pilar utama, yaitu strategi yang tepat, sumber daya manusia yang bermutu,
sistem dan teknologi yang terpadu, serta logistik yang memadai. Suatu perusahaan dapat
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada.
Perusahaan PT TOSSIMA CIPTA KARYA dalam menghadapi dunia yang seperti ini, memiliki
beberapa problem yang merupakan ancaman dan kelemahan PT TSM saat ini. Seperti
penumpukan barang didalam pabrik, sistem didalam perusahaan yang belum konsisten, Safety
Engineer yang kurang memiliki tanggung jawab saat bertugas, dan lain sebagainya. Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan, sehingga perusahaan dapat melihat secara obyektif
kondisi – kondisi internal dan eksternal sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan eksternal.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa strategi baru yang dapat dikembangkan pada PT Tossima Cipta Karya ?
2. Bagaimanakah menyusun strategi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan
dan ancaman dalam menghadapi kompetisi dengan merk yang sudah ada ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang ada di PT Tossima
Cipta Karya.
2. Bagaimana menyusun strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi kompetisi
dengan merek-merek yang sudah beredar dipasaran
Ruang Lingkup
Batasan – batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Responden setiap divisi dan setiap level dari setiap kantor, produksi dan gudang yang
sudah mewakili PT Tossima Cipta Karya.
2. Batasan penelitian mencakup konsumen dan PT Tossima Cipta Karya.
3. Batasan masalah PT TSM hanya membahas strategi apa yang akan dilakukan dengan total
dari Matrix IFE – EFE dan pengembangan penjualan produk.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Perusahaan dapat mengembangkan strategi perusahaan yang telah ada berdasarkan
analisis internal maupun eksternal.
2. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja pegawai dari strategi yang telah dikembangkan
untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas serta memotivasi perusahaan untuk
dapat membuat penjualan meningkat
3. Perusahaan dapat menggunakan strategi ini untuk mengevaluasi dan melakukan
perbaikan dalam manajemen dan struktur perusahaan di masa yang akan datang.
Marketing Mix
Marketing Mix adalah salah satu cara untuk menyusun dan mendapatkan hasil dari IFE-EFE
Matriks dan SWOT Matriks. Angipora (1999 : 24) mendefinisikan Marketing Mix sebangai
perangkat varibel-variabel pemasaran terkontrol yang di gabungkan perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang di inginkan dalam pasar sasaran (target market). Ini berarti konsep
55
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Marketing Mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk mempengaruhi
permintaan produknya. Berdasarkan defenisi beberapa Ahli, secara umum variabel-variabel
Marketing Mix yang utama ada empat yang di kenal dengan “4P” yaitu :
1. Product (produk)
Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang di tawarkan perusahaan kepada
pasar sasaran. Produk tidak hanya meliputi unit fisiknya saja tetapi juga kemasan, garansi, merek,
dan pelayanan purna jual. Produk PT TSM saat ini adalah salah satu yang bertahan dengan
kualitas dan mutunya. Produk PT TSM yaitu berupa tangki dengan berbagai jenis yang
mempunyai kualitas disetiap jenisnya.
2. Price (harga)
Menurut Mc.Daniel Dkk (2001 : 56 ) harga adalah apa yang harus diberikan oleh pembeli
untuk mendapatkan suatu produk. Harga bukan saja suatu komponen bagi perusahaan untuk
mengembalikan modalnya. Tetapi juga untuk mendapatkan keuntungan dan menentukan
kelangsungan hidup perusahaan. Berikut adalah tabel harga tahunan per tangki PT TSM. Kisaran
harga tangki PT TSM tergantung permintaan jenis dan kapasitas tangki. Berikut adala h kisaran
harga tangki PT TSM.
3. Place (Distribusi)
Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan. Ber ikut adalah
strategi distribusi. Jalur distribusi PT TSM merupakan salah satu yang mungkin mudah untuk
diterapkan. Karenanya, PT TSM adalah perusahaan dengan nilai market share yang tidak terlalu
buruk. Akan tetapi, PT TSM telah merencanakan berbagai macam distribusi untuk jangka panjang
PT TSM seperti yang dilakukan beberapa perusahaan pesaing PT TSM.
4. Promotion (Promosi)
Mc. Daniel Dkk (2001:56) mendefinisikan promosi sebagai kegiatan yang menghasilkan
informasi, membujuk, atau mengingatkan konsumen akan manfaat dari suatu produk tujuan dari
melakukan kegiatan promosi adalah:
a. Memperkenalkan produk baru kepada masyarakat.
b. Memperpanjang masa kedewasaan produk.
c. Menjaga stabilitas perusahaan dari kemungkinan persaingan.
d. Mendorong penjualan produk.
Promosi produk PT TSM adalah salah satu yang paling sederhana, yaitu dengan mulut ke
mulut. Akan tetapi PT TSM kedepannya akan mengembangkan sistem informasinya ke ranah
yang lebih modern lagi yaitu dengan sistem website. Dengan begitu kedepannya PT TSM akan
bisa meningkatkan pemasaran, penjualan, dan pelayanan produk PT TSM.
A. Kebijakan 4 P
Product Policy
Menetapkan bahwasanya PT TSM meningkatkan Mutu dan Kualitas Produk
Promosi
Promosi PT TSM saat ini menggunakan sistem konsumen ke konsumen tanpa adanya promosi
di Website.
Place
PT TSM akan menggunakan tempat untuk mendistribusikan produknya.
