PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Nama : Lilis Wahyuningsih NIM : 4301419092 Rombel : Pendidikan Kimia 19-C PERCOBAAN 2 KOLOID A. Tujuan Membuat sistem koloid dan mengamati sifat-sifat koloid B. Landasan Teori Koloid merupakan suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. (Keenan, 1984). Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh karena itu, suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendisfersi. Fasa terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan pelarut dan zat terlarut pada suatu larutan. Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif (Syukri, 1999). Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar koloid), berikut jenisjenis dari koloid: 1. Sol (Fase terdispersi padat) Sol adalah partikel berukuran koloid 0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat membentuk dispersi koloid dalam air dan karena ukuran partikelnya sol koloid ini cenderung tidak stabil. Gel merupakan sistem padatan yang bersifat elastis karena terbentuknya suatu jalinan antara partikel-partikel koloid sol. Transformasi koloid sol menjadi gel apabila tercipta beberapa kondisi seperti perubahan suhu, perubahan agensia pembentuk gel, pengurangan jumlah gugus bermuatan akibat perubahan derajat keasaman atau penambahan garam (Lesmana dkk, 2008). a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam. b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, tepung dalam air. c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara, asap pembakaran. 2. Emulsi (Fase terdispersi cair) a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh: jelly, keju, mentega, nasi. b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh: susu, mayonais, krim tangan. c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh: hairspray, obat nyamuk. 3. Buih (Fase terdispersi gas) a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam. b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: putih telor yang dikocok, busa sabun. (Brady, 1986). Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid: 1. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati (Petrucci, 1987). 2. Gerak Brown Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan sedikit, tetapi karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul fasa pendispersinya gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut gerakan Brown. (Petrucci, 1987). 3. Muatan Koloid (Sifat Listrik) Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri, 1999). Berdasarkan bahan bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan du acara. Yakni kondensasi dan disperse. Kondensasi adalah pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses ini didasarkan pada reaksi kimia seperti reaksi hidrolisis, redoks, dekomposisi rangkap, dan reaksi pergantian pelarut. Sedangkan dispersi adalah pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid. Cara dispersi ini terdiri dari 3 cara, cara mekanik yaitu partikel kasar digerus hingga halus kemudian diaduk dengan medium pendispersi, peptisasi, dan busur bredig. Yang kedua adalah peptisasi, merupakan cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia untuk memecah partikel besar menjadi partikel koloid, dan terakhir busur bredig yakni alat pemecah zat padatan menjadi partikel koloid dengan arus listrik tegangan tinggi (Tim master Eduka, 2017). C. Alat dan Bahan Alat : Gelas kimia 250 ml, 50 ml Labu Erlenmeyer 250 ml Tabung reaksi sedang dan kecil serta rak tabung reaksi Lumpang dan alu Corong Gelas ukur 50 ml Ruang gelap dengan celah sempit dan lampu senter Cawan porselin Pembakar spirtus, kaki tiga, kasa asbes Bahan : Ca asetat jenuh FeCl3 jenuh Serbuk As2O3 Gas H2S (FeS + HCl