Al-Quran dan Alkitab Khalid Saifullah Khan Seorang penginjil Kristen mengklaim bahwa Taurat dan Injil yang dulu tersedia di Mekah selama masa hidup Muhammad (saw) serupa dengan Taurat dan Injil yang dibaca orang-orang Kristen sekarang. Sebagaimana Al-Quran membuktikan kebenaran Kitab-Kitab ini, orang-orang Islam sebaiknya percaya kepada Kitab-Kitab ini sebagaimana orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen mempercayainya. Dijelaskan bahwa empat ayat dalam Al-Quran menyebutkan ‘Tahreef’ (perubahan) telah dilakukan oleh orang-orang dalam Kitab tersebut. Namun, pergantian yang dikatakan tersebut hanya terdapat pada makna dan tafsiran Kitab-Kitab mereka dan bukan dalam isinya. Semua keraguan yang ditulis diatas telah timbul karena kurangnya pengetahuan. Berkenaan apa yang orang-orang Islam percayai terhadap Kitab-Kitab suci sebelumnya, Nabi-Nabi Tuhan dan tokoh-tokoh suci lainnya beberapa diantaranya diuraikan berikut ini. Tuhan Mengirim utusan-utusannya untuk seluruh bangsa di dunia Allah Ta'ala menciptakan umat manusia dan membawanya sendiri untuk menuntun mereka, sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Quran, “sungguh, kewajiban kamilah memberi petunjuk.” (92:12) Bimbingan dan hukum diberikan untuk setiap bangsa di dunia melalui utusan-utusannya. “dan untuk setiap umat ada seorang rasul” (10:47) “dan bagi setiap kaum ada seorang pemberi petunjuk” (13:7) “dan sesungguhnya telah kami bangkitkan dalam setiap umat seorang rasul” (16:36).1 Dengan demikian, AlQuran menegaskan kebenaran seluruh wahyu terdahulu, termasuk yang diberikan kepada Musa (as) dan Isa (as). Kitab-Kitab suci sebelum Al-Quran tidak diberikan perlindungan terhadap interpolasi (penyisipan) Namun, Al-Quran juga menunjukkan bahwa seluruh Kitab-Kitab tedahulu dikirim untuk bangsa dan zaman tertentu. Sebagaimana Kitab-Kitab tersebut tidak sempurna dan universal, mereka tidak disediakan perlindungan khusus terhadap interpolasi, sebagaimana diberikan kepada Al-Quran yang diturunkan sebagai petunjuk terakhir untuk seluruh manusia dan zaman. Al-Quran menunjukkan bahwa Kitab-Kitab sebelumnya mendapat interpolasi dan penyimpangan di tangan penulis mereka. “maka celakalah orang-orang yang menulis AlKitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata ini dari sisi Allah” (2:79). “Dari antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah-ubah kalimat-kalimat Allah dari tempatnya” (4:46). Al-Quran mengandung keunggulan-keunggulan dan perintah-perintah yang bersifat kekal dari seluruh Kitab-Kitab suci sebelumnya Al-Quran mengklaim menjadi puncak Kitab-Kitab sebelumnya dan mengandung ajaran-ajaran pokok seluruh Nabi-Nabi dan Kitab-Kitab sebelumnya. Mengacu kepada Nabi-Nabi sebelumnya dan Kitab-Kitab mereka, Tuhan berfirman kepada orang-orang Islam: “mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka” (6:91). “seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran suci yang di dalamnya ada peritah abadi” (98:2-3). Jadi Al-Quran Penomoran ayat Al-Qur’an dalam artikel ini bila bismillahir rahmanir rahim tidak dihitung sebagai ayat pertama semua Surah kecuali Surah at-Taubah. 1 adalah ringkasan seluruh hal yang baik-baik, kekal dan abadi dalam hal pengajaran Kitab suci sebelumnya dan lebih banyak lagi, yang diperlukan untuk kesempurnaan ajaran. Demikianlah Al-Quran bertahan sebagai penjaga atas semua Kitab sebelumnya, menegaskan kebenaran yang terkandung di dalamnya dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang disebabkan interpolasi. Sebagaimana petunjuk diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia, Islam tidak mengklaim monopoli dalam kebenaran. Taurat dan Injil yang disebut di dalam Al-Quran tidak mengacu kepada perjanjian lama dan baru pada saat ini, tetapi kepada wahyu-wahyu asli yang diwahyukan kepada Musa dan Isa Itu juga harus diperhatikan bahwa ketika Al-Quran