Bahan Kajian MK. Landuse Planning COASTAL LAND RESOURCES PLANNING Smno.pdip.pdkl.ppsub.nops2013 Nilai Sosial-Ekonomi COASTAL ZONES Forestry Fishing & Aquaculture Industry Agriculture Tourism Minerals Human Settlement Ekosistem mangrove di Jawa mengalami penurunan sangat drastis, akibat tingginya tekanan penduduk yang berimplikasi pada besarnya kegiatan pertambakan, penebangan hutan, reklamasi dan sedimentasi, serta pencemaran lingkungan. The Value of Coastal Ecosystems Coral reef Support high production of fishes in its surrounding seas Estuaries Beach Mangrove Spawning, Nursering, Feeding ground TOURISM Mudflat Natural buffers …. PROBLEMS & ISSUES Degradasi sumberdaya: Destruksi Over-eksploitasi Penggunaan tdk ekonomis Dampak negatif pembangunan Perlunya Sistem Informasi dan Penataan Coastalzones Restorasi mangrove dapat menaikkan nilai sumber daya ini, memberi mata pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, menjaga hasil tangkapan perikanan, serta mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya baik secara langsung atau tidak langsung. DEFINISI, KONSEP & PRINSIP-PRINSIP 1. Coastal zone = zone daratan yg terpengaruhi laut + zone laut yang terpengaruhi oleh daratan 2. Coastal ecosystem = kombinasi unik antara kondisi laut dan kondisi darat di coastal-areas 3. Resource system = inter-relasi antara manusia (sebagai pengguna barang dan jasa hasil lingkungan) dengan lingkungan itu sendiri 4. Management = aktivitas-aktivitas untuk mengendalikan proses/ kejadian yang hasilnya dapat memenuhi tujuan / kebutuhan tertentu 5. Development = concept of sustainable uses 6. A Plan = a dynamic analysis of the situation a statement of goals, objectives, targets a description of projects and programs. COASTAL ZONE: Kondisi Fisik-Kimia 1. Topografi Pantai: Landai vs. curam 2. Batimetri: Kedalaman perairan dangkal, dasar laut melandai 3. Akresi dan Abrasi: Sedimentasi vs. Erosi 4. Sedimen dasar laut: Komposisi pasir, debu dan liat beragam 5. Pasang surut: Pola harian tunggal, setiap hari sekali pasang dan sekali surut 6. Arus : Arah angin, topografi dasar laut, pasang-surut 7. Gelombang: Barat , Musim Pancaroba, Musim Timur. 8. Hidrologi dan Kualitas Air: Aliran muara sungai membawa air tawar dengan segala kandungannya (sedimen, nutrients, polutan) 9. Kualitas Air laut: Tergantung oleh kualitas air sungai, fluktuasi musiman sangat jelas. Beberapa parameter penting: Turbiditas, COD, BOD, sianida, fenol, nitrit, NH3, dan logam berat COASTAL ZONE: KONDISI BIOLOGI PLANKTON: Fito-plankton, Zoo-plankton. Blooming fito-plankton mengakibatkan penurunan oksigen terlarut, kematian masal ikan di laut. Blooming disebabkan oleh pengkayaan oleh nutrient fosfat dan nitrat pd perairan yang tenang BENTOS. Organisme yg hidup di dasar perairan, terutama sekitar pantai. Fito-bentos dan Zoo-bentos DAERAH ASUHAN PERIKANAN. Ikan dan udang TERUMBU KARANG. Umumnya kondisi terumbu karang telah terdegradasi menuju kepunahan. CAGAR ALAM & ZONE KONSERVASI LAUT. COASTAL ZONE: Lingkungan binaan TAMBAK. Tambak Bandeng, Tambak Udang, Tambak Garam. Membutuhkan percampuran antara air tawar dan air laut, secaraintensif atau tradisional KOMPLEKS NELAYAN. Biasanya berpenampilan kumuh, sanitasi &drainasi terbatas, suplai air bersih terbatas, Penanganan limbah domestik PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK. PLTU Permasalahan limbah air panas yang dibuang ke laut WISATA & REKREASI. Renang, boating, selancar, memancing,dll PELABUHAN. Pelabuhan Internasional, Pelabuhan Samudera, Tempat pendaratan ikan,dll PERMUKIMAN & INDUSTRI. Reklamasi senantiasa berdampak positif dan negatif terhadap kondisi coastal zone & coastal ecosystems COASTAL ZONE: Dampak Reklamasi Pantai DAMPAK TERHADAP HIDROLOGI. Pola pasang-surut, pola aliran runoff DAMPAK KUALITAS AIR. Jumlah limbah buangan, dan efek pengenceran oleh air laut DAMPAK THD