AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Syari’ah Dosen Pengampu : Adelina Citradewi, M.Ak. Disusun Oleh : Kelompok 11-AKSYA 5C Futuhunnikmah (1820610094) Moh Nilzam Nurul A. (1820610110) Eva Lailatul Qomariyah (1820610113) PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2020 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembiayaan yang dilakukan dalam suatu kontrak murabahah yang harus dilunasi pada jangka waktu tertentu (angsuran) tidak jauh berbeda dengan suatu pembiayaan yang didasarkan pada suku bunga tetap pada perbankan konvensional. Dalam kedua kontrak tersebut, pembiayaan adalah tetap dianggap sebagai utang, baik biaya pembiayaan yang ada dianggap atau disebut sebagai bunga atau laba serta jangka waktu pembayarannya pun ditetapkan. Perbedaan yang paling jelas adalah hanya terletak pada kondisi ketika seorang debitur gagal melunasi hutangnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Di perbankan konvensional, pinjaman yang diberikan melalui sistem bunga pada umumnya akan menimbulkan sanksi bunga tambahan jika pinjaman tidak dilunasi pada saat jatuh tempo, baik si debitur mampu membayar atau tidak. Sementara itu di perbankan Islam tidak demikian adanya, tergantung pada kondisi ketidakmampuan debitur dalam membayar pinjamannya tersebut. Jika seorang debitur tidak mampu melunasi hutangnya, maka pihak perbankan harus memberi kelonggaran (toleransi) untuk melunasinya sesuai dengan perintah AlQur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 280. Penundaan semacam dalam inti konsepnya harus diberikan tanpa melalui penambahan beban atau semacamnya seperti adanya denda sebagainya atas waktu yang diberikan untuk pembayaran tersebut. Hanya saja dalam praktek yang terjadi, sebagian besar bank-bank Islam dengan dukungan Dewan Syariah mereka telah mempersempit penafsiran perintah kandungan ayat tersebut. Menurut mereka, penerapan perintah tersebut secara umum dapat memberikan celah kepada para debitur untuk sengaja lalai untuk melunasi hutangnya, padahal mereka mampu untuk melunasinya. Untuk itu, dalam rangka mengantisipasinya mereka kemudian mengadopsi konsep denda bagi 1 debitur yang tidak dapat melunasi hutangnya tepat waktu, khususnya untuk mereka yang mampu melunasinya. Untuk mengganti kerugian yang diderita bank akibat tidak terbayarnya hutang tepat pada waktunya. Namun, jika dilihat dari kegunaan yang ada dari konsep denda yang diberlakukan ini, pada dasarnya adalah sama dengan tujuantujuan praktis dari penerapan sistem bunga di bank-bank konvensional, ketika hutang tidak dilunasi tepat waktu (sebagai kompensasi atas hilangnya tingkat laba normal atau opportunity cost dari modal yang diinvestasikan). Itu semua adalah tidak lain untuk menjamin dana-dana yang diberikan kepada para nasabahnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja karakteristik penyelesaian utang piutang murabahah bermasalah? 2. Apa konsep pembiayaan murabahah bermasalah? 3. Bagaimana pengakuan dan pengukuran akuntansi kreditur? 4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan PSAK? 5. Bagaimana harga jual dan keuntungan pada piutang murabahah? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui karakteristik penyelesaian utang piutang murabahah bermasalah 2. Untuk mengetahui konsep pembiayaan murabahah bermasalah 3. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi kreditur 4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan PSAK 5. Untuk mengetahui harga jual dan keuntungan pada piutang murabahah 2 BAB II PEMBAHASAN A. Karakteristik Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari kredituran suatu asset dalam pasar yang aktif. Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan/amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham dan berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar.1 1. Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan dalam membayar angsuran atau tagihan murabahah. 2. Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang bermaslah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat dilakukan dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut: a) Memberi potongan tagihan murabahah b) Melakukan penjadualan kembali tagihan murabahah c) Melakukan konversi akad murabahah 3. Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen sehingga debitur hanya mampu membayar lebih kecil daripada utang murabahah-nya. 4. Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga tidak mampu membayar angsuran sesuai jumlah dan waktu dalam akad murabahah. Namun, debitur tersebut masih mampu membayar sisa seluruh utangnya jika dilakukan penjadualan kembali. 1 Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 118. 3 5. Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemmapuan pembayaran atas angsuran murabahah-nya, namun debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah. 6. Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan murabahah dapat diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan lainnya sesuai prinsip syariah.2 B. Pembiayaan Murabahah Bermasalah • Pengertian Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijaanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut memberikan dampak negative bagi kedua belah pihak (debitur dan kreditur). Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari resiko dalam suatu pelaksaan pembiayaan. Menurut Adiwarman A. Karim, resiko pembiayaan merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam Bank Syariah, resiko 2 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 2-3. 4 pembiayaan mencakup resiko terkait produk dan resiko terkait dengan pembiayaan korporasi.3 • Penyebab Pembiayaan Bermasalah Ada beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah: 1. Faktor Intern a) Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah b) Kurang dilakuakn evaluasi keuangan nasabah c) Kesalahan setting fasilitas pembiayaan (berpeluang melakukan sidestreaming) d) Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah e) Proyeksi penjualan terlalu optimis f) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek competitor g) Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable h) Lemahnya supervisi dan monitoring Terjadi erosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat. 2. Faktor Ekstern a) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya) b) Melakukan sidestreaming penggunaan data c) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha d) Usaha yang dijalankan relatif baru e) Bidang usaha nasabah telah jenuh 3 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm. 260. 5 f) Tidak mampu menanggulangi masalah atau kurang menguasai bisnis g) Meninggalnya key person h) Perselisihan sesame direksi i) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan denagn industri tersebut.4 • Kualitas Pembiayaan Bermasalah Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu: 1. Lancar 2. Dalam Perhatian Khusus 3. Kurang Lancar 4. Diragukan, dan 5. Macet Yang dikategorikan pembiayaan bermasalah adalah kualitas pembiayaan yang mulai masuk golongan dalam perhatian khusus sampai golongan macet. Bank Syariah wajib untuk menggolongkan kualitas aktiva produktif sesuai dengan kriterianya dan dinilai secara bulanan, sehingga jika Bank Syariah tidak melakukannya maka akan dieknakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud Pasal 56 Undang-Undang Perbankan Syariah. Bilamana terjadi pembiayaan maka Bank Syariah akan melakukan upaya untuk menangani pembiayaan bermasalah tersebut dengan melakukan upaya penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah, agar dana yang telah disalurkan oleh Bank Syariah dapat diterima kembali. Akan tetapi mengingat dana yang dipergunakan oleh Bank Syariah dalam memberikan pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang ditempatkan 4 Trisadini Prasastinah Usanti dan A. Shomad, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Bank Syari’ah, (Laporan Penelitian, Fakultas Hukum UNAIR, 2008) hlm. 16. 6 pada Bank Syariah maka Bank Syariah dalam memberikan pembiayaan wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syari’ah (UUS) dan kepentingan nasabahnya yang telah mempercayakan dananya.5 C. Pengakuan dan Pengukuran • Akuntansi Kreditur 1. Potongan Tagihan Murabahah Potongan yang diberikan dalam rangka restrukturisasi piutang murabahah diakui sebagai pengurang jumlah tercatat margin murabahah tangguhan sampai habis sebelum pada akhirnya mengurangi biaya perolehan aset murabahah yang tersisa dalam piutang murabahah yang direstrukturisasi. Jika jumlah potongan yang diberikan melebihi saldo margin keuntungan murabahah tangguhan, maka selisih tersebut diakui sebagai kerugian. 2. Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah Penjadualan kembali tagihan murabahah, dalam rangka restrukturisasi, diberikan kepada debitur yang tidak bisa melunasi utangnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati. Penjadualan kembali tagihan murabahah dilakukan dengan ketentuan: a) Tidak menambah jumlah utang yang tersisa b) Pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya riil, dan 5 Amilis Kina, AN-NISBAH: “Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi Kasus BMT Syari’ah Pare”, IAIN Tulungangung, Vol. 03, No. 02, April 2017, hlm. 406. 