www.hukumonline.com PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR .......... TENTANG PELAYANAN PUBLIK UMUM Tuntutan masyarakat akan tegaknya sistem pemerintahan yang baik (Good Governance) dan bersih (Clean Governance) sangat ditentukan oleh ada tidaknya suatu pelayanan yang dapat memuaskan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana tujuan negara tertera dalam Pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa penyelenggaraan negara dan pemerintahan sematamata untuk menciptakan masyarakat sejahtera (Social Welfare) adil dan makmur, secara sosial, ekonomi, politik dan budaya (Pasal 27, 28, 29, 31 dan 32). Tujuan ini tidak mungkin dapat tercapai bilamana tidak diupayakan secara komprehenshif melalui suatu peningkatan peraturan hukum yang efektif, penataan tugas dan kewenangan pejabat negara, dan hubungan hukum antar warga negara dengan pemerintah. Sudah cukup banyak Undang-Undang sebagai perangkat keras (hard law) yang mengatur tentang fungsi, tugas dan wewenang serta tanggung jawab, setiap instansi pemerintah. Untuk meningkatkan kerja profesional para pejabat negara dan pegawai negeri sipil lainnya, juga telah tersedia berbagai perangkat hukum lunak (soft law) seperti kode etik dan tata tertib lainnya. Namun, kedua perangkat tersebut tampaknya berfungsi pada tataran memperkuat peran negara dan kurang berorientasi pada terciptanya peningkatan dan akuntabilitas aparatur dan pelayanan publik. Penguatan peran negara, melalui peningkatan fungsi birokrasi pemerintahan secara sektoral berdampak lahirnya model pelayanan publik yang mengecewakan dapat dipastikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di era reformasi. Pilihan akan terselenggaranya masyarakat madani telah mengisyarakatkan perlunya suatu pemerintahan yang baik dan bersih didukung oleh sistem politik demokratis, keterbukaan informasi, supremasi hukum, non diskriminatif dan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan. Beberapa parameter Good Governance tersebut menjadi sangat relevan, terutama ketika realisasi di lapangan berhadapan dengan berbagal hambatan, baik dari segi kepastian hukum yang akan dipergunakan, cakupan dan sikap sebagian pejabat publik mau dilayani. Kinerja aparat pemerintah yang dibutuhkan saat ini antara lain berupaya untuk memperbaiki kinerja pelayanan yang dapat memberikan kepuasan masyarakat. Kurangnya orientasi tugas dan fungsi aparat pemerintah yang memihak kepada model pelayanan publik yang akuntabilitas terbukti bukan sekedar disebabkan karena tiadanya peraturan hukum tentang fungsi dan tugas masing-masing instansi pemerintah, melainkan karena belum terdapatnya suatu peraturan hukum yang secara khusus mengatur tentang pelayanan publik yang komprehensif. PROPENAS 2000-2004 menghendaki adanya terapi yang mampu menjawab penurunan kualitas pelayanan publik telah menjadi tantangan strategis negara. Keberhasilan melaksanakan undangundang tentang Pelayanan Publik akan menjadi komoditas dasar yang menggerakan perekonomian, sekaligus dapat menimbulkan kepercayaan pada masyarakat. Peraturan hukum atau undang-undang tentang pelayanan publik yang komprehenshif dan terpadu ini antara lain dapat berfungsi efektif bagi upaya pencegahan dan penerapan sanksi hukum bilamana aparat pemerintah atau pegawai negeri tidak melakukan pelayanan sebagaimana mestinya. Konsekuensi sanksi hukum apakah yang dapat diterapkan bilamana Mal-Adminitrasi telah berlangsung dan sungguh-sungguh menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Bentuk pelanggaran yang konvensional seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tiga faktor yang telah meruntuhkan sendi-sendi pemerintahan yang baik dan bersih. Namun tuntutan warga negara atas kelalaian tugas dan wewenang yang diperankan pejabat publik akan menjadi faktor pemaksa bilamana kedua pihak (The Rulling Party and Ruled Party) memiliki kesepakatan yang legitimit. Secara filosofis, juridis dan politis diperlukan undang-undang Pelayanan Publik dilaksanakan pada kaedah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dalam www.hukumonline.com www.hukumonline.com kerangka mengkaitkan harkat dan martabat bangsa. Dari sisi Budaya, diperlukan suatu proses