Lembaga-lembaga Ekonomi Islam di Indonesia (Aspek

advertisement
LEMBAGA-LEMBAGA
EKONOMI ISLAM DI
INDONESIA
WIRDYANINGSIH
LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI ISLAM DI
INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bank
Asuransi
Pasar Modal
Zakat
Wakaf
Lembaga gadai
Koperasi
Perusahaan Pembiayaan
Dewan Syariah Nasional
Dewan Pengawas Syariah
OTORITAS JASA KEUANGAN
• UU 21 tahun 2011 ttg Otoritas Jasa Keuangan
• Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
di sektor jasa keuangan
• OJK melakukan tugas pengaturan dan pengawasan
secara terpadu, independen, dan akuntabel terhadap:
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Industri Keuangan Non-Bank
Kegiatan Jasa Ruang Lingkup OJK
• Perbankan
• Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam UU
mengenai perbankan
• Pasar Modal (UU Pasar Modal)
• Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek.
• Industri Keuangan Non-Bank
• Kegiatan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan
selain bank yang mencakup Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
Lembaga Penjaminan, Pergadaian, Perusahaan Perasuransian, dan
lembaga yang menyelenggarakan program jaminan sosial, pensiun,
dan kesejahteraan yang bersifat wajib, serta industri keuangan non
bank lainnya
I. BANK
PERKEMBANGAN JUMLAH
PERBANKAN SYARIAH
155
146
138
131
160
114
105
140
92
120
88
24
100
84
23
11
25
27
2013
10
80
26
6
2011
5
20
60
2009
3
19
3
40
2007
15
3
3
20
8
2005
2
0
2003
BPRS UUS
BUS
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
PERBANKAN SYARIAH
PERBANKAN
SYARIAH
BANK
SYARIAH
BANK UMUM
SYARIAH
BANK
PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH
BANK UMUM
KONVENSIONAL
UNIT
USAHA
SYARIAH
SISTEM
KONVENSIONAL
PENDIRIAN BANK SYARIAH
• UU No 21/ 2008 ttg Perbankan Syariah
• PBI Nomor 11/15/PBI/2009 - Perubahan Kegiatan Usaha
•
•
•
•
Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah,
PBI 11/10/PBI/2009 ttg Unit Usaha Syariah
Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan
usaha setelah memperoleh izin BI
Bentuk badan hukum Bank Islam adalah PERSEROAN
TERBATAS
Pemberian izin dilakukan dalam 2 tahap:
1.
2.
Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank
Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan
kegiatan usaha Bank setelah tahap persetujuan prinsip selesai
dilakukan
1. PERSETUJUAN PRINSIP
PERMOHON
AN
•
•
Dokumen
pendukung (SE
11/9/Dpbs)
Setoran modal
paling kurang
30% dari modal
disetor
minimum
BI
* BI
melakukan:
a. Penelitian
dokumen
b. Analisis
c. Fit and
proper test
* Presentasi
oleh pihak
yang
mengajukan
permohonan
DITOLAK
* Berlaku 1
tahun sejak
tanggal
persetujuan
prinsip
diterbitkan
DISETUJUI
* Dilarang
melakukan
kegiatan
usaha
sebelum
mendapat izin
usaha
* Mengajukan
permohonan
izin usaha
2. IZIN USAHA
PERMOHON
AN
•
•
Dokumen
pendukung (SE
11/9/Dpbs)
Pelunasan
minimum modal
disetor
BI
* BI
melakukan:
a. Penelitian
dokumen
b. Fit and
proper test
apabila
terjadi
penggantia
n pihakpihak
DITOLAK
DI
SETUJUI
*Bank wajib
melakukan
kegiatan
usaha paling
lambat 60
hari sejak
tanggal terbit
izin usaha
*Presiden
Direktur
Bank wajib
lapor
pelaksanaan
kegiatan
usaha paling
lambat 10
hari
*Wajib
mencantumk
an kata
SYARIAH
pada nama
Bank
MODAL
• BUS
– Modal disetor paling kurang Rp1 triliun
• BPRS
– Modal disetor paling kurang Rp2 miliar untuk di wilayah
Jabodetabek
– Modal disetor paling kurang Rp1 miliar untuk wilayah ibukota
propinsi di luar wilayah Jabodetabek
– Modal disetor paling kurang Rp500 juta untuk di luar dua wilayah di
atas
KONVERSI PERBANKAN
• BUS tidak dapat dikonversi menjadi BUK
• BPRS tidak dapat dikonversi menjadi BPR
• BUK dapat dikonversi menjadi BUS
• BPR dapat dikonversi menjadi BPRS
• Konversi yang dilakukan BUK menjadi BUS dan BPR
menjadi BPRS harus mendapat izin perubahan kegiatan
usaha oleh BI
PEMBENTUKAN UNIT USAHA
SYARIAH
• Pembentukan UUS dilakukan dengan mendapat
izin usaha dari BI
• Modal kerja paling kurang sebesar Rp100 miliar
PEMISAHAN UUS DARI BUK
• BUK yang memiliki UUS wajib memisahkan UUS menjadi
BUS apabila:
a.
