ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.M DENGAN HIPERTENSI PADA NY.A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASINUA KABUPATEN KONAWE KARYA TULIS ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan diploma III politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan keperawatan OLEH : HAMID 14401 2017 00029 5 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLI TEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2018 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas 1. Nama : Hamid 2. Tempat tanggal lahir : Anggaberi, 05 juli 1979 3. Suku/bangsa : Tolaki/Indonesia 4. Jenis kelamin : Laki-laki 5. Agama : Islam B. Pendidikan 1. SD Negeri 1 Anggaberi Tamat Tahun 1991 2. SMP Negeri 3 Unaaha Tamat Tahun 1997 3. SPK PPNI Kendari Tamat Tahun 2000 4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Sejak Tahun 2017–2018 Motto Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, semoga gelar sarjana kuterima, keluargapun ikut senang. Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah. Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang. Pendidikan mengembangkan kemampuan tetapi tidak menciptakannya. Pengetahuan adalah kekuatan. Berangkat dengan penuh keyakinan. berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Orang yang menginginkan impiannya harus menjaga diri agar tidak tertidur Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang. Karya tulis ini kupersembahkan untuk Keluargaku dan almamaterku tercinta ABSTRAK Hamid (14401 2017 00029 5) Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. Dibimbing oleh Ibu Rusna Tahir.,S.Kep.,Ns.,M.Kep (xii + 83 halaman + 12 tabel + 7 lampiran). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode. Studi kasus ini bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 28 mei s/d 31 mei 2018. Hasil studi kasus didapatkan dua diagnosa keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Dari hasil evaluasi keperawatan yang dilaksanakan didapatkan hasil analisis masalah nyeri akut teratasi dan defisiensi pengetahuan teratasi. Saran dalam studi kasus ini bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada keluarga dan dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta lebih meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di lapangan. Kata kunci : Hipertensi - Nyeri Akut - Defisiensi Pengetahuan Daftar Pustaka : 31 (2007-2018) KATA PENGANTAR Tiada kata paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkan kepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”. Dalam menyelesaikan studi kasus ini penulis sadari sepenuhnya sangat banyak kesulitan yang dialami, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk-Nya dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri sehingga segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai penulis ucapkan Kepada istri dan anak-anak penulis yang sangat penulis sayangi atas segala doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilan penulis serta semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan, tanpa bantuan istri penulis tidak ada apa-apanya. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pembimbing ibu Rusna Tahir.,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat: 1. Ibu Askrening.,SKM.,M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Bapak Kamrin.,SKM Selaku Kepala Puskesmas Asinua yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan studi kasus. 3. Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari. 4. Bapak Abdul Syukur.,S.Kep.,Ns.,MM Selaku Penguji I, ibu Dewi Sartiya Rini.,M.Kep.,Sp.KMB Selaku Penguji II, dan bapak Sahmad.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji III yang telah membantuh dan mengarahkan penulis dalam ujian hasil studi kasus sehingga hasil studi kasus ini dapat lebih terarah. 5. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah. 6. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku mahasiswa RPL angkatan 2017 khususnya jurusan keperawatan yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya di Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Allah SWT selalu memberi rahmat kepada kita semua. Amin. Kendari, Juli 2018 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. i HALAMAN PENRSETUJUAN............................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v MOTTO .................................................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR .............................................................................................viii DAFTAR ISI............................................................................................................. x DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. B. Tujuan ........................................................................................................... C. Manfaat Penulisan......................................................................................... D. Metode dan Teknik Penelitian ..................................................................... 1 4 4 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga........................................................................................... 7 B. Konsep Hipertensi........................................................................................ 18 BAB III LAPORAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................. B. Data Fokus ................................................................................................... C. Diagnosa Keperawatan Keluarga ................................................................. D. Intervensi Keperawatan keluarga................................................................. E. Implementasi dan Evaluasi keperawatan ..................................................... 47 54 55 59 61 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................. B. Diagnosa Keperawatan................................................................................. C. Intervensi Keperawatan................................................................................ D. Implementasi Keperatan............................................................................... E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................. 73 74 76 77 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................. 82 B. Saran ............................................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Table 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarakan Sistolik Dan Siastolik ................ 23 Table 2.2 Klasifikasi Hipertensi Pada Orang Dewasa ......................................... 23 Tabel 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga ........................................................ 37 Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Nanda Nic-Noc 2013 ....................................................................................... 39 Tabel 3.1 Komposisi Anggota Keluarga .............................................................. 47 Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga................................................................. 53 Tabel 3.3 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga ......................... 54 Tabel 3.4 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga .................................. 55 Tabel 3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut........................................ 56 Tabel 3.6 Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan .................... 57 Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Keluarga ........................................................ 59 Tabel 3.8 Implemetasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga.............................. 61 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi. Lampiran 2. Leaflet/Lembar Balik Hipertensi. Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden. Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden. Lampiran 5. Surat Izin Dari Poltekkes Depkes Kendari. Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian. Lampiran 7. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009). Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015). Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29% ) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang (Triyanto, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2016 tercatat masih tingginya angka kejadian hipertensi. Berdasarkan data dan informasi pengukuran tekanan darah yang terdiagnosis hipertensi/darah tinggi tertinggi terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 21.006 jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 10.811 jiwa (50,32%), total laki-laki dan perempuan sebanyak 31.817 kasus hipertensi (38.60%). Hal ini menunjukan masih tingginya kasus hipertensi yang terjadi di Sulawesi Tenggara. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012). Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan, (2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakanyang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugaskeluarga tersebut harus selalu dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga. Kasus Hipertensi di Puskesmas Asinua dalam 3 tahun terakhir terus meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan, berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45 tahun. Tahun 2015 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Asinua mencapai 178 kasus Hipertensi dimana perempuan sebanyak 97 kasus dan laki-laki sebanyak 81 kasus, pada tahun 2016 kasus hipertensi sebanyak 193 kasus dimana perempuan sebanyak 101 kasus dan laki-laki sebanyak 92 kasus. Pada tahun 2017 kasus hipertensi di Puskesmas Asinua semakin meningkat yaitu sebesar 212 dengan kasus tertinggi pada perempuan sebanyak 117 kasus dan terendah laki-laki sebanyak 95 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas Asinua didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi dan berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan. Keluarga pada umumnya mengatasi hipertensi dengan beristrahat serta sedikitnya langsung memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas (Profil Puskesmas Asinua Tahun 2018). Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Bagi Penulis Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat mengembangkan dan menambah wawasan peneliti. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat/Klien Menambah pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam upaya pencegahan, perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi/pengetahuan sebagai referensi perpustakan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar untuk studi kasus selanjutnya. c. Bagi Puskesmas Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe” D. Metode Dan Teknik Penelitian 1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus Studi kasus ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 28 s/d 31 Mei 2018. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada studi kasus keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018 dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan Yaitu mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan karya tulis ini. b. Studi Kasus Menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga yang meliputi pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, penysusunan rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan keluarga. Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan beberapa cara antara lain: a. Observasi Mengadakan pengamatan langsung pada keluarga dengan cara melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien. b. Wawancara Dengan mengadakan pengamatan langsung c. Pemeriksaan Fisik Melakukan pemeriksaan terhadap anggota keluarga yang sakit melalui; Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. d. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dan medical record hasil pemeriksaan di Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga. 2. Ciri-Ciri Keluarga Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu : a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara. c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan. d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga. 3. Tipe Keluarga Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi : a. Secara Tradisional Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. 2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakeknenek, paman-bibi) b. Secara Modern Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah : 1) Tradisional Nuclear Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah. 3) Niddle Age/Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier. 4) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah. 5) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah. 6) Dual Carrier Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak. 7) Commuter Married Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. 8) Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. 9) Three Generation Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. 10) Institusional Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu pantipanti. 11) Comunal Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. 12) Group Marriage Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 13) Unmaried Parent and Child Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. 14) Cohibing Couple Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. 15) Gay and Lesbian Family Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama. 4. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut : a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan. b. Struktur peran Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. c. Struktur kekuatan Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective power. d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. 5. Fungsi keluarga Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu : a. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya. b. Fungsi sosialisasi dan status sosial Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika. c. Fungsi reproduksi Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat. d. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga. e. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. 6. Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) : a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga. b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab. c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suamiayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak. d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren) Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama lain. f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching centerfamilies) Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri. g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat. h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik. 7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. b. Membuat keputusan tindakan yang tepat Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis danperawatannya). 2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. 3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan. 4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,psikososial). 5) Sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga. 2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan. 3) Pentingnya hiegine sanitasi. 4) Upaya pencegahan penyakit. 5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi. 6) Kekompakan antar anggota kelompok. e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1) Keberadaan fasilitas keluarga. 2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan. 3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. 4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 8. Peran Perawat Keluarga Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut : a. Sebagai pendidik Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan. b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan. c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif. d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat. e. Sebagai pembela (advokat) Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga. f. Sebagai fasilitator Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah. g. Sebagai peneliti Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga. 9. Prinsip perawatan kesehatan keluarga Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu : a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan. b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama. c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga. d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga. g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan. h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan. i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah. j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah : a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah. b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu : a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun). b) Menderita kekurangan gizi (anemia). c) Menderita hipertensi. d) Primipara dan Multipara. e) Riwayat persalinan atau komplikasi 3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena : a) Lahir prematur (BBLR). b) Berat badan sukar naik. c) Lahir dengan cacat bawaan. d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. e) bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya. 4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan. b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga yang sering sakit d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah. B. Konsep Hipertensi 1. Definisi Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol– arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009). 2. Anatomi Dan Fisiologi a. Anatomi Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi. 1) Jantung Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan sekitar 225 gram. 2) Pembuluh darah Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan : a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi berbagai jaringan ikat. b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan berbagai serat elastik. c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat. Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup : a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung. (1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabangcabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat. (2) Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh. (3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah otot polos yang memadai pada tunika medika. b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan endotelium. c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung. (1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media. (2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding venula yang lebih besar berlapis tiga. (3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran serupa. b. Fisiologi Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut. 1) Darah Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 2) Curah jantung Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup. 3) Denyut jantung Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan. 4) Tekanan vena Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung. 5) Ruang jantung a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paruparu . darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius. b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri. c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paruparu melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde). d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer. 6) Katup jantung a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel, mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral. b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. 3. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu : Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg) Normal < 120 mmHg < 80 mmHg Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg Sumber : Smeltzer, et al, 2012 Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa. Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg) (mmHg) Normal < 130 mmHg < 85 mmHg Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg Sumber : Triyanto, 2014 4. Etiologi a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid. 5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut : a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah 1) Riwayat keluarga Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda. 2) Usia Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal. 3) Jenis kelamin Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar. 4) Etnis Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan. b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah 1) Diabetes mellitus Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. 2) Stress Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress. 3) Obesitas Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi. 4) Nutrisi Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi. 5) Penyalahgunaan obat Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. 6. Patofisiologi Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007). Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. 7. Manifestasi Klinis Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul : a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekana intracranial. b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. 8. Pemeriksaan Penunjang a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia. b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler) g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi. h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab). i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat. m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter. n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung. o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma. p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013) 9. Komplikasi Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut : a. Jantung Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung. b. Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar. c. Ginjal Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. d. Mata Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan. 10. Penatalaksanaan Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015). a. Terapi nonfamakologis Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : 1) Mempertahankan berat badan ideal Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 35 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg cukup. 5) Menghindari merokok Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi. 6) Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. 7) Terapi pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan. b. Terapi farmakologis Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain : 1) Diuretik (Hidroklorotiazid) Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan. 2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis. 3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol) Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. 4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin) Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. 6) Penghambat angiotensin II (Valsartan) Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor. 7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat. 11. Pathway Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas Hipertensi Perubahan Situasi Informasi Yang Minim Kerusakan vaskuler pembuluh darah Defesiensi Pengetahuan Ansietas Perubahan Struktur Vaskontriksi Gangguan sirkulasi penyumbatan pembuluh darah otak Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat Nyeri Kepala Ginjal suplai O2 ke otak berkurang Spasme Arteriol Blood Flow Menurun Metode Koping Tidak Efektif Ketidakefektifan perfusi Jaringan otak Retina Vasokontriksi Pembuluh Darah Krisis Situasional Ketidakefektifan Koping Pembuluh Darah Sistemik Vasokontriksi Koroner Afterload Iskemik Miokard Resiko cidera Respon R A A Kelelahan Nyeri Merangsang Aldesteron Retensi NA Edema Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015). Intoleransi Aktivitas Kelebihan Volume Cairan 12. Fokus Pengkajian Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi : a. Data umum Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah : 1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan. 2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga 3) Status sosial ekonomi Keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga 1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini. 2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian lingkungan Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010). d. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). 2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). 3) Fungsi keperawatan a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010). b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010). c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010). d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010). e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010). 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012). 5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan. e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. 13. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga a. Diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah: 1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan). 2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. 3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) : 1) Penurunan curah jantung 2) Intoleransi aktivitas 3) Nyeri (sakit kepala) 4) Kelebihan volume cairan 5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak 6) Ketidakefektifan koping 7) Defisiensi pengetahuan 8) Ansietas 9) Resiko cidera b. Skala Prioritas Masalah Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga 1) 2) 3) 4) Kriteria Sifat masalah : a) Aktual (tidak/kurang sehat) b) Ancaman kesehatan c) Keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah a) Mudah b) Sebagian c) Tidak dapat Potensi masalah untuk dicegah : a) Tinggi b) Cukup c) Rendah Menonjolnya masalah: a. Masalah dirasakan dan perlu segera ditangani b. Masalah dirasakan tapi tidak perlu segera ditangani c. Masalah tidak dirasakan Skor Bobot 3 2 1 1 2 1 0 2 3 2 1 1 2 1 0 Total Skore Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012) 1 Keterangan : Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah : 1) Tentukan skor untuk setiap criteria 2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot 3) Jumlah skor untuk semua criteria 4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga. 14. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Rencana asuhan keperawatan keluarga (NANDA NIC-NOC 2013) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2013 No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Penurunan curah jantung NOC NIC Definisi : ketidakadekuatan Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care darah yang dipompa oleh Circulation Status - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) jantung untuk memenuhi Vital Sign Status - Catat adanya disritmia jantung kebutuhan metabolik tubuh Kriteria Hasil : - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler normal (Tekanan darah, Nadi, - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal Respirasi). jantung Dapat mentoleransi aktivitas, - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi tidak ada kelelahan - Monitor balance cairan Tidak ada edema paru, perifer - Monitor adanya perubahan tekanan darah dan tidak ada asites - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan Tidak ada penurunan kesadaran antiaritmia - Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan - Monitor toleransi aktivitas pasien - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu - Anjurkan untuk menurunkan stress Vital Sign Monitoring - Monitor TD, nadi, suhu dan RR - Catat adanya fluktuasi tekanan darah - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri - Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas - Monitor kualitas dari nadi 2 3 Intoleransi aktivitas Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan NOC Energy conservation Activity tolerance Self Care : ADLs Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri Tanda tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat Status kardio pulmunari adekuat Sirkulasi status baik Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat Nyeri Akut NOC Definisi : Pengalaman sensori Pain Level dan emosional yang tidak Pain Control menyenangkan yang muncul Comfort level akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil : - Monitor adanya pulsus paradoksus - Monitor adanya pulsus alterans - Monitor jumlah dan irama jantung - Monitor bunyi jantung NIC Activity Therapy - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,krek - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual. NIC Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi yang aktual atau potensial Mampu mengontrol nyeri (tahu atau digambarka dalam hal penyebab nyeri, mampu kerusakan sedemikian rupa menggunakan tehnik (internatioal association for nonfarmakologi untuk the study of pain) : awitan mengurangi nyeri, mnecari yang tiba-tiba atau lambat bantuan) dari intensitas ringan hingga Melaporkan bahwa nyeri berat dengan akhir yang dapat berkurang dengan menggunakan diantisipasi atau diprediksi manajemen nyeri dan berlangsung <6 bulan. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 4 Kelebihan volume cairan Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik NOC Electrolit and acid base balance Fluid balance Hydration Kriteria Hasil : Terbebas dari edema, efusi, anaskara - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Kurangi faktor presipitasi nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri - Tingkatkan istirahat - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri NIC Fluid management - Timbang popok/pembalut jika diperlukan - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat - Pasang urin kateter jika diperlukan - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Menjelaskan indikator kelebihan cairan 5 - Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP, dan PCWP - Monitor vital sign - Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites) - Kaji lokasi dan luas edema - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori - Monitor status nutrisi - Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi - Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na<130 mEq/l - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk Resiko ketidakefektifan NOC NIC perfusi jaringan otak Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi Definisi : Berisiko mengalami Tissue Prefusion : celebral perifer) penurunan sirkulasi jaringan Kriteria Hasil : - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap otak yang dapat mengganggu Mendemonstrasikan status panas/dingin/tajam/tumpul kesehatan sirkulasi yang ditandai dengan : - Monitor adanya paretese Tekanan systole dandiastole - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada dalam rentang yang diharapkan isi atau laserasi Tidak ada ortostatikkhipertensi - Gunakan sarung tangan untuk proteksi Tidak ada tanda-tanda - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung peningkatan tekanan intrakranial - Monitor kemampuan BAB (tidak lebih dari 15 mmHg) - Kolaborasi pemberian analgetik Mendemonstrasikan kemampuan - Monitor adanya trombo plebitis kognitif yang ditandai dengan: - Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi 6 Ketidakefektifan koping Definisi : Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau ketidak mampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi Memproses informasi Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter NOC Decison making Role inhasmet Sosial support Kriteria Hasil : Mengidentifikasi pola koping yang efektif Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif Mengatakan penurunan stres Klien mengatakan telah menerima tentang keadaannya Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping NIC Decison making - Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan - Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan - Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan Role inhancement - Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan - Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki Coping inhancement - Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis - Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan 7 Defisiensi pengetahuan Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu NOC Knowledge : disease process Knowledge : health behavior Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya 8 Ansietas Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali NOC Anxiety self-control Anxiety level Coping Kriteria Hasil : - Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat - Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis, terapi dan prognosis NIC Teaching : disease Process - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat - Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat - Hindari jaminan yang kosong - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperluhkan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan menenangkan - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 9 tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan Risiko cidera Definisi : Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu NOC Risk kontrol Kriteria Hasil : Klien terbebas dari cedera Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut - Dorong keluarga untuk menemani anak - Lakukan back/neck rub - Dengarkan dengan penuh perhatian - Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,, persepsi - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi kecemasan NIC Environment Management (Manajemen Lingkungan) - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) - Memasang side rall tempat tidur - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih - Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien - Membatasi pengunjung - Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien Mampu mengenali perubahan status kesehatan Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013 - Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan 1. Data Umum a. Nama kk : Tn.M b. Pekerjaan KK : Petani c. Pendidikan KK : SD d. Agama : Islam e. Alamat : Ds.Nekudu f. Tanggal pengkajian : 28 mei 2018 g. Komposisi Anggota Keluarga Tabel 3.1 Komposisi Anggota Keluarga Nama Tn.M Ny.U An.M An.M Ny.A Jk L P L P P Umur Pdkn 33 th 29 th 12 th 10 th 54 th SD SMP SD SD BCG √ √ √ √ √ Status imunisasi DPT Polio Hts √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Cmpk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ h. Riwayat kesehatan sekarang 1) Keluhan utama keluarga : Ny.A diantar oleh keluarga ke Puskesmas Asinua pada tanggal 28 mei 2018 sekitar pukul 09.00 dengan keluhan utama sakit kepala. Saat dilakukan pengkajian Ny.A mengeluh kepala terasa sakit. Riwayat keluhan : P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik. Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang) T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul 2) Keluhan yang menyertai : Ny.A mengatakan kepala terasa sakit disertai pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Hasil pemeriksaan : Ny.A tampak meringis, Ny.A tampak gelisah. i. Genogram G.I G.II K G.III Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Garis keturunan : Tinggal serumah : Anggota keluarga sakit (Ny.A) j. Tipe keluarga Keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak dan nenek k. Suku bangsa Semua anggota keluarga Tn.M bersuku tolaki. l. Agama Semua anggota keluarga beragama islam m. Status sosial ekonomi Tn. M bekerja sebagai petani, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A berjualan (warung sembako). Penghasilan keluarga dalam sebulan ± 2.000.000. n. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Tn.M hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan keluarga mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV. 2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak sekolah (families with shoolchildren) b. Tugas perkembangan keluarga 1) Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi : Mendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat. 2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Semua tugas perkembangan keluarga sudah terpenuhi c. Riwayat keluarga inti Keluarga mengatakan tidak anggota keluarga inti yang menderita penyakit keturunan atau mengidap penyakit tertentu. d. Riwayat keluarga sebelumya Tn.M mengatakan hanya Ny.A yang menderita penyakit hipertensi, keluarga sebelumnya baik dari pihak suami maupun istri belum pernah ada yang mengalami keluhan/masalah kesehatan yang sama seperti Ny.A 3. Lingkungan a. Karakteristik rumah Jenis rumah yaitu semi permanen, status kepemilikin rumah adalah milik pribadi Tn.M dengan jumlah kamar 4, kamar mandi 1, dapur 1, atap seng lantai ruang tamu dan tengah dari keramik. Rumah mempunyai ventilasi yang cukup dan sirlukasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik. Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Jarak kamar mandi dengan sumur ± 10 meter. b. Dena Rumah K.4 R.TAMU K.1 K.2 DAP UR K.3 R.TAMU c. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas, hubungan bertetangga dan komunitas berjalan rukun, tidak ada aturan khusus yang mengikat individu dalam bermasyarakat selama tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat lainnya. d. Mobilitas geografis keluarga Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor. Ny.A jika ingin ke Puskesmas di antar oleh anak yaitu Tn.M. Keluarga tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat tinggal e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Tidak ada perkumpulan yang diikuti keluarga, interaksi keluarga dengan masyarakat terjalin baik, interaksi antar warga banyak dilakukan pada saat selesai sholat bersama di masjid dan sore hari di teras warung. f. Sistem pendukung keluarga Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah. Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia di Desa yaitu Puskesmas 4. Struktur Keluarga a. Pola komunikasi keluarga Keluarga Tn.M selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa daerah tolaki dan bahasa indonesia. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah. b. Struktur kekuatan keluarga Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara musyawarah seluruh anggota keluarga. Tn.M selaku kepala keluarga memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah prilaku. c. Struktur peran Peran formal : Tn.M berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.U sebagai wakil kepala keluarga. Peran informal: Tn.M memiliki tanggungjawab untuk mencari nafkah, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A memiliki akdil yang cukup berpengaruh dalam keluarga, dan Anak-anak Tn.M. d. Nilai dan norma Di dalam keluarga Tn.M tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota keluarga, untuk masalah kesehatan keluarga juga tidak memiliki praktik yang harus dilakukan. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh adat dan agama. 5. Fungsi Keluarga a. Fungsi afektif Hubungan Tn.M dengan istri, ibu beserta anaknya terjalin dengan baik, angota keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan menyemangati. b. Fungsi sosialisasi Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin, saling mengenal dengan masyarakat lainnya. c. Fungsi reproduksi Tn.M memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah anak dengan mengikuti program keluarga berencana (KB). d. Fungsi ekonomi Tn. M bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Ny.A juga turut serta membantuh ekonomi keluarga dengan berjualan (warung sembako). Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, keluarga menggunakan kartu KIS untuk berobat. e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga 1) Kemampuan keluarga mengenal masalah a) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi b) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih c) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. Hasil pengkajian : a) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat b) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit hipertensi. 2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat : Keluarga sudah mampu mengambil keputusan yang tepat. keluarga mengantarkan Ny.A ke Puskesmas. 3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi 4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan hipertensi. 5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas. 6. Stres Dan Koping Keluarga a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang 1) Jangka pendek (<6 bulan) Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat, hanya saja Ny.A mengalami keluhan sakit kepala. 2) Jangka panjang (>6 bulan) Keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan masalah biaya untuk hidup dan tetap menyekolahkan anak-anaknya setingi mungkin serta meningkatkan taraf hidup keluarganya. b. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping yang digunakan 1) Respon keluarga terhadap stresor Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Ny.A harus mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih buruk lagi. 2) Strategi koping yang digunakan Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk mengatasi keluhan Ny.A c. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Tn.M tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam menjelaskan masalah. 7. Harapan Keluarga Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar memberikan pengobatan untuk kesembuhan kepada Ny.A 8. Pemeriksaan Fisik Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga Data Tn.M Ny.U TTV TD : 130/90 TD: 110/80 N : 76 x/m N : 78x/m RR : 20 x/m RR : 20 x/m S : 36,5 ̊ C S : 37 ̊ Kepala Bentuk Bentuk simetris, simetris, bersih, bersih, rambut rambut warna hitam warna hitam Leher Aksila Dada Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Tidak ada lesi dan pembengkakan pada axila Dada tampak simetris, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak lesi dan pembengk akan Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Tidak ada lesi dan pembengkakan pada axila Dada tampak simetris, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak lesi dan pembengk akan An.M TD : N : 84x/m RR : 22 x/m S : 36,7 ̊ C Bentuk simetris, bersih, rambut warna hitam Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Tidak ada lesi dan pembengkakan pada axila Dada tampak simetris, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak lesi dan pembengk akan An.M Ny.A TD : TD:180/110 N : 94x/m N: 96x/m RR : 22 x/m RR: 18x/m S : 36,5 ̊ C S : 37 ̊ C Bentuk Bentuk simetris, simetris, bersih, bersih, rambut rambut warna hitam warna hitam dengan sedikit uban Tidak ada Tidak ada pembesaran pembesaran kelenjar kelenjar getah getah bening bening Tidak ada Tidak ada lesi dan lesi dan pembengka- pembengkakan pada kan pada axila axila Dada Dada tampak tampak simetris, simetris, tidak tidak terdengar terdengar suara suara nafas nafas tambahan, tambahan, tidak lesi tidak lesi dan dan pembengk pembengk akan akan Abdomen Ekstremitas atas Ekstremitas bawah berupa benjolan, tidak ada retraksi dinding dada Tidak ada asietes, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas disetiap kuardran Tidak oedema, pergerakan baik Tidak oedem, varises tidak ada, turgor kulit baik. berupa benjolan, tidak ada retraksi dinding dada Tidak ada asietes, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas disetiap kuardran Tidak oedema, pergerakan baik Tidak oedem, varises tidak ada, turgor kulit baik. berupa benjolan, tidak ada retraksi dinding dada Tidak ada asietes, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas disetiap kuardran Tidak oedema, pergerakan baik Tidak oedem, varises tidak ada, turgor kulit baik. berupa benjolan, tidak ada retraksi dinding dada Tidak ada asietes, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas disetiap kuardran Tidak oedema, pergerakan baik Tidak oedem, varises tidak ada, turgor kulit baik. berupa benjolan, tidak ada retraksi dinding dada Tidak ada asietes, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas disetiap kuardran Tidak oedema, pergerakan baik Tidak oedem, varises tidak ada, turgor kulit baik. B. Data Fokus Kepala Keluarga : Tn.M Anggota Keluarga Sakit : Ny.A Table 3.3 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga Data Subjektif Data Objektif 1. Ny.A mengeluh kepala terasa 1. Ny.A tampak meringis sakit. 2. Ny.A tampak gelisah P: Ny.A mengatakan timbulnya 3. Ny.A dan keluarga kurang dapat keluhan karena tekanan darahnya mengingat. yang kembali naik. 4. Ny.A dan keluarga tampak Q: Ny.A mengatakan keluhan bingung dan tidak mengerti yang dirasakan seperti tertekan ketika ditanya mengenai benda berat penyakit hipertensi. R: Ny.A mengatakan keluhan 5. TTV: TD:180/110, N: 96x/m, dirasakan pada daerah kepala dan RR: 18x/m, S : 37 ̊ C. leher. S: Skala nyeri 6 (sedang) T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul 2. Ny.A mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. 3. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi. 4. Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih 5. Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. 6. Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi C. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Analisa Data Tabel 3.4 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga No Data Penyebab 1 DS : Ketidakmampuan 1. Ny.A mengeluh kepala keluarga terasa sakit. merawat anggota P: Ny.A mengatakan keluarga sakit timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik. Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang) T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tibatiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul 2. Ny.A mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. DO: 1. Ny.A tampak meringis 2. Ny.A tampak gelisah. 3. Tanda-tanda vital. TD:180/110 N: 96x/m RR: 18x/m S : 37 ̊ C Masalah Nyeri Akut 2 DS : 1. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi 2. Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi 3. Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih 4. Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. DO : 1. TD : 180/110 mmHg 2. Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat 3. Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit hipertensi. Ketidakmampuan Defisiensi keluarga pengetahuan mengenal masalah 2. Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga a. Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit Tabel 3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran 1 Sifat masalah : Aktual : 3 3x1/3 1 2 Kemungkinan masalah dapat diubah : Sebagian : 1 1x2/2 1 3 Potensial masalah untuk dicegah cukup : 2 2x1/3 0,6 Masalah nyeri akut pada Ny.A dirasakan dan perlu tindakan perawatan Pengetahuan sumber daya dan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat dijangkau /dimanfaatkan Nyeri dapat dicegah bila keluarga mengetahui cara perawatan yang benar 4 Menonjol masalah: Masalah dirasakan dan perlu segera ditangani :2 2x1/2 Total Skore 1 Masalah dirasakan oleh Ny.A dan bisa menjadi lebih serius bila tidak segera ditanggani 3,6 b. Defisiensi pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Tabel 3.6 Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran 1 Sifat masalah : 3x1/3 1 Keluarga tidak Aktual : 3 mengetahui tentang penyakit hipertensi 2 Kemungkinan 1x2/2 1 Dengan informasi masalah dapat diubah yang cukup, akan Sebagian : 1 menambah wawasan dan pengetahuan keluarga mengenai hipertensi 3 Potensial untuk 3x1/3 1 Hipertensi adalah Dicegah : penyakit yang Mudah : 3 dapat dikendalikan apabila keluarga mengetahui 4 Menonjol masalah 0x1/2 0 Masalah tidak Masalah tidak dirasakan dirasakan : 0 oleh Ny.A dan keluarga Total Skore 3 3. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga a. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat angggota keluarga sakit yang ditansai dengan : Data subjektif : 1) Ny.A mengeluh kepala terasa sakit. P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik. Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang) T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul 2) Ny.A mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Data objektif : 1) Ny.A tampak meringis 2) Ny.A tampak gelisah. 3) Tanda-tanda vital. TD:180/110 N: 96x/m RR: 18x/m S : 37 ̊ C b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang ditandai dengan : Data subjektif : 1) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi 2) Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan hipertensi 3) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih 4) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. Data objektif : 1) TD : 180/110 mmHg 2) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat 3) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit hipertensi. D. Intervensi Keperawatan Keluarga Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Keluarga No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) 1 Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit. 2 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. NOC : Setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3 kali kunjungan rumah diharapkan nyeri teratasi. Kriteria hasil : 1. Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri. 3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. NOC : Setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3 kali kunjungan rumah diharapkan keluarga mengetahui proses penyakit. Kriteria hasil : 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, Intervensi (NIC) NIC Manejemen nyeri 1. Kaji nyeri secara komprehensif. 2. Observasi tanda-tanda vital 3. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi) 4. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi) 5. Anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang. 6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat. 7. Beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri. 8. Beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan. 9. Kolabari pemberian terapi farmakologi (analgetik) untuk megurangi nyeri (katopril 25 mg) NIC Teaching : disease proses 1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi 2. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. 3. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota kelaurga sakit. kondisi, dan program pengobatan. 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat. 4. Klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi 4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit. 5. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi. 6. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan. 7. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan. E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Tabel 3.8 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Hari Diagnosa Tanggal Implementasi keperawatan Jam Nyeri akut b.d Senin 1. Mengkaji nyeri secara ketidakmampuan 28/5/18 komprehensif. keluarga merawat 16.00 Hasil : anggota keluarga P: Ny.A mengatakan sakit. timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik. Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang) T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tibatiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul 2. Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : TD:180/110 N: 96x/m RR: 18x/m Paraf Hari Evaluasi Tanggal SOAP Jam Selasa Subjektif : 29/5/18 - Klien mengatakan nyeri masih 15.55 dirasakan namun sudah sedikit berkurang (skala nyeri 4). - Klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran). - Klien menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri. - Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah melakukan teknik menejeman nyeri yang diajarkan. - Klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang. Objektif : - Klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres Paraf S : 37 ̊ C 3. Mengajarkan/demonstrasika n teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi). Hasil : DS : Klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi DO : Klien mengikuti teknik relaksasi yang diajarkan. 4. Mengajarkan/demonstrasika n teknik manajemen nyeri (distraksi). DS : Klien mengatakan belum tahu apa itu teknik distraksi. DO : Tampak klien menyimak teknik distraksi yang diajarkan. 5. Menganjurkan/demonstrasik an pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang. Hasil : Klien dan keluarga kooperatif. 6. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat. hangat pada kepala bagian belakang. - Klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri. - Ny.A tidak lagi terlihat gelisah dan meringis. - Tanda-tanda vital : TD : 150/100. N : 90 x/m RR : 18 x/m S : 36,8 ̊ C A : Masalah teratasi sebagian Planning : - Kaji skala nyeri - Observasi TTV - Anjurkan melakukan teknik relaksasi. - Anjurkan melakukan teknik distraksi. - Anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang. - Anjurkan klien meningkatkan istrahat. Hasil : DS : Klien mengatakan paham dengan instruksi yang disampaikan. DO : Klien kooperatif. Tampak menyimak dengan baik instruksi yang disampaikan. 7. Menganjurkan keluarga memberi lingkungan yang nyaman untuk klien untuk mengurangi nyeri. Hasil : DS : Keluarga mengatakan paham dengan instruksi yang disampaikan DO : Keluarga kooperatif. 8. Memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan. Hasil : DS : Klien mengatakan bersedia mendengarkan informasi. DO : Tampak klien dan keluarga menyimak informasi yang disampaikan. Defisiensi pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Senin 28/5/18 16.25 1. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi. Hasil : DS : Klien mengatakan hipertensi adalah darah tinggi. DO : Klien dan keluarga tampak bingung ketika ditanya tentang hipertensi. 2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. DS : Keluarga mengatakan bersedia mendengarkan informasi. DO : Keluarga kooperatif. 3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota kelurga sakit. DS : Keluarga mengatakan memanfaatkan Selasa 29/5/18 16.05 Subjektif : - Keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A. - Keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat. - Keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Objektif : - Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. - Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar. - Klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi A : Masalah teratasi sebagian. Planning : - kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi. Puskesmas untuk mengobati Ny.A DO : Keluarga kooperatif 4. Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga yang sakit. DS : Keluarga mengatakan bersedia diajarkan tentang cara merawat Ny.A. DO : Keluarga kooperatif. 5. Menjelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi. DS : Klien menyebutkan diet makanan yang baik untuk hipertensi. DO : Klien mampu mengulang informasi yang disampaikan. 6. Mendiskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan. DS : Keluarga menyebutkan lingkungan yang baik untuk menunjang kesehatan. - - Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. Diskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga sakit. DO : Keluarga mampu mengulang informasi yang disampaikan. 7. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan. Hasil : DS : Keluarga menyebutkan manfaat faskes untuk kesembuhan anggota keluarga sakit. DO : Keluarga mampu mengulang informasi yang disampaikan. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit. Selasa 29/5/18 16.15 1. Mengkaji skala nyeri. Hasil : Ny.A mengatakan skala nyeri yang dirasakan adalah 4 (nyeri sedang). 2. Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : TD : 150/100. N : 90 x/m RR : 18 x/m S : 36,8 ̊ C 3. Menganjurkan melakukan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi). Rabu 30/5/18 16.25 Subjektif : - Ny.A mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang daripada kemarin (skala nyeri 3). - Klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran). - Klien menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri. - Klien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan Hasil : Ny.A mendemonstrasikan teknik relaksasi. 4. Menganjurkan klien melakukan teknik manajemen nyeri (distraksi) sesuai kebiasaan klien. Hasil : klien mengatakan melakukan teknik distraksi dengan membaca kitab suci Al-Quran. 5. Menganjurkan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang. Hasil : Klien dan keluarga kooperatif. 6. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat. Hasil : DS : Klien mengatakan paham dengan instruksi yang disampaikan. DO : Klien kooperatif. Tampak menyimak dengan baik instruksi yang disampaikan. teknik menejeman nyeri yang diajarkan. - Klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang. Objektif : - Ny.A mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang. - Ny.A tidak lagi terlihat gelisah dan meringis. - Tanda-tanda vital : TD : 140/90. N : 84 x/m RR : 18 x/m S : 37 ̊ C A : Masalah teratasi sebagian Planning : - Kaji skala nyeri - Observasi TTV - Anjurkan melakukan teknik relaksasi. - Anjurkan melakukan teknik distraksi. - Defisiensi pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Selasa 29/5/18 16.25 1. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi. Hasil : DS : klien dan keluarga menyebutkan tentang hipertensi dengan bahasa sendiri. DO : Klien dan keluarga mampu menyebutkan tentang hipertensi namun masih sering lupa dan tidak lancar. 2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. DS : Keluarga mengatakan bersedia mendengarkan informasi. Rabu 30/5/18 16.35 Anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang. - Anjurkan klien meningkatkan istrahat. Subjektif : - Keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A. - Keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Objektif : - Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar. - Klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi A : Masalah teratasi sebagian. Planning : - kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi. - Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit. Rabu 30/5/18 16.45 DO : Keluarga kooperatif. 3. Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga yang sakit. DS : Keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat. DO : Keluarga kooperatif. 1. Mengkaji skala nyeri. Hasil : Ny.A mengatakan skala nyeri yang dirasakan adalah 3 (nyeri ringan). 2. Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : TD : 140/90. N : 84 x/m RR : 18 x/m S : 37 ̊ C 3. Menganjurkan melakukan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi). Hasil : Ny.A mendemonstrasikan teknik relaksasi. - Kamis 31/5/18 16.10 menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. Diskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga sakit. Subjektif : - Klien mengatakan nyeri sudah tidak dirasakan. - Klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik menejemen nyeri. - Klien mengatakan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri. - Klien mengatakan sudah merasa nyaman karena nyeri yang dirasakan sudah hilang. Objektif : - Klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. - Klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres 4. Menganjurkan klien melakukan teknik manajemen nyeri (distraksi) sesuai kebiasaan klien. Hasil : klien mengatakan melakukan teknik distraksi dengan membaca kitab suci Al-Quran. 5. Menganjurkan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang. Hasil : Klien dan keluarga kooperatif. 6. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat. Hasil : DS : Klien mengatakan paham dengan instruksi yang disampaikan. DO : Klien kooperatif. Tampak menyimak dengan baik instruksi yang disampaikan. hangat pada kepala bagian belakang. - Klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri. - Ny.A tidak terlihat gelisah dan meringis. - Tanda-tanda vital : TD : 130/90. N : 78 x/m RR : 18 x/m S : 36,6 ̊ C A : Masalah teratasi Planning : Intervensi dipertahankan klien dan keluarga. Defisiensi pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Rabu 30/5/18 16.55 1. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi. Hasil : DS : klien dan keluarga menyebutkan tentang hipertensi dengan bahasa sendiri. DO : Klien dan keluarga mampu menyebutkan tentang hipertensi meski masih sering lupa. 2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi. DS : Keluarga mengatakan bersedia mendengarkan informasi. DO : Keluarga kooperatif. 3. Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat Kamis 31/5/18 16.20 Subjektif : - Keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A. - Keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat. - Keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. - Klien dan keluarga menyebutkan komplikasi hipertensi Objektif : - Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. - Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tentang hipertensi. - Klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi A : Masalah teratasi. (program pengobatan) anggota keluarga yang sakit. DS : Keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat. DO : Keluarga kooperatif. Planning : Intervensi dipertahankan keluarga. BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data yang ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga (Padila, 2012). Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Mei 2018 jam 15.45 WITA Ny.A mengeluh kepala terasa sakit, Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik, keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat pada daerah kepala dan leher, Skala nyeri 6 (sedang), keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul. Ny.A mangatakan kepala terasa sakit disertai pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 180/110 mmHg, Nadi 96 x/menit. Keluhan yang disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi menurut Crowin, (2000) dalam Wijaya & Putri, (2013) namun tidak semua gejalah muncul dalam kasus keluarga Tn.M, berdasarkan teori Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013) tanda dan gejalah hipertensi yaitu nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekana intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Brunner & Suddart, 2015) juga mengatakan bahwa gejala yang timbul selain dari peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil ( edema pada diskus optikus ). Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan data keluarga tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi, Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih dan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. Objektif ; Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat, Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit hipertensi. Keluarga juga tidak tahu cara perawatan penyakit hipertensi. Hal tersebut sesuai teori menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012). Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi + simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA. Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus mengenai masalah hipertensi terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat 9 kemungkinan diagnosa keperawatan yang kemungkinan ditemukan, tetapi di kasus terdapat 2 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan teori (NANDA NIC-NOC 2013) yaitu : 1. Penurunan curah jantung 2. Intoleransi aktivitas 3. Nyeri (sakit kepala) 4. Kelebihan volume cairan 5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak 6. Ketidakefektifan koping 7. Defisiensi pengetahuan 8. Ansietas 9. Resiko cidera Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn.M dengan hipertensi pada Ny.A yaitu : 1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit. 2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 2 diagnosa yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu : 1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA NIC-NOC, 2013). Nyeri terjadi diawali adanya fakor predisposisi yang menyebabkan terjadinya hipertensi (Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas), hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan vaskuler pembuluh darah kemudian terjadi vasokontriksi sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi menyebabkan resistensi pembuluh darah ke otak meningkat sehingga menyebabkan terjadinya nyeri ( sakit kepala). Masalah bersifat aktual dan sangat dirasakan, perawatan segera perlu dilakukan untuk menghindari semakin parahnya masalah. Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi klien langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, klien mampu menggunakan teknik non mengurangi/mengatasi nyeri. farmakologi (manajemen nyeri) untuk 2. Defisiensi pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA NIC-NOC, 2013). Berdasarakan patofisiologis penyakit hipertensi terjadi diawali dengan adanya faktor predisposisi terjadinya hipertensi, informasi yang kurang tentang penyakit menyebabkan terjadinya perubahan situasi pada keluarga. Masalah bersifat aktual namun tidak memerlukan tindakan perawatan segera karena masih dapat ditolerir dan tidak memberikan ancaman fisik. Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi keluarga langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, keluarga paham tentang penyakit hipertensi. C. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan NANDA NIC-NOC yaitu manajemen nyeri, intervensi yang diberikan adalah kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital, ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi), anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta kolabari pemberian terapi analgetik untuk megurangi nyeri. Intervensi diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Penyusunan intervensi disesuaikan dengan NANDA NIC-NOC (teaching: disease procces) dan fungsi perawatan kesehatan keluarga, intervensi yang diberikan yaitu kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga sakit, diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit, jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan dan diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan. D. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto,2012). Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi keperawatan keluarga yang telah disusun. Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi), menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang, menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, memberi lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, serta memberi informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan. Implementasi dari diagnosa kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yaitu mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota kelaurga sakit, mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit, menjelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta mendiskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan. E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi (Sudiharto,2012). Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit pada hari pertama evaluasi pada tanggal 29/5/18 pukul 15.55 didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri masih dirasakan namun sudah sedikit berkurang (skala nyeri 4), klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah melakukan teknik menejeman nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang. Hasil objektif didapatkan data klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Ny.A tidak lagi terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 150/100, nadi 90 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,8 ̊ C. Analisis masalah teratasi sebagian dengan plenning kaji skala nyeri, observasi TTV, anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan teknik distraksi, anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan klien meningkatkan istrahat. Hari kedua evaluasi keperawatan diagnosa nyeri akut pada tanggal 30/5/18 pukul 16.25 didapatkan hasil subjektif Ny.A mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang daripada kemarin (skala nyeri 3), klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan teknik menejeman nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang. Data objektif didapatkan Ny.A mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, Ny.A tidak lagi terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90, nadi 84 x/m, pernafasan18 x/m dan suhu 37 ̊ C. Hasil analisi masalah teratasi sebagian dengan planning kaji skala nyeri, observasi TTV, anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan teknik distraksi, anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan klien meningkatkan istrahat. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 31/5/18 pukul 16.10 dan didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri sudah tidak dirasakan, klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik menejemen nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri, klien mengatakan sudah merasa nyaman karena nyeri yang dirasakan sudah hilang. Data objektif didapatkan klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Ny.A tidak terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 78 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,6 ̊ C. Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien dan keluarga. Evaluasi keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, hari pertama evaluasi dilakukan pada tanggal 29 mei 2018 pukul 16.05 dan diapatkan hasil subjektif kmengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A, keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi. Analisis masalah teratasi sebagian dengan planning kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi dan diskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga sakit. Evaluasi hari kedua dilakuakn pada tanggal 30 mei 2018 pukul 16.35 dan didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi. Analisis masalah teratasi sebagian dengan planning kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi, diskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota keluarga sakit. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 31 mei 2018 pukul 16.20 dan didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A, keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri, klien dan keluarga menyebutkan komplikasi hipertensi. Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tentang hipertensi, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi. Hasil analisis masalah teratasi dengan intervensi dipertahankan keluarga. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn.M dengan hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil pengkajian didapatkan data dimana anggota keluarga Tn.M dalam hal ini Ny.A mengeluhkan sakit kepala, pusing, nyeri pada leher dan terasa berat, keluarga tidak tahu tentang masalah yang dialami, tidak mampu merawat anggota keluarga sakit. Hasil pemeriksaan diperoleh data Ny.A tampak meringis dan gelisah, keluarga tampak tidak mengerti tentang penyakit. Hasil pemeriksaan TTV Ny.A diperoleh TD:180/110, N: 96x/m, RR: 18x/m, dan S : 37 ̊ C. 2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. 3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital, ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi), anjurkan /demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan dan kolabari pemberian terapi analgetik untuk megurangi nyeri. Sedangkan intervensi yang direncanakan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota kelaurga sakit, diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit, jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan. 4. Implementasi dilakukan pada tanggal 28 mei s/d 30 mei 2018. Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi (NIC) yang telah disusun. 5. Evaluasi dilakukan pada tanggal 29 mei s/d 31 mei 2018. Evaluasi yang telah dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan (NOC) yang telah disusun. Analisis masalah nyeri akut didapatkan hasil masalah teratasi dan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan juga didapatkan analisis masalah teratasi. B. Saran 1. Bagi Mayarakat/Klien Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari keluarga. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol emosi, mengontrol pola makan, dan memeriksakan kesehatan secara rutin. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya hipertensi. 3. Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada keluarga dan dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta lebih meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung: IKAPI Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kemenkes RI; 2014. Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari: Dinkes Sultra Puskesmas Asinua. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Asinua. Konawe: Puskesmas Asinua Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University of Lampung. Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagaiFaktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transtruktual. Jakarta : EGC Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &Praktik. Jakarta : EGC Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika Udjiati, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction Muttaqin A. 2014. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018 Dari https://health.detik.com/berita-detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789sebut-kasus-hipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders. Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines. Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG. Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta Lampiran 1 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu Tanggal Tempat : : : : : Hipertensi Keluarga Tn.M 45 menit 28 mei 2018 Ds.Nekudu, Kab.Konawe A. Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, keluarga mampu memahami tentang masalah Hipertensi. B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 45 menit, diharapkan keluarga dapat : 1. Menjelaskan kembali pengertian dari hipertensi. 2. Menyebutkan kembali penyebab dari hipertensi. 3. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari hipertensi. 4. Menjelaskan kembali proses penyakit hipertensi. 5. Menyebutkan kembali komplikasi hipertensi. 6. Menjelaskan kembali cara pencegahan hipertensi. 7. Menjelaskan kembali cara perawatan hipertensi. C. Materi Penyuluhan 1. Materi Hipertensi. 2. Sub pokok pembahasan a. Pengertian hipertensi. b. Penyebab hipertensi. c. Tanda dan gejalah hipertensi. d. Proses penyakit hipertensi. e. Komplikasi hipertensi. f. Cara pencegahan hiepertensi. g. Cara perawatan hipertensi. D. Metode 1. Ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi dan tanya jawab E. Media Leaflet F. Proses Pelaksanaan No Waktu Kegiatan penyuluhan 1 5 menit Pembukaan 1. Salam pembuka 2. Memperkenalkan diri 3. Menyebutkan materi yang akan diberikan 2 25 menit Pelaksanaan 1. Pengertian hipertensi. 2. Penyebab hipertensi. 3. Tanda dan gejalah hipertensi. 4. Proses penyakit hipertensi. 5. Komplikasi hipertensi. 6. Cara pencegahan hiepertensi. 7. Cara perawatan hipertensi. 3 10 menit Evaluasi 1. Memberikan kesempatan untuk bertanya 2. Meminta keluarga menjelaskan tentang materi hipertensi. 4 5 menit Terminasi 1. Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan 2. Mengucapkan salam Kegiatan sasaran 1. Menjawab salam 2. Memperhatikan 3. Memperhatikan Memperhatikan 1. Bertanya dan mendengar jawaban 2. Menjelaskan materi 1. Memperhatikan 2. Menjawab salam G. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan adalah : 1. Evaluasi Struktur a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Kontrak dengan keluarga c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan. 2. Evaluasi Proses Keluarga antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang hipertensi. 8. Evaluasi Hasil Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit sasaran mampu : a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian hipertensi. b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab hipertensi. c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah hipertensi. d. Keluarga mampu menjelaskan Proses penyakit hipertensi e. Keluarga mampu menyebutkan komplikasi hipertensi. f. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan hipertensi. g. Keluarga mampu menjelaskan cara perawatan hipertensi. Lampiran 3 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden Di Tempat Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politeknik Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan, yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hamid NIM : 14401 2017 00029 5 Status : Mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari Akan melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian lembar permohonan ini, atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Peneliti HAMID NIM. 14401 2017 00029 5 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan: Nama : Hamid NIM : 14401 2017 00029 5 Status : Mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari Dengan judul, “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”. Tanda tangan saya menunjukkan bukti bahwa saya bersedia dan telah diberi informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Asinua, 2018 Responden (………………………........)