TAMBAK. Berkurangnya suplai air tawardari darat berdampak negatif terhadap produktivitas tambak-tambak tradisional DAMPAK THD BENTOS. Perubahan areal laut menjadi daratan mengakibatkan kematian aneka jenis bentos DAMPAK thd FITO-PLANKTON. Blooming fitoplankton dpt membahayakan kehidupan ikan dan udang DAMPAK THD DAERAH ASUHAN IKAN & UDANG. DEFINISI, KONSEP & PRINSIP-PRINSIP Coastal Management and Planning (CMP): Pengelolaan sumberdaya dan ekosistemnya melalui perencanaan untuk memaksimumkan manfaat di dalam batas daya dukung lingkungan guna keberlanjutan fungsi manfaat. COASTAL MANAGEMENT AND PLANNING Beberapa Pertimbangan: 1. Batas-batas coastal-zone tidak mudah ditetapkan secara konkrit 2. Coastal areas lazimnya sangat kompleks dan dinamis 3. Renewable coastal resources sangat terbatas jumlah dan distribusinya, sedangkan kebutuhan melebihi suplai a. Sustained utilization b. Capital investment c. Annual yield Lingkungan vs. Pembangunan Degradasi Sumberdaya Mempercepat eksploitasi SDA & lingkungan Memelihara kapasitas produksi sumberdaya Pengendalian dampak lingkungan Pembangunan jangka pendek tidak berwawasan lingkungan Aktivitas longtermbenefit Memperbaiki sustainabilitas Produksi barang/jasa berkelanjutan Peningkatan standar hidup Jumlah penduduk Sustainabilitas terancam Kemiskinan Penurunan produksi barang & jasa 1. Coastal zone bersifat sangat unik 2. Air merupakan integrator ekosistem 3. Pemanfaatan sumberdaya lahan dan air harus terpadu 4. Keberlanjutan menjadi tujuan utama 5. Multiple uses sumberdaya dapat pulih 6. Common property resources dijadikan fokus 7. Multiple-sector involvement secara terintegrasi 8. Keterlibatan pemerintah, masyarakat dan dunia suasta 9. CMP boundaries: issue based & adaptive. 10. Incremental implementation 11. Sinkronisasi SDA - Lingk. - Pembangunan 12. Environmental assessment 13. Special analysis evaluasi sosial & ekonomi. ZONING MODEL No Development P: Preservation High control C: Conservation Low control D: Development Intense Development Analisis Lingkungan (AL) dan Valuasi Ekonomi (VE) AL Kemampuan sistem lingkungan untuk mendukung berbagai tipe dan intensitas pembangunan Kemampuan sistem lingkungan untuk merespon berbagai alternatif pengelolaan VE Mengkonversi nilai-nilai produktivitas fisik menjadi nilainilai moneter Tahapan Analisis Lingkungan 1. Define the Coastal Zone 2. Pembagian Coastal Zone menjadi unit-unit lebih kecil 3. Identifikasi & Klasifikasi Aktivitas Pembangunan 4. Identifikasi Kondisi Ekosistem dan Peluang Pemanfaatannya 5. Identifikasi potensi Multiple-uses Proses Analisis dan Evaluasi dalam seleksi strategi pengelolaan Analisis Fungsi lingkungan yang akan di-valuasi Nilai fungsi lingkungan yang telah diidentifikasi Prinsip optimasi ekonomi untuk memilih strategi pengelolaan Mungkin ada fungsi lingkungan yang tidak dapat di-valuasi Identifikasi & analisis fungsi lingkungan yang muncul selama proses valuasi Apakah strategi ekonomi yg optimum memenuhi arahan sosial dan ekologis? tdk Analisis biaya ekonomi untuk memenuhi arahan dan menentukan strategi yang sesuai ya Implementasi strategi ekonomi yang optimum Implementasi strategi kompromi Problematik Valuasi Ekonomi 1. MARKET FLUCTUATIONS. Valuasi harus melibatkan current prices, recent average prices, High & low prices forecast. Valuasi harus mampu mencerminkan “uncertainty of the future” 2. PRIVATE vs. PUBLIC VALUE Nilai barang & jasa publik didekati dengan harga-harga yang berlaku dalam sistem private market. 