Uploaded by User101196

AKS Kelompok 11-AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

advertisement
AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG
MURABAHAH BERMASALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Syari’ah
Dosen Pengampu : Adelina Citradewi, M.Ak.
Disusun Oleh :
Kelompok 11-AKSYA 5C
Futuhunnikmah
(1820610094)
Moh Nilzam Nurul A.
(1820610110)
Eva Lailatul Qomariyah
(1820610113)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pembiayaan yang dilakukan dalam suatu kontrak
murabahah yang harus dilunasi pada jangka waktu tertentu (angsuran) tidak
jauh berbeda dengan suatu pembiayaan yang didasarkan pada suku bunga tetap
pada perbankan konvensional. Dalam kedua kontrak tersebut, pembiayaan
adalah tetap dianggap sebagai utang, baik biaya pembiayaan yang ada dianggap
atau disebut sebagai bunga atau laba serta jangka waktu pembayarannya pun
ditetapkan. Perbedaan yang paling jelas adalah hanya terletak pada kondisi
ketika seorang debitur gagal melunasi hutangnya sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan.
Di perbankan konvensional, pinjaman yang diberikan melalui sistem
bunga pada umumnya akan menimbulkan sanksi bunga tambahan jika pinjaman
tidak dilunasi pada saat jatuh tempo, baik si debitur mampu membayar atau
tidak. Sementara itu di perbankan Islam tidak demikian adanya, tergantung pada
kondisi ketidakmampuan debitur dalam membayar pinjamannya tersebut. Jika
seorang debitur tidak mampu melunasi hutangnya, maka pihak perbankan harus
memberi kelonggaran (toleransi) untuk melunasinya sesuai dengan perintah AlQur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 280.
Penundaan semacam dalam inti konsepnya harus diberikan tanpa
melalui penambahan beban atau semacamnya seperti adanya denda sebagainya
atas waktu yang diberikan untuk pembayaran tersebut. Hanya saja dalam
praktek yang terjadi, sebagian besar bank-bank Islam dengan dukungan Dewan
Syariah mereka telah mempersempit penafsiran perintah kandungan ayat
tersebut. Menurut mereka, penerapan perintah tersebut secara umum dapat
memberikan celah kepada para debitur untuk sengaja lalai untuk melunasi
hutangnya, padahal mereka mampu untuk melunasinya. Untuk itu, dalam
rangka mengantisipasinya mereka kemudian mengadopsi konsep denda bagi
1
debitur yang tidak dapat melunasi hutangnya tepat waktu, khususnya untuk
mereka yang mampu melunasinya.
Untuk mengganti kerugian yang diderita bank akibat tidak terbayarnya
hutang tepat pada waktunya. Namun, jika dilihat dari kegunaan yang ada dari
konsep denda yang diberlakukan ini, pada dasarnya adalah sama dengan tujuantujuan praktis dari penerapan sistem bunga di bank-bank konvensional, ketika
hutang tidak dilunasi tepat waktu (sebagai kompensasi atas hilangnya tingkat
laba normal atau opportunity cost dari modal yang diinvestasikan). Itu semua
adalah tidak lain untuk menjamin dana-dana yang diberikan kepada para
nasabahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik penyelesaian utang piutang murabahah bermasalah?
2. Apa konsep pembiayaan murabahah bermasalah?
3. Bagaimana pengakuan dan pengukuran akuntansi kreditur?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan PSAK?
5. Bagaimana harga jual dan keuntungan pada piutang murabahah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik penyelesaian utang piutang murabahah
bermasalah
2. Untuk mengetahui konsep pembiayaan murabahah bermasalah
3. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi kreditur
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan
PSAK
5. Untuk mengetahui harga jual dan keuntungan pada piutang murabahah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah
Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari kredituran suatu
asset dalam pasar yang aktif. Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya
perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan/amortisasi dan
akumulasi rugi penurunan nilai. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat
digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau penyelesaian kewajiban antara
pihak yang paham dan berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar.1
1. Penyelesaian
piutang
murabahah
melalui
restrukturisasi
piutang
murabahah dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan
kemampuan dalam membayar angsuran atau tagihan murabahah.
2. Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang
bermaslah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat
dilakukan dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut:
a) Memberi potongan tagihan murabahah
b) Melakukan penjadualan kembali tagihan murabahah
c) Melakukan konversi akad murabahah
3. Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang
mengalami penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen
sehingga debitur hanya mampu membayar lebih kecil daripada utang
murabahah-nya.
4. Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap
debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga
tidak mampu membayar angsuran sesuai jumlah dan waktu dalam akad
murabahah. Namun, debitur tersebut masih mampu membayar sisa seluruh
utangnya jika dilakukan penjadualan kembali.
1
Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK
Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 118.
3
5. Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap
debitur yang mengalami penurunan kemmapuan pembayaran atas angsuran
murabahah-nya, namun debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad
murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan
membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik,
mudharabah atau musyarakah.
6. Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan murabahah
dapat diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan
lainnya sesuai prinsip syariah.2
B. Pembiayaan Murabahah Bermasalah
•
Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan
oleh Lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah yang dalam pelaksanaan
pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan
yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang dijaanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran.
Sehingga hal-hal tersebut memberikan dampak negative bagi kedua belah pihak
(debitur dan kreditur). Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari
resiko dalam suatu pelaksaan pembiayaan. Menurut Adiwarman A. Karim,
resiko pembiayaan merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam Bank Syariah, resiko
2
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi
Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 2-3.
4
pembiayaan mencakup resiko terkait produk dan resiko terkait dengan
pembiayaan korporasi.3
•
Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Ada beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah:
1. Faktor Intern
a) Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah
b) Kurang dilakuakn evaluasi keuangan nasabah
c) Kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan
sidestreaming)
d) Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha
nasabah
e) Proyeksi penjualan terlalu optimis
f) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan
kurang memperhitungkan aspek competitor
g) Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable
h) Lemahnya supervisi dan monitoring
Terjadi erosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah
dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian
pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat.
2. Faktor Ekstern
a) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan
informasi dan laporan tentang kegiatannya)
b) Melakukan sidestreaming penggunaan data
c) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah
dalam persaingan usaha
d) Usaha yang dijalankan relatif baru
e) Bidang usaha nasabah telah jenuh
3
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010) hlm. 260.
5
f) Tidak mampu menanggulangi masalah atau kurang menguasai
bisnis
g) Meninggalnya key person
h) Perselisihan sesame direksi
i) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor
ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi
perusahaan yang berkaitan denagn industri tersebut.4
•
Kualitas Pembiayaan Bermasalah
Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu:
1. Lancar
2. Dalam Perhatian Khusus
3. Kurang Lancar
4. Diragukan, dan
5. Macet
Yang dikategorikan pembiayaan bermasalah adalah kualitas
pembiayaan yang mulai masuk golongan dalam perhatian khusus sampai
golongan macet. Bank Syariah wajib untuk menggolongkan kualitas aktiva
produktif sesuai dengan kriterianya dan dinilai secara bulanan, sehingga jika
Bank Syariah tidak melakukannya maka akan dieknakan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud Pasal 56 Undang-Undang Perbankan
Syariah.
Bilamana terjadi pembiayaan maka Bank Syariah akan melakukan
upaya untuk menangani pembiayaan bermasalah tersebut dengan
melakukan upaya penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah,
agar dana yang telah disalurkan oleh Bank Syariah dapat diterima kembali.
Akan tetapi mengingat dana yang dipergunakan oleh Bank Syariah dalam
memberikan pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang ditempatkan
4
Trisadini Prasastinah Usanti dan A. Shomad, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Bank
Syari’ah, (Laporan Penelitian, Fakultas Hukum UNAIR, 2008) hlm. 16.
6
pada Bank Syariah maka Bank Syariah dalam memberikan pembiayaan
wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau
Unit Usaha Syari’ah (UUS) dan kepentingan nasabahnya yang telah
mempercayakan dananya.5
C. Pengakuan dan Pengukuran
•
Akuntansi Kreditur
1. Potongan Tagihan Murabahah
Potongan yang diberikan dalam rangka restrukturisasi piutang
murabahah diakui sebagai pengurang jumlah tercatat margin
murabahah tangguhan sampai habis sebelum pada akhirnya mengurangi
biaya perolehan aset murabahah yang tersisa dalam piutang murabahah
yang direstrukturisasi.
