Bab III KESIMPULAN DAN SARAN Analisis terhadap novel La Condition Humaine sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab pembahasan, menghasilkan kesimpulan yang akan dijelaskan pada bab ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan pemahaman mengenai mythomania dari penelitian-penelitian para ahli psikologi untuk mengetahui aspek-aspek seperti gejala dan penyebab gejala kecenderungan mythomaniac pada tokoh Baron de Clappiuqe. Selain itu digunakan pula teori kepribadian Jung dan konsep rasa bersalah untuk mengungkap akibat kecenderungan tersebut. Berikut adalah kesimpulan yang dihasilkan dari analisis pada bab pembahasan. Dari analisis mengenai penyebab gejala mythomania dapat diketahui faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya mythomania pada tokoh Baron de Clappique. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi penyebab eksternal dan internal. Penyebab internal adalah faktor-faktor terjadinya kecenderungan mythomania yang berasal dari respon negatif Clappique terhadap masa lalunya. Kategori tersebut meliputi, kegagalan beruntun yang dialami oleh Clappique di masa lalu dan ketidakpuasannya terhadap kehidupan yang pernah dialaminya. Penyebab eksternal adalah aspek-aspek penyebab mythomania yang berasal dari luar diri Clappique 70 yaitu lingkungan di sekitar tokoh tersebut. Faktor eksternal mythomania pada Clappique yaitu berupa tekanan dalam bentuk perilaku tidak menyenangkan dari lingkungan serta gejolak dan perubahan kondisi sosial di sekitarnya. Keempat penyebab yang tergolong dalam dua kategori tersbut menyebabkan terjadinya berbagai perilaku menyimpang yang merupakan bagian dari gejala mythomania. Dari hasil analisis mengenai gejala mythomania yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ernest Dupré (1925) dan Myslobodski (1997) diketahui bahwa terdapat lima gejala pada Clappqiue. Gejala yang dimiliki oleh Clappique tersebut adalah: a) Kegemaran membuat ide-ide fantasi. Perilaku tersebut ia tujukan pada orang lain maupun dirinya sendiri berupa fantasi-fantasi yang tidak mungkin diwujudkan olehnya. Faktor tersebut disebabkan oleh kegagalannya di masa lalu yang memicu tokoh Clappique untuk menenangkan diri dari berbagai macam kegagalannya dahulu. b) Kegemaran mempermainkan fakta dengan melebih-lebihkan, memutarbalikkan, atau menguranginya agar ia dapat mengambil keuntungan dari perilaku tersebut. Tekanan dari lingkungan dan berbagai kegagalannya di masa lalu merupakan faktor timbulnya penyebab gejala tersebut pada tokoh Clapppique. c) Kegemaran berperan sebagai tokoh rekaan. Faktor utama penyebab gejala tersebut ialah ketidakpuasan terhadap kehidupan disertai dengan perubahan kondisi sosial yang memuluskan terjadinya perilaku menyimpang tersebut pada Clappique. d) Kegemaran menuturkan cerita atau dongeng. Gejala tersebut timbul akibat ia merasa bahwa kehidupannya cenderung bertolak belakang 71 dengan keinginannya sehingga ia berusaha menyembunyikan kondisi dirinya yang sebenarnya dengan menuturkan cerita-cerita menarik agar dapat dilihat dan diakui sebagai pribadi yang hebat oleh orang lain. e) Tidak mampu mengatur skala prioritas. Gejala tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi Clappique yang terus menerus mengalami kegagalan hidup sehingga membuatnya tidak nyaman untuk melakukan kewajiban yang seharusnya ia lakukan. Perilakunya tersebut membuat Clappique cenderung menutupi masalah dan hal–hal yang membuatnya merasa terganggu dengan melakukan tindakan yang bertolak belakang dari prioritasnya. Dari hasil analisis diketahui pula akibat-akibat mythomania yang dialami oleh tokoh Baron de Clappique. Analisis dengan menggunakan teori kepribadian Jung menunjukkan bahwa gejala-gejala mythomania membuat Clappique tampak seakanakan memiliki kepribadian yang ekstrovert. Ia sebenarnya banyak menyimpan perasaan negatif dari masa lalunya namun dapat tampil sebagai pribadi yang menyenangkan dan pandai bergaul. Kepribadian tersebut mampu dimanfaatkan Clappique dengan mengambil keuntungan dari orang di sekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan antara dirinya dengan Ferral yang terpesona dengan pembawaan Clappique. Akibat kecenderungan mythomaniac-nya pula, pandangan tokoh-tokoh lain terhadap dirinya pun berbeda-beda. Gisors menganggap Clappique sebagai tokoh yang penuh dengan penderitaan sehingga ia dapat memaklumi segala perilaku menyimpang yang ia lakukan. Pandangan tersebut berbeda dengan Kyo yang memanfaatkan kepribadian Clappique untuk melaksanakan misinya sebagai 72 pimpinan komunis militan. Berbeda pula dengan pandangan Konig yang terlihat tidak terpengaruh oleh kecenderungan mythomaniac Clappique. Selain itu mythomania pada Clappique juga menimbulkan rasa bersalah kepada Gisors. Hal tersebut dikarenakan salah satu gejala mythomania-nya membuat Clappique melupakan keselamatan Kyo dan lebih memilih untuk bermain judi untuk kesenangannya sendiri. Rasa bersalahnya tersebut merupakan cerminan dari tekanan karena ia telah menentang nilai moral yaitu dengan bermain-main terhadap kehidupan seseorang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan mythomaniac pada tokoh Baron de Clappique dalam novel La Condition Humaine merupakan cara bagi dirinya untuk menghadapi penderitaan hidup yang dialaminya. Mythomania tersebut merupakan alat perjuangan bagi Clappique sebagai manusia yang ditakdirkan untuk menderita. Hal tersebutlah yang ingin disampaikan oleh André Malraux sebagai pengarang yang ingin mengungkapkan ide kondisi manusia (La Condition Humaine) yang salah satunya tergambar pada tokoh Baron de Clappique. Ide Malraux bahwa setiap manusia pasti menderita dan di dalam penderitaannya manusia pasti mencari cara untuk menghapusnya terwujud pada tokoh Clappique dan mythomania-nya. Dilihat dari berbagai gejala yang terdapat pada dirinya dapat diketahui bahwa jenis mythomania pada Clappique merupakan mythomania yang tidak berbahaya. Mythomania tersebut bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman yang palsu bagi Clapppique sekaligus menutupi 73 segala kegagalan dan penyesalan yang telah ia lakukan di masa lalu. Akibat ketidakmampuan Baron de Clappique untuk menunjukkan jati dirinya ia selalu menggunakan berbagai perilaku menyimpang sebagai tabir antara dirinya dan dunia luar. Dalam La Condition Humaine terdapat beberapa sisi menarik lain yang tidak memungkinkan untuk diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian terhadap novel La Condition Humaine yang selanjutnya, diharapkan sisi-sisi menarik tersebut dapat digali lebih mendalam dengan menggunakan teori yang tepat. 74