3. THE TREATMENT OF TIME. Ekosistem : Steady state ….. Menghasilkan barang & jasa yg sama setiap tahun Transformasi ….. Ada masa tunggu, proses & produk baru TEKNIK VALUASI EKONOMI 1. Residual Return Method 2. The Travel Cost Approach 3. Substitute Cost Methode 4. Replacement Cost Method Economic Optimum Combination of Activities MAJOR COASTAL ECOSYSTEM 1. ISLANDS 2. MANGROVES 3. TAMBAK IKAN / UDANG 4. TIDAL FLATS & SEAGRASS BEDS 5. Estuaries & Delta 6. BEACHES 7. CORAL REEF: Management factors: Tidal range, Freshwater inflow, Sediment, Temperatur extremes, Pollutants, Nutrients, Breakages, Overharvesting. Hutan mangrove : Suatu persekutuan hidup alam hayati dan lingkungannya yang terdapatdi daerah pantai-laut kawasan tropika Kondisi pantai tidak terekspos angin kencang atau gelombang laut yang besar, Di sekitar teluk yang lautnya tenang &daratannya melandai ke laut, tergenang waktu pasang dan kering waktu surut Muara sungai, delta, terumbu karang, lagoon Bakau adalah salah satu nama kelompok jenis yg tergolong ke dalam hutan mangrove Faktor lingkungan tumbuh: Jarak perbedaan pasang-surut, Frekuensi dan lama genangan air laut, Dinamika pasang-surut, Aerasi tanah, dan Salinitas. JENIS MANGROVE 1. Famili Rhizophoraceae: Bakau (R.stylosa), Tanjang Lanang ( R. mucronata), Tanjang Wedok (R.apiculata), Lindur (B.gymnorrhiza) 2. Avicinniaceae: Api-api (A.marina), Api-api (A.alba & A.officinalis) 3. Sonneratiaceae: Susup (S.alba), Bogem (S.caseolaris) 4. Myrsinaceae: Kacangan (Aegiceras corniculatum) 5. Meliaceae: Jombok Gading (Xylocarpus granatum), Jombok (X.moluccensis) 6. Lainnya: Taruntun (L.racemosa), Nipah (Nypa fruticans), Lawang (Heritiera littoralis), Daruju (Acanthus ebracteatus) ZONASI HUTAN MANGROVE 1. ZONA PROKSIMAL (Terdekat dengan laut), LOW TIDE R. apiculata, R. mucronata, S.alba 2. ZONE TENGAH (middle zone), HIGH TIDE & EQUINOCTIAL TIDE S. alba, B. gymnorrhiza, A. marina, A. Officinalis, C. gatal 3. ZONE DISTAL (terjauh dari laut), STORM TIDE Heritiera littoralis, Pongamia pinnata, Pandanus spp., Hibiscus tiliaceus. PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN MANGROVE 1. Over-eksploitasi 2. Pembukaan lahan mangrove untuk pertambakan ikan, tambak garam, permukiman, pertanian, industri, dan tambang 3. Pencemaran limbah buangan domestik, pertanian, industri, dll. 4. Perambahan hutan untuk keperluan kayu bakar, kayu bangunan, keperluan rumah tangga lainnya 5. Pembelokan aliran sungai 6. Kebakaran hutan, gangguan hama dan penyakit hutan. ECOLOGICAL PREFERENCES MANGROVE 1. Tipe Tanah: Keras atau lembek, Perbandingan kandungan pasir & liat beragam 2. Salinitas: Variasi harian dan nilai rata-rata per tahun secara kasar sebanding dengan frekuensi, kedalaman dan jangka waktu genangan 3. Ketahanan jenis terhadap arus dan ombak laut 4. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhansemai dalam hubungannya dengan amplitudoelokogi jenis-jenis terhadap ketiga faktor di atas ECOLOGICAL PREFERENCES MANGROVE 1. Tipe Tanah: Keras atau lembek, Perbandingan kandungan pasir & liat beragam 2. Salinitas: Variasi harian dan nilai rata-rata per tahun secara kasar sebanding dengan frekuensi, kedalaman dan jangka waktu genangan 3. Ketahanan jenis terhadap arus dan ombak laut 4. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhansemai dalam hubungannya dengan amplitudoelokogi jenis-jenis terhadap ketiga faktor di atas Kondisi Lingkungan vs Mangrove Penurunan salinitas karena peningkatan air tawar Lumnitzera sp. meningkat Rhizophora sp. menurun Tanah berlumpur dalam Rhizophora mucronata Tanah berlumpur dangkal Rhizophora apiculata Tanah berpasir atau berfragmen koral Rhizophora stylosa Tanah dengan 90% pasir Asosiasi R. mucronata & R. stylosa Tanah pasir koral salinitas rendah (71% pasir) Asosiasi Scyphiphora hydriphyllacea & L. racemosa Tanah dengan jerapan kation Na>Mg>Ca atau K Sonneratia, Avicennia, Bruguieradan Rhizophora LIMA KELAS GENANGAN KELAS 1 Tempat digenangi oleh setiap air pasang, genangan setiap bulan 56-62 kali, di tempat ini tumbuh R. mucronata di tepian sungai KELAS 2 Tempat digenangi oleh air pasang agak besar, di tempat ini ditumbuhi Avicennia dan Sonneratia, berbatasan dg sungai tumbuh R. mucronata Tempat digenangi oleh air pasang rata-rata, tempat ini mencsakup