Selanjutnya terkait kurva kasus COVID-19 ini, menurut Iqbal Elyazar yakni ahli biostatistik Eijkman Oxford Clinical Research Unit menyatakan bahwa kurva yang disampaikan pemerintah setiap harinya kepada publik bukanlah kurva epidemi yang sesuai standar ilmu, sehingga sulit untuk melihat perkembangan kasus yang sesungguhnya di Indonesia ini. Kurva epidemi yang sesuai standar terdiri sumbu Y (vertikal) yang menunjukkan jumlah kasus baru, dan sumbu X (horizontal) yang mengindikasikan patokan waktu analisis yang terkait dengan jumlah kasus baru. Seperti patokan tanggal orang terinfeksi, tanggal mulai bergejala, dan tanggal diperiksa. Sementara pada kurva yang dimiliki pemerintah, sumbu X menunjukkan angka pertambahan kasus COVID-19 yang terlapor setiap harinya. Seharusnya bukan angka yang terlapor, karena bisa saja angkanya lebih besar namun test kit tidak mencukupi, atau angka yang dilaporkan hari itu berdasarkan kapasitas laboratorium. Meski masih menerapkan status tanggap darurat, masyarakat tetap diminta untuk mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak (physical distancing), menghindari kerumunan, dan mengenakan masker saat keluar rumah. Ketidakdisiplinan masyarakat tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat terkait bahaya COVID-19, rendahnya kesadaran masyarakat dalam perananya menganggulangi COVID-19, kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah, serta kurang tegasnya pemerintah dalam memberikan sanksi kepada pelanggar aturan. Berdasarkan yang sudah dijelaskan diatas, banyak sekali perilaku pemerintah yang masih mengabaikan pandemi ini. Pantas saja di Indonesia setiap harinya selalu saja ada kasus COVID19 yang bertambah. Untuk itu diharapkan mahasiswa dapat membantu pemerintah agar dapat menyadarkan masyarakat akan COVID-19 ini. Karena begitu besar dampak yang dirasakan akan adanya COVID -19, baik pada sektor ekonomi, pendidikan, sosial maupun budaya. Demi meminimalisir agar dampak tersebut tidak terus menerus dirasakan masyarakat Indonesia, Pemerintahpun berupaya menerapkan New Normal yang merupakan satu-satunya kunci agar Indonesia tetap bisa menjalankan kehidupan seperti sedia kala. Namun ada kehati-hatian pemerintah dalam memutuskan diterapkannya New Normal, agar tidak ada timbulnya kegagalan. Untuk itu peran mahasiswa disini penting sekali, agar bisa membantu pemerintah dan masyarakat mewujudkan New Normal tanpa adanya kegagalan. Dengan adanya kerja sama antara mahasiswa, pemerintah dan masyarakat, maka dapat menekan angka menyebarnya kasus positif COVID-19. Dan masyarakat di Indonesia bisa kembali lagi menjalankan aktivitas seperti biasa, walaupun harus dengan protokol kesehatan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Setidaknya dapat kembali bangkit untuk memperbaiki sektor-sektor yang sebelumnya mengalami penurunan. Untuk itu ayo masyarakat Indonesia mari kita bangkit bersama, demi memberantas COVID-19 yang selama ini mempengaruhi kehidupan kita. Kalau bukan oleh kita, oleh siapa lagi? Kalau bukan untuk kita, untuk siapa lag?.