Uploaded by User102682

Resume IMAN KEPADA NABI DAN RASULL

advertisement
Nama
: Fergiawan Bayu Pamungkas
NIM
: 1601029275
Kelas
: 2.I
Mata Kuliah : Aqidah
PENGANTAR
Nabi dan Rasul adalah utusan Allah SWT untuk manusia. Apakah tujuan sesungguhnya misi dari
para Nabi dan Rasul yang telah mendapatkan wahyu dari Allah. Apakah pesan akhir para Nabi? Apakah
Nabi-nabi telah memainkan peran yang positif ataukah negatif dalam sejarah? Ataukah mereka tidak
memainkan peran sama sekali. Bagaimana karakteristik para Nabi. Apakah peran Nabi dikehidupan
modern saat ini, yang tidak akan mungkin diperoleh dari manusia jenius dan hanya bisa diperoleh dari
para Nabi ini. Pertanyaan-pertanyaan itu seringkali mengusik pikiran kita. Hal ini dikarenakan masalah
kenabian merupakan persoalan yang sangat penting karena menyangkut erat dengan keimanan. Dalam
kajian ini, kita akan mencoba menjawab tuntas tentang masalah tersebut. Beriman kepada Nabi dan
Rasul Allah adalah rukun iman yang keempat dari enam rukun iman. Ini menegaskan bahwa tidak sah
iman seseorang itu manakala dia tidak beriman kepada para Nabi dan Rasul Allah.
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL
Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul
Secara etimologis, kata nabi ecara etimologis kata nabi berasal dari kata na-ba yang
artinya ditinggikan atau dari kata na-ba-a yang artinya berita. Secara terminologis nabi adalah
orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Sedangkan Rasul secara etimologis berasal dari
kata ar-sa-la yang artinya mengutus. Sementara secara terminologis adalah orang yang
menerima wahyu dan berkewajiban menyampaikan kepada orang lain.
Allah
Ta’ala
dengan
ini
berfirman:
“Katakanlah
(hai
orang-orang
mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan
kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Qs. Al-Baqarah: 136
Allah Ta’ala menjelaskan pula bahwa keimanan sebagaimana di atas itulah yang
merupakan keimanan seluruh kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman: “Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul
rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali". Qs. Al-Baqarah : 285 Allah memberitahukan bahwa letak kebaikan yang sebenarnya
adalah dalam cara beriman. Firman Allah SWT : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitabkitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa” Qs.Al-Baqarah/2: 177
Perbedaan Nabi dan Rasul3
Para nabi dan rasul, mereka adalah manusia biasa. Artinya, mereka memiliki semua
karakteristik yang dimiliki oleh seorang manusia. Allah membimbing Nabi Muhammad untuk
menegaskan bahwa dirinya adalah manusia biasa, “Qul innama ana basyarun mitslukum.”
(Qs.Al-Kahfi:110).
Seperti
manusia-manusia
lainnya,
mereka
juga
makan,
tidur,
berjalan, berusaha menafkahi hidupnya dengan bekerja, berjalan di pasar (berniaga),
berketurunan dan akhirnya mati. Dengan demikian, dalam sisi kemanusiaannya tidak ada
perbedaan antara nabi, rasul dengan kita selaku manusia juga.
Adapun
pada
nabi,
kebesaran
para
nabi
adalah
dari
seluruh
segi.
Sempurna dan berkembang dari segi akal, perasaan, kemauan dan jasmani. Bersih daripada
perangai-perangai, rendah berurat berakar keutamaan yang ada pada pribadinya. Nabi-nabi
dan rasul-rasul memang orang-orang besar. Meskipun demikian, sebagaimana diantara
sesame manusia memiliki perbedaan, tentu demikian pula antara nabi dan rasul, juga memiliki
perbedaan. Silahkan perhatikan tabel di bawah ini.
Perbedaan Nabi dan Rasul
RASUL
NABI
Rasul pasti Nabi
Nabi belum tentu rasul
Membawa syari’at
Tidak membawa syari’at
Selamat dari usaha pembunuhan manusia
Terdapat Nabi yang dibunuh oleh kaumnya
Diutus kepada kaum kafir
Diutus kepada umat yang telah beriman
Diutus untuk seluruh manusia
Diutus untuk kaumnya saja
KARAKTER NABI DAN RASUL
Dalam Kamus Poerwadarminta dikatakan, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifatsifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama
lain dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan polapola pemikiran3.
Hornby & Parnwell, mengatakan, karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral,
nama atau reputasi. Hermawan Kertajaya mendefinisikan, karakter adalah “ciri khas” yang
dimiliki suatu individu. Ciri khas itu adalah sesuatu yang “asli” dan mengakar pada
kepribadian individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu.4 Berdasarkan beberapa pengertian ini,
maka dapat dikatakan bahwa karakter adalah sebuah ekspresi jiwa yang tumbuh dan
memancar secara alamiah guna merespon segala sesuatu di dalam dan di luar
lingkungan sosialnya dengan kekuatan kualitas moralitas dan nilai-nilai yang mengakar dalam
diri seseorang itu. Ekspresi kejiwaan yang mengakar dalam diri seseorang itulah yang
menjelma menjadi kepribadian. Maka setiap kepribadian memiliki karakteristiknya sendiri
sesuai dengan kekuatan dan kualitas moral serta nilai-nilai yang dianut seseorang, yang hampir
tetap berada dalam diri orang tersebut.