b.
Nilai aset UUS telah mencapai 50% (lima puluh persen) dari
total nilai aset BUK induknya; atau
Paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya UU No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
• Pemisahan dapat dilakukan dengan
a.
Mendirikan BUS baru  dapat dilakukan oleh 1 atau lebih
BUK yang memiliki UUS
b.
Mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang telah
ada  hanya dapat dilakukan dengan BUS yang memiliki
hubungan kepemilikan dengan BUK yang memiliki UUS
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
PERBANKAN SYARIAH
MAJELIS
ULAMA
INDONESIA
BANK
INDONESIA
DIREKTORAT
BANK SYARIAH
KOMITE PERBANKAN
SYARIAH
DEWAN SYARIAH
NASIONAL
RUPS
PERBANKAN
SYARIAH
DEWAN
KOMISARIS
DIREKSI
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH
II. ASURANSI
Kajian terhadap Asuransi
• Pemahaman terhadap asuransi konvensional adalah haram,
yang terkandung dalam unsur gharar, maisir, dan riba
1.
2.
3.
Unsur gharar terdapat pada bentuk akad (perikatan) yang
melandasi penutupan polis. Akad yang terdapat pada asuransi
konvensional dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad
pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Unsur gharar ini juga terdapat pada sumber dana
pembayaran klaim pada asuransi konvensional adalah tidak jelas
asalnya.
Unsur maisir terjadi apabila peserta asuransi (pemegang polis)
membatalkan kontraknya pada masa reversing period, ia tidak akan
menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian
kecil saja (biasanya kurang dari 5%).
Unsur riba terkandung dalam melakukan usaha dan investasi yang
menggunakan sistem bunga, terutama oleh bank-bank
konvensional dan funds manager companies.
Perkembangan Asuransi Syariah
• Tahun 1994 didirikan PT Syarikat Takaful Indonesia yang
terdiri dari dua anak perusahaan:
• PT Asuransi Takaful Keluarga  asuransi jiwa
• PT Asuransi Takaful Umum  asuransi kerugian
• Perusahaan asuransi syariah berkembang menjadi:
• Asuransi Jiwa Syariah
• Asuransi Kerugian Syariah
• Unit Syariah Asuransi Jiwa Syariah
• Unit Syariah Asuransi Kerugian Syariah
• Re-Asuransi Syariah
Perizinan Usaha Asuransi Syariah
Pasal 3, 4, 32 dan 33 KMK No. 426/KMK.06/2003
Usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah
dapat dilakukan dengan cara:




Pendirian baru perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi dengan prinsip syariah;
Konversi dari perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi konvensional menjadi perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah;
Pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi
konvensional;
Konversi dari kantor cabang perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi konvensional menjadi kantor cabang
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan
prinsip syariah.
Perizinan Usaha Asuransi Syariah
(cont’d)
 Persyaratan permohonan izin usaha asuransi syariah
dan izin pembukaan kantor cabang dengan prinsip
syariah dari perusahaan asuransi konvensional,
 persyaratan umum (termasuk tenaga ahli asuransi
syariah dan modal kerja kantor cabang dengan
prinsip syariah);
 memiliki Dewan Pengawas Syariah perusahaan;
 pengesahan DPS perusahaan atas sumber modal
kerja, sistem akuntansi, produk asuransi yang akan
dipasarkan dll.