Jika jumlah potongan yang diberikan melebihi saldo margin
keuntungan murabahah tangguhan, maka selisih tersebut diakui sebagai
kerugian.
2. Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah
Penjadualan kembali tagihan murabahah, dalam rangka
restrukturisasi, diberikan kepada debitur yang tidak bisa melunasi
utangnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati. Penjadualan
kembali tagihan murabahah dilakukan dengan ketentuan:
a) Tidak menambah jumlah utang yang tersisa
b) Pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya
riil, dan
5
Amilis Kina, AN-NISBAH: “Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah
Studi Kasus BMT Syari’ah Pare”, IAIN Tulungangung, Vol. 03, No. 02, April 2017, hlm. 406.
7
c) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak
Biaya riil yang terkait dengan proses penjadualan kembali tagihan
murabahah yang dibebankan kepada debitur diakui sebagai pendapatan.
Biaya riil dalam proses penjadualan kembali piutang murabahah adalah
biaya langsung (direct cost) dari aktivitas kreditur dalam melakukan
penjadualan kembali tersebut.6
3. Konversi Akad Murabahah
Konversi akad murabahah menjadi akad lainnya bagi debitur
yang tidak bisa menyelesaikan utang murabahah sesuai dengan jumlah
dan waktu yang telah disepakati, tetapi debitur tersebut masih prospektif
dimungkinkan dengan ketentuan:
a) Akad murabahah dihentikan dengan cara obyek murabahah dijual
oleh debitur kepada kreditur dengan harga pasar dan debitur melunasi
sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan ketentuan
sebagai berikut:
-
Jika hasil penjualan melebihi sisa utang, maka kelebihan itu dapat
dijadikan uang muka ijarah muntahiyah bittamlik, bagian modal
mudharabah musytarakah, atau bagian modal musyarakah
-
Jika hasil kredituran lebih kecil dari sisa utang maka utang yang
penjualan setelah hasil kredituran tetap menjadi utang debitur yang
cara pelunasannya disepakati antara kreditur dan debitur
b) Para pihak di atas (kreditur dan debitur) selanjutnya dapat membuat
akad baru dengan akad:
-
Ijarah muntahiyah bittamlik
-
Mudharabah, atau
-
Musyarakah
6
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi
Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 4.
8
Kelebihan sisa hasil penjualan, jika ada, diakui sebagai uang
muka ijarah muntahiyah bittamlik, bagian modal mudharabah
musytarakah atau bagian modal musyarakah, sesuai dengan akad baru
yang disepakati. Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan
PSAK terkait.7
D. Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Baru Sesuai dengan PSAK 108
•
Debitur Tidak Mampu Bayar
Debitur yang tidak mampu melunasi utang murabahah sesuai
jumlah dan waktu yang telah disepakati dapat melakukan restrukturisasi
utangnya sesuai kesepakatan dengan kreditur dengan cara sebagai berikut:
a) Debitur menjual obyek murabahah dan atau jaminan lainnya kepada
atau melalui kreditur dengan harga pasar
b) Debitur selanjutnya melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil
penjualan dengan ketentuan sebagai berikut:
-
Jika hasil penjualan lebih besar daripada sisa utang, maka sisa
penjualan adalah hak debitur
-
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang, maka selisihnya
tetap menjadi utang debitur, atau kreditur dapat membebaskannya
jika debitur tidak mampu membayar sisa utangnya
Pembebasan kewajiban debitur untuk membayar sisa utangnya
diakui sebagai kerugian. Kerugian yang timbul, jika ada, atas
restrukturisasi piutang murabahah disajikan secara terpisah dalam
laporan laba rugi.
Perlakuan akuntansi untuk restrukturisasi utang murabahah
melalui konversi akad dilakukan sesuai dengan PSAK terkait untuk akad
7
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi
Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 5.
9
yang baru. Keuntungan neto atas restrukturisasi utang murabahah
setelah pajak, jika ada, diakui dalam laporan laba rugi dalam periode
terjadinya dan disajikan tersendiri sebagai bagian pendapatan nonusaha. Keuntungan neto yang timbul dari restrukturisasi utang
murabahah sebebsar selisih utang murabahah tercatat dikurangi jumlah
yang harus diselesaikan, atau selisih hasil kredituran dengan nilai aset
termasuk biaya-biaya yang terkait langsung dengan restrukturisasi utang
murabahah tersebut.