Price (harga)
Menurut Mc.Daniel Dkk (2001 : 56 ) harga adalah apa yang harus diberikan
oleh
pembeli untuk mendapatkan suatu produk. Harga bukan
saja suatu komponen bagi
56
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
perusahaan untuk mengembalikan modalnya.
keuntungan dan menentukan
kelangsungan
Tetapi juga untuk
hidup perusahaan.
mendapatkan
Strategi SO (Strengths – Weakness)
Untuk menangkap peluang yang ada berdasaarkan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh
PT TOSSIMA, maka beberapa dibawah ini merupakan beberapa dibawah ini merupakan beberapa
strategi yang dapat dipilih oleh PT TOSSIMA untuk mencapai misi dari perusahaan, dibawah ini
ada beberapa jenis strategi dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Marketing Strategi Development
Strategi ini digunakan untuk selalu dapat melakukan pemasaran terhadap produkproduk PT TSM kepada pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Strategi ini ternyata
juga banyak yang menginginkan agar
terimplementasi, sebagaimana diketahui dari
hasil pemasaran. Marketing
Strategy Development akan melakukan riset dan
mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
2. Costumer Relationship Manager
Strategi ini digunakan untuk mencegah larinya beberapa pelanggan ke pesaing PT TSM.
Untuk mempererat dengan pelanggan ini, maka program kunjungan pelanggan atau
costumer visit harus secara periodik dilakukan dan dibuat ketentuan-ketentuan yang harus
dilakukan jika akan bertugas.
3. Product Development
PT TSM harus melakukan pengembangan produk sesuai dengan kecendrungan kebutuhan
produk yang terjadi pada lingkunagan PT TSM maupun kepada pelanggan.
ST (Stenghts – Threat)
Dengan melihat kekuatan yang telah dimiliki sekarang ini dan kondisi lingkungan yang
berkemungkinan untuk mengancam sistem pemasaran PT TSM menjadi mengecil peranannya,
maka dapat dilakukan beberapa strategi dibawah ini, yaitu:
1. Untuk melakukan Persaingan yang lebih kuat, maka penerapan marketing
strategi
merupakan salah satu strategi yang tepat. Marketing manajemen ini tentunya meliputi
beberapa aspek yang harus dilakukan, diantaranya adalah:
2. Strategi kepuasan pelanggan, melakukan budgeting dan overall strategi.
3. Strategi kepuasan pelanggan, melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan
mengembangkan pelayanan yang dibutuhkan pelanaggan. Market share dapat digunakan
seperti penulis yang gunakan sehinggan proses pengukuran kepuasan pelanggan dapat
dilakukan lebih cepat.
4. Strategi pasar, melakukan analisa dan penetapan harga yang layak pada pelanggan.
5. Strategi product, melakukan pengembangan produk yang terus menerus dengan
memperhatikan faktor pengembangan produk yang terus menerus dengan memperhatikan
faktor perkembangan lingkungan luar dan dalam.
6. Strategi penetapan harga, melakukan analisa dan penetapan harga yang layak kepada
pelanggan.
7. Strategi distribusi, pengaturan lokasi tempat pemasaran yang lebih efektif.
8. Strategi promosi menentukan model promosi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengsa pasar PT TSM.
9. Government Cooperation Development
10. Peningkatan kerja sama dengan pihak pemerintah dilakukan untuk memperkuat segmen
pasar dalam negri, kepercayaan dan dukungan pemerintah pada produk PT TSM akan
memepengaruhi pelanggan-pelanggan PT TSM
Strategi WO (Wakness – Opportunity)
Strategi ini dengan melihat kelemahan yang dimiliki oleh PT TSM, kelemahan ini bersifat internal
artinya adalah kemampuan dari PT TSM sendiri, sementara opportunities atau kesempatan ini
57
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
berasal dari lingkungan luar yang akan memberikan keuntungan bilamana PT TSM mau
melakukan proram-program untuk mengatasi kelemahan yang ada untuk menangkap peluang.
Strategi yang sesuai dengan kondisi tersbut adalah:
1. Competence Instructor Development
Prodruk PT TSM sangat bervariasi dan berkambang dalam kapasitas
2. Memperbesar organisasi dari departemen menjadi divisi strategi ini dilakukan agar
pelayanan dari PT TSM semakin besar dan dan mempunyai wewenang sendiri untuk
melakukan program-program pengembangan, PT TSM bertanggung jawab pada direksi
selama PT TSM masih dibawah anak perusahaan memberikan pelayanan pada perusahaan.
3. Re – Organisasi
Dengan melihat visi dan misi yang ada maka struktur organisasi harus berubah agar
pencapaian visi dan misi lebih terealisasikan, dengan adanya re organisasi ini tentunya akan
dibutuhkan karyawan baru, baik mengambil lulusan baru atau yang sudah berpengalaman.
4. Product Dvelopment
Strategi ini juga masih relevan dalam menguasai kelemahan yang ada untuk mendapatkan
kesempatan tersebut.
Strategi WT (Weakness – Threat)
1.
Research and Development
Produk – produk PT TSM harus senantiasa dilakukan penelitian dan pengembangan sesuai
dengan kondisi kebutuhan pasar atau menciptakan produk yang akan dibutuhkan pasar.
Strategi ini dilakukan dengan baik bila mengacu pada struktur organisasi yang telah ada yaitu
departemen marketing.
2.
Pricing Strategy Development
Penyesuaian harga PT TSM yang layak terhadap produk PT TSM harus selau senantiasa
dianalisa dan dikembangkan yang harus disesuaikan dengan perkambangan lingkungan
disekitarnya terutama perkembangan pasarnya.