Prasyarat
kepribadian,
keturunan
dan
kebutuhan
masyarakat
di
atas oleh Abu Bakar Al-Jazairy diistilahkan dengan “Mualahat An Nubuwwah”, yang intinya ada
tiga hal sebagai berikut:
1. Al-Mitsaliyah (keteladanan). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah
memiliki kemanusiaan yang sempurna; baik fisik, akal pikiran maupun rohani.
2. Syaraf an-Nasab (keturunan yang mulia). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi
Nabi haruslah berasal dari keturunan yang mulia.
3. ‘Amil az-Zaman (dibutuhkan zaman). Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani,memperbaiki segala kerusakan
masyarakat, dan mengembalikan umat isla, kepada kehidupan yang sesuai dengan fitrah
penciptaannya. (Al-Jazairy, 1978, hal. 259-260)
Mu’jizat
Setiap rasul yang diangkat oleh Tuhan diberi anugerah kemampuan luar biasa dengan
mana ia bisa melakukan tindakan-tindakan tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia
biasa. Teolog-teolog islam menamakannya mu’jizat (harfiah: yang membuat lemah) sebab ia
mengungkapkan kelemahanan kemampuan manusia biasa.
Ishmah (Ma’sum)
Karakteristik nabi-nabi yang lain adalah bahwa mereka itu terjaga dari perbuatan dosa
dan kekeliruan. Para nabi tidak dipengaruhi oleh nafsu-nafsu badan tidak pernah berbuat dosa
ataupun kekeliruan dalam tindakan-tindakan mereka. Keterjagaan mereka dari dosa dan
kekeliruan memberikan kepada mereka kredibilitas yang maksimum.
Hal ini dikarenakan dua hal yakni nabi senantiasa keterjagaan dari dosa dan keterjagaan
dari kekeliruan.
Keterjagaan dari Dosa. Manusia adalah makhluk merdeka yang memilih tindakantindakannya sesuai dengan kemampuannya untuk membedakan manfaat dan kerugian
sesuatu Tindaka. Itulah sebabnya kemampuan pembeda, memainkan peranan penting dalam
memilih tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang. Keterjagaan dari dosa tidak
bisa dicapai atau terwujud dengan jalan paksaan oleh kekuatan dari luar atau karena adanya
ketidakmampuan atau ketidakberdayaan. Jika seseorang tidak bisa melakukan dosa, atau
jika suatu kekuatan pemaksa selalu menghalanginya dari melakukan dosa, maka kondisi
ketidakbisaannya melakukan dosa itu, tidak dapat dipandang sebagai suatu kebajikan, sebab
orang tersebut adalah seperti seorang narapidana yang tidak mampu melakukan kejahatan
karena terkurung oleh tembok penjara. Keterbebasan dari dosa dalam situasi dan kondisi
seperti itu tidak dapat dipandang sebagai cerminan kebaikan dan kejujurannya.
Keterjagaan dari kekeliruan Karakteristik ini muncul dari kebijaksanaan khusus yang
dimiliki para nabi. Kekeliruan terjadi karena manusia berhubungan dengan realitas melalui
indra internal ataupun eksternalnya.
Para nabi dihubungkan dengan realitas wujud dari dalam diri mereka sendiri. Mereka
tidak mungkin melakukan kekeliruan karena mereka dalam konteks realitas. Sebagai contoh,
jika kita menghitung 100 biji manik-manik dan melakukan penghitungan itu 100 kali lagi (jadi
penghitungan dilakukan 101 x, pent), ingatan kita mungkin akan melakukan kekeliruan dan kita
ragu bahwa kita telah melakukan penghitungan 101 kali, atau baru 99 kali.
Perbedaan antara Nabi dengan Manusia jenius
Keterangan di atas memungkinkan kita membedakan antara nabinabi dengan manusia
jenius. Jenius adalah orang yang memiliki kemampuan berpikir, daya menalar dan
menganalisis yang tinggi. Melalui panca indra, mereka melakukan kontak dengan bendabenda.
Kepemimpinan
Meskipun kenabian bermula dengan kesadaran rohani, memperoleh kedekatan dengan
dzat-Nya, dan memutuskan hubungan dengan orang banyak dan cara cara hidup mereka, yang
mengharuskan alienasi dari dunia luar dan memberikan perhatian kepada dunia dalam namun
pada akhirnya misi kenabian berujung pada langkah Kembali kepada masyarakat dan dunia
luar untuk mengorganisasi dan memimpin kehidupan masyarakat pada jalan yang benar. Kata
bahasa Arab nabiy berarti utusan (messenger) atau pembawa berita (prophet). Kata Arab
rasul berarti duta (envoy).
Iqbal lahouri menjelaskan perbedaan antara nabi dan seorang pencari tuhan (gnostic)
yang tidak mempunyai misi kenabian dan yang disebut oleh Iqbal: mistikus (mystics). Mistikus
tidak ingin kembali dari ketenangan pengalaman “bersatu” dengan Tuhan. Kalaupun dia
kembali, seperti yang seharusnya, maka kekembaliannya itu tidak berarti banyak bagi umat
manusia pada umumnya. Sebaliknya, kembalinya seorang nabi dari pengalaman seperti itu,
bersifat kreatif.