PENGUNGKAPAN
1. Kreditur
mengungkapkan
informasi
yang
berkaitan
dengan
restrukturisasi piutang murabahah bermasalah meliputi tetapi tidak
terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang yang direstrukturisasi,
alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan. Kreditur juga
mengungkapkan keberadaan hubungan istimewa dengan debitur yang
direstrukturisasi, jika ada.
2. Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
informasi yang terkait dengan restrukturisasi utang murabahah
meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang yang
direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan.8
E. Harga Jual dan Keuntungan Pada Piutang Murabahah
Menurut aturan Syariah, penyelesaian piutang Murabahah Berdasarkan
Pesanan tidak boleh dihubungkan dengan penyelesaian barang yang dijual,
apakah hasilnya penjualan tersebut negatif atau positif. Hal ini karena ketika
penjualan diselesaikan, hak kepemilikan berpindah kepada nasabah dan
nasabah mula-mula mempunyai kepemilikan terhadap piutang. Oleh karena itu,
jika pemesan/nasabah segera menjual asset atau pada waktu sebelum tanggal
8
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi
Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 6.
10
jatuh tempo piutangnya ke bank, meskipun harga yang diperolehnya dua kali
lipat (double the price), dia tidak wajib untuk menyelesaikan utangnya, kecuali
asset itu sendiri dijaminkan sebagai kolateral untuk utang tersebut. Demikian
pula bila nilai asset berkurang, tidak dibenarkan adanya penundaan terhadap
penyelesaian piutang yang sudah jatuh tempo.
Ada beberapa alternatif yang telah dikaji dalam pengukuran piutang
murabahah pada akhir periode laporan keuangan, yaitu:
1. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur setara dengan
nilai kasnya, sebagai contoh jumlah utang yang jatuh tempo (kewajiban
nasabah) pada akhir periode laporan keuangan mengurangi cadangan untuk
piutang ragu-ragu.
2. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai buku
(jumlah yang diminta dari nasabah pada akhir periode), tidak ada cadangan
yang dilakukan untuk piutang ragu-ragu. Kerugian yang berasal dari tidak
tertagihnya piutang diakui pada waktu terjadinya dan setelah mengecek
kepastian tidak tertagihnya piutang tersebut.9
3. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai
bukunya dan piutang ragu-ragu haruss diperlakukan sebagai cadangan
umum resiko investasi
4. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai
bukunya mengurangi cadangan untuk piutang ragu-ragu. Bank Syariah juga
harus membuat cadangan umum untuk resiko-resiko investasi untuk
menutup piutang murabahah yang gagal, tetapi tidak akan diidentifikasi
seperti itu sampai suatu waktu di masa yang akan datang
5. Piutang Murabahah harus diukur pada nilai bukunya dan Bank Syariah
menentukan metode penilaian, asalkan bank Islam mengungkapkan metode
tersebut di dalam kebijakan akuntansinya.
9
Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK
Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 135.
11
Berkaitan dengan keuntungan murabahah ada beberapa penelaan
terhadap pengakuan keuntungan penjualan dengan pembayaran Tangguh yang
dilakukan
dalam
periode
laporan
keuangan
sekarang
serta
jumlah
pembayarannya yang dilakukan yang dilakukan satu kali dalam masa periode
laporan keuangan yang akan datang. Penelaan tersebut adalah:
1. Pengakuan keuntungan pada waktu penjualan sehingga dampaknya
tercermin pada periode laporan keuangan sekarang
2. Pengakuan keuntungan pada waktu menerima uang tunai sehingga
dampaknya tercermin di dalam periode laporan keuangan yang akan datang
3. Mengalokasikan keuntungan pada periode laporan keuangan transaksi
Dalam transaksi murabahah, pembayaran barang dapat dilakukan
secara tunai dan dapat dilakukan dengan cara tunda/tangguh atau mengangsur.
