Uploaded by User102837

KTI LENGKAP

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.M DENGAN
HIPERTENSI PADA NY.A DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ASINUA KABUPATEN KONAWE
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan diploma III
politeknik kesehatan kemenkes kendari jurusan keperawatan
OLEH :
HAMID
14401 2017 00029 5
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLI TEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama
: Hamid
2. Tempat tanggal lahir : Anggaberi, 05 juli 1979
3. Suku/bangsa
: Tolaki/Indonesia
4. Jenis kelamin
: Laki-laki
5. Agama
: Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Anggaberi Tamat Tahun 1991
2. SMP Negeri 3 Unaaha Tamat Tahun 1997
3. SPK PPNI Kendari Tamat Tahun 2000
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Sejak Tahun 2017–2018
Motto
Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah
lima, jadilah mahakarya, semoga gelar sarjana kuterima, keluargapun ikut senang.
Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan
selalu berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah.
Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang.
Pendidikan mengembangkan kemampuan tetapi tidak menciptakannya.
Pengetahuan adalah kekuatan.
Berangkat dengan penuh keyakinan. berjalan dengan penuh keikhlasan. Istiqomah
dalam menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Orang yang menginginkan impiannya harus menjaga diri agar tidak tertidur
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang.
Karya tulis ini kupersembahkan untuk
Keluargaku dan almamaterku tercinta
ABSTRAK
Hamid (14401 2017 00029 5) Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan
Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun
2018. Dibimbing oleh Ibu Rusna Tahir.,S.Kep.,Ns.,M.Kep (xii + 83 halaman + 12
tabel + 7 lampiran). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–
menerus lebih dari suatu periode. Studi kasus ini bertujuan untuk menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif pada keluarga Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja
Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. Studi kasus ini dilakukan pada
tanggal 28 mei s/d 31 mei 2018. Hasil studi kasus didapatkan dua diagnosa
keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Dari hasil evaluasi keperawatan yang
dilaksanakan didapatkan hasil analisis masalah nyeri akut teratasi dan defisiensi
pengetahuan teratasi. Saran dalam studi kasus ini bagi Puskesmas diharapkan dapat
memberikan motivasi dan bimbingan kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada
keluarga dan dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta
lebih meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di lapangan.
Kata kunci : Hipertensi - Nyeri Akut - Defisiensi Pengetahuan
Daftar Pustaka : 31 (2007-2018)
KATA PENGANTAR
Tiada kata paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkan kepada
Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M
Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018”.
Dalam menyelesaikan studi kasus ini penulis sadari sepenuhnya sangat banyak
kesulitan yang dialami, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberikan
petunjuk-Nya dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri sehingga segala hambatan
yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai penulis ucapkan
Kepada istri dan anak-anak penulis yang sangat penulis sayangi atas segala doa dan
kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilan penulis serta
semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan, tanpa bantuan istri penulis tidak
ada apa-apanya.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
pembimbing ibu Rusna Tahir.,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih
dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat:
1. Ibu Askrening.,SKM.,M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Bapak Kamrin.,SKM Selaku Kepala Puskesmas Asinua yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk melaksanakan studi kasus.
3. Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Bapak Abdul Syukur.,S.Kep.,Ns.,MM Selaku Penguji I, ibu Dewi Sartiya
Rini.,M.Kep.,Sp.KMB Selaku Penguji II, dan bapak Sahmad.,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Selaku Penguji III yang telah membantuh dan mengarahkan penulis dalam ujian
hasil studi kasus sehingga hasil studi kasus ini dapat lebih terarah.
5. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang turut
membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
6. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku mahasiswa RPL angkatan 2017 khususnya
jurusan keperawatan yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama
penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya di
Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Allah SWT selalu memberi rahmat kepada
kita semua. Amin.
Kendari, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PENRSETUJUAN............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v
MOTTO .................................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................
D. Metode dan Teknik Penelitian .....................................................................
1
4
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga........................................................................................... 7
B. Konsep Hipertensi........................................................................................ 18
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan..............................................................................
B. Data Fokus ...................................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan Keluarga .................................................................
D. Intervensi Keperawatan keluarga.................................................................
E. Implementasi dan Evaluasi keperawatan .....................................................
47
54
55
59
61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan..............................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................
C. Intervensi Keperawatan................................................................................
D. Implementasi Keperatan...............................................................................
E. Evaluasi Keperawatan..................................................................................
73
74
76
77
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 82
B. Saran ............................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 2.1
Klasifikasi Hipertensi Berdasarakan Sistolik Dan Siastolik ................ 23
Table 2.2
Klasifikasi Hipertensi Pada Orang Dewasa ......................................... 23
Tabel 2.3
Skala Prioritas Masalah Keluarga ........................................................ 37
Tabel 2.4
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Nanda
Nic-Noc 2013 ....................................................................................... 39
Tabel 3.1
Komposisi Anggota Keluarga .............................................................. 47
Tabel 3.2
Pemeriksaan Fisik Keluarga................................................................. 53
Tabel 3.3
Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga ......................... 54
Tabel 3.4
Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga .................................. 55
Tabel 3.5
Skoring Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut........................................ 56
Tabel 3.6
Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan .................... 57
Tabel 3.7
Intervensi Keperawatan Keluarga ........................................................ 59
Tabel 3.8
Implemetasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga.............................. 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi.
Lampiran 2. Leaflet/Lembar Balik Hipertensi.
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden.
Lampiran 5. Surat Izin Dari Poltekkes Depkes Kendari.
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 7. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Keluarga.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus
lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent
killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu
adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah
lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes
RI, 2013).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat
dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas
yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah
beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini.
Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai
penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan
menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan
dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi
tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke,
infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29%
) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang
(Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak
pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi
dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2016 tercatat masih tingginya
angka kejadian hipertensi. Berdasarkan data dan informasi pengukuran tekanan
darah yang terdiagnosis hipertensi/darah tinggi tertinggi terjadi pada perempuan
yaitu sebanyak 21.006 jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 10.811
jiwa (50,32%), total laki-laki dan perempuan sebanyak 31.817 kasus hipertensi
(38.60%). Hal ini menunjukan masih tingginya kasus hipertensi yang terjadi di
Sulawesi Tenggara.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu
dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga yang sehat sangat berperan
penting untuk kelangsungan hidup yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang
sehat tanpa memiliki penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga yang
harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat bahwa bertambah umur,
merupakan faktor terjadinya Hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan
pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah
sangat disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan
dilakukan, ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998)
dalam Dion & Betan, (2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga,
membuat keputusan tindakanyang tepat, memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit,mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang
sehat,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Tugaskeluarga tersebut harus selalu dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa
diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah
kesehatan dalam keluarga.
Kasus Hipertensi di Puskesmas Asinua dalam 3 tahun terakhir terus
meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,
berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45
tahun. Tahun 2015 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Asinua mencapai
178 kasus Hipertensi dimana perempuan sebanyak 97 kasus dan laki-laki sebanyak
81 kasus, pada tahun 2016 kasus hipertensi sebanyak 193 kasus dimana perempuan
sebanyak 101 kasus dan laki-laki sebanyak 92 kasus. Pada tahun 2017 kasus
hipertensi di Puskesmas Asinua semakin meningkat yaitu sebesar 212 dengan
kasus tertinggi pada perempuan sebanyak 117 kasus dan terendah laki-laki
sebanyak 95 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas
Asinua didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin mengontrol
tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, jika
kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi dan berlanjut
ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan.
Keluarga pada umumnya mengatasi hipertensi dengan beristrahat serta sedikitnya
langsung memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas (Profil Puskesmas
Asinua Tahun 2018).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan
studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn.M dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua
Kabupaten Konawe Tahun 2018”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn.M
dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Tn.M dengan Hipertensi
pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun
2018.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn.M dengan
Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018.