3.
Strategy Intent Development
Strategi diatas tidak akan berjalan secara optimal, jika semangat para pelaku perubahan tidak
ada PT TSM harus menciptakan kondisi yang mampu menemukan karakter bahkan menjadi
budaya perusahaan pada karyawanya untuk terus mempunyai semangat yang tinggi,
semangat kerja sama dan pantang menyerah. Strategi ini merupakan pemberdayaan sumber
daya yang dimiliki perusahaan secara optimal atau strategi management untuk dapat
meningkatkan semangat karyawan.
4. Strategi yang akan dilakukan oleh PT TSM adalah strategi Marketing Strategy
Development; yaitu strategi yang memperkenalkan produk-produk yang sudah ada ke daerah
pemasaran yang baru (pangsa pasar bertambah). Strategi ini digunakan ketika :
1. Jaringan distribusi tersedia, berkualitas dan tidak mahal
2. Perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi
3. Perusahaan saat ini berhasil atas apa yang dikerjakan
4. Muncul pasar yang baru atau pasar belum jenuh.
Maka PT TSM memilih Strategi SO atau disebut juga SO Strategi
SO Strategi dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Marketing Strategic Development
2. Product Development
Kesimpulan
58
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
1.
Nilai IFE yang diperoleh adalah 2,51 yang didasarkan pada faktor-faktor lingkungan luar
nilai EFE yang diperoleh sebesar 2,15 yang didasarkan
factor lingkungan dalam yang
kemudian dapat menentukan posisi produk PT TSM.
2.
Untuk nilai EFE-IFE matrixnya dapat dilihat dari hasil nilai EFE dan IFE maka posisi
produk PT TSM dapat terdeteksi dan berada di sel V yaitu pada posisi stabilitas, yang
artinnya bahwa produk PT TSM yang sudah
berdiri dan dikenal masyarakat
mengalami penciutan yang disebabkan
produknya dengan kualitas manfaat yang tidak
mengikuti trend atau
bervariasi.
3. Dilihat dari posisi produk PT TSM pada matrix SWOT maka strategi yang diusulkan
adalah strategi SO yang bergelut dalam product development
lebih konsep pada
perkembangan produk yang melingkupi kualitas
manfaat yang akan dipasarkan sesuai
dengan perkembengan jaman dan mengikuti selera konsumen atau para pelanggan, dari
total penjualan
sebelumnya Rp. 105.000.000 per tahun menjadi Rp.757.060.000 dengan
didasarkan pada posisi
stabilitas yang dikarenakan berkurangnya dan kecilya market
share yang memiliki arti bahwa penguasaan pasar masih
kecil presentasenya yaitu
13,57% masih dibawah produk Berkah
Karya dan Sarana Baja. Oleh karena itu
produk PT TSM harus
ditingkatkan lagi dalam hal
perkembangan produknya
yang
melingkupi kualitas manfaat yang akan ditawarkan.
Saran
Dari bab-bab yang telah disampaikan oleh penulis, ada beberapa saran yang penulis
sampaikan antara lain :
1. Dilihat dari nilai EFE dan IFE sebaiknya PT TSM harus mulai membenahi
faktor
– faktor lingkungan dalam perusahaan dan faktor luar perusahaan,
supaya
mengetahui masalah didalam maupun diluar perusahaan agar dapat
meningkatkan
kekuatan dan dapat memanfaatkan peluang sehingga tujuan
perusahaan tercapai.
2. Produk PT TSM harus mengikuti manfaat produk harus bervariasi atas permintaan
konsumen atau para pelanggan dan mengikuti perkembangan
produk
sehingga
banyak dimintai para pelanggan sesuai dengan visi dan misi
yang
diinginkan
perusahaan.
3. Dari strategi yang diajukan diatas, maka sebaiknya PT TSM harus segera melakukan
studi lebih lanjut, untuk melakukan penerapan dari masing-masing strategi. Karena
strategi yang telah dibuat kurang tepat pelaksanaannya maka visi dan misi tidak akan
tercapai. Oleh karena itu yang harus digunakan oleh PT TSM dari strategi yang sudah
diusulkan yaitu: Marketing Development.
Dari strategi dan bisa berkembang dan
maju sesuai dengan misinya dan melakukan inovasi dan pengembangan produk sesuai
dengan permintaan para pelanggan.
Daftar Pustaka
Agustinus Sri Wahyudi SE, MBA. MANAJEMEN STRATEGIK, Pengantar Proses Berpikir
Strategik. Penerbit PT Binarupa Aksara, Jakarta 1996.
Irfan Rifai ST. Menentukan Strategi Pemasaran Asuransi Menggunakan Analisis SWOT dalam
Menghadapi Pesaing di PT. XYZ. Skripsi PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA, Jakarta 2016.
Michael E. porter. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul,
Collier Macmillan Publishers, 1993.