Pembayaran harga jual barang yang dilakukan dengan cara tangguh/tunda
tersebut yang dibukukan pada perkiraan “Piutang Murabahah”. Pada saat akad,
piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang
murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu jumlah
piutang jatuh tempo dikurangi penyisihan piutang diragukan.10
Adapun keuntungan murabahah diakui sebagai berikut :
23. Keuntungan murabahah diakui:
a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau
secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari
satu tahun. Meteode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang
paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi
murabahah-nya:
10
Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK
Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 137.
12
i.
Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini
terapan untuk murabahah tangguh di mana risiko penagihan kas
dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif kecil
ii.
Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk
transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih
relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang
tersebut relatif besar juga
iii.
Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil
ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di
mana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang
serta penagihannya cukup besar. Dalam praktek, metode ini jarang
dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak
terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya
24. Pengakuan keuntungan, dalam paragraf 23 (b) (ii), dilakukan secara
proporsional atas jumlah piutang yang jatuh tempo dalam setiap periode
dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang
jatuh tempo pada periode yang bersangkutan. Persentase keuntungan
dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan asset
murabahah.11
25. Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu
transaksi murabahah dengan biaya perolehan asset (pokok) Rp800,00 dan
keuntungan Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama
3 tahun; di mana angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun
adalah sebagai berikut:
11
Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK
Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 139.
13
Tahun
Angsuran
Pokok
Keuntungan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1
500,00
400,00
100,00
2
300,00
240,00
60,00
3
200,00
160,00
40,00
Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai
perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir
periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang
direalisasikan sedangkan keuntungan yang Tangguhan disajikan sebagai
pos lawan piutang murabahah.
Contoh:
Pada tanggal 15 Juni 2008 dilakukandan disepakati transaksi jual beli antara
Bank Syariah Amanah Ummah dengan Tuan Abdullah, dengan harga jual
sebesar Rp 130.000.000,- dengan keuntungan yang disepakati sebesar Rp
20.000.000,-. Sesuai dengan catatan yang ada pada Bank Syariah Amanah
Ummah nilai persediaan (harga perolehan) mobil antik yang dipesanan oleh
Tuan Abdullah sebesar Rp 100.000.000,- Pembayaran jual beli tersebut
dilakukan dengan cara tangguh selama jangka waktu 10 bulan dan
dilakukan setiap tanggal 15 sebesar Rp 12.000.000,- (dalam administrasi
Bank Syariah setiap angsuran dilakukan pembagian untuk angsuran pokok
sebesar Rp 10.000.000,- dan untuk pembayaran margin sebesar Rp
2.000.000,-)
Atas transksi murabahah dan penyerahan mobil antik kepada Bank Syariah
Amanah Ummah melakukan jurnal :
Dr. piutang Murabahah
Rp 130.000.000,-
14
Cr. Persediaan/Aset Murabahah
Rp 110.000.000,-
Cr. Margin Murabahah Tangguhan
Rp 20.000.000,-
Atas uang muka yang diserahkan Tuan Abdullah kepada Bank Syariah
Amanah Ummah sebesar Rp 10.000.000,- dilakukan jurnal sebagai berikut :
Dr. Hutang Uamg Muka
Rp 10.000.000,-
Cr. Piutang Murabahah
Rp 10.000.000,-
Atas transaksi jual beli tersebut tampak pada perkiraan “Piutang
Murabahah” dan perkiraan “Margin Murabahah Tangguhan” serta posisi neraca
Bank Syariah adalah :
BUKU BESAR
Aset / Persediaan Murabahah
Debet
Tgl
Kredit
Keterangan
01 / 04
Harga barang
10 / 04
Biaya balik nama
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
110.000.000 30 / 04
Penurunan nilai
2.000.000
5.000.000 15 / 05
Potongan harga
3.000.000
15 / 06
Penjualan
110.000.000
Saldo
115.000.000
0
115.000.000
BUKU BESAR
Piutang Murabahah
Debet
Tgl
15 / 06
Kredit
Keterangan
Tuan Abdullah
Jumlah
Tgl
130.000.000
15 / 06
Keterangan
U M Tn Abdullah
Saldo
130.000.000
15
Jumlah
10.000.000
120.000.000
130.000.000
BUKU BESAR
Margin Murabahah Tangguhan
Debet
Tgl
Kredit
Keterangan
Jumlah
Tgl
Keterangan