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn.M dengan
Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn.M
dengan Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua
Kabupaten Konawe Tahun 2018.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn.M dengan
Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam
menerapkan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat mengembangkan
dan menambah wawasan peneliti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/Klien
Menambah pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam upaya
pencegahan, perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi/pengetahuan
sebagai referensi perpustakan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bisa
digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar untuk studi
kasus selanjutnya.
c. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan kasus Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe”
D. Metode Dan Teknik Penelitian
1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 28 s/d 31 Mei 2018.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada studi kasus keluarga Tn.M dengan
Hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe
Tahun 2018 dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan karya tulis
ini.
b. Studi Kasus
Menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga yang meliputi
pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, penysusunan
rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana tindakan keperawatan
dan evaluasi asuhan keperawatan keluarga.
Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan
beberapa cara antara lain:
a. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada keluarga dengan cara melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien.
b. Wawancara
Dengan mengadakan pengamatan langsung
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap anggota keluarga yang sakit melalui;
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi Dokumentasi
Penulis memperoleh data dan medical record hasil pemeriksaan di
Puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam
Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam
Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau
dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap dirinya sebagai keluarga.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
3. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakeknenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya
peran
individu
dan
meningkatnya
rasa
individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah,
anak-anak
sudah
meninggalkan
rumah
karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu pantipanti.
11) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur
peran, struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)
menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran
bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak),
referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah),
coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku
yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama
orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan
dengan
persepsi
keluarga
dan
kepedulian
terhadap
kebutuhan
sosioemosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini
tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga
yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.
6. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam
siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah
setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas
perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi
dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suamiayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan
privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah
utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal
dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utamapada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah.
Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk
memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas
perkembangan
keluarga
yang
ketiga
adalah
untuk
anggota
keluarga,terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara
terbukasatu sama lain.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua
berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya
pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita
memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup
dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.
Tugas
perkembangan
keluarga
pada
tahap
terakhir
ini
adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali
kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi
problematik.
7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan
keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas
fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
8. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan
kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui
apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak
dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak
dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk
memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga.
9. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan
dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan
antara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak
yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah
saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–
menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–
arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban
kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan
sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. Anatomi Dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem
kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh
tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi.
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua
paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah
disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya
pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea
medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak
agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6
cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310
gram, pada perempuan sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen
dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung
dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang
dikelilingi berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos
dengan berbagai serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan
ikat.
Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam
pembuluh darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :
a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.
(1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabangcabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.
(2) Arteri
muskular
bercabang
dari
arteri
elastik
dan
mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh.
(3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian
besar arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan
jumlah otot polos yang memadai pada tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai
dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada
dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan
endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
(1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori,
tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika
media.
(2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding
venula yang lebih besar berlapis tiga.
(3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima
dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang
berukuran serupa.
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon
seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan
suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung
otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar
8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar
55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki
jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system
kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan
yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output)
pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut
jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah
jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan
curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau
volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung
ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA
dan system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung
dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf
otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom
dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg
pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan
menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,
kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat
besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya
kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah
tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena
yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi
kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan
aliran balik ke jantung.
5) Ruang jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena
sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paruparu . darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam
atrium kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus
koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang
cukup
untuk
mengalirkan
darah
ke
dalam
arteri
pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah
bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap
aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu,
beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari
pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paruparu melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara
vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan
mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan
tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran
darah ke jaringan-jaringan perifer.
6) Katup jantung
a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel,
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.
Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak
pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan
ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik
Kategori
TD Sistolik (mmHg)
TD diastolik (mmHg)
Normal
< 120 mmHg
< 80 mmHg
Prahipertensi
120 – 139 mmHg
80 – 89 mmHg
Stadium I
140 – 159 mmHg
90 – 99 mmHg
Stadium II
≥ 160 mmHg
≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzer, et al, 2012
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang
dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa.
Kategori
TD Sistolik
TD diastolik (mmHg)
(mmHg)
Normal
< 130 mmHg
< 85 mmHg
Normal Tinggi
130 – 139 mmHg
85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan)
140 – 159 mmHg
90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang)
160 – 179 mmHg
100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat)
180 – 209 mmHg
110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna)
≥ 210 mmHg
≥ 120 mmHg
Sumber : Triyanto, 2014
4. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada
suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat
atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins
(2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau
esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti
:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid.
5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang
dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang
lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah
naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki
hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih
dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari
pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih
baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai
kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama
antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin
yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin,
tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.
pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain
dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
6. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang
cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat
merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan
perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun
lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan
dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik
karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan
darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak
dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan
diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner &
Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol
dan
trigeliserida
serum
:
peningkatan
kadar
dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)
9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan
sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum
berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang
terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 35 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg
cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi
merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena
dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat
yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar
aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi
penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
11. Pathway
Faktor Predidposisi: Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas
Hipertensi
Perubahan Situasi
Informasi Yang Minim
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Defesiensi Pengetahuan
Ansietas
Perubahan Struktur
Vaskontriksi
Gangguan sirkulasi
penyumbatan pembuluh darah
otak
Resistensi pembuluh darah ke otak meningkat
Nyeri Kepala
Ginjal
suplai O2 ke otak berkurang
Spasme Arteriol
Blood Flow Menurun
Metode Koping Tidak Efektif
Ketidakefektifan perfusi
Jaringan otak
Retina
Vasokontriksi Pembuluh Darah
Krisis Situasional
Ketidakefektifan
Koping
Pembuluh Darah
Sistemik
Vasokontriksi
Koroner
Afterload
Iskemik Miokard
Resiko cidera
Respon R A A
Kelelahan
Nyeri
Merangsang Aldesteron
Retensi NA
Edema
Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015).
Intoleransi Aktivitas
Kelebihan Volume Cairan
12. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan
perkembangan
keluarga
yang
belum
terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta
dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa
: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang
membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan
(Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang
dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi
sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status
kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
13. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
1) Penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri (sakit kepala)
4) Kelebihan volume cairan
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Ketidakefektifan koping
7) Defisiensi pengetahuan
8) Ansietas
9) Resiko cidera
b. Skala Prioritas Masalah
Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga
1)
2)
3)
4)
Kriteria
Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat)
b) Ancaman kesehatan
c) Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah
b) Sebagian
c) Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi
b) Cukup
c) Rendah
Menonjolnya masalah:
a. Masalah dirasakan dan perlu
segera ditangani
b. Masalah dirasakan tapi tidak perlu
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Skor
Bobot
3
2
1
1
2
1
0
2
3
2
1
1
2
1
0
Total Skore
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
1
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua criteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
14. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga
sedang bekerja (Friedman, 2010).