mengacu kepada Taurat dan Injil, itu tidak berarti perjanjian lama dan perjanjian baru saat ini. Menurut Al-Quran, Taurat adalah nama wahyu yang diberikan kepada Musa dan Injil adalah wahyu yang diberikan kepada Isa. Dan juga perlu diperhatikan bahwa perjanjian lama saat ini adalah kumpulan Kitab-Kitab berbagai Nabi-Nabi Israel, termasuk lima Kitab Musa. (lima Kitab Musa yaitu Kejadian, keluaran, Imamat, Bilagan, dan Ulangan) Demikian pula, ketika Al-Quran menyebut Injil, itu hanya mengacu kepada wahyu atau buku yang secara asli diberikan kepada Isa. Wahyu-wahyu ini tidak dibukukan dalam bentuk satu buku. Jika wahyuwahyu itu dikumpulkan, dalam satu kumpulan maka itu tidak tersedia sekarang. Bagaimanapun beberapa wahyu tersebut telah dibukukan dalam perjanjian baru (empat Kitab-Kitab pertama dan Kitab lainnya). Banyak tulisan tentang wahyu-wahyu Isa mungkin telah hilang. Perjanjian baru terdiri dari empat bagian, 1. Empat Injil ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes antara tahun 60-95 M. 2. Tindakantindakan atau Kisah-Kisah para Rasul yang merupakan sejarah gereja, ditulis oleh Lukas pada 65 M. 3. Tulisan-tulisan yang terdiri dari surat-surat, yang kebanyakan ditulis oleh Paulus; dan 4. Wahyu yang ditulis oleh Yohanes pada 95 M. Sebagaimana tidak ada Nabi Tuhan antara Isa dan Muhammad (saw), Al-Quran tidak mengakui Kisah-Kisah tersebut, surat-surat dan Kitab wahyu sebagai bagian dari Injil. Menurut Al-Quran, interpolasi-interpolasi yang dibuat dalam Taurat (lima Kitab Musa) dan Injil (empat Injil) (2:75 dan 2:79). Namun demikian, buku-buku ini masih mengandung beberapa bagian dari wahyu-wahyu dan ajaranajaran asli, yang ditegaskan oleh Al-Quran, dan merujuk kepadanya sebagai hudan wa nur, yang berarti petunjuk dan cahaya (55:44-46). Kata ‘Kitab’ (buku), menandakan pengajaran yang diwahyukan kepada Nabi-Nabi dan belum tentu ‘syariah’ (hukum) baru. Dalam ayat 83 hingga 87 dari Surah ke-6, Al-Quran menyebutkan banyak Nabi-Nabi, bapakbapak mereka, anak-anak mereka dan saudara-saudara mereka serta mengatakan tentang mereka; “itulah orang-orang yang telah kami beri Kitab, kekuasaan, dan keNabian.”(6:89) Para Nabi yang disebutkan adalah Ibrahim, Isa, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Lut. Jelas semuanya tidak diberi ‘syariah’ (hukum) yang baru, tetapi masing-masing dari mereka disebut telah diberi Kitab, itu akan menandakan wahyu yang diberikan kepadanya yang berisi diantara detail yang lainnya, berita-berita pasti tentang masa depan dan yang tidak terlihat (gaib). Seperti yang disebutkan dalam ayat berikut: “Dia-lah yang maha mengetahui yang ghaib dan Dia tidak menampakkan rahasia ghaib-Nya kepada siapapun, kecuali kepada rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan malaikat-malaikat pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya mereka telah menyampaikan amanatamanat Tuhan mereka.” (72:26-29) Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Musa (as) keduanya diberi Kitab, meskipun Ibrahim (as) tidak membawa hukum apapun. “sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam Kitab-Kitab terdahulu, Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa” (87: 18-19) Tentang Isa (as) Allah berfirman, “dan dia akan mengajarkan kepadanya Kitab, hikmah, Taurat dan Injil” (3:48). Kata ‘Kitab’ digunakan di sini tidak bias diartikan menjadi Injil selama itu disebutkan secara terpisah. Masudnya bahwa Isa diberi wawasan yang dalam, pemahaman dan pengetahuan dari Kitab (Taurat). Itu mungkin juga bermaksud bahwa Isa diwarisi Kitab atau ‘syariat’ yang diberikan kepada Musa. Wahyu-wahyunya yang memenuhi atau menegaskan ajaran-ajaran Taurat, sebagaimana dinyatakan dalam 3:50, dapat juga disebut ‘Kitab’ yang diberikan kepada Isa. Makna ‘Tasdeeq’ (pengesahan atau kesahihan) dari Taurat atau Injil oleh Al-Quran Pengesahan Kitab suci diungkap oleh Al-Quran bisa jadi mengikut tiga cara di bawah ini: 1. Pengesahan semua isi Kitab-Kitab dalam bentuk sekarang. Itu tidak dilakukan, jika tidak demikian, Al-Quran tidak akan dengan kuat mengutuk keras dogma-dogma mendasar dari kekristenan seperti Isa dianggap sebagai anak Tuhan. 