sebagian besar hutan mangrove yg ditumbuhi R. mucronata , R. apiculata, Ceriops tagal dan B. marviflora Tempat digenangi oleh pasang perbani (spring tides). Rhizophora digantikan oleh Bruguiera. Pada lumpur yang keras B.cylindrica membentuk tegakan murni dan di tempat yg drainasenya lebih baik tumbuh B. parviflora kadangkala dengan B.sexangula Tempat kadangkala digenangi oleh pasang tertinggi. B.gymnorrhiza berkembang dengan baik, seringkali bersama dengan pakis dan P. apiculata. Ke arah daratan sering ditumbuhi tegakan Oncosperma filamentosa. KELAS 3 KELAS 4 KELAS 5 ENAM KELAS SALINITAS KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6 Salinitas 10-30 o/oo, tanah digenangi 1-2 kali sehari atau sekurangnya 20 hari setiap bulan, jenis Avicennia atau Sonneratia pada tanah baru yg lunak atau Rhizophora pada tanah yg lebih keras, membentuk zona luar. Salinitas 10-30 o/oo , tanah digenangi 10-19 hari setiap bulan, jenis B. gymnorrhiza tumbuh baik dan tegakan membentuk zona tengah. Salinitas 10-30 o/oo , tanah digenangi 9 hari atau kurang setiap bulan, jenis Xylocarpus dan Heritiera tumbuh baik dan tegakan membentuk zona ke tiga. Salinitas 10-30 o/oo, tanah digenangi hanya beberapa hari saja dalam setahun, jenis Bruguiera, Scyphiphora dan Lummnitzera tumbuh baik dan tegakan membentuk zona dalam. Salinitas 0 o/oo, tanah sedikit dipengaruhi pasang Salinitas 0 o/oo, tanah dipengaruhi perubahan permukaan air hanya pada musim basah. TAPAK TEMPAT TUMBUH 1. Rhizophora Jenis ini menyukai lapangan yang berlumpur, tetapi dapat juga ditanam di tanah berpasir, asal sekurang-kurangnya sepertiga panjang lapangan terbuka pada waktu air surut. 2. Bruguiera, Ceriops. Jenis ini biasanya berlokasi di sisi ke arah darat dari mangrove, dapat juga ditanam di lapangan yang menghadap ke laut, asal saja ada sedikit vegetasi yg dapat melindungi anak semai muda dari arus pasang/surut dan angin kencang. Ceriops baik digunakan untuk pengkayaan, karena sewaktu muda tahan naungan 3. Dungun, Merbau, Xylocarpus. Tumbuh baik di bagian daratan dari hutan mangrove. Dungun dan Merbau tumbuh baik di tanah yang agak tinggi, sedangkan Xylocarpus biasanya di pinggir badan perairan . TEKNIK PENANAMAN Rhizophoraceae. Jenis-jenis ini mudah ditanam, asalkan setengah hipokotilnya terekspose radiasi matahari waktu air surut. Jarak tanamnya 30-50 cm Bruguiera, Ceriops. Dapat ditanam seperti Rhizophora. Hipokotilnya lebih pendek dan penyebarannya pada air dangkal. Jarak tanamnya lebih rapat, dan anak semai bumbung lebih baik Sonneratia. Benihnya sulit dikecambahkan. Lazimnya digunakan anak semai bumbungan , atau kongkoa yang dibumbungkan. Kelompok Api-api. Dapatditanam dengan benih atau kongkoa. Jarak tanamnya rapat 4 x 4 m, untuk produksi kayu bakar. Dungun,Merbau, X. granatum. Anak semai umur 3-4 bulan sudah dapat ditanam dengan jarak 3 x 3 meter. Nipa. Benihnya dapat ditanam langsung atau menggunakan kongkoa (anakan) . Anak semai berbumbung mempunyai daya hidup hingga 90%. MANGROVE 1. BATASAN. Ekosistem hutan toleran garam pada area inter-tidal, Complex & fragile 2. FUNGSI Sumber energy & food, Wildlife, Protecting coastal lines, Erosion control, Wastewater cleanup, Natural barrier. 3. USES Wood products, Fuels, Construction, Wild fry; Food, drugs, beverages 4. MANAGEMENT FACTORS Freshwater discharge, Tidal range, Pollution, Over-Harvesting 5. MANAGEMENT MEASURES. Control shrimp pond, Pembatasan pemanenan kayu Memelihara topografi, karakteristik substrat dan saluran air Memelihara pola alami fluktuasi salinitas perairan Memelihara pola alami tidal & runoff Keseimbangan akresi, erosi dan sedimentasi Lokasi Barang dan Jasa On-site Off-site Marketed Valuasi ekonomi Barang & Jasa Nonmarketed . 