15 / 06
Saldo
Jumlah
Tuan Abdullah
20.000.000
20.000.000
20.000.000
20.000.000
BUKU BESAR
Hutang Uang Muka (Titipan Uang Muka Pembeli)
Debet
Kredit
Tgl
Keterangan
15 / 06 Jual beli Tn Abdullah
Jumlah
Tgl
Keterangan
Jumlah
10.000.000
05 / 06
Tn Abdullah
10.000.000
Saldo
0
130.000.000
10.000.000
NERACA
Per 15 Juni 2008
Aktiva
Passiva
Uraian
Jumlah
Uraian
Piutang Murabahah
120.000.000
Margin Murabahah Tangguhan
(20.000.000)
Piutang Uang Muka
Jumlah
0 Hutang Uang Muka
Alasan Margin Murabahah Tangguhan sebagai pos pengurang dari Piutang yaitu:
1. Angka yang tercantum dalam neraca Bank Syariah akan menunjukkan risiko
yang benar-benar dihadapi oleh Bank Syariah tersebut, sehingga tidak ada
pencantuman angka dalam neraca yang diharapkan untuk meningkatkan asset
Bank Syariah
16
0
2. Dengan adanya transaksi Murabahah tersebut tidak ada penambahan Total Aset
dari Bank Syariah sehingga sesuai dengan risiko (harga perolehan) yang telah
dikeluarkan, yaitu sebesar Rp 1.000.000,Dengan adanya mencantumkan Margin Murabahah Tangguhan pada posisi
pasiva maka hanya dengan cara pencairan atau pelaksanaan transaksi awal
murabahah sudah ada kenaikan asset sebesar Margin Murabahah.
17
BAB III
KESIMPULAN
Karakteristik Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah
1. Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah
dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan
dalam membayar angsuran atau tagihan murabahah.
2. Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang
bermaslah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat
dilakukan dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut:
3. Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang
mengalami penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen
sehingga debitur hanya mampu membayar lebih kecil daripada utang
murabahah-nya.
4. Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap
debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga tidak
mampu membayar angsuran sesuai jumlah dan waktu dalam akad murabahah.
Namun, debitur tersebut masih mampu membayar sisa seluruh utangnya jika
dilakukan penjadualan kembali.
5. Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap debitur
yang mengalami
penurunan kemmapuan pembayaran atas
angsuran
murabahah-nya, namun debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad
murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan membuat
akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau
musyarakah.
6. Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan murabahah dapat
diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan lainnya
sesuai prinsip syariah.
18
Pembiayaan Murabahah Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh
Lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran
pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar,
pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijaanjikan, serta
pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut
memberikan dampak negative bagi kedua belah pihak (debitur dan kreditur).
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari resiko dalam suatu pelaksaan
pembiayaan.
Pengakuan dan Pengukuran
•
Akuntansi Kreditur
1. Potongan Tagihan Murabahah
2. Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah
3. Konversi Akad Murabahah
Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Baru Sesuai dengan PSAK 108
•
Debitur Tidak Mampu Bayar
1. Debitur menjual obyek murabahah dan atau jaminan lainnya kepada atau
melalui kreditur dengan harga pasar
2. Debitur selanjutnya melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil
penjualan dengan ketentuan
Harga Jual dan Keuntungan Pada Piutang Murabahah
Menurut aturan Syariah, penyelesaian piutang Murabahah Berdasarkan
Pesanan tidak boleh dihubungkan dengan penyelesaian barang yang dijual, apakah
hasilnya penjualan tersebut negatif atau positif. Hal ini karena ketika penjualan
diselesaikan, hak kepemilikan berpindah kepada nasabah dan nasabah mula-mula
mempunyai kepemilikan terhadap piutang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amilis Kina, April 2017. AN-NISBAH: “Mekanisme Penanganan
Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi Kasus BMT Syari’ah Pare”, IAIN
Tulungangung, Vol. 03, No. 02
Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, 2010. Akuntansi
Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, Jakarta: LPFE Usakti, Edisi Cetakan IV.
Adiwarman A. Karim, 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED
PSAK No. 108
Trisadini Prasastinah Usanti dan A. Shomad, 2008. Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah Bank Syari’ah, Laporan Penelitian, Fakultas Hukum
UNAIR.
20
Download