7 c) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak Biaya riil yang terkait dengan proses penjadualan kembali tagihan murabahah yang dibebankan kepada debitur diakui sebagai pendapatan. Biaya riil dalam proses penjadualan kembali piutang murabahah adalah biaya langsung (direct cost) dari aktivitas kreditur dalam melakukan penjadualan kembali tersebut.6 3. Konversi Akad Murabahah Konversi akad murabahah menjadi akad lainnya bagi debitur yang tidak bisa menyelesaikan utang murabahah sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi debitur tersebut masih prospektif dimungkinkan dengan ketentuan: a) Akad murabahah dihentikan dengan cara obyek murabahah dijual oleh debitur kepada kreditur dengan harga pasar dan debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan ketentuan sebagai berikut: - Jika hasil penjualan melebihi sisa utang, maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka ijarah muntahiyah bittamlik, bagian modal mudharabah musytarakah, atau bagian modal musyarakah - Jika hasil kredituran lebih kecil dari sisa utang maka utang yang penjualan setelah hasil kredituran tetap menjadi utang debitur yang cara pelunasannya disepakati antara kreditur dan debitur b) Para pihak di atas (kreditur dan debitur) selanjutnya dapat membuat akad baru dengan akad: - Ijarah muntahiyah bittamlik - Mudharabah, atau - Musyarakah 6 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 4. 8 Kelebihan sisa hasil penjualan, jika ada, diakui sebagai uang muka ijarah muntahiyah bittamlik, bagian modal mudharabah musytarakah atau bagian modal musyarakah, sesuai dengan akad baru yang disepakati. Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan PSAK terkait.7 D. Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Baru Sesuai dengan PSAK 108 • Debitur Tidak Mampu Bayar Debitur yang tidak mampu melunasi utang murabahah sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati dapat melakukan restrukturisasi utangnya sesuai kesepakatan dengan kreditur dengan cara sebagai berikut: a) Debitur menjual obyek murabahah dan atau jaminan lainnya kepada atau melalui kreditur dengan harga pasar b) Debitur selanjutnya melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan ketentuan sebagai berikut: - Jika hasil penjualan lebih besar daripada sisa utang, maka sisa penjualan adalah hak debitur - Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang, maka selisihnya tetap menjadi utang debitur, atau kreditur dapat membebaskannya jika debitur tidak mampu membayar sisa utangnya Pembebasan kewajiban debitur untuk membayar sisa utangnya diakui sebagai kerugian. Kerugian yang timbul, jika ada, atas restrukturisasi piutang murabahah disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi. Perlakuan akuntansi untuk restrukturisasi utang murabahah melalui konversi akad dilakukan sesuai dengan PSAK terkait untuk akad 7 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 5. 9 yang baru. Keuntungan neto atas restrukturisasi utang murabahah setelah pajak, jika ada, diakui dalam laporan laba rugi dalam periode terjadinya dan disajikan tersendiri sebagai bagian pendapatan nonusaha. Keuntungan neto yang timbul dari restrukturisasi utang murabahah sebebsar selisih utang murabahah tercatat dikurangi jumlah yang harus diselesaikan, atau selisih hasil kredituran dengan nilai aset termasuk biaya-biaya yang terkait langsung dengan restrukturisasi utang murabahah tersebut. PENGUNGKAPAN 1. Kreditur mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang murabahah bermasalah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan. Kreditur juga mengungkapkan keberadaan hubungan istimewa dengan debitur yang direstrukturisasi, jika ada. 2. Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan informasi yang terkait dengan restrukturisasi utang murabahah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan.8 E. Harga Jual dan Keuntungan Pada Piutang Murabahah Menurut aturan Syariah, penyelesaian piutang Murabahah Berdasarkan Pesanan tidak boleh dihubungkan dengan penyelesaian barang yang dijual, apakah hasilnya penjualan tersebut negatif atau positif. Hal ini karena ketika penjualan diselesaikan, hak kepemilikan berpindah kepada nasabah dan nasabah mula-mula mempunyai kepemilikan terhadap piutang. Oleh karena itu, jika pemesan/nasabah segera menjual asset atau pada waktu sebelum tanggal 8 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108, 2008, hlm. 6. 10 jatuh tempo piutangnya ke bank, meskipun harga yang diperolehnya dua kali lipat (double the price), dia tidak wajib untuk menyelesaikan utangnya, kecuali asset itu sendiri dijaminkan sebagai kolateral untuk utang tersebut. Demikian pula bila nilai asset berkurang, tidak dibenarkan adanya penundaan terhadap penyelesaian piutang yang sudah jatuh tempo. Ada beberapa alternatif yang telah dikaji dalam pengukuran piutang murabahah pada akhir periode laporan keuangan, yaitu: 1. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur setara dengan nilai kasnya, sebagai contoh jumlah utang yang jatuh tempo (kewajiban nasabah) pada akhir periode laporan keuangan mengurangi cadangan untuk piutang ragu-ragu. 2. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai buku (jumlah yang diminta dari nasabah pada akhir periode), tidak ada cadangan yang dilakukan untuk piutang ragu-ragu. Kerugian yang berasal dari tidak tertagihnya piutang diakui pada waktu terjadinya dan setelah mengecek kepastian tidak tertagihnya piutang tersebut.9 3. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai bukunya dan piutang ragu-ragu haruss diperlakukan sebagai cadangan umum resiko investasi 4. Piutang Murabahah (Murabahah Receivables) harus diukur pada nilai bukunya mengurangi cadangan untuk piutang ragu-ragu. Bank Syariah juga harus membuat cadangan umum untuk resiko-resiko investasi untuk menutup piutang murabahah yang gagal, tetapi tidak akan diidentifikasi seperti itu sampai suatu waktu di masa yang akan datang 5. Piutang Murabahah harus diukur pada nilai bukunya dan Bank Syariah menentukan metode penilaian, asalkan bank Islam mengungkapkan metode tersebut di dalam kebijakan akuntansinya. 9 Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 135. 11 Berkaitan dengan keuntungan murabahah ada beberapa penelaan terhadap pengakuan keuntungan penjualan dengan pembayaran Tangguh yang dilakukan dalam periode laporan keuangan sekarang serta jumlah pembayarannya yang dilakukan yang dilakukan satu kali dalam masa periode laporan keuangan yang akan datang. Penelaan tersebut adalah: 1. Pengakuan keuntungan pada waktu penjualan sehingga dampaknya tercermin pada periode laporan keuangan sekarang 2. Pengakuan keuntungan pada waktu menerima uang tunai sehingga dampaknya tercermin di dalam periode laporan keuangan yang akan datang 3. Mengalokasikan keuntungan pada periode laporan keuangan transaksi Dalam transaksi murabahah, pembayaran barang dapat dilakukan secara tunai dan dapat dilakukan dengan cara tunda/tangguh atau mengangsur. Pembayaran harga jual barang yang dilakukan dengan cara tangguh/tunda tersebut yang dibukukan pada perkiraan “Piutang Murabahah”. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu jumlah piutang jatuh tempo dikurangi penyisihan piutang diragukan.10 Adapun keuntungan murabahah diakui sebagai berikut : 23. Keuntungan murabahah diakui: a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Meteode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya: 10 Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 137. 12 i. Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh di mana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil ii. Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga iii. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya 24. Pengakuan keuntungan, dalam paragraf 23 (b) (ii), dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang yang jatuh tempo dalam setiap periode dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang jatuh tempo pada periode yang bersangkutan. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan asset murabahah.11 25. Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu transaksi murabahah dengan biaya perolehan asset (pokok) Rp800,00 dan keuntungan Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; di mana angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebagai berikut: 11 Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, (Jakarta: LPFE Usakti, 2010) Edisi Cetakan IV, hlm. 139. 13 Tahun Angsuran Pokok Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) 1 500,00 400,00 100,00 2 300,00 240,00 60,00 3 200,00 160,00 40,00 Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang direalisasikan sedangkan keuntungan yang Tangguhan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. Contoh: Pada tanggal 15 Juni 2008 dilakukandan disepakati transaksi jual beli antara Bank Syariah Amanah Ummah dengan Tuan Abdullah, dengan harga jual sebesar Rp 130.000.000,- dengan keuntungan yang disepakati sebesar Rp 20.000.000,-. Sesuai dengan catatan yang ada pada Bank Syariah Amanah Ummah nilai persediaan (harga perolehan) mobil antik yang dipesanan oleh Tuan Abdullah sebesar Rp 100.000.000,- Pembayaran jual beli tersebut dilakukan dengan cara tangguh selama jangka waktu 10 bulan dan dilakukan setiap tanggal 15 sebesar Rp 12.000.000,- (dalam administrasi Bank Syariah setiap angsuran dilakukan pembagian untuk angsuran pokok sebesar Rp 10.000.000,- dan untuk pembayaran margin sebesar Rp 2.000.000,-) Atas transksi murabahah dan penyerahan mobil antik kepada Bank Syariah Amanah Ummah melakukan jurnal : Dr. piutang Murabahah Rp 130.000.000,- 14 Cr. Persediaan/Aset Murabahah Rp 110.000.000,- Cr. Margin Murabahah Tangguhan Rp 20.000.000,- Atas uang muka yang diserahkan Tuan Abdullah kepada Bank Syariah Amanah Ummah sebesar Rp 10.000.000,- dilakukan jurnal sebagai berikut : Dr. Hutang Uamg Muka Rp 10.000.000,- Cr. Piutang Murabahah Rp 10.000.000,- Atas transaksi jual beli tersebut tampak pada perkiraan “Piutang Murabahah” dan perkiraan “Margin Murabahah Tangguhan” serta posisi neraca Bank Syariah adalah : BUKU BESAR Aset / Persediaan Murabahah Debet Tgl Kredit Keterangan 01 / 04 Harga barang 10 / 04 Biaya balik nama Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 110.000.000 30 / 04 Penurunan nilai 2.000.000 5.000.000 15 / 05 Potongan harga 3.000.000 15 / 06 Penjualan 110.000.000 Saldo 115.000.000 0 115.000.000 BUKU BESAR Piutang Murabahah Debet Tgl 15 / 06 Kredit Keterangan Tuan Abdullah Jumlah Tgl 130.000.000 15 / 06 Keterangan U M Tn Abdullah Saldo 130.000.000 15 Jumlah 10.000.000 120.000.000 130.000.000 BUKU BESAR Margin Murabahah Tangguhan Debet Tgl Kredit Keterangan Jumlah Tgl Keterangan 15 / 06 Saldo Jumlah Tuan Abdullah 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 BUKU BESAR Hutang Uang Muka (Titipan Uang Muka Pembeli) Debet Kredit Tgl Keterangan 15 / 06 Jual beli Tn Abdullah Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 10.000.000 05 / 06 Tn Abdullah 10.000.000 Saldo 0 130.000.000 10.000.000 NERACA Per 15 Juni 2008 Aktiva Passiva Uraian Jumlah Uraian Piutang Murabahah 120.000.000 Margin Murabahah Tangguhan (20.000.000) Piutang Uang Muka Jumlah 0 Hutang Uang Muka Alasan Margin Murabahah Tangguhan sebagai pos pengurang dari Piutang yaitu: 1. Angka yang tercantum dalam neraca Bank Syariah akan menunjukkan risiko yang benar-benar dihadapi oleh Bank Syariah tersebut, sehingga tidak ada pencantuman angka dalam neraca yang diharapkan untuk meningkatkan asset Bank Syariah 16 0 2. Dengan adanya transaksi Murabahah tersebut tidak ada penambahan Total Aset dari Bank Syariah sehingga sesuai dengan risiko (harga perolehan) yang telah dikeluarkan, yaitu sebesar Rp 1.000.000,Dengan adanya mencantumkan Margin Murabahah Tangguhan pada posisi pasiva maka hanya dengan cara pencairan atau pelaksanaan transaksi awal murabahah sudah ada kenaikan asset sebesar Margin Murabahah. 17 BAB III KESIMPULAN Karakteristik Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah 1. Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan dalam membayar angsuran atau tagihan murabahah. 2. Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang bermaslah akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat dilakukan dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut: 3. Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen sehingga debitur hanya mampu membayar lebih kecil daripada utang murabahah-nya. 4. Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga tidak mampu membayar angsuran sesuai jumlah dan waktu dalam akad murabahah. Namun, debitur tersebut masih mampu membayar sisa seluruh utangnya jika dilakukan penjadualan kembali. 5. Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemmapuan pembayaran atas angsuran murabahah-nya, namun debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah. 6. Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan murabahah dapat diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan lainnya sesuai prinsip syariah. 18 Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijaanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut memberikan dampak negative bagi kedua belah pihak (debitur dan kreditur). Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari resiko dalam suatu pelaksaan pembiayaan. Pengakuan dan Pengukuran • Akuntansi Kreditur 1. Potongan Tagihan Murabahah 2. Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah 3. Konversi Akad Murabahah Perlakuan Akuntansi Untuk Akad Baru Sesuai dengan PSAK 108 • Debitur Tidak Mampu Bayar 1. Debitur menjual obyek murabahah dan atau jaminan lainnya kepada atau melalui kreditur dengan harga pasar 2. Debitur selanjutnya melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan ketentuan Harga Jual dan Keuntungan Pada Piutang Murabahah Menurut aturan Syariah, penyelesaian piutang Murabahah Berdasarkan Pesanan tidak boleh dihubungkan dengan penyelesaian barang yang dijual, apakah hasilnya penjualan tersebut negatif atau positif. Hal ini karena ketika penjualan diselesaikan, hak kepemilikan berpindah kepada nasabah dan nasabah mula-mula mempunyai kepemilikan terhadap piutang. 19 DAFTAR PUSTAKA Amilis Kina, April 2017. AN-NISBAH: “Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi Kasus BMT Syari’ah Pare”, IAIN Tulungangung, Vol. 03, No. 02 Sofyan S. Harahap, Wiroso, dan Muhammad Yusuf, 2010. Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, Jakarta: LPFE Usakti, Edisi Cetakan IV. Adiwarman A. Karim, 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia, 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 108: “Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah”, ED PSAK No. 108 Trisadini Prasastinah Usanti dan A. Shomad, 2008. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Bank Syari’ah, Laporan Penelitian, Fakultas Hukum UNAIR. 20