Ketulusan Niat
Para nabi,, karena mereka memperoleh dukungan Ilahi, secara ekstrem bersifat
dedikatif dalam misi mereka. Mereka tidak mempunyai niat atau tujuan lain daripada
membimbing masyarakat, yang merupakan kehendak Tuhan. Mereka tidak meminta imbalan
jasa untuk apa yang mereka kerjakan. Mereka tidak pernah lupa bahwa tuhan telah
memberikan kepada mereka amanat misi kenabian, dan bahwa mereka sedang melaksanakan
kerja-Nya.
Ucapan-ucapan banyak nabi kepada kaumnya diringkas dalam Quran suci. Tentu saja,
masing-masing nabi membawa pesan khusus untuk kaumnya karena adanya hal-hal yang
merintangi jalannya, tetapi salah satu topik yang selalu diulang-ulang dalam pesan setiap nabi
adalah “Aku tidak meminta imbalan jasa dari kamu” (Qs asy syu'ara/ 26: 127). Karena dedikasi
yang demikian itu, yang merupakan salah satu karakteristik nabi-nabi, maka pesan-pesan
mereka selalu bersifat keputusan akhir yang tak bisa ditawar lagi.
Musa, putra imran, dengan saudaranya harun, dengan mengenakan pakaian kulit
binatang dan membawa tongkat kayu, pergi menemui firaun. Cuma itu senjata lahir yang
mereka. Mereka mengajak firaun untuk menerima seruan agama mereka, dan mengatakan
dengan tegas tanpa bisa ditawar lagi bahwa jika dia tak mau menerima ajakan tersebut,
kekuasaannya pasti akan runtuh. Tetapi jika dia mau menerima ajakan tersebut dan memasuki
jalan yang mereka tunjukkan, maka kekuasaan dan kehormatannya akan dijamin. Firaun
berkata dengan heran: “Lihatlah kedua orang ini, yang berbicara tentang jaminan
kehormatanku dengan syarat aku mau mengikuti mereka, atau kalau tidak, mereka akan
menghancurkan kekuasaanku.”
Konstruktivitas
Para
nabi
mengorientasikan
memberikan
mereka
agar
energi
melatih
kepada
kekuatan-kekuatan
individu-individu dan
masyarakat
dan
membimbingnya,
dan
membangun masyarakat manusia. Dengan kata lain, nabi-nabi itu membimbing mereka
menuju kesejahteraan umat manusia. Seorang nabi tidak mungkin bekerja untuk
menghancurkan individu-individu ataupun merusak masyarakat.
Konflik dan Perjuangan
Tanda lain dari ketulusan seorang nabi dalam kainnya adalah bahwa ia berjuang
menentang polytheisme takhyul, kebodohan, kepalsuan, penindasan, kekejaman dan
ketidakadilan. Seorang nabi sejati tak mungkin membawa risalah yang berbau polytheisme,
membantu seorang penindas, mengukuhkan kekejaman dan ketidakadilan, berdiam diri dan
tak memerangi polytheisme, kebodohan, tahayul dan kekejaman.
Monoteisme (Tauhid), kebijaksanaan, dan keadilan, adalah prinsipprinsip dakwah setiap
nabi. Hanya ajakan mereka yang mengikuti jalan inilah yang layak dipertimbangkan dan
dipertanyakan. Artinya, ajarkan seorang individu tidaklah mempunyai nilai jika ajakan tersebut
mengandung sesuatu yang bertentangan dengan monoteisme dan keadilan dan dengan
kenyataan kenyataan yang telah diterima kebenarannya, atau menguatkan kekejaman.
Aspek Manusiawi
Meskipun nabi-nabi memiliki karakteristik-karakteristik kemampuan untuk mengukuhkan
mukjizat ketidak bercacatan, terbebas dari dosa dan kekeliruan, kepemimpinan dan
konstruktifitas yang tidak terbanding. perjuangan yang tak tertandingi dalam menentang
polytheisme, takhyul dan piranti dan namun mereka adalah manusia biasa. Artinya, mereka
memiliki semua karakteristik yang dimiliki oleh seorang manusia. Seperti manusia manusia
lainnya, mereka juga makan, tidur, berjalan, berketurunan dan akhirnya mati. Mereka
mempunyai semua kebutuhan seorang manusia. Nabi-nabi itu, seperti manusia manusia lain,
dituntut dan terikat untuk mengerjakan kewajibanan yang mereka perintahkan kepada orang
banyak. Laranganlarangan dan hal-hal yang dibolehkan juga berlaku bagi mereka bahkan
kadang-kadang mereka dituntut untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban yang lebih berat.
Sebagai contoh nabi islam diwajibkan untuk mengerjakan salat sunat (nafilah) malam dan
berdzikir.
Nabi-nabi yang Membawa Hukum Ilahi
Nabi-nabi umumnya terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, yang merupakan
minoritas, diberi wahyu oleh tuhan untuk memimpin manusia dengan menggunakan hukumhukum tersebut diatas. Nabi-nabi ini menurut Al-Quran disebut “nabi-nabi utama” (ulul azmi)
jumlah mereka yang tidak diketahui karena Al-Quran menyatakan bahwa hanya sebagian dari
mereka yang ceritanya dituturkan. Jika Al-Quran menuturkan kisah dari semua nabi-nabi
tersebut, atau jika paling tidak ia menyatakan bahwa semua nabi yang penting disebutkan
namanya dalam Al-Quran, mungkinlah bagi kita untuk mengetahui jumlah nabi-nabi utama itu.