Biro Perasuransian
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Departemen Keuangan
Persyaratan Permodalan
JENIS PERUSAHAAN
MODAL DISETOR MINIMUM
Perusahaan Asuransi
Rp100 miliar
Perusahaan Reasuransi
Rp200 miliar
Perusahaan Pialang
Asuransi/Reasuransi
Rp1 miliar
Perusahaan Asuransi berdasarkan
prinsip syariah
Rp50 miliar
Perusahaan Reasuransi berdasarkan
prinsip syariah
Rp100 miliar
UNIT SYARIAH dari
MODAL KERJA MINIMUM
Perusahaan Asuransi
Rp25 miliar
Perusahaan Reasuransi
Rp50 miliar
Persyaratan Permodalan
(PP No.39 Tahun 2008)
JENIS PERUSAHAAN
MODAL DISETOR MINIMUM
Perusahaan Asuransi
Rp100 miliar
Perusahaan Reasuransi
Rp200 miliar
Perusahaan Pialang
Asuransi/Reasuransi
Rp1 miliar
Perusahaan Asuransi berdasarkan
prinsip syariah
Rp50 miliar
Perusahaan Reasuransi berdasarkan
prinsip syariah
Rp100 miliar
UNIT SYARIAH dari
MODAL KERJA MINIMUM
Perusahaan Asuransi
Rp25 miliar
Perusahaan Reasuransi
Rp50 miliar
PELAKU USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
No.
Keterangan
2006
2007
2008
2009
2010
2011*)
1.
Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah
2
2
2
2
3
3
2.
Perusahaan Asuransi Kerugian Syariah
1
1
1
1
2
2
3.
Perusahaan Asuransi Jiwa yang memiliki
Unit Syariah
9
12
13
17
18
17
4.
Perusahaan Asuransi Kerugian yang
memiliki Unit Syariah
15
19
19
19
20
20
5.
Perusahaan Reasuransi yang memiliki Unit
Syariah
3
3
3
3
3
3
TOTAL
30
37
38
42
46
45
*) Data per 9 Maret 2011
INDIKATOR KEUANGAN USAHA ASURANSI & REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
dalam miliyar (Rp)
INDIKATOR
2005
2006
2007
2008
2009
2010*)
KONTRIBUSI BRUTO
Asuransi Jiwa
199
282
511
1,154
1,929
2,530
Asuransi Kerugian & Reasuransi
127
217
294
497
450
708
TOTAL
326
499
806
1,651
2,379
3,237
Asuransi Jiwa
83
100
195
312
596
915
Asuransi Kerugian & Reasuransi
35
88
118
180
236
427
118
188
313
492
833
1,342
Asuransi Jiwa
408
420
775
740
1,449
2,552
Asuransi Kerugian & Reasuransi
118
250
374
449
640
887
TOTAL
526
670
1,149
1,189
2,089
3,439
Asuransi Jiwa
491
614
1,020
1,151
2,120
3,293
Asuransi Kerugian & Reasuransi
194
336
492
702
903
1,313
TOTAL
685
950
1,512
1,853
3,023
4,605
KLAIM BRUTO
TOTAL
INVESTASI
KEKAYAAN
*) Data Unaudited
PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
Perkembangan Kontribusi Bruto Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah
Tahun 2005 - 2010
3,237
3,500
2,379
2,500
2,000
1,651
1,500
499
326
500
-
127
217
199
282
2005
2006
Asuransi Jiwa Syariah
294
708
450
497
806
1,000
2,530
1,929
1,154
511
2007
2008
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah
2009
2010
Total Asuransi Syariah
Perkembangan Klaim Bruto Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah
Tahun 2005 - 2010
1,600
1,342
1,400
dlm miliar rupiah
dlm miliar rupiah
3,000
1,200
1,000
833
800
492
600
313
400
200
-
118
35
188
88
118
83
100
195
2005
Asuransi Jiwa Syariah
2006
2007
427
236
915
180
596
312
2008
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah
2009
2010
Total Asuransi Syariah
PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
dlm miliar rupiah
Perkembangan Aset Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah Tahun 2005 - 2010
4,605
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
1,313
3,023
1,853
903
1,512
685
194
950
336
491
614
2005
2006
Asuransi Jiwa Syariah
492
3,293
702
2,120
1,020
2007
1,151
2008
2009
2010
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah
Total Asuransi Syariah
dlm miliar rupiah
Perkembangan Investasi Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah
Tahun 2005 - 2010
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
4,605
3,023
1,853
1,313
903
1,512
685
194
950
336
491
614
2005
2006
Asuransi Jiwa Syariah
492
3,293
702
2,120
1,020
2007
1,151
2008
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah
2009
2010
Total Asuransi Syariah
III. PASAR MODAL
Pasar Modal Syariah di Indonesia
• Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek
• Awal pelaksanaan pasar modal syariah di Indonesia
adalah
• Penerbitan pertama kali reksa dana syariah yaitu reksa dana
Danareksa Syariah pada tanggal 25 Juni 1997
• Penerbitan obligasi syariah pada akhir 2002,
• Diadakan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2002 oleh
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jakarta Islamic Index (JII)
• Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index (JII) adalah
“untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan
syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa”.
• Saham-saham yang tercatat pada Jakarta Islamic Index
(JII) merupakan benchmark bagi saham-saham yang
berisikan saham-saham likuid dan memenuhi prinsip
syariah.
OJK
Bapepam-LK
Emiten
Efek Syariah
Manajer Investasi
Investor
Faktor-faktor Pengaruh Perkembangan
Pasar Modal Syariah
• Menurut hasil penelitian Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) antara lain adalah:
• Perkembangan macam instrumen pasar modal sesuai dengan
syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI.
• Perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar
modal syariah.
• Perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan
transaksi pasar modal syariah.
Kriteria Emiten Syariah
• Jenis usaha, produk barang, jasa yg diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan Emiten yang menerbitkan Efek Syariah tdk
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
• Jenis Usaha Yg Bertentangan adalah
– Perjudian, permainan yg tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
– Lembaga keuangan konvensional
– Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yg
haram.
– Produsen, distributor, dan atau penyedia barang atau jasa yg merusak
moral dan bersifat mudarat
– Melakukan investasi pada Emiten yg pd saat transaksi tingkat hutang
perusahaan kpd lembaga keuangan ribawi lebih dominan dr
modalnya.
Lanjutan
• Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib
menandatangani dan memenuhi akad yg sesuai dg
syariah
• Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
kegiatan usahanya memenuhi prinsip Syariah
• Apabila suatu saat Emiten tidak bisa memenuhi
persyaratan-2 tersebut, maka otomatis Efek yang
diterbitkan bukan sebagai Efek Syariah
Efek Syariah
• Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya yang akad, cara,dan kegiatan usaha
yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal
Kriteria Efek Syariah
• Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan
dengan prinsip syariah;
• Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
– Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus);
– Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
Kegiatan Usaha Yg Tidak Sesuai Prinsip Syariah
(Keputusan Ketua Bapepam LK No : Kep-181/BL/2009 Tanggal : 30 Juni 2009)
• Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
• Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
•
•
•
•
– perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
dan
– perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
Jasa keuangan ribawi, antara lain:
– bank berbasis bunga; dan
– perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan antara lain:
– barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
– barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau
– barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah)
JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
• Tujuan pembentukan JII: meningkatkan kepercayaan
investor utk melakukan investasi pd saham berbasis
syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di
Bursa.
