TUGAS TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRODUK SELIMUT SERBAGUNA ANTI HIPOTERMI OLEH : Kelas C PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur tim penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah pembuatan produk teknologi tepat guna yang berjudul “Selimut Serbaguna Anti Hipotermi”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dalam Penulisan makalah ini, tim penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki tim penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan oleh tim penulis demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tim penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi tim penulis sendiri. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua. Lampung Timur, Oktober 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Di Indonesia Jumlah kasus kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007, dan pada tahun 2017 di semester pertama sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan angka kematian ibu (AKI) turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912, dan ditahun 2017 (Semester 1) sebanyak 1712 kasus. Namun demikian AKB di Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti: Malaysia dan Singapura yang sudah di bawah 10 kematian/1.000 kelahiran bayi.(Kemenkes RI, 2017) Tingginya angka Kematian Bayi berusia kurang dari 1 (satu) tahun di Indonesia di sebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor bayi dan faktor ibu. Penyebab kematian bayi perinatal di Provinsi Lampung tahun 2015 disebabkan karena asfiksia sebesar 37,14% dan kematian neonatal terbesar disebabkan BBLR sebesar 28,18%, lain-lain (Hipotermi). (Din-Kes Provinsi Lampung 2015). Untuk menciptakan bayi sehat Air Susu Ibu (ASI) sangatlah berperan penting. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI adalah melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). (Maryunani. 2012) Bentuk dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan IMD terdapat dalam Per-Men No. 33 Tahun 2012 pasal 9 ayat 1 dan ayat 2. Ayat 1 berbunyi “Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusui dini paling singkat selama 1 (satu) jam” (Kemenkes RI, 2012). Inisiasi Menyusui Dini merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Proses ini dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir (Depkes, 2008). Pelaksanaan IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum bayi usia 1 bulan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka salah satu yang dilakukan pemerintah adalah promosi IMD. Upaya ini untuk mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif (Roesli, 2012). Cakupan pelaksanaan IMD dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016, persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD pada tahun 2016 sebesar 51,9% yang terdiri dari 42,7% mendapatkan IMD dalam <1 jam setelah lahir, dan 9,2% dalam satu jam atau lebih. Persentase tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (73%) dan terendah Bengkulu (16%). Di provinsi lampung tahun 2016 angka IMD pada bayi baru lahir sebesar 48,5 dengan capaian yang mendapatkan IMD <1 jam setelah lahir 41,5 %, dan 7 % mendapatkan IMD > 1 jam. Capaian angka capaian cakupan IMD di provinsi Lampung masih dibawah rata2 nasional. (Kemenkes RI, 2016) Bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap hipotermi, IMD dan perawatan metode kanguru merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi hypotermi pada bayi, karena dengan IMD akan terjadi pelekatan antara kulit daerah dada bayi ke kulit ibu (Kemenkes RI, 2010). Saat pelaksanaan IMD penulis mengamati area punggung bayi masih terpapar dengan udara di sekitarnya yang dapat menyebabkan bayi kedinginan, disebabkan hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi. Alternatif untuk mengatasi kedinginan dengan menggunakan selimut. Selimut bayi yang digunakan dalam pelaksanaan IMD sangat bervariasi dan beragam, Selimut yang beragam ini penulis amati kurang praktis untuk pelaksanaan IMD oleh sebab itu penulis tertarik membuat produk teknologi tepat guna berupa selimut yang praktis dalam pelaksanaan IMD sekaligus dapat digunakan sebagai perawatan metode kanguru yang penulis beri nama “Selimut serbaguna anti hipotermi”. Ke khasan selimut ini adalah digunakannya aluminium foil dibawah selimut area punggung bayi, yang berfungsi untuk menahan panas tubuh bayi. Aluminium foil juga merupakan penghantar panas yang baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan, selain itu Alumunium foil juga bekerja sebagai penghambat oksigen dan cahaya. Selimut juga dilengkapi dengan kantung metode kanguru dan tali yang praktis digunakan untuk skin to skin dengan ibu maupun ayah bayi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipotermi Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan organ tubuh. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5o-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32oC diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25oC. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Menurut Sandra M.T (1997), hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35o C. Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu trigliseridadioksidasi menjadi pelepasan noradrenalin gliserol dan lokal asam sehingga lemak.Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG. Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. B. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). Inisiasi menyusu dini yaitu bayi yang baru lahir, setelah tali pusat dipotong, di bersihkan agar tidak terlalu basah dengan cairan dan segera diletakkan diatas perut atau dada ibu, biarkan minimal 30 menit sampai 1 jam, bayi akan merangkak sendiri mencari puting ibu untuk menyusu (Rulina, 2007:1). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009). Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK, 2007). Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri a) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia). b) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi. c) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan. d) “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. e) Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal. f) Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui. g) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. h) Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini. i) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu b) Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. c) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok. d) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. e) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. f) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. g) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. h) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar. i) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. j) Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. C. Metode kanguru Pengertian Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terusmenerus serta dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannnya adalah agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau bayio telah stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap dapat di rawat dengan KMC meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum. Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia, metode ini meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di kantung perutnya, sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi. Metode ini asalnya bukan dari Australia melainkan dikembangkan di Kolombia. Prinsip metode ini adalah menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam inkubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36,5oC- 37,5oC). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung kulit bayi dengan secara terus-menerus.Bayi yang dapat bertahan dengan cara ini adalah yang keadaan umumnya baik, suhu tubuhnya stabil (36,5oC- 37,5oC) dan mampu menyusui dengan baik. Metode ini dihentikan jika bayi telah mencapai bobot badan minimal 2500 g dan suhu tubuh optimal 37oC, dan bayi bisa menyusui dengan baik. Beberapa penelitian menyebutkan metode ini memberikan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh bayi dan ibu : a) Untuk meningkatkan Berat Badan terutama pada BBLR b) Menjaga kehangatan, agar suhu tubuh bayi tetap normal. Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. c) Mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan keberhasilan menyusui sehingga Inisiasi Menyusu Dini juga akan cepat tercapai dalam tahap metode ini dan apabila ASI sudah keluar manfaat ekonomis juga akan dirasakan. Ibu selain mudah, praktis dan murah dapat meyusui bayinya, tidak perlu juga membeli susu formula yang harganya cukup mahal d) Menjalin ikatan batin antara ibu dan bayi. Metode ini tentunya akan lebih mendekatkan ikatan batin ibu dan si bayi, karena apabila bayi berada di inkubator, tentunya hubungan bayi dan ibu akan ”terbatas”. Dengan metode KMC ini akan diketahui pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti skin to skin contact. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Bayi dapat merasakan sentuhan lembut ibu, ungkapan rasa sayang dan perhatian seorang ibu. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu, menurut penelitian, menunjukkan kenaikan berat badan yang cepat dari pada jika si bayi jarang disentuh. e) Perlindungan dari infeksi f) Mengurangi lama menangis pada bayi g) Dapat mengurangi biaya rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan penggunaan ikubator di rumah sakit yang cukup mahal, sehingga dengan menggunakan asuhan metode kangguru dapat mengurangi biaya rumah sakit. h) Metode bisa dilakukan oleh anggota keluarga lain, jika ibu perlu istirahat, termasuk ayah, saudara,atau petugas kesehatan. Bila tidak ada yang menggantikan , bayi diberi pakaian hangat atau topi, dan diletakkan di box bayi dalam ruangan yang hangat. Langkah-langkah metode kanguru Bila metode kanguru dilakukan dengan baju kanguru a) Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH b) Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi c) Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu. d) Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah e) Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , seperti katak. f) Memakaikan baju model kanguru, dengan batas kain atas berada dibawah telinga bayi g) Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti berdiri, duduk , jalan, makan dan mengobrol. h) Mengenakan pakaian luar sebagai penutup. Waktu Pelaksanaan Metode Kanguru a) Segera setelah lahir b) Sangat awal, setelah 10-15 menit c) Awal, setelah umur 24 jam d) Menengah, setelah 7 hari perawatan e) Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2 f) Setelah keluar dari perawatan incubator Kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru a) Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,50C -37,50 C) b) Kenaikan berat badan stabil c) Produksi ASI adekuat d) Bayi tumbuh dan berkembang optimal e) Bayi dapat menetek kuat Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. D. Alumunium Foil Aluminium ditemukan oleh Sir Humprey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted, tahun 1825. Secara industri Paul Heroult di perancis dan C. M. Hall di amerika serikat secara terpsah telh memperoleh logam aluminum dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hal masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil. Sifat – sifat aluminium Sifat-sifat penting yang dimiliki aluminium sehingga banyak digunakan sebagai material teknik adalah sebagai berikut: a) Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³) b) Tahan korosi. Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium (fenomena pasivasi). Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Lapisan ini membuat Al tahan korosi tetapi sekaligus sukar dilas, karena perbedaan melting point (titik lebur). c) Penghantar listrik dan panas yang baik. Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat. d) Mudah di fabrikasi/ditempa. Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming dengan cara: rolling, drawing, forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit sekalipun. e) Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa ditingkatkan. Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan heat treatment dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya. f) Kekuatan mekanik meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni. g) Sifat elastisnya yang sangat rendah, hampir tidak dapat diperbaiki baik dengan pemaduan maupun dengan heat treatment. BAB III PEMBAHASAN Pada saat dilakukanya IMD dipelukan selimut untuk menjaga kehangatan suhu badan bayi. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC karena cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC. Mekanisme pengaliran panas ini dijelaskan melalui mekanisme fisika dasar yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. (Potter, Patricia A, Perry, Anne G; 2010). Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh: 1). BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid, 2). Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas. 3). Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin. 4). Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis. (Fransson AL 2005) Selimut serbaguna anti hipotermi merupakan selimut yang didesain khusus untuk IMD maupun Perawatan Metode Kanguru yang berfungsi terutama untuk mencegah hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan Sudarmi (2018) didapatkan adanya pengaruh penggunaan turtle blanket terhadap suhu tubuh bayi setelah 60 menit pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dengan rata-rata suhu tubuh bayi setelah intervensi terjadi peningkat menjadi 36.82C, sedangkan suhu tubuh bayi yang menggunakan selimut kontemporer (kontrol) setelah 60 menit pelaksanaan IMD hanya meningkat rata-rata 36,36C. ada perbedaan peningkatan suhu tubuh rata-rata 0.46C. Menurut pengamatan penulis dengan penggunaan turtle blanket suhu tubuh bayi menjadi lebih cepat hangat, dengan tubuh yang hangat menyebabkan bayi lebih cepat menyesuaikan/ beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Smita Srivastava et al. yang berjudul Effect of Very Early Skin to Skin Contact on Success at Breastfeeding and Preventing Early Hypothermia in Neonates, Hasil When axillary temperatures in the babies were compared at the start and end of 2 h period, the temperature gain was higher in babies in the intervention group when compared to the control group (P < 0.0001). (Ketika suhu aksila pada bayi dibandingkan pada awal dan akhir periode 2 jam, kenaikan suhu lebih tinggi pada bayi dalam kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P <0,0001). (Srivastava. 2014) Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa suhu kelompok bayi yang diberikan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) lebih tinggi dari kelompok bayi yang diberikan selimut kontemporer pada saat IMD. Mekanisme utama pada bayi baru lahir untuk mempertahankan termoregulasi adalah dengan cara non-shivering termoregulation, yaitu mekanisme yang dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh (Yunanto, 2010). Usaha untuk menjaga bayi tetap hangat saat berada di luar lingkungan bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi sesegera mungkin terkecuali telapak tangan dan kaki, menunda memandikan bayi, meletakkan bayi ke dada ibu, membiarkan kulit ibu melekat pada kulit bayi (skin to skin) (Kemenkes RI, 2010). Saat proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk mencegah bayi kedinginan dapat diberikan selimut yang akan menyelimuti bagian punggung bayi dan ibunya serta kepala bayi diberi topi. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penggunaan selimut serbaguna anti hipotermi saat IMD dan Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan cara mengurangi hipotermi pada bayi dan merupakan alternatif pengganti inkubator dalam perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Ke khasan selimut ini adalah digunakannya aluminium foil dibawah selimut area punggung bayi, yang berfungsi untuk menahan panas tubuh bayi. Aluminium foil juga merupakan penghantar panas yang baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan, selain itu Alumunium foil juga bekerja sebagai penghambat oksigen dan cahaya. Selimut juga dilengkapi dengan kantung metode kanguru dan tali yang praktis digunakan untuk skin to skin dengan ibu maupun ayah bayi. B. Saran Selimut serbaguna anti hipotermi ini dapat digunakan lebih efektif bagi bidan untuk membantu memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan, ASI, perlindungan infeksi, dan stimulasi pada bayi normal dan BBLR. DAFTAR PUSTAKA Https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/1198 Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta : JNPKKR-JHPIEGO. Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta : Diva Press. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Hipoterm Sedang Terhadap Bayi. 2009. Ronaldo. 2009. Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91) Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta (halaman 75-76) Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, DjokoWaspodo.2009.AcuanNasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta (halaman372-374). Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126). Hanani. 2011. Kangaroo Mother Care. http://sihhanani.blogspot.co.id/2011/11/kangaroo-mothercare.html diakses : 10 oktober 2015. Kholipah, S & Tri Iin. 2014. Perawatan Metode Kangguru Perencanaan Penyuluhan Pendidikan Kesehatan tentang perawatan BBLR . http://ncembidan.blogspot.co.id/2014/02/askeb-v-perawatan-metodekanguru.html diakses : 10 0ktober 2015. Rahmayanti. 2011. Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru Pada Ibu Yang Memiliki BBLR di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta Tahun 2011 . http://lib.ui.ac.id/ diakses : 10 oktober 2015. L A M P I R A N