59
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
PERANCANGAN ULANG TATA LETAK
GUDANG PRODUK JADI DENGAN METODE
SHARED STORAGE PADA PT. XXX
Muhammad Asep S1, Florida Butarbutar2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana Jakarta
Jln. Raya Jatiwaringin Pondok Gede Jakarta Timur 13620 telp (021) 84990456
Email: [email protected], [email protected],
ABSTRAK
PT. XXX adalah perusahaan yang bergerak dibidang produksi tempat tidur medis dan accesoris yang
berkomitmen untuk memenuhi kepuasan konsumen. Permasalahan yang di hadapi oleh pabrik ini sekarang
terjadi di gudang penyimpanan produk jadi di PT. XXX. Permasalahan tersebut yaitu jumlah permintaan
kadang tidak menentu, pemanfaatan kebutuhan ruang pada gudang jadi yang tidak maksimal. Hal ini
menyebabkan aliran produk jadi yang masuk dan keluar In/Out gudang produk jadi tidak terkoordinasi
yang mengakibatkan sistem FIFO (First In First out) tidak berjalan penataan produk menjadi lebih teratur
selain itu aliran produk yang masuk dan keluar dengan baik serta jarak pemindahan material handling
masuk dan keluar jadi tdak menentu. Maka dari beberapa permasalahan tersebut perlu adanya
perancangan ulang tata letak gudang produk jadi dengan menggunakan metode shared storage sehingga
penyimpanan dan gudang produk jadi dapat terorganisasi dengan baik. Dari pengolahan data dan
pembahasan diperoleh rancangan tata letak gudang baru yang menentukan jumlah permintaan dengan
metode peramalan Single Exponential Smoothing dan juga memaksimalkan kebutuhan ruang, serta
menjadikan sistem FIFO berjalan sesuai dengan rancangan tata letak dan menentukan jarak pemindahan
material handling. Kebutuhan kapastitas gudang sesuai dengan kebutuhan ruang dalam 1 area dengan
luas total 353,,28 m2, dari luas gudang 2000 m2, serta 1006,72 m2 untuk gang antar rak dan gang
perlintasan forklift. Total jarak material handling 5049,6 m/hari.
Kata kunci : Perancangan, Peramalan, Shared Storage, FIFO
I.
PENDAHULUAN
Persaingan yang terjadi disektor industri semakin maju pesat, maka hal tersebut memicu
para pengusaha untuk memperoleh strategi baru yang lebih efektif agar setiap sumber daya yang
ada dapat dimanfaatkan dan diharapkan memberikan hasil yang optimal. Untuk menghadapi
kondisi tersebut, maka perusahaan harus mampu meningkatkan daya saing dan meningkatkan
kepuasaan konsumen. Dalam suatu industri manufaktur, sistem penyimpanan produk jadi
sangatlah penting peranannya. Tidak mungkin produk jadi langsung didistribusikan ke customer.
Hal ini menyebabkan kebutuhan adanya tempat penyimpanan dan sistem penyimpanan yang baik.
Tempat penyimpanan yang baik tidak harus berukuran besar sebab, jika ditunjang dengan sistem
penyimpanan bisa maksimal.
PT. XXX adalah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis bed rumah sakit dan
assesoris medis. Permasalahan yang di hadapi oleh pabrik ini sekarang terjadi di gudang
penyimpanan produk jadi. Permasalahan tersebut yaitu Ketidakteraturan dalam penyimpanan dan
penataan produk. Hal ini menyebabkan ketidakefisienan waktu penempatan produk pada gudang
produk jadi menjadi terhambat, serta menyulitkan operator dalam menangani material handling
di gudang tersebut.
Maka dari beberapa permasalahan tersebut perlu adanya perancangan ulang tata letak
gudang produk jadi dengan menggunakan metode shared storage sehingga penempatan dan aliran
material handling produk jadi menjadi lebih teratur selain itu aliran material yang masuk gudang
produk jadi dapat terorganisasi dengan baik.
63
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
II.
2.1.
LANDASAN TEORI
Gudang
Definisi gudang menurut David E Mulcahy, gudang adalah suatu fungsi penyimpanan
berbagai jenis produk unit-unit penyimpanan persediaan (UPS) yang memiliki unit-unit
penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil dalam jangka waktu saat produk
dihasilkan oleh pabrik (penjual) dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja
dalam fasilitas produksi.(David E Mulcahy, 2011, 12). Gudang atau storage pada umumnya akan
memiliki fungsi yang cukup penting didalam menjaga kelancaran operasi produksi suatu pabrik.
Disini ada tiga tujuan utama dari departemen ini yang berkaitan dengan pengadaan barang, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengawasan
2. Pemilihan
3. Penimbunan/penyimpanan
2.2.
Penyimpanan / Storage
Penyimpanan merupakan proses penahanan barang sewaktu menunggu permintaan untuk
dikeluarkan. Proses penahanan barang tersebut dilakukan disatu tempat yang berupa gudang. Jadi
gudang/storage merupakan tempat untuk menyimpan barang baik bahan baku, barang setengah
jadi maupun barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Sebagian besar gudang yang digunakan
untuk menyimpan barang ditempatkan pada lokasi tertentu sampai barang jadi diperlukan di
dalam proses produksi. Bentuk gudang akan tergantung ukuran dan kualitas dari komponen di
dalam persediaan dan karakter system penanganan.
2.3.
Metode Shared Storage
Metode shared storage adalah suatu penyusunan area-area penyimpanan berdasarkan
kondisi luas lantai gudang, kemudian diurutkan area yang paling dekat sampai area yang terjauh
dari pintu keluar masuk I/O sehingga penempatan barang yang akan segera dikirim diletakkan
pada area yang paling dekat dan begitu seterusnya. Shared storage bisa dianggap sebagai sistem
pemindahan barang yang cepat terhadap suatu produk, jika masing-masing palet diisi di dalam
area gudang yang berbeda dari waktu ke waktu. Tergantung pada jumlah dari produk di dalam
gudang pada waktu pengiriman tiba, akan mungkin bahwa 5 palet yang terisi akan berada di
ruang simpan hanya 1 hari. Sedangkan 5 palet yang lain di dalam pengiriman yang sama akan
berada di gudang untuk 20 hari (Richard L. Francis, Leon F McGinnis Jr, and White, John A.