pekat) Lar NaCl 1 M Lar BaCl2 1 M Lar AlCl3 1 M Lar Iodium Alkohol 95% Kerosin Lar sabun Gula aren Karbon aktif Lar PP Amilum Air suling D. Cara Kerja a. Pembuatan Koloid dengan Cara Kondensasi 1. Pembuatan sol Fe(OH)3 Menyediakan 2 buah gelas kimia 250 ml yang bersih. Mengamati dan mencatat warna kedua larutan. Mengisi gelas kimia 1 dengan 100 ml air suling lalu menambah tetes demi tetes larutan FeCl3 jenuh 5 ml. Mengisi gelas kimia 2 dengan 100 ml air suling dan memanaskan sampai mendidih, kemudian menambah tetes demi tetes larutan FeCl3 jenuh 5 ml ke dalam larutan yang sedang mendidih sambil mengaduknya. 2. Pembuatan sol As2S3 Memasukkan serbuk As2S3 ± 0,5 gram ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. kemudian menambah sedikit demi sedikit air suling 100 ml. Mengamati dan mencatat warna yang terbentuk, dan menyimpan larutan untuk percobaan selanjutnya. Memanaskan campuran tersebut sampai mendidih sambil terus mengaduknya hingga semua/sebagian besar As2S3 larut. Mendinginkan campuran tersebut hingga mencapai suhu kamar, kemudian mengalirkan gas H2S sampai jenuh. Catatan : Gas H2S dibuat dengan mereaksikan antara kristal Fe2S dengan HCl pekat dalam pesawat Kipp b. Pembuatan koloid dengan cara dispersi Memasukkan 1 sdt amilum dan air suling 10 ml ke dalam gelas kimia(I) 50 ml. Mengaduk dan menyaring campuran tersebut, kemudian menampung filtratnya dalam tabung reaksi kecil. Mengaduk dan menyaring campuran tersebut, kemudian menampung filtratnya dalam tabung reaksi kecil. Memasukkan 1 sdt amilum yang telah digerus sampai halus dan menambahkan 10 ml air suling ke dalam gelas kimia kedua. Mengamati warna pada kedua filtrat, kemudian menambahkan 3 tetes larutan Iodium ke dalam filtrat I dan II. Dan membandingkan warna warna kedua filtrat tersebut. c. Pembuatan emulsi Memasukkan kira-kira 2 ml kerosin dan 4 ml air suling ke dalam tabung reaksi besar. Mengocok dengan kuat dan meletakkan tabung di rak. Kemudian mengamati waktu yang diperlukan untuk pemisahan dua komponen. Setelah terbentuk 2 lapisan, menambahkan 2 ml lar sabun. Kemudian mengocok dengan kuat dan meletakkan di rak, dan mengamati perubahan yang terjadi selama 5-10 menit. d. Pembuatan gel Memasukkan 1,5 ml larutan kalsium asetat jenuh ke dalam tabung reaksi besar dan menambahkan 8,5 ml alkohol 95%. Kemudian mengamati dan mencatat apa yang terjadi. Mengamati dan mencatat apa yang terjadi. Mengamati dan mencatat apa yang terjadi. Memasukkan sedikit hasil pencampuran tersebut ke dalam cawan porselin, kemudian membakarnya. e. Efek Tyndall Menyediakan 4 gelas kimia yang bersih. Kemudian mengisi masing-masing gelas dengan 100 ml larutan hasil percobaan a.1 (lar FeCl3) ; hasil percobaan a.2 (FeOH3) ; hasil percobaan b dan air suling Menempatkan gelas kimia 1 (hasil percobaan a.1) di ruang gelap dan melewatkan cahaya dari lampu senter melalui lubang kecil dengan arah tegak lurus pada gelas kimia. Mengamati berkas cahaya dengan arah tegak lurus dan mencatat hasilnya. Menempatkan gelas kimia 2 (hasil percobaan a.2) di ruang gelap dan melewatkan cahaya dari lampu senter melalui lubang kecil dengan arah tegak lurus pada gelas kimia. Mengamati berkas cahaya dengan arah tegak lurus dan mencatat hasilnya. Menempatkan gelas kimia 3 (hasil percobaan b) di ruang gelap dan melewatkan cahaya dari lampu senter melalui lubang kecil dengan arah tegak lurus pada gelas kimia. Mengamati berkas cahaya dengan arah tegak lurus dan mencatat hasilnya. Menempatkan gelas kimia 4(air suling) di ruang gelap dan melewatkan cahaya dari lampu senter melalui lubang kecil dengan arah tegak lurus pada gelas kimia. Mengamati berkas cahaya dengan arah tegak lurus dan mencatat hasilnya. f. Koagulasi 