Apa yang kita ketahui adalah bahwa Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi terakhir
Muhammad saw, adalah nabi-nabi utama dan nabi-nabi yang membawa hukum ilahi (syariat).
Nabi-nabi ini diberi wahyu oleh tuhan agar menyampaikan serangkaian aturan-aturan dan
perintah-perintah kepada umat manusia dan mendidik mereka sesuai dengan aturan-aturan
tersebut.
PERAN NABI-NABI DALAM SEJARAH
Pada masa lalu, nabi-nabi merupakan manifestasi kekuatan nasional yang besar.
Kekuatan kekuatan nasional, berlawanan dengan kekuatan-kekuatan yang bersumber dari
kekayaan dan kekuasaan, terbatas pada kekuatan-kekuatan yang yang akar pada persamaan
keturunan darah dan kecenderungan-kecenderungan kesukuan yang menganggap ketuaketua suku dan pemimpin-pemimpin nasional alwaqiah wakil mereka.
Satu kelompok, dengan menggunakan premis yang sederhana, dalam tulisan-tulisan
mereka menyatakan bahwa nabi-nabi telah memainkan peran negatif. Yakni, pandangan nabinabi tersebut selamanya telah bersifat spritual semata-mata dan non duniawi. Inti ajaran ajaran
para nabi adalah ah menjauhi dunia, mencurahkan perhatian pada akhirat, berpaling pada
kehidupan batin, melepaskan kehidupan lahiriyah, cenderung kepada subjektivitas dan
meninggalkan objektivitas. Kekuatan agama, dengan nabi-nabi sebagai manifestasinya,
selamanya telah digunakan untuk melemahkan semangat hidup manusia dan perkembangan
manusia.
Kelompok ini menggambarkan peran nabi-nabi dalam gambaran yang negatif. Namun
berlawanan dengan kelompok pertama, mereka yakin bahwa wa-nya nabi-nabi mempunyai
kecenderungankecenderungan duniawi, dan bahwa kecenderungan spritual mereka hanyalah
suatu selubung untuk menutupi kecenderungan duniawi mereka. Mereka mengklaim bahwa wa
ke duniawi an nabi-nabi ini selalu mencoba mempertahankan status quo bagi kepentingan
kelas penguasa dan menindas kepentingan kaum tertindas, dan bahwa keduniawian tersebut
selamanya telah memerangi evolusi gradual masyarakat. Mereka mengklaim bahwa sejarah,
sepertihalnya fenomena-fenomena yang lain mempunyai gerakan dialektis yaitu suatu gerakan
yang ditimbulkan oleh konflik-konflik internal.
Peran
nabi-nabi
adalah
untuk
menipu
masyarakat
demi
keuntungan
kelas penindas dan pemeras. Kepedulian nabi-nabi terhadap akhirat tidaklah ril, tapi hanya
muslihat untuk menutupi keduniawian mereka demi untuk menguasai kesadaran kelas
masyarakat yang terampas hak-haknya dan revolusioner. Jadi peran nabi-nabi dalam sejarah
selamanya adalah peran yang negatif karena peran tersebut adalah menunjang kelas
konservatif untuk memelihara situasi apa adanya demi untuk kepentingan para pemilik
kekayaan dan kekuasaan.
Pendidikan
Dimasa lampau, pendidikan memiliki sifat yang agamis. Sifat ini merupakan bantuan
bagi para guru dan orang tua. Ini adalah salah satu kasus dimana perkembangan kesadaran
sosial menghilangkan perlunya motif keagamaan.
Mengukuhkan Kesepakan dan Perjanjian
Kehidupan sosial manusia didasarkan pada penghormatan terhadap perjanjian
perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan serta kesetiaan erhadap janji. Penghormatan
terhadap persetujuan persetujuan dan janjijanji merupakan salah satu, aspek kemanusiaan
dalam peradaban. Agama selamanya telah memainkan peran ini dan hingga kini belum ada
yang menggantikan peran tersebut. Meskipun ia adalah seorang yang anti agama, Will Durant
dalam bukunya Lecture on History mengAkui kenyataan bahwa :..... Agama, dengan bantuan
nilai-nilai tradisionalnya, mengubah janji-janji manusia menjadi hubungan-hubungan yang
saling menghormati antara manusia dan Tuhan, yang menghasilkan kekokohan dan stabilitas.
Kebebasan dan Penindasan Sosial
Peran paling mendasar dari nabi-nabi adalah berjuang menentang kediktatoran,
penindasan, dan memerangi wakil-wakil dari mereka yang memberontak terhadap perintahperintah Tuhan. Al-Quran telah memberikan tekanan lebih pada peran ini, karena, pertama,
menegakkan keadilan telah dinyatakan sebagai tujuan misi kenabian. Kedua, pertentangan
antara nabi-nabi dengan wakil-wakil despotism berulangkali disitir, dan dalam beberapa ayat
Al-Quran dinyatakan secara khusus bahwa wa kelas despotic selamanya menentang nabinabi.