White 1992).
Berdasarkan langkah-langkah pengaturan produk dan variabel dari metode shared storage,
maka dalam proses penyusunan tata letak gudang berdasarkan Shared storage ada beberapa
tahapan :
a)
b)
c)
d)
Perhitungan kapasitas area di gudang.
Pengklasifikasian produk berdasarkan customer.
Perhitungan kebutuhan area untuk masing-masing item.
Penentuan urutan moving untuk masing-masing area (pengurutan area berdasarkan jarak ke
pintu keluar masuk I/O).
e) Penentuan tata letak.
Proses penempatan produk pada metode shared storage adalah dengan menyusun area-area
penyimpanan berdasarkan kondisi luas lantai gudang, kemudian diurutkan area yang paling dekat
sampai area yang terjauh dari pintu keluar-masuk I/O sehingga penempatan barang yang akan
segera dikirim diletakkan pada area yang paling dekat dan begitu seterusnya.
64
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
2.4.
Pemindahan Bahan
Material dapat dipindahkan secara manual maupun dengan metode otomatis, material
dapat dipindahkan satu kali maupun beribu kali, material dapat dialokasikan pada lokasi yang
tetap maupun secara acak, atau material dapat ditempatkan pada lantai maupun diatas. Apabila
terdapat dua buah stasiun kerja / departemen i dan j yang koordinatnya ditunjukkan sebagai (x,y)
dan (a,b), maka untuk menghitung jarak antar dua titik tengah dij dapat dilakukan beberapa
metode, yaitu :
a) Rectilinear Distance
: 𝑑𝑖𝑗 = |𝑥 − 𝑎| + |𝑦 − 𝑏|
b) Euclidean Distance
: 𝑑𝑖𝑗 = √(𝑥 − 𝑎) + (𝑦 − 𝑏)
c) Square Euclidean Distance : 𝑑𝑖𝑗 = (𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2
2.5.
Sistem FIFO (first in – first out) Dalam Penyimpanan
Dalam penyimpanan barang di gudang agar nantinya barang yang disimpan tersebut tidak
mengalami kerusakan sangatlah dibutuhkan suatu metode, cara maupun prosedur tertentu.
Setidaknya dalam penyimpanan barang di gudang kita mengenal adanya du sistem, yaitu LIFO
(Last in First Out) dan FIFO (First in First Out). LIFO adalah suatu sistem atau cara penyimbaran
barang dalam gudang yaitu barang yang datang terakhir digunakan terlebih dahulu. Sistem ini
biasanya digunakan untuk barang-barang yang dapat bertahan lama atau barang yang jika
disimpan lebih lama kualitasnya akan lebih baik, contohnya kopi. Sedangkan sistem FIFO ialah
suatu sistem penyimpanan barang yaitu barang yang masuk terlebih dahulu juga dikeluarkan
terlebih dahulu. jadi keluarnya barang secara berurutan atau sesuai kronologis. Sistem ini
biasanya digunakan untuk barang barang yang kurang bisa tahan lama. Contohnya gula, beras,
dan sejenisnya. Tetapi sebenarnya masing-masing sistem tersebut mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Tetapi kelemahan-kelemahan tersebut dapat dihindari jika pehak
pengelola gudang mampu mengatur pemindahan barang-barang sesuai dengan sistem ini.
2.6. Peramalan
2.6.1 Konsep-konsep Dasar Sistem Peramalan Dalam Manajemen Persediaan
Tujuan utama dari peramalan dalam manajemen persediaan adalah untuk meramalkan
permintaan dari item-item independent demand di masa yang akan datang. Menurut Gaspersz,
pada dasarnya terdapat 9 langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen permintaan, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Menentukan tujuan dari peramalan.
Memilih item independent demand yang akan diramalkan.
Menentukan horison waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah, atau panjang).
Memilih model-model peramalan.
Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.
Validasi model peramalan.
Membuat peramalan.
Implementasi hasil-hasil peramalan.
Memantau keandalan hasil-hasil peramalan.
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini dilakukan pembahasan tentang pengumpulan dan pengolahan data yang
mencakup data primer dan sekunder. Data ini diambil dari PT. XXX yang beralamat di Jl.
Kawasan Industri MM 2100 Blok M – 1 -1 Cikarang Barat, Bekasi 17520 Jawa – Barat Indonesia,
yang memproduksi tempat tidur medis dan assesoris.
III.
65
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
3.1. Pengumpulan Data
3.1.1. Data Jenis Produk
Terdapat beberapa jenis tempat tidur yang disimpan di gudang ini, berikut adalah jenisnya :
1. PA-66250D
2. PA-66250DX
3. PA-93275
4. PA-93295
3.1.2. Rak ini digunakan untuk menempatkan produk jadi agar tersusun rapi. Di gudang ini ada 1
jenis rak yang digunakan untuk 4 jenis produk dengan ukuran (P x L x T) sebagai berikut
240 x 115 x 195 cm.
3.1.3. Data Gudang Produk Jadi
PT. XXX memiliki gudang penyimpanan dengan dimensi 50 x 40 m, dengan luas gudang
2000 m2. Dengan 2 pintu masing-masing selebar 4 m. Di dalam gudang penyimpanan produk jadi
berisikan Produk, Rak, Pallet serta alat bantu lain.