1 Usually included in an economic analysis (poles, charcoal, wood, mangrove crabs, dll) 3 Seldom included (Obat, kayu bakar, nursery areas, feeding ground, keindahan alam, sumber informasi sains) 2 May be included (ikan tangkapan di perairan sekitarnya) 4 Usually ignored (nutrients, buffer to storm damages) ESTUARIA & DELTA 1. BATASAN. Estuari merupakan muara sungai tempat pertemuan antara aliran sungai dan air laut. Tertimbunnya sedimen sungai di mulut sungai membentuk delta. Delta ini sangat produktif dan tanahnya subur. Perikanan di estuari lazimnya over fishing 2. FUNGSI Spawning, nursery dan feeding grounds, Mangrove, marsh & seagrass beds Transport nutrient dan plankton Pengenceran polutan dari aliran sungai , Kontrol salinitas Pengangkutan sedimen membentuk mudflats Barier thd angin dan gelombang 3. MANAGEMENT FACTORS Freshwater discharge: Air tawar sungai mengencerkan salinitas, membawa nutrient dan sedimen Tidal range: Air laut pasang penting bagi siklus hidup young-fry, air surut berarti sedimen substrat terkena radiasi matahari, algae benthos dapat tumbuh Waste disposal control: Berbagai limbah dari aktivitas di daratan dapat merusak ekosistem, menurunkan daya dukung biologisnya, ikan-ikan akan lari, atau tidak produktif. ESTUARIA & DELTA 4. USES. Human sttlements, Fishing grounds, Mariculture, Rute transportasi, Tempat industri & dermaga, Wisata bahari, Produksi pertanian, Produksi garam, dll 5. PELUANG PEMANFAATAN Industrri dengan dermaganya Fishing grounds dengan mariculture Wisata bahari dengan fishing ground & mariculture Tambak garam dengan mariculture 6. MANAGEMENT MEASURES Pengendalian limbah buangan transportasi dan limbah dari aktivitas di daratan Menghindarkan lokasi industri kimia yang limbahnya toksik Menghidari blokade sirkulasi air BEACHES 1. BATASAN. Beach lazimnya tersusun atas material sedimen unconsolidated yang terangkut ke pantai dan mempunyai bentuk khas, dibatasi oleh garis surut terendah dan pasang tertinggi air laut. Landform tidak stabil, bersifat dinamis akibat erosi dan akresi. Keseimbangan antara deposisi dan erosi akan menentukan bentuk dan tipe beaches. 2. FUNGSI Border dari garis pantai Habitat bagi tumbuhan dan satwa Sumber energi bagi berbagai jenis organisme, termasuk burung pantai dan jenis-jenis ikan pantai 3. MANAGEMENT FACTORS Kemiringan permukaan : Flat hingga moderately sloping Sumber sedimen unconsolidated Gaya-gaya pasang surut dan gelombang air laut Wave climate (frekuensi, amplitudo, panjang gelombang, jarak antara dua gelombang yg berurutan BEACHES 4. USES. Pasir pantai untuk bahan bangunan Sumber Mineral / bahan tambang Wisata pantai, dermaga Habitat bagi anega flora dan fauna 5. PELUANG PEMANFAATAN Wisata dan permukiman Spawning ground dll. 6. MANAGEMENT MEASURES Penambangan pasir pantai secara terkendali Normal beach cycle return the sand Memelihara tanggul-tanggul alamiah Site specific studies ISLANDS 1. Umum Island terbentuk oleh proses geologis, yaitu perubahan permukaan laut atau erupsi vulkanik. Biasanya untuk pulau-pulau kecil, seluruh area pulau dapat dianggap sebagai coastal zone dan coastal resources. Tiga ciri penting ekosistem pulau: (1) derajat isolasi geografis, (2) Ukuran luasan, (3) umurnya. Ketiga ciri ini akan menentukan jenis spesies pulau, populasinya, dan komunitas klimaks. Pulau kecil ini biasanya rentan thd bencana alam seperti badai, gelombang, gempa, dll. 2. Fungsi & Penggunaan Nesting areas, Gathering places for fish, Wisata alam, Cagar alam, Kawasan lindung. 