Rencana asuhan keperawatan keluarga (NANDA NIC-NOC 2013) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2013
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1 Penurunan curah jantung
NOC
NIC
Definisi : ketidakadekuatan
 Cardiac Pump effectiveness
Cardiac Care
darah yang dipompa oleh
 Circulation Status
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
jantung untuk memenuhi
 Vital Sign Status
- Catat adanya disritmia jantung
kebutuhan metabolik tubuh
Kriteria Hasil :
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
 Tanda vital dalam rentang
- Monitor status kardiovaskuler
normal (Tekanan darah, Nadi,
- Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Respirasi).
jantung
 Dapat mentoleransi aktivitas,
- Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
tidak ada kelelahan
- Monitor balance cairan
 Tidak ada edema paru, perifer
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
dan tidak ada asites
- Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
 Tidak ada penurunan kesadaran
antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
2
3
Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan
energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin
dilakukan
NOC
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
 Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara
mandiri
 Tanda tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah : dengan atau
tanpa bantuan alat
 Status kardio pulmunari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
Nyeri Akut
NOC
Definisi : Pengalaman sensori  Pain Level
dan emosional yang tidak
 Pain Control
menyenangkan yang muncul  Comfort level
akibat kerusakan jaringan
Kriteria Hasil :
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
NIC
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda,krek
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
NIC
Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
yang aktual atau potensial
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
atau digambarka dalam hal
penyebab nyeri, mampu
kerusakan sedemikian rupa
menggunakan tehnik
(internatioal association for
nonfarmakologi untuk
the study of pain) : awitan
mengurangi nyeri, mnecari
yang tiba-tiba atau lambat
bantuan)
dari intensitas ringan hingga  Melaporkan bahwa nyeri
berat dengan akhir yang dapat
berkurang dengan menggunakan
diantisipasi atau diprediksi
manajemen nyeri
dan berlangsung <6 bulan.
 Mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
4
Kelebihan volume cairan
Definisi : Peningkatan retensi
cairan isotonik
NOC
 Electrolit and acid base balance
 Fluid balance
 Hydration
Kriteria Hasil :
 Terbebas dari edema, efusi,
anaskara
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
NIC
Fluid management
- Timbang popok/pembalut jika diperlukan
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Pasang urin kateter jika diperlukan
- Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
 Bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu
 Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular
(+)
 Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign
dalam batas normal
 Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingungan
 Menjelaskan indikator kelebihan
cairan
5
- Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP,
dan PCWP
- Monitor vital sign
- Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles, CVP,
edema, distensi vena leher, asites)
- Kaji lokasi dan luas edema
- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori
- Monitor status nutrisi
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na<130 mEq/l
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Resiko ketidakefektifan
NOC
NIC
perfusi jaringan otak
 Circulation status
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
Definisi : Berisiko mengalami  Tissue Prefusion : celebral
perifer)
penurunan sirkulasi jaringan
Kriteria Hasil :
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
otak yang dapat mengganggu  Mendemonstrasikan status
panas/dingin/tajam/tumpul
kesehatan
sirkulasi yang ditandai dengan :
- Monitor adanya paretese
 Tekanan systole dandiastole
- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada
dalam rentang yang diharapkan
isi atau laserasi
 Tidak ada ortostatikkhipertensi
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada tanda-tanda
- Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
peningkatan tekanan intrakranial - Monitor kemampuan BAB
(tidak lebih dari 15 mmHg)
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Mendemonstrasikan kemampuan - Monitor adanya trombo plebitis
kognitif yang ditandai dengan:
- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
6
Ketidakefektifan koping
Definisi : Ketidak mampuan
untuk membentuk penilaian
valid tentang stressor, ketidak
adekuatan pilihan respon
yang dilakukan dan/atau
ketidak mampuan untuk
menggunakan sumber daya
yang tersedia
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
NOC
 Decison making
 Role inhasmet
 Sosial support
Kriteria Hasil :
 Mengidentifikasi pola koping
yang efektif
 Mengungkapkan secara verbal
tentang koping yang efektif
 Mengatakan penurunan stres
 Klien mengatakan telah
menerima tentang keadaannya
 Mampu mengidentifikasi strategi
tentang koping
NIC
Decison making
- Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain
penanganan
- Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
- Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari
keadaan
Role inhancement
- Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai
kehidupan
- Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki
Coping inhancement
- Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
- Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
7
Defisiensi pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau
defisiensi informasi kognitif
yang berkaitan dengan topik
tertentu
NOC
 Knowledge : disease process
 Knowledge : health behavior
Kriteria Hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
8
Ansietas
Definisi : Perasaan tidak
nyaman atau kekawatiran
yang samar disertai respon
autonom (sumber sering kali
NOC
 Anxiety self-control
 Anxiety level
 Coping
Kriteria Hasil :
- Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada
dalam stress berat
- Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis,
terapi dan prognosis
NIC
Teaching : disease Process
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
- Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
- Hindari jaminan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperluhkan untuk mencegah komplikasi dimasa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
NIC
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
9
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi
ancaman
 Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
 Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Risiko cidera
Definisi : Beresiko
mengalami cedera sebagai
akibat kondisi lingkungan
yang berinteraksi dengan
sumber adaptif dan sumber
defensif individu
NOC
 Risk kontrol
Kriteria Hasil :
 Klien terbebas dari cedera
 Klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah
injury/cedera
 Klien mampu menjelaskan factor
resiko dari lingkungan/perilaku
personal
 Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah injury
 Menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada
-
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan,, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
NIC
Environment Management (Manajemen Lingkungan)
- Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
- Memasang side rall tempat tidur
- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
dijangkau pasien
- Membatasi pengunjung
- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
 Mampu mengenali perubahan
status kesehatan
Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013
-
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum
a. Nama kk
: Tn.M
b. Pekerjaan KK
: Petani
c. Pendidikan KK
: SD
d. Agama
: Islam
e. Alamat
: Ds.Nekudu
f. Tanggal pengkajian
: 28 mei 2018
g. Komposisi Anggota Keluarga
Tabel 3.1 Komposisi Anggota Keluarga
Nama
Tn.M
Ny.U
An.M
An.M
Ny.A
Jk
L
P
L
P
P
Umur Pdkn
33 th
29 th
12 th
10 th
54 th
SD
SMP
SD
SD
BCG
√
√
√
√
√
Status imunisasi
DPT Polio Hts
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Cmpk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
h. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama keluarga :
Ny.A diantar oleh keluarga ke Puskesmas Asinua pada tanggal 28 mei
2018 sekitar pukul 09.00 dengan keluhan utama sakit kepala.
Saat dilakukan pengkajian Ny.A mengeluh kepala terasa sakit.
Riwayat keluhan :
P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda
berat
R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
2) Keluhan yang menyertai : Ny.A mengatakan kepala terasa sakit disertai
pusing, nyeri pada leher dan terasa berat.
Hasil pemeriksaan : Ny.A tampak meringis, Ny.A tampak gelisah.
i. Genogram
G.I
G.II
K
G.III
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Anggota keluarga sakit (Ny.A)
j. Tipe keluarga
Keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak dan nenek
k. Suku bangsa
Semua anggota keluarga Tn.M bersuku tolaki.
l. Agama
Semua anggota keluarga beragama islam
m. Status sosial ekonomi
Tn. M bekerja sebagai petani, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A
berjualan (warung sembako). Penghasilan keluarga dalam sebulan ±
2.000.000.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.M hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan keluarga
mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak sekolah (families with
shoolchildren)
b. Tugas perkembangan keluarga
1) Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
Mendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri
serta menciptakan lingkungan yang sehat.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Semua tugas
perkembangan keluarga sudah terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
Keluarga mengatakan tidak anggota keluarga inti yang menderita penyakit
keturunan atau mengidap penyakit tertentu.
d. Riwayat keluarga sebelumya
Tn.M mengatakan hanya Ny.A yang menderita penyakit hipertensi,
keluarga sebelumnya baik dari pihak suami maupun istri belum pernah ada
yang mengalami keluhan/masalah kesehatan yang sama seperti Ny.A
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Jenis rumah yaitu semi permanen, status kepemilikin rumah adalah milik
pribadi Tn.M dengan jumlah kamar 4, kamar mandi 1, dapur 1, atap seng
lantai ruang tamu dan tengah dari keramik. Rumah mempunyai ventilasi
yang cukup dan sirlukasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik.
Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau.