3.1.4. Dimensi Produk
No.
1.
Tabel 1. Ukuran Produk
Volume (cm3)
Ukuran (cm)
Tipe
(P x L x T)
Produk
P
L
T
916953 cm3 (9169,53
PA-66250D 219 106 39, m3)
5
2.
PA66250DX
3.
PA-93275
4.
PA-93295
220
215
215
106
40
932800 cm3 (9328 m3)
91
39,
5
7728117,5
(7728,175 m3)
91
38,
2
747383 cm3 (7473,83
m3)
3.2. Pengolahan Data
3.2.1. Menentukan Jumlah Permintaan Rata-rata Perbulan
Produk PA-66250D
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Permintaan produk perbulan : ∑ 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
12
∑
104
=
12
8,66 ≈ 9 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Produk PA-66250DX
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Permintaan produk perbulan : ∑ 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
12
81
∑ 12= 6,75 ≈ 7 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Produk PA-93275
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Permintaan produk perbulan : ∑ 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
12
92
∑ 12 = 7,66 ≈ 8 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
66
cm3
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Produk PA-93295
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Permintaan produk perbulan : ∑ 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
12
96
∑ 12 = 8 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
3.2.2. Penentuan Allowance Ruang
Pemanfaatan ruang gang atau allowance untuk menggerakkan material handling
menggunakan forklift sebagai alat angkut produknya. Jadi allowance yang dibutuhkan
berdasarkan kebutuhan untuk jalur sesuai dengan ukuran dimensi forklift. Penentuan luas gang
yang ada pada forklift saat membawa produk. Perhitungan dapat dilihat sebagai berikut.
Diagonal = √(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔)2 + (𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟)2
Diagonal =√(3,4)2 + (1,15)2 = 3,5 m
3.2.3. Perhitungan Jarak Perjalanan Dari Pintu Ke Area Gudang Usulan
Jarak perjalanan antara material handling adalah dimulai dari pintu (I/O) menuju tiap blok.
Perhitungan jarak dilakukan dengan metode Rectilinear Distance, dimana jarak diukur sepanjang
lintasan dengan menggunakan garis tegak lurus satu dengan yang lainnya terhadap titik tengah
dari masing-masing blok dengan rumus rectilinear distance. Perhitungan sebagai berikut :
d1
= |0 − 3,2| + |0 − 1,75| + |0 − 2,9|
= |3,2| + 1,75 + |2,9|
= 7,85 m
3.2.4. Peramalan Jumlah Kapasitas Produksi Untuk Gudang Usulan
Untuk mendapatkan jumlah kapasitas produksi untuk gudang usulan, peneliti
menggunakan peramalan (forcasting) dalam menentukan kapasitas produksi di masa yang akan
datang. Peramalan disini menggunakan dua metode peramalan karena untuk mendapatkan nilai
MSE (Mean Square Error) terbaik dan terrendah, yaitu metode Moving Average dan Single
Eksponential Smoothing. Setelah mendapatkan hasil perhitungan penulis dapat memilih metode
peramalan yang dipakai adalah Single Eksponential Smoothing (α = 0,1), dengan tabel
perbandingan sebagai berikut :
Tabel 2. Perbandingan Nilai MSE
MSE
Tipe Produk
Moving
(N=3)
PA-66250D
14,43518518
8,308688
PA-66250DX
PA-93275
PA-93295
9,899176968
10,52983333
15,43
9,49647
10,40054
12,87795
Average Single Exponential
Smoothing (α=0,1)
3.2.5. Penentuan Kebutuhan Ruang Pada Gudang Usulan
Penentuan kebutuhan ruang untuk gudang usulan didapatkan dari lamanya waktu antara
produksi dengan tanggal pengiriman agar barang dalam gudang dapat terjadwal dengan baik,
dan lamanya waktu antara produksi dengan tanggal pengiriman dapat ditentukan sebagai lamanya
67
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
satu jenis produk berada di dalam gudang produk jadi. Lead time terbesar adalah 2 hari dan
kapasitas produksi perhari yaitu 399,827 ≈ 400 produk, maka dari itu kebutuhan ruang yang
diperlukan adalah untuk 2 hari, yaitu lead time x kapasitas produksi per hari = 2 x 400 = 800
Produk.
3.2.6. Penentuan Luas Area Penyimpanan Yang Dibutuhkan
Untuk menghemat pemakaian area maka dilakukan penumpukan 7 tingkat, 1 rak berisi 2
palet dengan pembagian 1 palet bagian bawah berisi 4 tumpuk produk dan 1 palet bagian atas
berisi 3 tumpuk. Satu area terdiri dari 896 produk, dengan penyusunan 16 x 8 yang terdiri dari 7
tingkat dengan luas area yang tersedia 2000 m2. Dilakukan untuk mempermudah dalam
penyusunan produk ke area penyimpanan juga untuk menghemat pemanfaatan ruang. Jadi luas 1
area penyimpanan adalah:
a) Luas Area Penyimpanan = (16) Panjang Rak 𝑋 (8) Lebar Rak
b) Luas Area Penyimpanan = (16) 2,4 𝑚 𝑋 (8) 1,15 𝑚
c) Luas Area Penyimpanan = (38,4) 𝑚 𝑋 (9,2) 𝑚
d) Luas Area Penyimpanan = 353,28 𝑚2
Banyaknya area penyimpanan yang dibutuhkan adalah :
Kebutuhan Area Penyimpanan =
Jumlah Produk
Banyaknya Produk dalam 1 Area
Kebutuhan Area Penyimpanan =
800
= 0,8928 ≈ 1 Area
896
Kebutuhan ruang untuk 1 area adalah = 353,28 m2 x 1 area = 353,28 m2
Maka dari 800 produk per-bulan membutuhkan ruang untuk 1 area dengan luas gudang
produk jadi cukup luas dengan ukuran dimensi 50 m x 40 m. Sehingga dapat diatur dengan
sedemikian rupa susunan peletakkan area penyimpanan pada gudang berdasarkan data kebutuhan
ruang ( Lebar gudang dan luas area penyimpanan ). Peletakkan area dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Tata Letak Penyimpanan Gudang Usulan
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Peramalan
Peramalan disini menggunakan 2 metode yaitu, Moving Average dan Single Exponential
Smoothing yang mendapatkan nilai Mean Square Error (MSE) yang terbaik terrendah adalah
metode Single Exponential Smoothing dengan α = 0,1 dengan nilai: PA-66250D (8,308688), PA66250DX (9,49647), PA-93275 (10,40054), PA-93295 (12,87795).