• Saham-saham yang tercatat pada JII mrpkn benchmark
bagi saham-saham yg berisikan saham-saham likuid dan
memenuhi prinsip syariah
IV. ZAKAT
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ZAKAT DI INDONESIA
MASA
SEBELUM
PENJAJAHAN
• Islam masuk ke
Indonesia,
mengajarkan
rukun Islam, di
antaranya ZAKAT
Cont’d
MASA
PENJAJAHAN
BELANDA
• Zakat menjadi sumber dana penting untuk
sabilillah (berperang melawan Penjajah)
• Bijblad No. 1892 tgl 4 Agustus 1893 mencegah
terjadinya penyelewengan uang zakat oleh para
penghulu dan naib bekerja untuk melaksanakan
administrasi kekuasaan Pemerintah Belanda
tetapi tidak diberi gaji atau tunjangan hidup
• Bijblad No. 6200 tgl 28 Februari 1905 (berdasar
pada RR 1854/IS 1925 dan diubah pada tahun
1929 mengenai kekuasaan Negara) melarang
semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi
ikut membantu pelaksanaan zakat, dengan tujuan
melemahkan kekuatan rakyat yang bersumber
dari Zakat
Cont’d
MASA
INDONESIA
MERDEKA
• UUD 1945  Negara
berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa (lihat tafsiran Hazairin
atas Pasal 29 ayat (1))
• RIS  UUD 1945 tetap hidup
jiwanya dalam masyarakat,
menginginkan agar zakat diatur
dalam peraturan perundangundangan (M. Jusuf Wibisono,
MenKeu RI pada tahun 1950)
Peraturan Perundang-undangan
mengenai Zakat
1967
• Disusun RUU
Zakat oleh
Menteri Agama
(diharapkan dapat
bekerja sama
dengan Menteri
Sosial dan
Menteri
Keuangan)
• MenKeu
berpendapat,
peraturan zakat
cukup diatur
dalam Peraturan
Menteri Agama
1968 - 1999
• PMA No. 4 dan %
Tahun 1968
tentang
pembentukan
Badan Amil Zakat
dan Baitul Mal di
tingkat pusat,
propinsi, dan
kabupaten/kotam
adya
• Masing-masing
propinsi
membentuk BAZ
yang bersifat
semi pemerintah,
seperti BAZIS
Aceh, SumBar,
SumSel,
Lampung, JaBar,
KalSel, KalTim,
SulUt, NTB, dll
1999 - 2013
• UU No. 38 Tahun
1999 tentang
Pengelolaan
Zakat
• Pembentukan
BAZNAS
berdasar Keppres
No. 8 Tahun 2001
tentang Badan
Amil Zakat
Nasiional
• KHES Buku III
tentang Zakat dan
Hibah
• UU No. 23 Tahun
2011 tetang
Pengelolaan
Zakat
Pola Kelembagaan Zakat 1968 - 1999
1. Lembaga zakat hanya mengumpulkan zakat fitrah
(contoh, Jawa Barat).
2. Lembaga zakat berfokus pada pengumpulan zakat mal,
termasuk pula infaq dan sadaqah (contoh, DKI Jakarta).
3. Lembaga zakat mengumpulkan zakat fitrah dan zakat
mal
Kelembagaan Zakat 1999 - 2011
Presiden
BAZNAS
BAZ
Dibentuk pemerintah
LAZ
Dibentuk masyarakat
Kelembagaan Zakat 2011
Presiden
Menteri
Agama
BAZNAS
UPZ
LAZ
Badan Amil Zakat Nasional
• BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan
zakat secara nasional
• merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri
Tugas dan Fungsi BAZNAS
• Tugas BAZNAS
• Mengelola zakat secara nasional
• Fungsi BAZNAS
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Cont’d
• Untuk melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS
Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota
• Pola kelembagaan zakat adalah meliputi pengumpulan
seluruh zakat, termasuk bentuk sedekah lainnya
Unit Pengelola Zakat
• UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat
• UPZ dibentuk oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan
tugas dan fungsinya
• UPZ dapat dibentuk pada instansi pemerintah, badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat
kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat
lainnya
Lembaga Amil Zakat
• LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang
memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat
• Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
Syarat LAZ
• Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan
paling sedikit:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;
Berbentuk lembaga berbadan hukum;
Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
Memiliki pengawas syariat;
Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya;
Bersifat nirlaba;
Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Putusan MK ttg JR
UU Pengelolaan Zakat
• Mengabulkan sebagian permohonan para pemohon terkait pasal
•
•
•
•
•
18, pasal 38 dan pasal 41 UU Pengelolaan zakat.