Jarak kamar mandi dengan sumur ± 10 meter.
b. Dena Rumah
K.4
R.TAMU
K.1
K.2
DAP
UR
K.3
R.TAMU
c. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW
Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas, hubungan
bertetangga dan komunitas berjalan rukun, tidak ada aturan khusus yang
mengikat individu dalam bermasyarakat selama tidak menimbulkan
keresahan bagi masyarakat lainnya.
d. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor. Ny.A jika ingin ke
Puskesmas di antar oleh anak yaitu Tn.M. Keluarga tidak memiliki
kebiasaan berpindah tempat tinggal
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tidak ada perkumpulan yang diikuti keluarga, interaksi keluarga dengan
masyarakat terjalin baik, interaksi antar warga banyak dilakukan pada saat
selesai sholat bersama di masjid dan sore hari di teras warung.
f. Sistem pendukung keluarga
Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia di Desa yaitu
Puskesmas
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga
Tn.M
selalu
berkomunikasi
dengan
baik
dan
selalu
berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa daerah tolaki dan bahasa indonesia. Komunikasi
dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka keluarga akan
menyelesaikan dengan musyawarah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan
keputusan
dalam
keluarga
dilakukan
dengan
cara
musyawarah seluruh anggota keluarga. Tn.M selaku kepala keluarga
memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan mempengaruhi anggota
keluarga untuk merubah prilaku.
c. Struktur peran
Peran formal : Tn.M berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.U sebagai
wakil kepala keluarga.
Peran informal: Tn.M memiliki tanggungjawab untuk mencari nafkah,
Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A memiliki akdil yang cukup
berpengaruh dalam keluarga, dan Anak-anak Tn.M.
d. Nilai dan norma
Di dalam keluarga Tn.M tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat
anggota keluarga, untuk masalah kesehatan keluarga juga tidak memiliki
praktik yang harus dilakukan. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh
adat dan agama.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hubungan Tn.M dengan istri, ibu beserta anaknya terjalin dengan baik,
angota keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan
menyemangati.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin, saling
mengenal dengan masyarakat lainnya.
c. Fungsi reproduksi
Tn.M memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah anak dengan
mengikuti program keluarga berencana (KB).
d. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan. Ny.A juga turut serta membantuh ekonomi keluarga dengan
berjualan (warung sembako). Keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada, keluarga menggunakan kartu KIS untuk berobat.
e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
a) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
b) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih
c) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan
asin.
Hasil pengkajian :
a) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat
b) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika
ditanya mengenai penyakit hipertensi.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat : Keluarga sudah mampu mengambil keputusan yang tepat.
keluarga mengantarkan Ny.A ke Puskesmas.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga
mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit
dengan hipertensi
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga tidak
mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan
hipertensi.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
Puskesmas.
6. Stres Dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
1) Jangka pendek (<6 bulan)
Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat,
hanya saja Ny.A mengalami keluhan sakit kepala.
2) Jangka panjang (>6 bulan)
Keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan
masalah biaya untuk hidup dan tetap menyekolahkan anak-anaknya
setingi mungkin serta meningkatkan taraf hidup keluarganya.
b. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping yang digunakan
1) Respon keluarga terhadap stresor
Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Ny.A harus
mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih buruk
lagi.
2) Strategi koping yang digunakan
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
mengatasi keluhan Ny.A
c. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn.M tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap
anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam
menjelaskan masalah.
7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar memberikan pengobatan
untuk kesembuhan kepada Ny.A
8. Pemeriksaan Fisik
Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga
Data
Tn.M
Ny.U
TTV
TD : 130/90 TD: 110/80
N : 76 x/m
N : 78x/m
RR : 20 x/m RR : 20 x/m
S : 36,5 ̊ C
S : 37 ̊
Kepala
Bentuk
Bentuk
simetris,
simetris,
bersih,
bersih,
rambut
rambut
warna hitam warna hitam
Leher
Aksila
Dada
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening
Tidak ada
lesi dan
pembengkakan pada
axila
Dada
tampak
simetris,
tidak
terdengar
suara
nafas
tambahan,
tidak lesi
dan
pembengk
akan
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening
Tidak ada
lesi dan
pembengkakan pada
axila
Dada
tampak
simetris,
tidak
terdengar
suara
nafas
tambahan,
tidak lesi
dan
pembengk
akan
An.M
TD : N : 84x/m
RR : 22 x/m
S : 36,7 ̊ C
Bentuk
simetris,
bersih,
rambut
warna hitam
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening
Tidak ada
lesi dan
pembengkakan pada
axila
Dada
tampak
simetris,
tidak
terdengar
suara
nafas
tambahan,
tidak lesi
dan
pembengk
akan
An.M
Ny.A
TD : TD:180/110
N : 94x/m
N: 96x/m
RR : 22 x/m RR: 18x/m
S : 36,5 ̊ C
S : 37 ̊ C
Bentuk
Bentuk
simetris,
simetris,
bersih,
bersih,
rambut
rambut
warna hitam warna hitam
dengan
sedikit uban
Tidak ada
Tidak ada
pembesaran pembesaran
kelenjar
kelenjar
getah
getah
bening
bening
Tidak ada
Tidak ada
lesi dan
lesi dan
pembengka- pembengkakan pada
kan pada
axila
axila
Dada
Dada
tampak
tampak
simetris,
simetris,
tidak
tidak
terdengar
terdengar
suara
suara
nafas
nafas
tambahan,
tambahan,
tidak lesi
tidak lesi
dan
dan
pembengk
pembengk
akan
akan
Abdomen
Ekstremitas
atas
Ekstremitas
bawah
berupa
benjolan,
tidak ada
retraksi
dinding
dada
Tidak ada
asietes,
tidak ada
nyeri
tekan dan
nyeri lepas
disetiap
kuardran
Tidak
oedema,
pergerakan
baik
Tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik.
berupa
benjolan,
tidak ada
retraksi
dinding
dada
Tidak ada
asietes,
tidak ada
nyeri
tekan dan
nyeri lepas
disetiap
kuardran
Tidak
oedema,
pergerakan
baik
Tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik.
berupa
benjolan,
tidak ada
retraksi
dinding
dada
Tidak ada
asietes,
tidak ada
nyeri
tekan dan
nyeri lepas
disetiap
kuardran
Tidak
oedema,
pergerakan
baik
Tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik.
berupa
benjolan,
tidak ada
retraksi
dinding
dada
Tidak ada
asietes,
tidak ada
nyeri
tekan dan
nyeri lepas
disetiap
kuardran
Tidak
oedema,
pergerakan
baik
Tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik.
berupa
benjolan,
tidak ada
retraksi
dinding
dada
Tidak ada
asietes,
tidak ada
nyeri
tekan dan
nyeri lepas
disetiap
kuardran
Tidak
oedema,
pergerakan
baik
Tidak
oedem,
varises tidak
ada, turgor
kulit baik.
B. Data Fokus
Kepala Keluarga
: Tn.M
Anggota Keluarga Sakit : Ny.A
Table 3.3 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga
Data Subjektif
Data Objektif
1. Ny.A mengeluh kepala terasa
1. Ny.A tampak meringis
sakit.
2. Ny.A tampak gelisah
P: Ny.A mengatakan timbulnya
3. Ny.A dan keluarga kurang dapat
keluhan karena tekanan darahnya
mengingat.
yang kembali naik.
4. Ny.A dan keluarga tampak
Q: Ny.A mengatakan keluhan
bingung dan tidak mengerti
yang dirasakan seperti tertekan
ketika ditanya mengenai
benda berat
penyakit hipertensi.
R: Ny.A mengatakan keluhan
5. TTV: TD:180/110, N: 96x/m,
dirasakan pada daerah kepala dan
RR: 18x/m, S : 37 ̊ C.
leher.
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan keluhan
timbul secara tiba-tiba, sakit
kepala yang dirasakan hilang
timbul
2. Ny.A mengatakan pusing, nyeri
pada leher dan terasa berat.
3. Keluarga mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit
hipertensi.