IV.
4.1.
68
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
Kebutuhan Kapasitas Gudang
Total gudang yang terpakai untuk ruang penyimpanan, gang antar rak, dan perlintasan
forklift adalah 353,28 m2 + 606,72 m2 + 400 m2 = 1360 m2, dan sisa luas gudang adalah 640 m2.
4.2.
Aliran Produk
Layout usulan yang di buat dapat membuat sistem FIFO berjalan sesuai dengan rancangan
tata letak gudang, Dalam penerapan penyusunan berdasarkan FIFO (First In First Out), layout
usulan di buat untuk mempermudah penataan produk berdasarkan nama dan yang terlebih dahulu
dikirim. Prosedur Pengisian ke area Penyimpanan:
4.3.
1. Area penyimpanan gudang dibagi 4 area dengan masing-masing area di isi oleh 1 Produk.
2. Pembagian 4 area penyimpanan sebagai berikut : Area 1, produk PA-93295 (Rak A, B, C,
D). Area 2, produk PA-93275 (Rak E, F, G, H). Area 3, produk PA-66250D (Rak I, J, K, L).
Area 4, produk PA-66250DX (Rak M, N, O, P).
3. Produk yang pertama kali tiba dan yang terlebih dahulu dikirim diletakkan pada area
penyimpanan kosong terdekat dengan pintu (dengan tingkatan dari yang paling dekat sampai
terjauh adalah A, B, C, D, dst).
4. Untuk memudahkan identifikasi produk digudang tidak boleh ada 2 jenis produk atau lebih
terdapat pada 1 area penyimpanan.
5. Standart penumpukan produk maksimal 7 tingkat, dimana pada saat penempatan produk
diletakkan pada slot kosong pada area yang paling dekat kemudian ditumpuk selanjutnya
baru slot yang lain diisi dengan ketentuan yang sama.
Jarak Tempuh Pada Gudang Usulan
Total jarak perjalanan perhari adalah 5049,6 m. Jarak perjalanan ini menunjukkan total
perjalanan yang ada pada gudang produk jadi usulan untuk memasukkan seluruh produk.
4.4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data dengan metode Shared Storgae
di PT. XXX pada gudang produk jadi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
V.
5.1.
1.
2.
3.
4.
Kebutuhan Permintaan pada gudang produk jadi menghasilkan nilai Mean Square Error
(MSE) terbaik dan ter rendah adalah dengan metode Exponensial Smoothing dengan α =
(0,1) dengan nilai: PA-66250D (8,308688), PA-66250DX (9,49647), PA-93275
(10,40054), PA-93295 (12,87795), dan menghasilkan peramalan produksi sebanyak 400
produk.
Jumlah kebutuhan ruang I area penyimpanan pada gudang awal mempunyai 353,28 𝑚2,
hanya dapat menampung 746 produk dalam I area dengan 16 x 8 terdiri dari 6 tingkat.
Sedangkan kebutuhan ruang I area pada gudang usulan dapat menampung 896 produk
dengan 16 x 8 terdiri dari 7 tingkat, dengan total gang antar rak dan perlintasan forklift
adalah 1006,72 m2. Rancangan tata letak gudang usulan dengan luas area gudang 2000 m2
hanya membutuhkan luas keseluruhan 1360 m2 dan menyisakan luas sebesar 640 m2.
Rancangan tata letak gudang ini menjadikan system FIFO dan arah arus perpindahan
produk berjalan sesuai rancangan tata letak dengan pembagian 4 area penyimpanan : Area
1, produk PA-93295 (Rak A, B, C, D). Area 2, produk PA-93275 (Rak E, F, G, H). Area
3, produk PA-66250D (Rak I, J, K, L). Area 4, produk PA-66250DX (Rak M, N, O, P).
Total jarak material handling pada gudang awal produk jadi adalah 5255,6 m dan
mengalami penurunan dengan hasil perhitungan 5049,6 m/hari.
69
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
5.2.
Saran
1.
Perusahaan dapat menggunakan metode peramalan Single Exponential Smoothing untuk
mendapatkan hasil permalan tahun berikutnya yang dapat meningkatkan hasil produk
sebanyak 400 produk.
Perusahaan dapat mengaplikasikan layout usulan ini pada gudang produk jadi dengan
penambahan pada penumpukan produk dengan penyusunan 16 x 8 terdiri dari 7 tingkat.