TUJUAN DAN MISI KENABIAN
Dapat dikatakan bahwa tujuan sebenarnya dari misi para nabi adalah membimbing
masyarakat dan memberikan kepada mereka kebahagiaan, keselamatan kebaikan dan
kesejahteraan.
Semua
permasalahan
ini
telah
disetir
baik
secara
langsung
ataupun
tidak langsung, dalam quran suci, tetapi dua konsep telah secara khusus ditunjuk sebagai yang
sebenarnya dari misi para nabi. Kedua konsep tersebut adalah (1) pengakuan terhadap Tuhan
dan pendekatan diri kepada-Nya (2) menegakkan keadilan dan kesederajatan dalam
masyarakat manusia. Semua ajaran para nabi merupakan semacam perkenalkan kepada
kedua konsep ini.
Disatu pihak, quran suci mengatakan: “ Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu
untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, dan untuk menjadi
penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya, dan sebagai cahaya yang menerangi” Qs.
AlAhzab/33: 45-46). Di antara semua aspek yang disebutkan dalam ayat ini, nyatalah bahwa:
“mengajak kepada Tuhan” merupakan tujuan utama para nabi. Berkaitan dengan semua nabi,
Al-Quran mengatakan: “ sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (Qs. Al-Hadid/57: 25. Ayat ini
dengan jelas menyatakan kan bahwa menegakkan keadilan adalah tujuan utama kenabian dan
misi kenabian. Mengajak manusia kepada Tuhan, mengenal-Nya dan mendekatkan diri
kepada-Nya, adalah monotheisme teoritis dan monotheisme praktis yang bersifat individual.
Tetapi menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat berarti menegakkan monoteisme
praktis yang bersifat sosial.
Pertama, nabi-nabi mempunyai tujuan ganda, artinya, mereka mempunyai dua tujuan
yang berdiri sendiri. Salah satu diantaranya adalah berkaitan dengan kehidupan dan
kebahagiaan di akhirat ( monotheisme teoritis dan monotheisme praktis individual).
Kedua, tujuan sesungguhnya dari misi kenabian adalah monotheisme sosial dan
prasarana utamanya adalah monotheisme teoritis dan monotheisme praktis dan individual.
Monotheisme teoritis bergantung pada pengenalan kepada Tuhan. Tidak perlu bagi seorang
manusia, dalam batas-batas fitrahnya, untuk mengenal atau tidak mengenal Tuhan, untuk
menjadikan Tuhan atau apa saja yang lain sebagai satu-satunya faktor pendorong jiwanya.
Ketiga,
tujuan
yang
sebenarnya
dari
misi
kenabian
adalah
agar
manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-nya. Dengan demikian monoteisme
sosial menjadi prasyarat dan sarana untuk mencapai tujuan yang luhur ini. Sebab,
sebagaimana disebutkan sebelumnya, dalam pandangan dunia monotheistik, dunia memiliki
sifat “berasal dari-Nya” dan “ kembali kepada-Nya” Jadi kesempurnaan manusia terletak pada
ada tindakan manusia menuju kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Keempat, pandangan yang ketiga menyebutkan bahwa tidak hanya kesempurnaan
manusia dan tujuan akhirnya saja, tetapi kesempurnaan setiap manusia terletak dalam langkah
menuju kepada Tuhan. Menyatakan bahwa nabi-nabi memiliki tujuan ganda adalah bid’ah
yang tak terampuni, seperti halnya pernyataan bahwa tujuan akhir mereka adalah keselamatan
duniawi, dan bahwasanya keselamatan ini tak lain berarti menikmati kesenangan hidup yang
alamiah dalam suasana keadilan, kemerdekaan, kesederajatan dan persaudaraan, adalah
pandangan yang materialistik. Tetapi, bertentangan dengan pandangan yang ketiga di atas,
sosial dan moral tidaklah tanpa nilai-nilai inheren, meskipun nilai-nilai tersebut juga merupakan
sarana menuju nilai original manusia, yang adalah menyembah dan beriman kepada Tuhan.
AGAMA PARA NABI
Jika kita kembali merujuk pernyataan Muhammadiyah tentang agama6 tentang agama
ini,bahwa sesungguhnya agama Islam adalah satu-satunya agama yang ada di dunia ini. Hal
ini sesuai dengan firman Allah:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[ dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orangyang kembali
(kepada-Nya) . (Qs.41: 13)
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(Qs.2:136).
Para ahli teologi dan sejarawan agama biasanya berbicara tentang agama dalam pengertian
“agama” Ibrahim, agama Yahudi, agama Kristen dan agama Islam. Mereka menganggap setiap
nabi yang membawa hukum Ilahi sebagai pembawa agama yang terpisah dan berdiri sendiri.
Istilah yang beredar dikalangan orang awam juga tidak berbeda.