4. Ny.A mengatakan masih sering
mengosumsi garam yang berlebih
5. Ny.A mengatakan masih sering
mengosumsi yang bersantan, ikan
asin.
6. Keluarga mengatakan tidak tahu
cara merawat anggota keluarga
yang sakit dengan hipertensi
C. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga
No
Data
Penyebab
1 DS :
Ketidakmampuan
1. Ny.A mengeluh kepala
keluarga
terasa sakit.
merawat anggota
P: Ny.A mengatakan
keluarga sakit
timbulnya keluhan karena
tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan
keluhan yang dirasakan
seperti tertekan benda berat
R: Ny.A mengatakan
keluhan dirasakan pada
daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan
keluhan timbul secara tibatiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
2. Ny.A mengatakan pusing,
nyeri pada leher dan terasa
berat.
DO:
1. Ny.A tampak meringis
2. Ny.A tampak gelisah.
3. Tanda-tanda vital.
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 ̊ C
Masalah
Nyeri Akut
2
DS :
1. Keluarga mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit hipertensi
2. Keluarga mengatakan tidak
tahu cara merawat anggota
keluarga yang sakit dengan
hipertensi
3. Ny.A mengatakan masih
sering mengosumsi garam
yang berlebih
4. Ny.A mengatakan masih
sering mengosumsi yang
bersantan, ikan asin.
DO :
1. TD : 180/110 mmHg
2. Ny.A dan keluarga kurang
dapat mengingat
3. Ny.A dan keluarga tampak
bingung dan tidak mengerti
ketika ditanya mengenai
penyakit hipertensi.
Ketidakmampuan Defisiensi
keluarga
pengetahuan
mengenal
masalah
2. Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit
Tabel 3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut
No Kriteria
Perhitungan Skor Pembenaran
1
Sifat masalah :
Aktual : 3
3x1/3
1
2
Kemungkinan
masalah dapat diubah
: Sebagian : 1
1x2/2
1
3
Potensial masalah
untuk
dicegah
cukup : 2
2x1/3
0,6
Masalah nyeri
akut pada Ny.A
dirasakan dan
perlu tindakan
perawatan
Pengetahuan
sumber daya dan
fasilitas
kesehatan
tersedia dan dapat
dijangkau
/dimanfaatkan
Nyeri dapat
dicegah bila
keluarga
mengetahui cara
perawatan yang
benar
4
Menonjol masalah:
Masalah
dirasakan dan
perlu segera ditangani
:2
2x1/2
Total Skore
1
Masalah
dirasakan
oleh Ny.A dan
bisa menjadi
lebih serius bila
tidak segera
ditanggani
3,6
b. Defisiensi pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah
Tabel 3.6 Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
No
Kriteria
Perhitungan Skor
Pembenaran
1 Sifat masalah :
3x1/3
1
Keluarga tidak
Aktual : 3
mengetahui
tentang penyakit
hipertensi
2 Kemungkinan
1x2/2
1
Dengan informasi
masalah dapat diubah
yang cukup, akan
Sebagian : 1
menambah
wawasan dan
pengetahuan
keluarga
mengenai
hipertensi
3 Potensial untuk
3x1/3
1
Hipertensi adalah
Dicegah :
penyakit yang
Mudah : 3
dapat
dikendalikan
apabila
keluarga
mengetahui
4 Menonjol masalah
0x1/2
0
Masalah tidak
Masalah tidak
dirasakan
dirasakan : 0
oleh Ny.A dan
keluarga
Total Skore
3
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
angggota keluarga sakit yang ditansai dengan :
Data subjektif :
1) Ny.A mengeluh kepala terasa sakit.
P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda
berat
R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
2) Ny.A mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat.
Data objektif :
1) Ny.A tampak meringis
2) Ny.A tampak gelisah.
3) Tanda-tanda vital.
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
S : 37 ̊ C
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah yang ditandai dengan :
Data subjektif :
1) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
2) Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang
sakit dengan hipertensi
3) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih
4) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin.
Data objektif :
1) TD : 180/110 mmHg
2) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat
3) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya
mengenai penyakit hipertensi.
D. Intervensi Keperawatan Keluarga
Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Keluarga
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
1
Nyeri akut berhubungan
dengan ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga sakit.
2
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah.
NOC :
Setelah dilakukan kunjungan rumah
sebanyak 3 kali kunjungan rumah
diharapkan nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri.
3. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
NOC :
Setelah dilakukan kunjungan rumah
sebanyak 3 kali kunjungan rumah
diharapkan keluarga mengetahui
proses penyakit.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
Intervensi (NIC)
NIC
Manejemen nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif.
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik
relaksasi)
4. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri
(distraksi)
5. Anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga
kompres hangat pada kepala bagian belakang.
6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat.
7. Beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
8. Beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan
perawatan yang diberikan.
9. Kolabari pemberian terapi farmakologi (analgetik) untuk
megurangi nyeri (katopril 25 mg)
NIC
Teaching : disease proses
1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi
2. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit,
komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk
merawat anggota kelaurga sakit.
kondisi, dan program
pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat.
4. Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi
4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota
keluarga yang sakit.
5. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari
penderita hipertensi.
6. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
menunjang kesehatan.
7. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Tabel 3.8 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari
Diagnosa
Tanggal
Implementasi
keperawatan
Jam
Nyeri akut b.d
Senin 1. Mengkaji nyeri secara
ketidakmampuan
28/5/18
komprehensif.
keluarga merawat
16.00
Hasil :
anggota keluarga
P: Ny.A mengatakan
sakit.
timbulnya keluhan karena
tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan
keluhan yang dirasakan
seperti tertekan benda berat
R: Ny.A mengatakan
keluhan dirasakan pada
daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan
keluhan timbul secara tibatiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD:180/110
N: 96x/m
RR: 18x/m
Paraf
Hari
Evaluasi
Tanggal
SOAP
Jam
Selasa Subjektif :
29/5/18 - Klien mengatakan nyeri masih
15.55
dirasakan namun sudah sedikit
berkurang (skala nyeri 4).
- Klien mengatakan mampu
mengontrol nyeri dengan teknik
relaksasi dan distraksi (klien
melakukan teknik distraksi nyeri
dengan membaca Al-Quran).
- Klien menyebutkan penyebab
terjadinya dan nyeri.
- Klien mengatakan nyeri sedikit
berkurang setelah melakukan
teknik menejeman nyeri yang
diajarkan.
- Klien mengatakan merasa lebih
nyaman dan nyeri berkurang
setelah melakukan kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
Objektif :
- Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
Paraf
S : 37 ̊ C
3. Mengajarkan/demonstrasika
n teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi).
Hasil :
DS : Klien mengatakan
bersedia diajarkan
teknik relaksasi
DO : Klien mengikuti teknik
relaksasi yang
diajarkan.
4. Mengajarkan/demonstrasika
n teknik manajemen nyeri
(distraksi).
DS : Klien mengatakan
belum tahu apa itu
teknik distraksi.
DO : Tampak klien
menyimak teknik
distraksi yang
diajarkan.
5. Menganjurkan/demonstrasik
an pada klien dan keluarga
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Hasil : Klien dan keluarga
kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Klien mampu menyebutkan
penyebab terjadinya nyeri.
- Ny.A tidak lagi terlihat gelisah
dan meringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/100.
N : 90 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,8 ̊ C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning :
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
- Anjurkan melakukan teknik
relaksasi.
- Anjurkan melakukan teknik
distraksi.
- Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan klien meningkatkan
istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan instruksi
yang disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.
7. Menganjurkan keluarga
memberi lingkungan yang
nyaman untuk klien untuk
mengurangi nyeri.
Hasil :
DS : Keluarga mengatakan
paham dengan instruksi
yang disampaikan
DO : Keluarga kooperatif.
