Uploaded by User99421

913. LP RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI
I. Definisi
Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2007).
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995 DALAM Fitria, 2009)
dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut

Upaya bunuh diri (scucide attempt)
Sengaja melakukan kegiatanmenuju bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai
tuntasakan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
Bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang
lain.

Ancaman bunuh diri (suicide threat)
suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi
atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
1
II. Rentang Respon
Rentang respons Risiko Bunuh Diri menurut keliat (1999) dalam Fitria (2014):
Respons Adaptif
-
Respons Maladaptif
Peningkatan diri
-
Berisiko
-
Bunuh Diri
Destruktif
-
Destruktif Diri
-
Pencederaan Diri
Faktor predisposisi dan presipitasi menurut Fitria, 2014:
III. Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian.
Kekuatan
dukungan
social
sangat
penting
dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
2
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).(Fitria,
2012).
IV. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan. ( Fitria, 2014).
Pohon Masalah
Pohon masalah harga diri rendah menurut Fitria (2014):
Effect
Bunuh Diri
Core Problem
Risiko Bunuh Diri
Causa
Isolasi Sosial: Menarik Diri
Harga Diri Rendah Kronis
V. Tanda Gejala
Tanda gejala harga diri rendah menurut Fitria (2014):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
j. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahgunakan alkohol)
3
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene
(Fitria, 2014).
VI. Proses Keperawatan
6.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan risiko bunuh diri menurut
Fitria (2014):
- Subjektif
o Mengungkapkan keinginan bunuh diri
o Mengungkapkan keinginan untuk mati
o Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
o Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga.
o Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
o Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
o Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
- Objektif
o Impulsif
o Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
o Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
o Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
4
o Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier)
o Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
o Status perkawinan yang tidak harmonis.
6.2 Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
5
6.3
Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan risiko bunuh diri menurut Fitria (2014):
Nama Klien
:
Ruangan
:
No CM
:
Dx Medis
:
No.
Diagnosa
Dx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Resikobunuh
SP 1:
Setelah..interaksi,
Identifikasi benda-benda
diri
Perawat dapat
perawat dapat
yang dapat membahayakan
mengidentifikasi
mengidentifikasi benda-
klien.
benda-benda yang
benda yang dapat
dapat membahayakan
membahayakan klien
Rasional
Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
klien
SP 1:
Setelah.. interaksi,
Amankan benda-benda yang
Perawat dapat
perawat dapat
dapat tmembahyakan klien
mengamankan benda-
mengidentifikasi benda-
benda yang dapat
benda yang dapat
membahayakan klien
membahayakan klien
6
Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
SP 1:
Setelah..interaksi
Lakukan kontak treatmen
Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
Perawat melakukan
perawat melakukan
kontak treatmen
kontrak treatmen
SP 1;
Setelah..interaksi
Latihan cara mengendalikan
Mencegah timbulnya upaya bunuh diri klien
Perawat dapat
perawat dapat
dorongan bunuh diri
mengajarkan cara
mengajarkan cara
mengendalikan
mengendalikan
dorongan bunuh diri
dorongan bunuh diri.
SP 1:
Setelah..interaksi
Latihan cara mengendalikan
Memberikan alternative tindakan untuk
Perawat dapat
perawat dapat
dorongan bunuh diri
mengendalikan dorongan bunuh diri atau
mengajarkan cara
mengajarkan cara
mengendalikan
mengendalikan
dorongan bunuh diri
dorongan bunuh diri
SP 2:
Setalah..interaksi, klien
Identifikasi aspek positif
Aspek positif yang diungkapkan klien akan
Klien dapat
dapat mengidentifikasi
klien.
meningkatkan harga diri sehingga dorongan
mengidentifikasi
aspek positif klien
mencegah upaya klien untuk bunuh diri
bunuh diri tidak terjadi
aspek positif klien
SP 2:
Setalah..interaksi klien
Dorongklienuntukberfikirpos
Bila klien senantiasa berfikir positif terhadap
Klien dapat berfikir
dapat berfikir positif
itiftentangdirinya
perjalanan hidupnya akan memberi semangat
7
positif terhadap
terhadap dirinya
hidup klien
dirinya
SP 2
Setalah..interaksi klien
Dorong klien untuk