NABI MUHAMMAD SEBAGAI NABI DAN
RASUL PENUTUP
Nabi Muhamad SAW diutus Allah SWT sebagai nabi dan sekaligus rasul yang terakhir
dari seluruh rangkaian nabi dan rasul. Tidak ada lagi nabi sesudah beliau. Hal ini ditegaskan
oleh Allah SWT dalam firmannya: al-ahzab 33 40
‫ِ َْلْ َس َْ ِلَا نْ َُملَِّ ناا ٓ َ َد َح ٓ َ َام َ ا َد َا ُح ََماَ َام‬
‫ِ َْ ََماَ ٓل َا بين لاَ َْمَماَ َِّ ه‬
‫ِل ٍَءيَ اَ نس ه‬
َ ‫ي مام‬
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.(Qs. Al Ahzab/33: 40)
Sebagai nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan “bangunan dinullah” yang
telah mulai dikerjakan secara bertahap oleh para nabi dan rasul sebelumnya.sehingga
sekarang bangunan itu menjadi indah dan sempurna. Perumpamaan seperti itu diberikan
sendiri oleh beliau dalam sabdanya:
“Perumpamaan aku dan seluruh nabi-nabi lainnya adalah seperti seseorang yang
mendirikan bangunan, ia telah menyempurnakan dan memperindah bangunan itu
seluruhnya kecuali hanya sebuah batu bata yang belum dipasang yang di salah satu
sudut bangunan itu. Orangorang yang mengelilingi dan mengagumi bangunan itu
memberikan komentar: “Alangkah baiknya kalau batu bata itu diletakkan di tempat yang
kosong itu.” Sayalah batu-bata itu, dan sayalah penutup nabi-nabi itu. (Hadits
muttafaqun alaih).
Sebagai nabi yang terakhir, dengan bangunan dinullah yang indah dan sempurna, Nabi
Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai hari
kiamat nanti. Hal itu ditegaskan oleh allah swt dalam firman-Nya:
َ ‫لل ِ َر َْ َام‬
َ َْٓ ‫َينلَاْاَ َّل ٓل َمِّ ََٓث َ َْ َْ ِلَ َا َْ َيي مْٓ َاٍي مْٓ لنل َمِّ ََ َّمفَام ٓ َّل‬
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (Qs. Saba’/34: 28)
Karakteristik Nabi Muhammad SAW
Secara umum setiap nabi dan rasul memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji sesuai dengan
statusnya sebagai manusia pilihan Allah SWT, baik dalam hal-hal yang berhubungan langsung
dengan Allah SWT secara vertikal maupun dengan sesama manusia dan makhluk Allah yang
membawa misi membimbing umat menempuh jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Keempat
sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1. As-Shiddiq (benar). Artinya selalu berkata benar, tidak berdusta dalam keadaan
bagaimanapun. Apa pun yang dikatakan oleh rasul baik berita, janji, ramalan masa
depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Mustahil bagi seorang rasul
mempunyai sifat kazib atau pendusta, karena hal tersebut menyebabkan tidak adanya
orang yang akan membenarkan risalahnya. Sedangkan orang biasa saja yang
mempunyai sifat pendusta, tidak akan dipercaya oramh apalagi seorang Rasul.
2. Al-amanah (dipercaya). Artinya seorang rasul akan selalu menjaga dan menunaikan
amanah yang dipikulnya ke pundaknya. Dia akan selalu menjaga amanah kapan dan
dimana pun, baik dilihat dan diketahui oleh orang lain maupun tidak.
3. At-Tabligh (menyampaikan). Artinya seorang rasul memyampaikan apa saja yang
diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikan. Tidak ada satupun bujukan atau
ancaman yang menyebabkan dia menyembunyikan sebagian dari wahyu yang wajib
disampaikannya.
4. Al-Fathanah (cerdas). Artinya seorang rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi,
pikiran yang jernih, penuh kearifan dan kebjaksanaan. Dia akan mampu mengatasi
persoalan yang paling dilematis sekalipun tanpa harus meninggalkan kejujuran dan
kebenaran.
Beberapa Bukti Kebenaran Nubuwah dan Risalah Nabi Muhammad SAW
Ada beberapa bukti yang menunjukkan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi Muhammad
SAW, antara lain:
1. Basyarat (berita tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW) yang terdapat pada kitabkitab suci sebelumnya. Al-Quran yang menyebutkan tentang adanya basyarat itu di dalam
beberapa ayat, antara lain:
‫لع ََم َس َْٓي‬
‫ق نحَمم ٓلَيَِّ ه‬
َ ‫ِ َْلْس ٓ نء ٓل َْ َّٓيي َس ِي َا َء َاْ َي َِّ ٓاا ِي‬
َ ‫د َاياَ لن َام ًا‬
َ ‫لاَْ ِْوآ ااَ َي َح‬
‫ًااي ُا لد ُْ ِْ َيٓ ََملْٓ امل َاين ِ ا ِّْ َُ َّم َي فَلَ َام َٓد َا لح ٓلامْ َ َانحب ا َا يَياء ا َْلْ َس َْا َا ن‬
َٓ ْ‫ٍ م‬
“Dan
(ingatlah)
sesungguhnya
sebelumku,
seorang
ketika
aku
yaitu
Rasul
(Muhammad)".