8. Memberikan informasi pada
klien dan keluarga tentang
nyeri dan perawatan yang
diberikan.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
bersedia mendengarkan
informasi.
DO : Tampak klien dan
keluarga menyimak
informasi yang
disampaikan.
Defisiensi
pengetahuan b.d
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah.
Senin
28/5/18
16.25
1. Mengkaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang
hipertensi.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
hipertensi adalah darah
tinggi.
DO : Klien dan keluarga
tampak bingung ketika
ditanya tentang
hipertensi.
2. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang hipertensi
dengan menggunakan
leaflet/lembar balik meliputi
pengertian hipertensi,
penyebab, tanda dan gejalah,
proses penyakit, komplikasi,
perawatan dan pencegahan
hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan
bersedia mendengarkan
informasi.
DO : Keluarga kooperatif.
3. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang keputusan
untuk merawat anggota
kelurga sakit.
DS : Keluarga mengatakan
memanfaatkan
Selasa
29/5/18
16.05
Subjektif :
- Keluarga mengatakan paham
tentang penyakit, kondisi, dan
program pengobatan yang
diberikan pada Ny.A.
- Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai dengan yang
dijelaskan perawat.
- Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda dan gejalah,
komplikasi, perawatan dan
pencegahan penyakit hipertensi
dengan bahasa sendiri.
Objektif :
- Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
- Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan namun masih sering
lupa dan tidak lancar.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi
A : Masalah teratasi sebagian.
Planning :
- kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi.
Puskesmas untuk
mengobati Ny.A
DO : Keluarga kooperatif
4. Mendiskusikan dengan
keluarga cara merawat
(program pengobatan)
anggota keluarga yang sakit.
DS : Keluarga mengatakan
bersedia diajarkan
tentang cara merawat
Ny.A.
DO : Keluarga kooperatif.
5. Menjelaskan makanan yang
harus dikonsumsi dan
dihindari penderita
hipertensi.
DS : Klien menyebutkan diet
makanan yang baik
untuk hipertensi.
DO : Klien mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
6. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang lingkungan
yang menunjang kesehatan.
DS : Keluarga menyebutkan
lingkungan yang baik
untuk menunjang
kesehatan.
-
-
Diskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar
balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan
gejalah, proses penyakit,
komplikasi, perawatan dan
pencegahan hipertensi.
Diskusikan dengan keluarga cara
merawat (program pengobatan)
anggota keluarga sakit.
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
7. Mendiskusikan bersama
keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan
manfaat faskes untuk
kesembuhan anggota
keluarga sakit.
DO : Keluarga mampu
mengulang informasi
yang disampaikan.
Nyeri akut b.d
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
sakit.
Selasa
29/5/18
16.15
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil : Ny.A mengatakan
skala nyeri yang dirasakan
adalah 4 (nyeri sedang).
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 150/100.
N : 90 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,8 ̊ C
3. Menganjurkan melakukan
teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi).
Rabu
30/5/18
16.25
Subjektif :
- Ny.A mengatakan nyeri sudah
sedikit berkurang daripada
kemarin (skala nyeri 3).
- Klien mengatakan mampu
mengontrol nyeri dengan teknik
relaksasi dan distraksi (klien
melakukan teknik distraksi nyeri
dengan membaca Al-Quran).
- Klien menyebutkan penyebab
terjadinya dan nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
berkurang setelah melakukan
Hasil :
Ny.A mendemonstrasikan
teknik relaksasi.
4. Menganjurkan klien
melakukan teknik
manajemen nyeri
(distraksi) sesuai kebiasaan
klien.
Hasil : klien mengatakan
melakukan teknik distraksi
dengan membaca kitab suci
Al-Quran.
5. Menganjurkan pada klien
dan keluarga kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
Hasil : Klien dan keluarga
kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan
instruksi yang
disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.
teknik menejeman nyeri yang
diajarkan.
- Klien mengatakan merasa lebih
nyaman dan nyeri berkurang
setelah melakukan kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
Objektif :
- Ny.A mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Ny.A tidak lagi terlihat gelisah
dan meringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/90.
N : 84 x/m
RR : 18 x/m
S : 37 ̊ C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning :
- Kaji skala nyeri
- Observasi TTV
- Anjurkan melakukan teknik
relaksasi.
- Anjurkan melakukan teknik
distraksi.
-
Defisiensi
pengetahuan b.d
ketidakmampuan
keluarga
mengenal masalah
Selasa
29/5/18
16.25
1. Mengkaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang
hipertensi.
Hasil :
DS : klien dan keluarga
menyebutkan tentang
hipertensi dengan
bahasa sendiri.
DO : Klien dan keluarga
mampu menyebutkan
tentang hipertensi
namun masih sering
lupa dan tidak lancar.
2. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang hipertensi
dengan menggunakan
leaflet/lembar balik
meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda
dan gejalah, proses
penyakit, komplikasi,
perawatan dan pencegahan
hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan
bersedia mendengarkan
informasi.
Rabu
30/5/18
16.35
Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Anjurkan klien meningkatkan
istrahat.
Subjektif :
- Keluarga mengatakan paham
tentang penyakit, kondisi, dan
program pengobatan yang
diberikan pada Ny.A.
- Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda dan gejalah,
komplikasi, perawatan dan
pencegahan penyakit hipertensi
dengan bahasa sendiri.
Objektif :
- Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan namun masih sering
lupa dan tidak lancar.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi
A : Masalah teratasi sebagian.
Planning :
- kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi.
- Diskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan
Nyeri akut b.d
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
sakit.
Rabu
30/5/18
16.45
DO : Keluarga kooperatif.
3. Mendiskusikan dengan
keluarga cara merawat
(program pengobatan)
anggota keluarga yang sakit.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai
dengan yang dijelaskan
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil : Ny.A mengatakan
skala nyeri yang dirasakan
adalah 3 (nyeri ringan).
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 140/90.
N : 84 x/m
RR : 18 x/m
S : 37 ̊ C
3. Menganjurkan melakukan
teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi).
Hasil :
Ny.A mendemonstrasikan
teknik relaksasi.
-
Kamis
31/5/18
16.10
menggunakan leaflet/lembar
balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan
gejalah, proses penyakit,
komplikasi, perawatan dan
pencegahan hipertensi.
Diskusikan dengan keluarga cara
merawat (program pengobatan)
anggota keluarga sakit.
Subjektif :
- Klien mengatakan nyeri sudah
tidak dirasakan.
- Klien mengatakan mampu
mengontrol nyeri dengan teknik
menejemen nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan manajemen
nyeri.
- Klien mengatakan sudah merasa
nyaman karena nyeri yang
dirasakan sudah hilang.
Objektif :
- Klien menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
- Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres
4. Menganjurkan klien
melakukan teknik
manajemen nyeri
(distraksi) sesuai kebiasaan
klien.
Hasil : klien mengatakan
melakukan teknik distraksi
dengan membaca kitab suci
Al-Quran.
5. Menganjurkan pada klien
dan keluarga kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
Hasil : Klien dan keluarga
kooperatif.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istrahat.
Hasil :
DS : Klien mengatakan
paham dengan
instruksi yang
disampaikan.
DO : Klien kooperatif.
Tampak menyimak
dengan baik instruksi
yang disampaikan.
hangat pada kepala bagian
belakang.
- Klien mampu menyebutkan
penyebab terjadinya nyeri.
- Ny.A tidak terlihat gelisah dan
meringis.
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/90.
N : 78 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,6 ̊ C
A : Masalah teratasi
Planning :
Intervensi dipertahankan klien dan
keluarga.
Defisiensi
pengetahuan b.d
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah.
Rabu
30/5/18
16.55
1. Mengkaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang
hipertensi.
Hasil :
DS : klien dan keluarga
menyebutkan tentang
hipertensi dengan
bahasa sendiri.