3. Sustainable use opportunities Cagar alam, Kawasan Lindung, Taman Nasional Obyek wisata alam & Taman nasional. Coral reef 1. BATASAN. Ekosistem yang sangat kompleks dan produktif, di perairan pantai tropis yg dangkal, pulau-pulau kecil, dimana airnya kaya oksigen, cleat& Warm, bebas sedimen tersuspensi. Populasi binatang karang, algae, rumah karang( kalsium karbonat) , dan aneka jenis ikan karang 2. FUNGSI Menyediakan habitat bagi aneka organisme untuk breeding, spawning, nursery, feeding, foraging, dan preying. Filter air, Barrier dan perlindungan Menghasilkan pasir putih pantai 3. MANAGEMENT FACTORS Tidal range: Surut beberapa jam mengakibatkan sebagian karang terkena udara dan panas radiasi matahari, sehingga akan merusak beberapa sensitive corals Suplai air tawar yang cukup menurunkan salinitas Waterborne sedimen dapat mengganggu mekanisme filtering dari organisme karang Polutan dapat membahayakan organisme karang Kerusakan-kerusakan fisik akibat badai, transportasi, ledakan dalam praktek penangkapan Nutrient yang berlebihan merangsang pertumbuhan algae yg dpt menutupi organisme karang Overharvesting CORAL REEF 4. USES. Extractive uses: Sumber bahan pangan, Bahan mineral, Pemanenan karang, Aneka ikan hias Non-extractive uses: Nilai-nilai wisata alam, Barier & Perlindungan, IPTEK 5. KONFLIK PENGGUNAAN Penambangan karang akan mereduksi daya dukungnya Erosi dan pembuangan limbah dari aktivitas di daratan Destructive fishing Over-exploitation Collection of exotic species for sale 6. MANAGEMENT MEASURES Promote & control tourisms Avoid alteration of the natural salinity Avoid alteration of the natural water temperature Set maximum limits on the annual harvesting of reef materials Stop the use of explosives and poisons to harvest reef fish Avoid introduction of pollutants & excessive nutrients into the reef environment SISTEM TAMBAK 1. Sumberdaya air (tawar dan laut) yang cukup dan berkualitas 2. Kapabilitas dan kualitas lahan yang mendukung 3. Disain, tata-letak dan konstruksi tambak yang tepat 4. Sarana dan prasarana produksi, Sumberdaya / input produksi 5. Tenaga kerja yang terampil, jujur dan tekun, serta …….. AIR FISIK KIMIAWI D.O. SUHU pH SALINITAS AMMONIA KECERAHAN NITRIT WARNA HIDROGEN SULFIDA MUTU AIR TAMBAK UDANG Salinitas (o/oo), Bulan I Bulan II Bulan III-IV Suhu, oC 30 – 20 20 – 15 15 - 10 26- 32 25 – 20 20 – 15 15 29- 80 Daya cerah, cm 25 - 60 30 - 40 7.5 – 8.7 8.0 – 8.5 Oksigen terlarut, ppm 3- 10 4-7 N-NO2- , ppm 0.25 0.0 N-NH4+ , ppm 1.0 0.0 Fe++ , ppm 0.03 0.01 H2S, ppm 0.001 0.0 Parameter Kisaran Optimum pH WARNA AIR TAMBAK UDANG - PLANKTON Coklat Muda Diatomae 35 Baik, Dipertahankan Coklat Tua Zoo plankton <25 Tidak baik, Air diganti Coklat Kemerahan Coklat Kehijauan Coklat kehitaman: Jernih Hijau daun muda Hijau Tua Fito flagelata 25 Diatomae Fito flagellata Asam organik 25 60-80 Bahaya, Air dibuang & diganti Kurang baik, air perlu diencerkan Tidak baik, Perlu dikapur Chlorophyta 35 Baik, dipertahankan -“- < 25 Kurang baik, air perlu diencerkan Tidak baik, air banyak diencerkan Tidak baik, air dibuang, diganti Keterangan Hijau Fito-flagelata Kekuningan Hijau tua Chlorophyceae Kebiruan Warna air Jenis Plankton 25 <20 Daya cerah KISARAN DO DALAM AIR NORMAL: 7.1 - 14.6 ppm Kurva fungsional DO Indeks Kualitas 1.0 0.8 Sampah 0.6 9 ppm : jenuh 0.4 0.2 0.0 2 4 6 8 KUALITAS AIR: BOD Kurva fungsional BOD Indeks Kualitas 1.0 Sampah 0.8 0.6 waduk 0.4 Sungai 0.2 0.0 10 20 30 40 50 ppm BOD 60 70 SIKLUS P DALAM PERAIRAN Jaringan tanaman Jaringan binatang DIP P-anorganik larut Batuan fosfat SEDIMEN SAMPAH POP & DOP particulate & dissolved Jaringan Bakteri KUALITAS AIR: FOSFAT- ANORGANIK Kurva fungsional Kadar P-anorganik Indeks Kualitas 1.0 sampah 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.02 0.04 0.06 0.08 ppm P 0.10 KUALITAS AIR: TURBIDITAS Kurva fungsional TURBIDITAS Indeks Kualitas 1.0 0.8 0.6 sampah 0.4 0.2 0.0 20 40 60 80 100 Satuan Turbiditas Jackson 120 140 KUALITAS AIR: COLIFORM Kurva fungsional Coliform Indeks Kualitas 1.0 0.8 sampah 0.6 0.4 0.2 0.0 101 102 MPN/100 ml 103 104 105 106 MANAGEMENT GUIDELINES 1. Apakah perencanaan pembangunan juga mempertimbangkan dampaknya terhadap renewable-resources dan menyediakan sarana perlindungannya? 2. Apakah aktivitas pembangunan di daerah atasannya memperhatikan dampaknya terhadap coastal areas? 