Bila klien berfikir positif terhadap dirinya
Klien dapat
dapat menghargai diri
menghargai dirinya sebagai
berdua bahwa dirinya sebagii ndividu yang
menghargai dirinya
nya sebagai individu
individu.
berharga akan memberikan semangat hidup
sebagai individu.
klien
SP 3;
Setalah..interaksi, klien
Identifikasi pola koping yang
Pola koping klien yang sudahteridentifikasi
Klien dapat
dapat mengidentifikasi
biasa dilakukan
akan membantu perawat dalam memberikan
mengidentifikasi pola
pola koping yang biasa
bebrapa alternative yang dapat dilakukan klien
koping yang biasa
dilakukan
dalam menyelesaikan masalah
dilakukan
SP 3:
Setalah..interaksi, klien
Dorong klien untuk menilai
Bila klien dapat menilai koping dirinya dengan
Klien dapat menilai
dapat menilai pola
pola koping yang biasa
baik akan membantu menyelesaikan masalah
pola koping yang
koping yang biasa
dilakukan
dan menghambat dorongan untuk bunuh diri
biasa dilakukan
dilakukan
SP 3:
Setelah… interaksi klien
Dorong klien untuk
Bila klien dapat mengidentifikasi pola koping
Klien dapat
dapat mengidentifikasi
mengidentifikasi pola koping
yang adaptif menjadi modal utama dalam
mengidentifikasi pola
pola koping yang
yang konstruktif
menyelesaikan masalah lain diwaktu yang lain,
koping yang
konstruktif
setelah pulang dari RSJ
8
konstruktif
SP 3:
Setalah..interaksi klien
Dorong klien untuk memilih
Bila klien dapat memilih pola koping yang
Klien dapat memilihi
dapat memilih pola
pola koping yang konstruktif
konstruktif, perawat akan memberikan
pola koping yang
koping yang konstruktif
penghargaan dan kesempatan pada klien untuk
positif
dapat menyelesaikan masalah secara mandiri
SP 3
Setelah..interaksi klien
Dorong klien untuk
Bila klien dapat menerapkan pola koping
Klien dapat
dapat menerapkan pola
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian menunjukkan
menerapkan pola
koping konstruktif
konstruktif dalam kegiatan
klien dapat mengaplikasikan pola koping dalam
koping konstruktif
dalam kegiatan harian
harian
menyelesaikan masalahnya
SP 4:
Setalah..interaksi klien
Dorong klien untuk membuat
Rencana masa depan yang realistis dan telah
Klien dapat membuat
dapat membuat renacana
rencana masa depan yang
disepakati akan memberikan semangat hidup
rencana masadepan
masa depan yang
realistis bersama perawat .
baru bagi klien.
yang realistis bersama
realistis bersama
perawat
perawat
SP 4:
Setelah..interaksi klien
Dorong klien untuk
Setelah membuat rencana yang realistis dan
Klien dapat
dapat mengidentifikasi
mengidentifikasi cara
mengidentifikasikan cara pencapaian akan
mengidentifikasi cara
caramencapairencanama
mencapai rencan amasa
membantu klien secara tekhnik dalam mencapai
mencapai rencana
sa depan yang realistis
depan yang realistis
rencana tersebut
dalam kegiatan harian
9
masa depan yang
realistis
SP 4:
Setelah..interaksi, klien
Dorong klien untuk
Kemampuan klien melakukan kegiatan dalam
Klien dapat
dapat melakukan
melakukan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan merupakan sasaran
melakukan kegiatan
kegiatan kegiatan dalam
rangka meraih masa depan
perawat bagi klien yang mampu menyelesaikan
dalam rangka mera
rangka meraih masa
yang realistis
masalahnya secara mandiri
masadepan yang
depan yang realistis
realistis
10
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a.
SP Klien
1) SP I
a) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
b) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
c) Melakukan contact treatment
d) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Mengidentifikasi aspek
positif klien
b) Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
c) Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu
3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.Mengidentifikasi pola
koping yang biasa dilakukan klien
b) Menilai pola koping yang biasa dilakukan klien
c) Mengidentifikasi pola koping konstruktif
d) Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
e) Menganjurkan klien menerapkan pola koping knstruktif dalam
kegiatan harian.
4) SP IV
a) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien
b) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c) Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang relistis
b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
bunuh diri.
c) Menjelaskan cara merawat klien risiko bunuh diri.
11
2) SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien risiko bunuh
diri.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien risiko bunuh diri.
3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang
12
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Stuart, G.W. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Banjarmasin, 24 Juli 2020
Preseptor Klinik
Ners Muda
Mas’Udah, Ns.,S.Kep.,Ns
Indah Sundari, S.kep
13
Download