membawa
Isa
adalah
Taurat,
yang
dan
tatkala
yang
Maryam
utusan
akan
Maka
bukti-bukti
ibnu
Allah
memberi
datang
rasul
nyata,
berkata:
kepadamu,
khabar
itu
mereka
datang
Bani
Israil,
membenarkan
gembira
sesudahku,
"Hai
dengan
kitab
(datangnya)
yang
namanya
Ahmad
kepada
mereka
dengan
berkata:
"Ini
adalah
sihir
yang
nyata". (Qs. As-Shaf/61:6)
ٰٓ َ ‫ض‬
ِۚ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ِ ‫س ْو ُل ه‬
‫ي‬
ِ ‫سمو‬
َّ ‫ِي لَهٗ ُم ْلكُ ال‬
ُ ‫اس ا ِِن ْي َر‬
ُ َّ‫قُ ْل يٰٓاَيُّ َها الن‬
ْ ‫ّٰللا اِلَ ْي ُك ْم َج ِم ْيعًا ۨالَّذ‬
ٖ ‫ْل اِلهَ ا َِّْل ُه َو ي ُْح‬
ُۖ ‫وي ُِمي‬
ِ ‫ِي يُؤْ ِم ُن بِ ه‬
ِ ‫ْتُ فَا ِمنُ ْوا بِ ه‬
َ‫اّٰلل َو َك ِلمتِ ٖه َواتَّبِعُ ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْهتَد ُْون‬
ُ ‫اّٰلل َو َر‬
ْ ‫س ْو ِل ِه النَّبِي ِ ْاْلُ ِمي ِ الَّذ‬
َ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu
semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimatkalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.”
Sebagai
contoh
Ahlul
Kitab
yang
sangat
mengenal
Nabi
Muhammad
SAW sebelum kedatangan beliau adalah, Salman al Farisi, Kaisar Heraklius, Raja Najasyi,
Abdullah bin Salam dan lain-lain. Kita kutip komentar Heraklius kepada Abu Sufyan:
“Sebelumnya saya sudah tahu akan datang seorang nabi, tetapi saya tidak menduga kalau
nabi itu datang dari bangsa kalian.”
2. Mu’jizat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada beliau, antara lain :
a. Al-Qquran al-Karim sebagai mu’jizat abadi
b. Keluar air dari sela-sela jari beliau yang cukup untuk memberi minum 1400 orang lakilaki dan perempuan (Hr. Bukhari)
c. Melipatgandakan makanan sehingga makanan yang sedikit cukup untuk lebih kurang
1000 orang prajurit waktu perang Khandaq (hadits muttafaqun alaihi)
d. Mengembalikan
mata
qotadah
yang
tercungkil
pada
waktu
perang
Uhud, kembali sehingga kembali seperti semula (Sirah Ibnu Hisyam)
e. Makanan mengucapkan tasbih di hadapan beliau yang bisa didengar oleh para sahabat
(Hadits Bukhari)
f. Bulan terbelah dua menjawab permintaan orang-orang Quraisy (Qs. Al-Qamar/54: 1)
g. Batu dan pohon kayu memberikan salam kepada beliau yang bisa didengar dan
disaksikan oleh orang banyak hadits riwayat bukhari dan tirmidzi
h. Peristiwa isra dan mikraj
3.
Nubuat
ramalan
tentang
apa
yang
akan
terjadi
pada
masa
yang
akan
datang yang selalu tepat. Misalnya antara lain:
a. Nubuat tentang mati syahidnya Umar Dan Utsman. Diriwayatkan oleh Anas Bin Malik
RA bahwa tatkala Rasulullah SAW, Abu Bakar Umar dan Utsman mendaki bukit uhud
beliau bersabda: "kokoh lah wahai uhud, di atasmu ada nabi, siddiq dan dua orang
syahid (assyahii-dani)” (HR. Bukhari).
b. Nubuat tentang tidak akan terjadinya fitnah antara sesame muslimin selama umar masih
hidup. Rasulullah SAW bersabda: " fitnah tidak akan menimpamu selama bersamamu
masih ada umar.” (HR. Tabrani). Sejarah mencatat bahwa fitnah itu terjadi pertama kali
di zaman Utsman Bin Affan.
c. Nubuat tentang hasan bin ali, cucu Rasulullah SAW yang akan menjadi pendamai antara
dua golongan besar kaum muslimin. Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya cucuku
ini pemimpin, semoga allah menjadikan dia pendamai antara dua golongan besar
kaum muslimin . " (HR. Bukhari). Sejarah mencatat tanazul (mundur)nya hasan dari
jabatan khalifah dan memberikannya kepada Muawiyah Bin Abi Sufyan telah
mendamaikan kelompok Ali dan Muawiyah.
d. Nubuat tentang Sa’ad Bin Abi Waqqash waktu dia sakit keras di Makkah yang diduga
akan meninggal dunia. Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Semoga engkau hidup
(sehat) sehingga engkau bisa memberi manfaat kepada beberapa kaum dan memberi
mudharat kepada yang lainnya." (HR. Syikhan). Sejarah mencatat bahwa Sa’ad sehat
dan kemudian berhasil menaklukkan Irak. Melalui dia banyak orang yang masuk islam
mendapat manfaat dan tentu saja orang-orang kafir yang dikalahkannya mendapat
mudhorot.
4.
Kesaksian milyaran umat islam sejak dahulu sampai sekarang yang telah mengucap dua
kalimat syahadat. Suatu kesaksian yang sangat mutawatir sekali.
5.
Kenyataan bahwa Rasulullah SAW yang membawa ajaran yang begitu lengkap dan
sempurna adalah seorang ummi yang tidak bisa membaca dan menulis dan tidak pernah
berguru kepada siapapun. Dan Rasulullah SAW tidak menyampaikan ajaran apapun
sebelum berumur 40 tahun sebelum wahyu pertama turun.