DO : Klien dan keluarga
mampu menyebutkan
tentang hipertensi meski
masih sering lupa.
2. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang hipertensi
dengan menggunakan
leaflet/lembar balik
meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda
dan gejalah, proses
penyakit, komplikasi,
perawatan dan pencegahan
hipertensi.
DS : Keluarga mengatakan
bersedia mendengarkan
informasi.
DO : Keluarga kooperatif.
3. Mendiskusikan dengan
keluarga cara merawat
Kamis
31/5/18
16.20
Subjektif :
- Keluarga mengatakan paham
tentang penyakit, kondisi, dan
program pengobatan yang
diberikan pada Ny.A.
- Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai dengan yang
dijelaskan perawat.
- Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda dan gejalah,
perawatan dan pencegahan
penyakit hipertensi dengan
bahasa sendiri.
- Klien dan keluarga menyebutkan
komplikasi hipertensi
Objektif :
- Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
- Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat tentang
hipertensi.
- Klien dan keluarga mengetahui
komplikasi hipertensi
A : Masalah teratasi.
(program pengobatan)
anggota keluarga yang sakit.
DS : Keluarga mengatakan
melaksanakan program
pengobatan sesuai
dengan yang dijelaskan
perawat.
DO : Keluarga kooperatif.
Planning : Intervensi dipertahankan
keluarga.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data yang
ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan professional
yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data
keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga dan
fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga (Padila, 2012).
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian
pada keluarga Tn.M dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang
diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 Mei 2018 jam 15.45 WITA
Ny.A mengeluh kepala terasa sakit, Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena
tekanan darahnya yang kembali naik, keluhan yang dirasakan seperti tertekan
benda berat pada daerah kepala dan leher, Skala nyeri 6 (sedang), keluhan timbul
secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul. Ny.A mangatakan
kepala terasa sakit disertai pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Saat dilakukan
pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 180/110 mmHg, Nadi 96 x/menit.
Keluhan yang disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi
menurut Crowin, (2000) dalam Wijaya & Putri, (2013) namun tidak semua gejalah
muncul dalam kasus keluarga Tn.M, berdasarkan teori Crowin (2000) dalam
Wijaya & Putri (2013) tanda dan gejalah hipertensi yaitu nyeri kepala saat terjaga,
kadang – kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekana intracranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edama dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. (Brunner & Suddart, 2015) juga mengatakan
bahwa gejala yang timbul selain dari peningkatan darah yang tinggi, dapat pula
ditemukan ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema
pupil ( edema pada diskus optikus ).
Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan data
keluarga tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi, Ny.A mengatakan masih
sering mengosumsi garam yang berlebih dan masih sering mengosumsi yang
bersantan, ikan asin. Objektif ; Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat, Ny.A
dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya mengenai penyakit
hipertensi. Keluarga juga tidak tahu cara perawatan penyakit hipertensi.
Hal tersebut sesuai teori menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan
pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang
kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari
individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).
Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi +
simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA. Pada
perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif
dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan
kasus mengenai masalah hipertensi terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori
terdapat 9 kemungkinan diagnosa keperawatan yang kemungkinan ditemukan,
tetapi di kasus terdapat 2 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang
muncul dalam tinjauan teori (NANDA NIC-NOC 2013) yaitu :
1. Penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Nyeri (sakit kepala)
4. Kelebihan volume cairan
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6. Ketidakefektifan koping
7. Defisiensi pengetahuan
8. Ansietas
9. Resiko cidera
Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn.M dengan
hipertensi pada Ny.A yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga sakit.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah.
Dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 2 diagnosa
yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga sakit.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(international association for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA NIC-NOC, 2013). Nyeri
terjadi diawali adanya fakor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
hipertensi (Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga, Faktor
Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas), hipertensi menyebabkan
peningkatan tekanan vaskuler pembuluh darah kemudian terjadi vasokontriksi
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi menyebabkan
resistensi pembuluh darah ke otak meningkat sehingga menyebabkan
terjadinya nyeri ( sakit kepala). Masalah bersifat aktual dan sangat dirasakan,
perawatan segera perlu dilakukan untuk menghindari semakin parahnya
masalah.
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi klien
langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, klien mampu
menggunakan
teknik
non
mengurangi/mengatasi nyeri.
farmakologi
(manajemen
nyeri)
untuk
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah.
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA NIC-NOC, 2013).
Berdasarakan patofisiologis penyakit hipertensi terjadi diawali dengan adanya
faktor predisposisi terjadinya hipertensi, informasi yang kurang tentang
penyakit menyebabkan terjadinya perubahan situasi pada keluarga. Masalah
bersifat aktual namun tidak memerlukan tindakan perawatan segera karena
masih dapat ditolerir dan tidak memberikan ancaman fisik.
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi keluarga
langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, keluarga
paham tentang penyakit hipertensi.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan,
pernyataan
keluarga,
dan
perencanaan
keluarga,
dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi
dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
(Friedman, 2010).
Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang
ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan
NANDA NIC-NOC yaitu manajemen nyeri, intervensi yang diberikan adalah kaji
nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital, ajarkan/demonstrasikan
teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik
manajemen nyeri (distraksi), anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga
kompres hangat pada kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan
istrahat, beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi
pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta kolabari
pemberian terapi analgetik untuk megurangi nyeri.
Intervensi diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Penyusunan intervensi disesuaikan
dengan NANDA NIC-NOC (teaching: disease procces) dan fungsi perawatan
kesehatan keluarga, intervensi yang diberikan yaitu kaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda
dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi,
diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga
sakit, diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit,
jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi,
diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan dan
diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto,2012).
Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi keperawatan
keluarga yang telah disusun. Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit
yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),
mengajarkan/mendemonstrasikan
teknik
manajemen
nyeri
(distraksi),
menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada
kepala bagian belakang, menganjurkan klien untuk meningkatkan istrahat,
memberi lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, serta memberi
informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan.
Implementasi dari diagnosa kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yaitu mengkaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang
hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan
dan pencegahan hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang keputusan
untuk merawat anggota kelaurga sakit, mendiskusikan dengan keluarga cara
merawat anggota keluarga yang sakit, menjelaskan makanan yang harus
dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga
tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta mendiskusikan bersama
keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas
yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen
kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah
tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi (Sudiharto,2012).
Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan. Evaluasi yang
dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit pada hari pertama
evaluasi pada tanggal 29/5/18 pukul 15.55 didapatkan hasil subjektif
klien
mengatakan nyeri masih dirasakan namun sudah sedikit berkurang (skala nyeri 4),
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi
(klien melakukan teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien
menyebutkan penyebab terjadinya dan nyeri, klien mengatakan nyeri sedikit
berkurang setelah melakukan teknik menejeman nyeri yang diajarkan, klien
mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres
hangat pada kepala bagian belakang. Hasil objektif didapatkan data klien mampu
mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala
bagian belakang, klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Ny.A
tidak lagi terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 150/100, nadi 90 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,8 ̊
C. Analisis masalah teratasi sebagian dengan plenning kaji skala nyeri, observasi
TTV, anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan teknik distraksi,
anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan
klien meningkatkan istrahat. Hari kedua evaluasi keperawatan diagnosa nyeri akut
pada tanggal 30/5/18 pukul 16.25 didapatkan hasil subjektif Ny.A mengatakan
nyeri sudah sedikit berkurang daripada kemarin (skala nyeri 3), klien mengatakan
mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan
teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien menyebutkan penyebab
terjadinya dan nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan teknik
menejeman nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa lebih nyaman dan
nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala bagian belakang.