3. Apakah cukp perhatian diberikan kepada zone transisi land-sea, seagrass beds, nursery areas, etc.? 4. Sudahkan dilakukan tindakan yang memadai untuk menghindari masuknya polutan dan nutrient yg berlebihan ke dalam coastal ecosystems? 5. Adakah perhatian yang memadai untuk hal-hal berikut: Salinitas dan temperatur air- ambient Pola alamiah pasang-surut dan inflow air tawar Kejernihan perairan pantai MANAGEMENT GUIDELINES: PERTANIAN 1. Umum Coastal areas dapat untuk kegiatan pertanian lowlands dan uplands Aneka kultivar padi agak toleran salinitas Pertanian lahan kering: Buah-buahan, sayuran, tanaman industri/perkebunan. 2. Problematik Ancaman banjir/genangan dan intrusi garam Tanah mengandung logam-logam toksik bagi tanaman pertanian Gangguan hama dan penyakit Perubahan regime salinitas yg dapat membahayakan ekosistem yg sensitif Dampak bahan agrokimia thd coastal ecosystems 3. Arahan Pengelolaan Kultivaryang toleran salinitas tinggi Sarana pengendalian air dan drainage: Flood control, Salt intrusion control, Water table control, Waterpollution control Hindari reklamasi “important” coastal ecosystem menjadi lahan pertanian Minimize the alteration of natural drainage patterns Good management of irrigation systems Nonpersistent biocides MANAGEMENT GUIDELINES: Sand mining 1. Umum Pasir Kuarsa dan bahan mineral lainnya Metode penambangan biasanya tiga tahap: (1) Excavation of mineral sand (dry mining), (2) Separasi bahan mineral dari pasir kuarsa, (3) Pengangkutan bahan mineral dan pasir. 2. Problematik Pembuangan sedimen ke laut Erosi beaches Hilangnya nilai-nilai estetika ekosistem alami Dampak terhadap ekosistem terumbu karang 3. Arahan Pengelolaan Reduksi dampak aktivitas penambangan thd coastal ecosystems Area penambangan terbatas, lokasi yang jauh dari the living coral fringes MANAGEMENT GUIDELINES: Mangrove Forestry 1. Umum Hasil-hasil ekologis dari ekosistem mangrove biasanya under-valued, sehingga sering dikonversi menjadi sistem yang lebih ekonomis Lokasi tumbuh: Seashores, Estuaries, Lagoons, Tidal areas Rhizophora, Avicennia & Bruquiera 2. Problematik Over-exploitation: traditional uses Conversion: Aquaculture, Fish pond, and Residential development 3. Arahan Pengelolaan Harus dikelola sebagai renewable resources Harus dianggap sebagai bagian integral dari coastal zones Aktivitas konversi harus dikendalikan Proses-proses kritis: Suplai air tawar dan air asin, suplai nutrient, stabilitas substrat MANAGEMENT GUIDELINES: Urban Development 1. Umum Gangguan thd ekosistem diakibatkan oleh: (1) tingginya intensitas pembangunan, (2) Terlalu dekatnya masyarakat dengan air, (3) Alterasi garis pantai, (4) kepekaan ekologis dari coastal ecosystems 2. Problematik Nutrients dalam limbah buangan menstimulir pertumbuhan jasad akuatik secara tidak berimbang Limbah domestik mengandung patogen yg dpt mengkontaminasi shellfish Konversi lahan mangrove menjadi lahan / kawasan terbangun Bangunan sipil terlalu dekat dengan garis pantai dapat mendorong erosi dan menghalangi akses publik 3. Arahan Pengelolaan Permukiman jauh dari area mangrove Pengolahan limbah domestik sebelum dibuang ke laut Mempertahankan foredunes alamiah Setback line untuk coastal structures Mengenali karakyteristik dan perilaku ekosistem alamiah MANAGEMENT GUIDELINES: Industrial Siting 1. Umum Coastal zone dianggap lokasi ideal untuk lokasi industri karena kemudahan akses thd sistem transportasi laut dan daratan Banyak industri berlokasi di sekitar dermaga, coastal zones Biasanya aktivitas industri memerlukan banyak air untuk cooling, washing dan diluting processes. 2. Problematik Air limbah buangan industri biasanya mengandung bahan toksik, air panas, yang membahayakan kehidupan berbagai jenis jasad akuatik 3. Arahan Pengelolaan Analisis ekonomis dan ekologis diperlukan untuk industrial siting Site plan harus dilengkapi dengan buffers , dan tidak mengandung sensitive habitat Natural pattern dari surface-water flow & tidal inundation dipertahankan Fasilitas pengolahan limbah, termausk limbah air panas MANAGEMENT GUIDELINES: Salt Manufacture 1. Umum Lokasi tambak garam di dekat garis pantai shg mudah memperoleh air laut Ekstraksi garam: (1) Settling, (2) Precipitation, (3) Crystallization. 