1. Pengaruh elektrolit Menyiapkan 3 tabung reaksi, kemudian memasukkan 2 ml sol Fe(OH)3 hasil percobaan a.2 ke dalam masing-masing tabung. Menuangkan secara bersamaan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 ml lar NaCl 1 M, lar BaCl2 1 M, dan lar AlCl3 1 M. Mengamati urutan kecepatan terjadinya koagulasi dengan mencatat waktu sampai terjadi penggumpalan. Menyiapkan 3 tabung reaksi, kemudian memasukkan sol As2S3 hasil percobaan b ke dalam masing-masing tabung. Menuangkan secara bersamaan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 ml lar NaCl 1 M, lar BaCl2 1 M, dan lar AlCl3 1 M. Mengamati urutan kecepatan terjadinya koagulasi dengan mencatat waktu sampai terjadi penggumpalan. 2. Pengaruh sol lain Mencampurkan 5 ml sol Fe(OH)3 dengan 5 ml mol As2S3 Mengamati apakah terjadi koagulasi dengan mencatat waktu yang diperlukan untuk menggumpal. g. Adsorpsi Menyediakan 2 buah tabung reaksi kecil, kemudian memasukkan 5 ml air suling dan ½ sendok teh gula aren ke dalam masing-masing tabung. Dan mengocok hingga larut. Menyimpan tabung pertama sebagai pembanding, dan menambahkan ¼ sdt norit atau karbon aktif ke dalam tabung kedua. Setelah 10 menit, menyaring campuran tsb dan menampung filtratnya pada tabung reaksi lain yang bersih. Meletakkan tabung kedua tersebut dalam gelas kimia yang berisi air panas sambil mengaduknya. Membandingkan warna filtrat hasil saringan dengan larutan gula pada tabung pertama. E. Data pengamatan No Kegiatan 1. Pembuatan sol Fe(OH)3 2. 3. 4. Pembuatan sol As2S3 (Tidak dipraktikkan karena sangat beracun) Pembuatan koloid dengan cara dispersi Pencampuran larutan Kalsium asetat jenuh dan alkohol 5. Pemanasan gel Efek Tyndall 6. Pengaruh elektrolit 7. 8. Pencampuran sol Fe(OH)3 dan sol As2S3 Pembuatan emulsi 9. Adsorpsi Pengamatan Warna larutan FeCl3 jenuh : orange terang Warna larutan gelas a.1 : kuning muda Warna larutan gelas a.2 : orange gelap Warna As2O3 dalam air : Warna larutan setelah dialiri H2S : Warna filtrat amilum tanpa digerus : putih Warna filtrat amilum gerus : putih keruh Warna filtrat amilum tanpa gerus + I2 : ungu Warna filtrat amilum gerus + I2 : ungu pekat dengan sedikit endapan Saat larutan kalsium asetat jenuh dicampurkan dengan alkohol, tampak terdapat gelembunggelembung gas yang bergerak ke atas. Setelah didiamkan beberapa saat, campuran tersebut terbentuk endapan dan larutan menjadi jernih. Saat endapan gel dipanaskan terbentuk gumpalan. Lar FeCl3 : cahaya kuning Sol Fe(OH)3 : cahaya orange, terjadi penghamburan Sol As2O3 : Amilum tanpa digerus : cahaya ungu muda, tanpa penghamburan Amilum digerus : cahaya ungu tua, terjadi penghamburan Air suling : Tidak terjadi penghamburan, cahaya putih Sol Fe(OH)3 + NaCl : - detik + BaCl2 : - detik (larutan keruh) + AlCl3 : 100 detik (menggumpal) Sol As2S3 + NaCl : detik + BaCl2 : detik + AlCl3 : detik Pemisahan minyak dan air : 21 detik Campuran air, minyak dan sabun setelah 10 menit : menjadi 2 lapisan yakni bening (tidak berwarna) dan putih berbusa halus Warna larutan gula : kuning kecoklatan Warna filtrat setelah penambahan karbon aktif : jernih tidak berwarna, terdapat endapan hitam F. Pembahasan Percobaan 1 Yakni pembuatan sol Fe(OH)3 warna awal Fe(OH)3 adalah orange terang. Kemudian pada gelas 1 dicampurkan sol Fe(OH)3 dengan air suling menghasilkan warna kuning muda. Perubahan warna Fe(OH)3 menjadi lebih terang karena ditambah air suling namun tidak melalui proses pemanasan sehingga ionisasi terjadi secara lambat dan koloid belum terbentuk. Reaksi yang terjadi : FeCl3 + H2O Fe(OH)3 + HCl Sedangkan pada gelas 2 yakni berisi air suling yang mendidih kemudian ditambahkan lar Fe(OH)3 menghasilkan warna orange gelap. Proses ini merupakan proses pembuatan koloid dengan cara kondensasi karena terjadi proses pengubahan molekul FeCl3 menjadi partikel Fe(OH)3. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi ini dilakukan melalui proses reaksi hidrolisis FeCl3 sebagai fase terdispersi karena larutan ini memberikan reaksi terhadap air dan sebagai fase pendispersi adalah H2O. Pembuatan koloid dilakukan di air mendidih berfungsi agar larutan FeCl3 dan H2O lebih cepat terionisasi. Penggunaan koloid ini menggunakan prinsip hidrolisis ketika senyawa FeCl3 bereaksi dengan air. Maka Fe akan terionkan dalam air dan membentuk ikatan dengan ion OH- yang ada didalam air sehingga menghasilkan produk Fe(OH)3. Pada percobaan ini garam yang digunakan adalah FeCl3 yang mengalami reaksi hidrolisis akan membentuk ikatan basa lemah dan bersisa ion-ion H+ yang membuat campuran tersebut bersifat asam. Dimasukkannya FeCl3 kedalam air yang mendidih karena FeCl3 hanya bisa terionkan dalam suhu yang tinggi. Adapun bentuk reaksinya sebagai berikut : FeCl3(aq) + 3H2O(aq) 3HCl(aq) + Fe(OH)3(koloid) (Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+) Reaksi diatas terbentuk sol cair atau sol Fe(OH)3 karena berada pada medium pendispersi yang diperoleh dari reaksi kimia yang dapat ditandai dengan adanya perubahan warna yang terjadi pada H2O saat pencampuran FeCl3 yaitu berwarna orange gelap. Warna yang gelap tersebut menandakan bahwa sol sudah terbentuk. Percobaan 3 Yakni pembuatan koloid dengan cara dispersi. Pada gelas kimia 1 berisi filtrat amilum yang tidak digerus menghasilkan warna putih, Hal ini menunjukkan bahwa pada fitrat 1 bukan koloid karena ukuran partikelnya besar sehingga pada saat disaring partikelpartikel yang ukurannya lebih besar dari koloid tidak dapat melewati kertas saring kemudian ditambah I2 menghasilkan warna ungu Sedangkan pada gelas ke 2 berisi filtrat amilum yang digerus dengan warna awal putih keruh pada filtrat 2 adalah koloid karena sebelumnya amilum digerus atau gumpalan materinya diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid dan koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dimana partikel inilah yang menjadi penyebab utama kekeruhan. Kemudian ditambah larutan iod untuk membuktikan adanya amilum atau partikel amilum dapat bereaksi dengan iod ditandai dengan larutan berwarna ungu yang pekat dengan sedikit endapan. C6H10O5 + H2O C6H12O6 Larutan keruh C6H10O5 + H2O + I2 C6H10I2 + H2O6 Larutan berwarna ungu Percobaan 4 Yakni pembuatan gel dengan mencampurkan kalsium asetat jenuh dan alkohol o 95 %. Kalsium asetat sukar larut dalam alcohol tetapi mudah larut dalam air, sehingga kalsium asetat perlu dilarutkan terlebih dahulu kedalam air hingga terbentuk larutan jenuh kalsium asetat. Kemudian ditambah dengan pelarut alkohol akibatnya terjadi pergantian pelarut antara pelarut air dan alcohol, karena kalsium asetat sukar larut dalam alkohol terbentuklah koloid yang berupa gel. Reaksi yang terjadi adalah : 2C2H5OH + Ca(CH3COO)2 2CH3COOC2H5 + Ca(OH)2 Setelah terbentuk gel, apabila gel kemudian dibakar maka terbentuk api yang berwarna biru tapi tidak terlalu nampak dan sisa pembakaran berupa kalsium asetat padat. Percobaan 5, Efek Tyndall. 1. Lar FeCl3 : cahaya kuning. Pada saat larutan FeCl3 dilewatkan cahaya, cahaya diteruskan. Sehingga pada gelas A disebut sebagai larutan sejati. 2. Sol Fe(OH)3 : cahaya orange, terjadi penghamburan. Salah satu ciri koloid yakni saat dilewati cahaya maka campuran tersebut akan menghamburkan cahaya. Sehingga sol Fe(OH)3 yang merupakan hasil dari percobaan 1, dikatakan sebagai koloid karena dapat menghamburkan cahaya. 