Data objektif didapatkan Ny.A mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi,
distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, Ny.A tidak lagi terlihat
gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan
darah 140/90, nadi 84 x/m, pernafasan18 x/m dan suhu 37 ̊ C. Hasil analisi
masalah teratasi sebagian dengan planning kaji skala nyeri, observasi TTV,
anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan teknik distraksi,
anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan
klien meningkatkan istrahat. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 31/5/18
pukul 16.10 dan didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri sudah tidak
dirasakan, klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik menejemen
nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri, klien
mengatakan sudah merasa nyaman karena nyeri yang dirasakan sudah hilang. Data
objektif didapatkan klien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, klien
mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada
kepala bagian belakang, klien mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri,
Ny.A tidak terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 130/90, nadi 78 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,6 ̊
C. Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien dan keluarga.
Evaluasi keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, hari pertama evaluasi
dilakukan pada tanggal 29 mei 2018 pukul 16.05 dan diapatkan hasil subjektif
kmengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang
diberikan pada Ny.A, keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan
sesuai dengan yang dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan pengertian
hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi, perawatan dan
pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Data objektif didapatkan
klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar,
klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih
sering lupa dan tidak lancar, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi.
Analisis masalah teratasi sebagian dengan planning kaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan
menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda
dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi
dan diskusikan dengan keluarga cara merawat (program pengobatan) anggota
keluarga sakit. Evaluasi hari kedua dilakuakn pada tanggal 30 mei 2018 pukul
16.35 dan didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan paham tentang penyakit,
kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A, keluarga
menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalah, komplikasi,
perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri. Data
objektif didapatkan klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar, klien dan keluarga
mengetahui komplikasi hipertensi. Analisis masalah teratasi sebagian dengan
planning kaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga
tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit, komplikasi, perawatan
dan pencegahan hipertensi, diskusikan dengan keluarga cara merawat (program
pengobatan) anggota keluarga sakit. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 31
mei 2018 pukul 16.20 dan didapatkan hasil subjektif keluarga mengatakan paham
tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan yang diberikan pada Ny.A,
keluarga mengatakan melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang
dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya,
tanda dan gejalah, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa
sendiri, klien dan keluarga menyebutkan komplikasi hipertensi. Data objektif
didapatkan klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar, klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat tentang hipertensi, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi.
Hasil analisis masalah teratasi dengan intervensi dipertahankan keluarga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn.M
dengan hipertensi pada Ny.A di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil
pengkajian didapatkan data dimana anggota keluarga Tn.M dalam hal ini Ny.A
mengeluhkan sakit kepala, pusing, nyeri pada leher dan terasa berat, keluarga
tidak tahu tentang masalah yang dialami, tidak mampu merawat anggota
keluarga sakit. Hasil pemeriksaan diperoleh data Ny.A tampak meringis dan
gelisah, keluarga tampak tidak mengerti tentang penyakit. Hasil pemeriksaan
TTV Ny.A diperoleh TD:180/110, N: 96x/m, RR: 18x/m, dan S : 37 ̊ C.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa
keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi pengetahuan
berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
3. Intervensi
keperawatan
yang
direncanakan
sesuai
dengan
masalah
keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk diagnosa
nyeri akut yaitu kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital,
ajarkan/demonstrasikan
teknik
manajemen
nyeri
(teknik
relaksasi),
ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi), anjurkan
/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada kepala bagian
belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat, beri lingkungan yang
nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada klien dan keluarga
tentang nyeri dan perawatan yang diberikan dan kolabari pemberian terapi
analgetik untuk megurangi nyeri. Sedangkan intervensi yang direncanakan
untuk diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu kaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi,
diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota
kelaurga sakit, diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga
yang sakit, jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita
hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang
kesehatan serta diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
4. Implementasi dilakukan pada tanggal 28 mei s/d 30 mei 2018. Implementasi
yang telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi (NIC) yang telah disusun.
5. Evaluasi dilakukan pada tanggal 29 mei s/d 31 mei 2018. Evaluasi yang telah
dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan (NOC) yang telah disusun.
Analisis masalah nyeri akut didapatkan hasil masalah teratasi dan masalah
keperawatan defisiensi pengetahuan juga didapatkan analisis masalah teratasi.
B. Saran
1. Bagi Mayarakat/Klien
Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan
perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari keluarga.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol emosi, mengontrol
pola makan, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai
referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai bahan
acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya
hipertensi.
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan
kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada keluarga dan dapat
memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta lebih
meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI
Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari:
Dinkes Sultra
Puskesmas Asinua. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Asinua. Konawe: Puskesmas
Asinua
Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University of
Lampung.
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagaiFaktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transtruktual. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
&Praktik. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM
Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Udjiati, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Muttaqin A. 2014. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika
Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018
Dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789sebut-kasus-hipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan
Pertama. Trans Info Media: Jakarta
Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive
outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka
Cipta
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Sub Pokok Bahasan
Sasaran
Waktu
Tanggal
Tempat
:
:
:
:
:
Hipertensi
Keluarga Tn.M
45 menit
28 mei 2018
Ds.Nekudu, Kab.Konawe
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, keluarga mampu memahami
tentang masalah Hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 45 menit, diharapkan
keluarga dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari hipertensi.
2. Menyebutkan kembali penyebab dari hipertensi.
3. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari hipertensi.
4. Menjelaskan kembali proses penyakit hipertensi.
5. Menyebutkan kembali komplikasi hipertensi.
6. Menjelaskan kembali cara pencegahan hipertensi.
7. Menjelaskan kembali cara perawatan hipertensi.
C. Materi Penyuluhan
1. Materi
Hipertensi.
2. Sub pokok pembahasan
a. Pengertian hipertensi.
b. Penyebab hipertensi.
c. Tanda dan gejalah hipertensi.
d. Proses penyakit hipertensi.
e. Komplikasi hipertensi.
f. Cara pencegahan hiepertensi.
g. Cara perawatan hipertensi.
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Proses Pelaksanaan
No Waktu
Kegiatan penyuluhan
1 5 menit
Pembukaan
1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2 25 menit Pelaksanaan
1. Pengertian hipertensi.
2. Penyebab hipertensi.
3. Tanda dan gejalah
hipertensi.
4. Proses penyakit hipertensi.
5. Komplikasi hipertensi.
6. Cara pencegahan
hiepertensi.
7. Cara perawatan hipertensi.
3 10 menit Evaluasi
1. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
2. Meminta keluarga
menjelaskan tentang materi
hipertensi.
4 5 menit
Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih
atas perhatian yang
diberikan
2. Mengucapkan salam
Kegiatan sasaran
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan
3. Memperhatikan
Memperhatikan
1. Bertanya dan
mendengar jawaban
2. Menjelaskan materi
1. Memperhatikan
2. Menjawab salam
G. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah :
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan keluarga
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Keluarga antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang
hipertensi.
8. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit sasaran mampu :
a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian hipertensi.
b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab hipertensi.
c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah hipertensi.
d. Keluarga mampu menjelaskan Proses penyakit hipertensi
e. Keluarga mampu menyebutkan komplikasi hipertensi.
f. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan hipertensi.
g. Keluarga mampu menjelaskan cara perawatan hipertensi.
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Di Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politeknik Kementerian Kesehatan
Kendari Jurusan Keperawatan, yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Hamid
NIM
: 14401 2017 00029 5
Status
: Mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari
Akan melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M
Dengan Hipertensi Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten
Konawe Tahun 2018”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian lembar permohonan ini, atas partisipasi dan kerjasamanya saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti
HAMID
NIM. 14401 2017 00029 5
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan:
Nama
: Hamid
NIM
: 14401 2017 00029 5
Status
: Mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari
Dengan judul, “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Hipertensi
Pada Ny.A Di Wilayah Kerja Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018”.
Tanda tangan saya menunjukkan bukti bahwa saya bersedia dan telah diberi informasi
serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Asinua,
2018
Responden
(………………………........)
Download