2. Pengesahan bagian-bagian tertentu dari Kitab-Kitab tersebut, dan 3. Pengesahan terhadap kebenaran wahyu-wahyu asli dan kebenaran para Nabi kepada siapa mereka dikaruniai. Al-Quran mendukung kebenaran hanya bagian-bagian tertentu dari ‘Taurat’ dan ‘Injil’, dan membuktikannya sebagai Kitab-Kitab yang berasal dari Tuhan. (Tafsir Kabir Vol 5, Hlm. 385) Bahkan kesahihannya, dirujuk dalam 2:41 adalah pemenuhan janji yang terkandung dalam ulangan 18: 15-18 “Akan Ku-bangkitkan seorang Nabi dari antara saudara-saudara mereka, seperti kamu dan akan memasukkan firman-firman-Ku ke dalam mulutnya dan dia akan berbicara kepada mereka semua yang akan Aku perintahkan kepadanya”. Nubuwatan ini telah terpenuhi dalam pribadi Nabi Muhammad (saw), yang berasal dari Ismail, saudara-saudara dari orang Israel. Menurut Al-Quran, Nabi Muhammad (saw) adalah seperti Nabi yang diutus ke Firaun (Musa) (73:15) tidak ada Nabi Israel, bahkan tidak dengan Isa mengatakan bahwa dia datang dalam memenuhi atau menggenapi nubuwatan ini. Interpolasi dan keraguan dalam perjanjian lama dan perjanjian baru yang diakui oleh orang-orang Yahudi dan sarjana kekeristenan Sebagai contoh, Rev. Dummelow menulis dalam komentar Bibelnya pada halaman 24: “Namun, dalam akhir pemeriksaan, harus diakui bahwa lima Kitab Musa mengungkapkan banyak keistimewaan yang tidak konsisten dengan pandangan tradisional yang menyebutkan dalam bentuk sekarang itu adalah pekerjaan Musa. Sebagai contoh, itu dapat diberikan dengan aman bahwa Musa tidak menulis cerita atau catatan kematiannya sendiri dalam Ulangan 34.. bagian lain yang hanya bisa dengan kesulitan dianggap miliknya; Keluaran 6: 26,27; 11:3; 16:35,36; Lev. 18: 24-28; Bilangan 12:3; Keluaran 2:12.” (komentar AlKitab oleh Rav. Dummellow, halaman 24) Tuhan berbicara kepada para Nabi dalam perjanjian lama, tetapi bukti luar dan dalam tidak lagi mendukung tampilan, bahwa catatan dari perjanjian lama seperti yang kita miliki hari ini merupakan perkataan Tuhan sebagai wahyu pertama. Hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra. (1889-1965), penerus kedua dari pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah menulis: “dari sejarah Israel, kita belajar bahwa pada zaman Nebukadnezar, Kitab-Kitab Israel dibakar dan dihancurkan. Kitab-Kitab itu ditulis kembali oleh Nabi Ezra dan dari Ezra kita membaca dalam literatur Yahudi, ‘Kitab-kitab itu telah dilupakan tetapi Ezra mengembalikannya lagi.’ (Ensiklopedia Yahudi vol. 5 hlm. 322)” Dan menulis “Ezra kembali menulis Pentateuch (lima Kitab Musa) dengan memperkenalkan di dalamnya huruf-huruf Asiria atau huruf berbentuk persegi empat.” (Ensiklopedia Yahudi Vol. 5 hlm. 322) Dia menunjukkan keraguannya tentang kebenaran beberapa kata-kata dari teks dengan menempatkan poin-poin (titik-titik) di atasnya; haruskah Elia, katanya, menyetujui teks tersebut, poinpoin yang dia tidak anggap haruskah dia tolak, kata-kata penuh keraguan akan dihapus dari teks. (Ensiklopedia Yahudi Vol. 5 hlm. 322). Ada banyak sekali kontradiksi dalam perjanjian lama, itu berisi ajaran kekejaman dan irasional dan para Nabi dicemarkan dengannya, yang tidak bisa dikaitkan kepada Tuhan, begitu banyak yang telah dimasukkan oleh para penulis. Untuk lebih detail silahkan lihat ‘pengantar mempelajari Al-Quran’ oleh Hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad halaman 27-30. Interpolasi Dalam Perjanjian Baru Perjanjian baru juga mengalami interpolasi dan perubahan dalam isinya. Poin-poin berikut layak untuk direnungkan: Kitab-Kitab lain selain empat Kitab Injil perjanjian baru kebanyakan ditulis oleh Paulus