Pasal 18: persyaratan perizinan dan pendirian,
Pasal 38: pengelolaan zakat tanpa izin ditindak pidana
kriminalisasi,
Pasal 41: amil zakat perseorangan yang tidak memiliki izin.
Persyaratan perizinan yang termaktub dalam Pasal 18 ayat 2
tidak bersifat kumulatif. Seluruh persyaratan dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) tidak harus berlatar belakang organisasi
kemasyarakatan Islam.
Pasal 38 dan 41 tentang tindak pidana, LAZ yang terdiri dari Amil
tidak harus memiliki izin dan tidak dapat dikriminalisasi. Cukup
melaporkan laporan pengelolaan zakat kepada pengawas syariah
eksternal atau pemegang kewenangan di wilayah yang
bersangkutan.
V. WAKAF
SEJARAH PERATURAN WAKAF DI
INDONESIA
HUKUM
ADAT
PMA NO. 1 TH 1978 TTG
PERATURAN
PELAKSANA PP NO. 28
TH 1977
PERATURAN DIRJEN BIMAS
ISLAM NO. KEP/D/75/1978 TTG
FORMULIR PEDOMAN
PELAKSANAAN PERATURANPERATURAN TTG
PERWAKAFAN TANAH MILIK
UUD 1945
PASAL 29
AYAT (2)
PMDN NO. 6 TH 1977
TTG TATA
PENDAFTARAN TANAH
MENGENAI
PERWAKAFAN TANAH
MILIK
UU NO. 41
TH 2004 TTG
WAKAF
UU NO. 5 TH
1960 TTG
POKOK
AGRARIA PASAL
49 AYAT (3)
PP NO. 28 TH
1977 TTG
PERWAKAFAN
TANAH MILIK
KELEMBAGAAN WAKAF DI INDONESIA
MENTERI
AGAMA
BADAN WAKAF
INDONESIA
PPAIW (KUA)
NAZHIR:
Perseorangan, Organisasi,
Badan Hukum
WAKIF:
Perseorangan,
Organisasi,
Badan Hukum
Wakaf
Tanah
BPN
Wakaf Uang
LKS
Wakaf harta
lainnya
WAKIF
• Perseorangan  persyaratan:
1. dewasa;
2. berakal sehat;
3. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan
4. pemilik sah harta benda wakaf.
• Organisasi
• Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi
sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan
• Badan hukum
• Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan
hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum
sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan
NAZHIR
• Perseorangan  memenuhi persyaratan:
1. warga negara Indonesia;
2. beragama Islam;
3. dewasa;
4. amanah;
5. mampu secara jasmani dan rohani; dan
6. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
• Organisasi memenuhi persyaratan :
1. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan
2. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
CONT’D
• Badan hukum  memenuhi persyaratan:
1. pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan
2. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang.undangan yang berlaku;
3. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
TUGAS NAZHIR
1. rnelakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
2. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya;
3. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
4. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf
Indonesia
Lembaga Keuangan Syariah
• Bank penerima Wakaf Uang
1. Bank Syariah Mandiri
2. BNI Syariah
3. Bank Muamalat
4. Bank DKI Syariah
5. Bank Mega Syariah Indonesia
6. Bank BTN Syariah
7. Bank Bukopin Syariah
8. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jogja Syariah
9. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Barat
Syariah
10. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jateng Syariah
11. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Riau Syariah
12. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jatim Syariah
BADAN WAKAF INDONESIA
• Lembaga independen
• BWI berkedudukan di ibukota Negara dan dapat
membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan
• Keanggotaan BWI diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
• Keanggotaan Perwakilan BWI di daerah diangkat dan
diberhentikan oleh BWI.
TUGAS DAN WEWENANG BWI
1. melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam
2.
3.
4.
5.
6.
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;
melakukan pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf berskala nasional dan internasional;
memberikan persetujuan dan/atau izin atas
perubahan peruntukan dan status harta benda
wakaf;
memberhentikan dan mengganti Nazhir;
memberikan persetujuan atas penukaran harta
benda wakaf;
memberikan saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang
perwakafan.
WASSALAM
TERIMA KASIH
Download