Iman
Kepada
Seluruh
Nabi
dan
Rasul
Kaitannya
Dengan
Iman
Kepada Nabi Muhammad SAW
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rasul yang telah diutus oleh
Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang secara ijmal saja, sedangkan bagi
yang disebutkan namanya kita wajib beriman secara tafsil.
Seorang muslim wajib membenarkan masing-masing seperti yang dijelaskan oleh Allah
dan rasul-Nya di dalam alquran al-karim dan sunnah rasul. Tidak sah iman seseorang yang
menolak walau hanya satu orang nabi atau rasul dari seluruh nabi dan rasul-rasul yang diutus
oleh Allah SWT. Dalam hal ini Allah berfirman:
‫مّلل َيَوْْاَ ٓلَيياَ ٓ َا‬
َ ‫َْ ََوْ َان‬
‫ِ َاياَ وَ نَْْٓيً َٓا َْيْيحْاَ َْْلل بم ا ه‬
‫ْا ناا َْ َيوْلْاَ َْْلل بم ه‬
َِّ ِ ‫م‬
ِ َ ‫ْل ِو َر ِيل َر َاياَ يَاَميْٓ َٓا َْيْيحْاَ ا َان‬
ْ
ٓ ‫لاي‬
َ ‫ًاني مم‬
َ ِّْ َ‫ِ َيٓامم اَ لل َِوْي َا ََِْٓاَح َم َدوَم ٓل َِوْْا‬
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (An-Nisa : 150-151)
Seorang muslim wajib mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup sekian
nabi-nabi. tidak ada lagi nabi sesudah beliau. Nabi Muhammad SAW adalah afdhalul anbiya
wal mursalin (yang paling utama dari seluruh nabi dan rasul) dan tentu saja afdhalul khalq
(makhluk Allah yang paling utama) (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Sebagian musafir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengandalam firman Allah:
‫ر َ ْك ِلت‬
‫س لت‬
‫ن ْ ْض لض ْتع ِْ ْم ع َ ت‬
‫ُل َِكْ ِتع ْْ ْت‬
‫ن لض ْتع َِ ِعاِ ِتر هت‬
‫ىعىْتٰ ِفَ ََُ ِ ْٰضِ ٍِۗ ِعَٰ َ عت‬
‫ن لض ْتع اِن ْْكضِف ُ ُل ل‬
ِ ‫ى َكع ِْ ْم‬
ِ ‫َ ِْ ْم‬
ِ ْ
ِ ‫ُْْنِت‬
‫ُل َ ِۤف ِتا َِ ِ ْتل ُ ْسلد لقَت ْ لل َْرت َُِِيْد َْي تال ُ ِْٰٰ َضَت ِْ ْليِ ِتع‬
‫ر ِْف هت‬
‫ن ُ ْْيْنِت ُ ََِْ ِ ِت‬
‫ن ِْ ْمدد ْتع ْ ِ ْت‬
‫َِ َ كنت ِْٰٰ َضَلتُ ِٰ ۤف ِاَْ لض لتع ِْف ِْ ْمدت ْ ِ ْت‬
ْ ‫ن اِم ْض لض ْتع‬
ُ‫َُِْكَِل ْل‬
‫ن َِْ ْض لض ْتع َُ ِْنِت ْْ ْت‬
‫ُل َ ِۤف ِتا َْ َِ ِ ْتل ََِِ ِتل ْْ ْت‬
‫ن ُ ََِِْكل ْلَتُ ِْف هت‬
‫ُ َِ َ ك ْت‬
‫ر هِت‬
‫ࣖ يلل ْي تدل ِْف يِ َْ ِم لت‬
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka
ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya
beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami
perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuhbunuhan rang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka
beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang
beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah
mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah:
253)
Seorang muslim wajib mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada siapapun
atau apa saja selain Allah. Rasulullah SAW bersabda:” tidak beriman salah seorang kamu
sebelum aku (Muhammad) lebih dia cintai dari pada orang tua, anak-anak dan manusia lain
keseluruhannya.” (Hadits Muttafaqun Alaihi).
Allah SWT menjadikan ittiba'ur rasul (mengikuti Rasulullah SAW) sebagai bukti cinta
kepadanya. Allah berfirman:
‫ِ اداًْاَ َ اِّ ٓا َس‬
‫ِ لا ي ْاََِّ لََِّ َْيَفوْ ه‬
‫َْدي ُِّ ٌَوْ ُْ َْ ه‬
َ ‫ِ يدااَِّ فَماَانْ ء ه‬
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ( Al-Imron: 31).
Oleh sebab itu seorang muslim wajib menjadikan Rasulullah SAW sebagai uswatun
hasanah dalam seluruh aspek kehidupannya. Allah SWT berfirman:
ِ َْ ََ ‫ِ َْ َي‬
‫ِ َْلْس فء لََِّ ََماَ لَوَح‬
‫ل َاُ ٓل َْس ُ ه‬
َ ‫ِ يَُْْٓ ََماَ لن َاا َد‬
َ ‫ّٓلم َْ َْٓليَْ َِّ ه‬
َ ‫ي مْ لٓ ََث ه‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.( Al-Ahzab: 21)
Download