yang bukan seorang murid Isa dan belum pernah bertemu dengannya secara fisik. Bahkan, empat Kitab Injil bukan ditulis oleh Isa sendiri bukan pula ditulis oleh murid-murid utamanya. Kitab Injil ditulis beberapa masa setelah penyaliban dan tidak dibenarkan atau diakui oleh Isa. Para penulis Kitab Injil adalah orangorang yang tidak dikenal dan kisah-kisah mereka hanya menyinggung tentang tiga tahun kehidupan Isa saja. Beberapa Kitab Injil yang ditulis oleh Barnabas, Thomas dan Hermas yang merupakan murid-murid Isa, telah ditemukan. Mereka menentang beberapa ajaran-ajaran utama dari Kitab Injil yang sekarang. Tidak ada naskah asli dari Perjanjian Baru yang sekarang yang masih ada dan karena itu kebenaran asli tidak bisa didirikan. Isa (Yesus) berbicara dalam bahasa Aramik dan tidak ada Kitab Injil tersedia dalam bahasa itu. Apa yang kita miliki hari ini hanyalah terjemahan-terjemahan dari terjemahanterjemahan, dan terjemahan-terjemahan tidak bisa dipercayai sebagai perkataan Tuhan. Para ilmuan Kristen sendiri memandang Kitab Injil sebagai catatan kehidupan Isa yang diceritakan oleh orang-orang dan bukan perkataan Tuhan. Pedoman buku saku Bibel sementara itu mengenalkan Kitab Injil, tertulis: “Kitab Injil; bagian pertama dari perjanjian baru disebut Kitab Injil, terdiri dari empat catatan tentang kehidupan Isa. (kata Injil berarti ‘kabar suka’) tiga Kitab Injil pertama telah diberi judul ‘synoptic’ karena mereka melihat kehidupan Isa dari sudut pandang yang sama”. (Pocket Bible Handbook, Meridian Publications, P 103) Pertentangan Dalam Perjanjian Baru Ada banyak pertentangan dalam perjanjian baru, yang tidak mungkin itu adalah firman-firman Tuhan. Beberapa contoh ditulis dibawah ini: 1. Bagaimana manusia disetarakan, oleh perbuatan-perbuatan atau iman? Yakobus 2:14 dan 2:26 tertulis: manusia disetarakan oleh perbuatan bukan oleh keimanannya sendiri. Akan tetapi di Galatia, “Tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tapi hanya oleh karena iman terhadap Kristus Jesus. 2. Bisakah hukum perjanjian lama diubah atau tidak? Lukas berkata, hukum tidak bisa diubah akan tetapi di Ibrani tertulis bahwa sejak sekarang imam-imam telah diubah. Perubahan hukum Musa telah menjadi penting juga. “lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari hukum Taurat batal” (Lukas: 16:17) “Karena Imamat telah berubah, dengan sendirinya akan berubah pula hukum Taurat itu” (Ibrani: 7:12) 3. Haruskah hukum Taurat diikuti supaya masuk ke kerajaan langit atau hukum Taurat adalah sebuah kutukan? Matius berkata hukum Taurat harus diikuti, tapi Galatia menyatakan hukum Taurat adalah sebuah kutukan. “siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang lain dia akan menempati tempat paling rendah di kerajaan surga.” (Matius 5: 17-19). “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita sebab ada tertulis terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib.” (Galatia 3:13) 4. Ada pertentangan pada nama Yusuf (suami Maryam, Ibu Isa) Matius 1:16 menyatakan namanya adalah Yakub dan Lukas 3:23 sebagai Heli. 5. Matius 1:16 menyatakan bahwa Yesus adalah keturunan ke-40 Ibrahim tapi Lukas 3:23-31 menyatakan bahwa Yesus adalah keturunan ke 55. 6. Matius 1:7-16 menyatakan bahwa Yusuf adalah keturunan ke-26 dari Daud, tapi Lukas 3:23-31 menyatakan bahwa Yusuf adalah keturunan ke-41 dari Daud. Tuhan terbebas dari segala kelemahan, kutipan-kutipan diatas tidak bisa dihubungkan kepadaNya. Ada kesalahan-kesalahan manusia yang dimasukkan dalam Kitab-Kitab tersebut oleh para penulis mereka. Dengan jelas Al-Quran tidak bisa menyokong pernyataan-pernyataan yang bertentangan. Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh: Pasadino Rahmatan Nusantara, Abdul Nasir, dan Abdul Ghani. Darjah Tsalitsah JAMAI 2020-2021. Editor: Dildaar Ahmad Dartono Sumber: https://www.alislam.org/egazette/may-2009-egazette/