Perusahaan dapat membuat sistem FIFO dengan mengeluarkan barang yang pertama
masuk sesuai dengan layout usulan.
Perusahaan dapat meminimalisir jarak tempuh produk dengan merubah tata letak rak
dengan rancangan tata letak gudang usulan yang mengalami penurunan jarak tempuh
5049,6 m/hari.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James, Tata Letak dan Pemindahan Bahan, Edisi ketiga, Terjemahan
Nurhayati M. T. Mardiono, Institut Teknologi Bandung, Bandung 1990.
Francis, Richard L., McGinnis Jr, Leon F. And White, John A., Facility Layout and Location: An
Analitytical Approach, Prentice Hall, New Jersey, 1992
Gaspersz, Vincent., “Production Planning and Inventory Control”. PT. Sun. Jakarta 1998.
Hadiguna, Rika.A, Setiawan, Heri, Tata Letak Pabrik. Edisi 1, Penerbit ANDI. Yogyakarta, 2008.
Hakim Arman Nasution, M Eng., Manajemen Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta, 2006.
Makridakis Spyros, Wheelwright, Steven C, Metode-metode peramalan untuk Manajemen, Edisi
Kelima, Alih Bahasa, Drs. Wirajaya daniel. Binarupa Aksara, Grogol, Jakarta Barat, 1994.
Mulcahy, D.E.1994.Warehouse and Distribution Operation Handbook International Edition,
McGraw Hill. Singapore.
Pornomo Hari, Perencanaan dan Perancangan Fasilitias, Edisi pertama, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2004.
Tompkins, J. A. Facilities Planning, Second Edition, John Willey and Sons, Inc., New York,
1996.
70
Jurnal Industrikrisna Vol. 12 No.1 Th. Maret 2018
PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL INDUSTRIKRISNA
Jurnal Industrikrisna menerima tulisan/artikel ilmiah dalam bidang ilmu dan teknologi
dalam berbagai bidang teknik. Tulisan akan diterima setelah melalui penelaah (review) oleh
Dewan Redaksi Jurnal Industrikrisna. Penentuan mengenai kelayakan penerimaan atau penolakan
substansi tulisan/artikel, persetujuan, dan penetapan tanggap pemuatan tulisan/artikel tersebut
ditentukan oleh dewan redaksi. Naskah yang tidak memenuhi pedoman ini akan dikembalikan
kepada penulis.
Untuk penyempurnaan teknik maupun substansi akan dikembalikan kepada penulis
dengan komentar dari dewan redaksi. Setelah disesuaikan dengan saran-saran dan pedoman,
penulis dapat menyerahkan kembali naskah tersebut untuk diteliti. Penulis akan menerima satu
eksemplar jurnal Industrikrisna setelah tulisan/artikel tersebut dimuat.
Pedoman untuk Penulisan Artikel dan Penyerahan Naskah
1.
2.
3.
4.
Tulisan harus merupakan tulisan ilmiah dalam bidang keilmuan.
Naskah harus orisinil dan belum pernah diterbitkan dalam publikasi apapun, tulisan atau
artikel ditulis khusus untuk Jurnal Industrikrisna dan bukan tulisan yang akan diajukan atau
dibicarakan dalam forum lain seperti seminar, temu ilmiah, kuliah atau artikel yang pernah
diajukan untuk jurnal/majalah ilmiah lain.
Naskah dapat dituliskan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan tata bahasa yang
baik.
Naskah dikirim ke redaksi Jurnal Krisnadwipayana melalui alamat: Prodi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Krisnadwipayana, Jl. Kampus Unkris Jatiwaringin. Tel. (021)
84998529, e-mail: [email protected]
Teknik Tulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tulisan disusun dengan sistematis: Abstrak (dalam bahasa Indonesia), Pendahulan, bahasan
yang dilengkapi dengan ilustrasi,skema,peta atau foto, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
Penulisan paragraph dimulai ditepi kiri baris, paragraph baru ditulis dengan jarak pemisah
atau baris
Judul tabel ditulis diatas tabel dan judul gambar ditulis dibawah gambar. Setiap tabel dan
gambar mempunyai nomor urut satu.
Tulisan/artikel ditulis sebanyak maksimal 15 halaman dengan ukuran kertas A4 dengan 1
spasi. Disampaikan dalam bentuk rekaman kertas (hardcopy) sebanyak tiga copy. Apabila
diterima, agar dikirim kembali (setelah memenuhi persyaratan dewa Redaksi) dalam bentuk
rekaman lunak (softcopy) dalam format MS-Word untuk diedit ulang menjadi format jurnal.
Harap dicantumkan identitas penulis seperti nama lengkap, keahlian, tempat kerja, alamat,
nomor telepon, faximil, dan alamat e-mail.
Semua huruf yang digunakan memakai font Times New Roman dengan ukuran untuk judul
18 point Bold All caps; Nama Penulis ukuran 11 Bold, kata “ABSTRAK” 11 Bold; isi
abstraksi ukuran 10 italic; isi tulisan ukuran 11 point.
Kutipan (citation) atau rujukan referensi ditulis dengan menyebut nama utama tulisan dan
tahun dalam tanda kurung, contoh: (Higginss,1969).
Judul artikel;Nama Penulis ditulis dengan margin tengah (center). Catatan kaki diletakkan
pada bagian akhir tulisan.
Daftar pustaka ditulis dalam ukuran 10 dengan ketentuan kelaziman penulisan suatu daftar
pustaka dengan urutan penulisan buku rujukan berdasarkan abjad.
Download