3. Amilum tanpa digerus : cahaya ungu muda, tanpa penghamburan. Hasilnya menunjukkan bahwa amilum tanpa digerus bukan koloid seperti yang dijelaskan pada percobaan 1 karena ukuran partikelnya besar sehingga pada saat disaring partikel-partikel yang ukurannya lebih besar dari koloid tidak dapat melewati kertas saring kemudian ditambah I2 menghasilkan warna ungu. Jadi ketika amilum yang tidak digerus ini dilewatkan cahaya, maka tidak ada penghamburan. 4. Amilum digerus : cahaya ungu tua, terjadi penghamburan. Amilum yang digerus adalah koloid karena sebelumnya amilum digerus atau gumpalan materinya diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Sehingga saat dilewatkan cahaya, akan terjadi penghamburan. 5. Air suling : Tidak terjadi penghamburan, cahaya putih. Hal ini terjadi karena air suling merupakan larutan sejati sehingga partikelpartikel nya yang sangat kecil tidak dapat menghamburkan cahaya. Percobaan 6 Sol Fe(OH)3 + NaCl : - detik + BaCl2 : - detik (larutan keruh) + AlCl3 : 100 detik (menggumpal) Pengaruh elektrolit pada koloid yaitu semakin banyak elektrolit yang ditambahkan maka semakin stabil koloid tersebut. Dari percobaan tersebut, dihasilkan penggumpalan saat sol Fe(OH)3 ditambah AlCl3 sedangkan saat ditambah NaCl dan BaCl2 tidak terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika koloid ditambahkan elektrolit yang banyak maka koloid tersebut akan semakin stabil. Percobaan 8 Yakni pembuatan emulsi, terbentuk 2 lapisan. Saat ditambahkan 2 ml natrium oleat lalu dikocok tidak timbul 2 lapisan pada larutan, setelah diamati selama 10 menit terbentuk 2 lapisan, lapisan atas nampak keruh dan terdapat buih dan lapisan bawah bening. Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari sedikitnya satu cairan tidak saling campur yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk droplet atau partikel dengan diameter kira-kira 0,1 m. Emulsi adalah campuran yang tidak stabil. Percobaan ini benzena dan air ditambahkan kedalam tabung reaksi dan dikocok. Campuran tersebut membentuk dua lapisan karena adanya perbedaan kepolaran dan berat jenis. Air bersifat polar daripada benzena. Berat jenis air 1 gr/cm3 sedangkan berat jenis benzena berada 0,89 gr/cm3. Oleh sebab itu, pada lapisan tersebut benzena berada pada lapisan atas dan air pada lapisan bawah. Kemudian ditambahkan dengan larutan natrium oleat untuk menstabilkan emulsi dan bersifat semi polar yang dapat melarutkan larutan polar dan larutaan nonpolar. Dalam percobaan ini yang bertindak sebagai medium pendispersi adalah air, sedangkan terdispersi adalah benzena. C6H6 + H2O larutan 2 lapisan dimana diatas benzena dan dibawah air C6H6 + H2O + air sabun larutan bercampur dan keruh Percobaan 9 Yakni mengenai adsorpsi. Larutan gula nampak hitam setelah dikocok dan nampak kuning kecoklatan. Setelah disaring larutan nampak jauh lebih jernih dari sebelumnya. Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan gula pasir kotor ke dalam air dalam tabung reaksi lalu ditambahkan norit dan dipanaskan oleh air panas setelah itu dikocok dan disaring. Hal yang didapatkan larutan akhir lebih bening daripada larutan awal (ketika gula dilarutkan dalam air), hal ini disebabkan karena norit mengadsorpsi ion sejenisnya sehingga partikel-partikel yang ada pada larutan gula pasir terserap dan ketika proses penyaringan larutannya akan tampak lebih jernih. C12H22O11 + H2O + Norit 2C6H12O6 (larutan hitam pekat) G. Simpulan a. Pembuatan koloid terdiri atas dua cara yaitu kondensasi dan dispersi. Kondensasi merupakan proses perubahan molekul-molekul menjadi partikel-partikel koloid sedangkan cara dispersi merupakan proses perubahan partikel-partikel besar diubah menjadi partikelpartikel dengan ukuran koloid. Beberapa contoh koloid dalam percobaan adalah emulsi dan gel. Emulsi merupakan salah satu sistem koloid ketika suatu zat cair didespersikan pada zat cair lain (yang tidak saling melarutkan) dan gel adalah sol liofil yang berbentuk setengah padat dan pembentukannya dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna. b. Beberapa sifat koloid pada percobaan ini, yaitu : 1. Koagulasi adalah keadaan ketika partikel-partikel membentuk gumpalan yang besar atau mengalami penggumpalan. 2. Adsorpsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan atau cairan. 3. Efek Tyndall adalah peristiwa terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar,sedangkan partikelpartikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya. H. Daftar Pustaka Brady, James E. 1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Purna Aksara. Keenan, C.W.1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Lesmana, S. Novita, Thomas Indarto P. S dan Netty Kusumawati. 2008. Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat sebagai Fortifikan Kalsium terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Permen Jeli Susu. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 7 No. 1 April 2008. Petrucci,Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga. Syukri.S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB. I. Jawaban Pertanyaan 1. Mengapa warna larutan FeCl3 berubah ? Jawab : Karena adanya reaksi kimia yang terjadi pada H2O saat pencampuran FeCl3 reaksi kimia tersebut adalah reaksi hidrolisis yang merupakan salah satu bagian dari pembuatan koloid dengan cara kondensasi. Perubahan warna yang terjadi menjadi warna yang gelap tersebut menandakan bahwa sol sudah terbentuk. 2. Mengapa warna larutan As2O3 berubah ? (Percobaan tidak dilakukan) 3. Apakah perbedaan amilum yang tidak digerus dengan amilum yang digerus? Jawab : Amilum tanpa digerus : ukuran partikelnya besar sehingga pada saat disaring partikelpartikel yang ukurannya lebih besar dari koloid tidak dapat melewati kertas saring Amilum yang digerus : amilum yang gumpalan materinya diubah menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid dan koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dimana partikel inilah yang menjadi penyebab utama kekeruhan. 4. Mengapa Kalsium asetat sampai membentuk gel ? Apa yang terjadi pada pembakaran gel itu? Jawab : Karena saat Kalsium asetat jenuh ditambah dengan pelarut alkohol akibatnya terjadi pergantian pelarut antara pelarut air dan alkohol, karena kalsium asetat sukar larut dalam alkohol terbentuklah koloid yang berupa gel. Apabila gel kemudian dibakar maka terbentuk api yang berwarna biru tapi tidak terlalu nampak dan sisa pembakaran berupa kalsium asetat padat. 5. Apakah pengaruh larutan elektrolit terhadap kestabilan koloid ? Jawab : Semakin banyak elektrolit yang ditambahkan maka semakin stabil koloid tersebut. 6. Apa kesimpulan dari hasil pengamatan 5 dihubungkan dengan efek Tyndall ? Jawab : Efek Tyndall adalah peristiwa terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya. 7. Dari hasil pengamatan anda, anion atau kationkah yang berpengaruh terhadap terjadinya koagulasi sol Fe(OH)3 dan sol As2O3 ? Bagaimana pendapat anda tentang muatan dari sol Fe(OH)3 dan sol As2O3 ? Jelaskan. (Percobaan tidak dilakukan) 8. Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari pencampuran Fe(OH)3 dan As2S3 ? (Percobaan tidak dilakukan) 9. Apakah kesimpulan anda tentang sifat molekul sabun ? manakah gugus yang bersifat hidrofil dan mana yang hidrofob ? Jawab : Sabun memiliki rumus umum RCOONa. Dalam air, ion-ion Na+ terlepas dari ion-ion RCOO-. Rantai R bersifat nonpolar sehingga tidak dapat menarik air, tetapi mampu menarik minyak. Sedangkan -COO bersifat hidrofil mampu menarik air.