2. Problematik Irreversible conversion of coastal habitat, mangrove menjadi tambak garam 3. Arahan Pengelolaan Minimize negative impacts on coastal ecosystems Proper siting & efficient production techniques, Multiple uses of tambak garam Rehabilitasi pasca penggunaan tambak garam. MANAGEMENT GUIDELINES: Tourism 1. Umum Wisata bahari semakin penting sumbangannya bagi pembangunan daerah Aneka obyek alami di coastal zone mempunyai daya tarik yang unik 2. Problematik Pencemaran perairan akibat pembuangan limbah melalui aliran sungai atau langsung ke perairan pantai Pembangunan aneka fasilitas fisik: Mengganggu pandangan bebas alamiah Merusak keindahan alamiah, Limbah buangan Gangguan terhadap terumbu karang 3. Arahan Pengelolaan Zoning plans harus memperhatikan kondisi geografis alamiah & kondisi sosial-ekonomi Site clearing dilakukan secara hati-hati dan terkendali Fasilitas akomodasi harus terkonsentrasi pada jarak ideal dari beach Fasilitas pengelolaan limbah dan sampah KUALITAS AIR: ODOR & FLOATING MATERIAL Kurva fungsional Indeks Kualitas 1.0 0.8 0.6 Lacking odor Noticeable 0.4 0.2 Disagreeable 0.0 None Light Moderate Floating material Heavy KUALITAS ESTETIKA AIR: Water appearance Kurva fungsional Indeks Kualitas 1.0 Clear 0.8 0.6 Moderate turbid 0.4 0.2 Turbid 0.0 Static Slow Moderate Flow characteristics Whitewater MANAGEMENT GUIDELINES: Ports & Harbors 1. Umum Port & shipping: Communication & cargo transportation Fishing port, TPI, dll. Pelabuhan ekspor-impor 2. Problematik Pembangunan fasilitas fisik berdampak negatif thd coastal ecosystems Operasional bisnis juga menghasilkan limbah Aktivitas dan lalulintas pengapalan menghasilkan aneka jenis sampah dan limbah 3. Arahan Pengelolaan Operasi/aktivitas Port tidak boleh membuang limbah langsung ke perairan pantai Limbah buangan “minyak” tidak dibuang langsung ke laut Tataruang pelabuhan dengan fasilitas penunjangnya harus menghindari critical coastal resources minimize the rise of water pollution. MANAGEMENT GUIDELINES: Coastal Aquaculture 1. Umum Mariculture menghasilkan udang dan ikan berkualitas ekspor Operasi tambak intensif mengakibatkan degradasi dan limbah buangan 2. Problematik Konversi wetlands Poor flushing tambak Benih alami untuk penebaran di tambak Barrier alamiah dari mangrove menjadi rusak Predasi & pengendaliannya 3. Arahan Pengelolaan Lokasi tambak harus dapat menjamin keberlanjutan sistem produksi Kalau sudah akan ditinggalkan, semua bangunan fisik harus dibongkar Perlindungan habitat alami di sekitar lokasi pertambakan Konversi ekosistem mangrove seyogyanya seminimum mungkin MANAGEMENT GUIDELINES: Capture Fisheries 1. Umum CF : menangkap populasi alami marine, shellfish & freshwater fishes Ancaman over-fishing mengiringi kemajuan teknologi penangkapan. 2. Problematik Over-exploitation & Pencemaran lingkungan perairan Hasil perikanan tangkap sangat tergantung pada kualitas perairan estuarine & coastal zones. Beberapa penyebab degradasi lingkungan: logging, pertanian, limbah domestik, limbah industri, coastal mining, urbanisasi, konversi wetlands, dll. Faktor kritisnya: perubahan salinitas dan temperatur perairan, terutama di lokasi spawning, nursery, & foraging. 3. Arahan Pengelolaan Hindari perubahan salinitas dan temperatur air-ambient di luarbatas optimalnya Hindari perubahan kejernihan air di lokasi kritis untuk perikanan Hindari masuknya polutan dan nutrients secara berlebihan ke dalam perairan Hindari perubahan pola dan siklus tidal alamiah, serta runoff air tawar TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR Wassalam