perubahan sosio-kultural Berdasarkan kompleksitas persoalan penerapan Good Governance, keberadaan undang-undang tentang Pelayanan Publik dalam kerangka Sistem Pemerintahan yang baik dan bersih menjadi sangat vital untuk diselenggarakan. Dengan cara demikian, bukan saja tugas, fungsi dan kewenangan serta tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan akan semakin meningkat, melainkan juga diharapkan dapat membantu tercipta pemerintahan yang baik. Dengan terwujudnya undang-undang tentang Pelayanan Publik bukan saja timbul kepastian hukum bagi penegak hukum untuk melakukan mengawali tindakan hukum atas terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abusive of power), melainkan juga menjadi sangat relevan bagi masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap ada tidaknya pelayanan memadai dalam sistem pemerintahan. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Butir 1 Cukup Jelas Butir 2 Penyelenggara pelayanan publik adalah Institusi atau badan yang diadakan atau dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan berbentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah. Tidak termasuk dalam pengertian institusi adalah sidang dalam komisi, rapat oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Sidang-sidang internal pemerintah. Butir 3 Cukup Jelas Butir 4 Pengertian memiliki hak dengan Pemanfaatan suatu jasa Pemerintahan adalah mereka yang kepentingannya tidak secara langsung terkait dengan Keputusan Penyelenggara Pelayanan Publik. Mereka adalah komunitas Publik yang memperoleh manfaat atau senantiasa menggunakan fasilitas tersebut. Pasal 2 Arahan bagi penyelenggara pelayanan publik sangat diperlukan karena penyediaan pelayanan memiliki karakteristik, antara lain: (1) memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya; (2) memiliki kelompok kepentingan yang luas termasuk sasaran yang ingin dicapai; (3) memiliki tujuan sosial; (4) dituntut akuntabel kepada publik; (5) memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu kelugasan, serta (6) sering menjadi sasaran isu politik. Pasal 3 Pelayanan Publik hakekatnya pemenuhan kebutuhan publik dalam bentuk barang dan jasa (goods and services) yang diperlukan oleh setiap warga negara atau penduduk sebagai konsumen. Oleh karena itu pelayanan publik dirinci menjadi layanan civil dan jasa publik. Keduanya menghasilkan produk administratif, barang dan jasa. Layanan civil merupakan produk yang tidak hanya berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan, akan tetapi lebih dari itu yaitu sebagai pemenuh hak dasar warga negara. Oleh karena kedudukannya itu maka Layanan civil tidak dijualbelikan (diperdagangkan), penyediaannya dimonopoli dan merupakan kewajiban Pemerintah. Provider layanan Civil adalah setiap unit kerja pemerintah. Jasa Publik senantiasa terkait antara hak dan kewajiban, berbeda www.hukumonline.com www.hukumonline.com halnya dengan layanan civil yang tidak terbebani atau tidak terkait dengan kewajiban apapun. Rakyat Indonesia yang memerlukan jasa publik harus membayar sesuai dengan besaran kebutuhan yang diperlukan, namun transaksi demikian berbeda halnya dengan transaksi antara konsumen dan produsen swasta. Jasa publik sebagai . bagian dari kewajiban Pemerintah untuk menyediakan harus senantiasa memberikan pengaturan, agar terhindar terjadinya keingkaran janji (wan prestasi). Ketidakmampuan atau kegagalan memenuhi kewajiban tersebut akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap kinerja Pemerintah yang apabila tidak mampu diatasi akan menimbulkan ketidakpercayaan. Pasal 4 Pelayanan harus diberikan dengan tingkat akurasi yang tinggi karena pelayanan hakekatnya merupakan suatu art dan aktornya adalah aparat pemerintah, dan wujud jasa publik tersebut sangat tergantung pada acting aparat. Aparat sebagai actor/actriss dalam memberikan pelayanan seharusnya penuh dengan nilai dan kreativitas untuk meningkatkan kadar birokrasi dalam memberikan pelayanan, meskipun pelayanan pemerintah telah memiliki peraturan perundangundangan sebagaimana yang kita kenal dengan Undang-undang sektor. Pasal 5 Prinsip dalam penyediaan pelayanan publik, meliputi; Pertama, Penetapan standar pelayanan, yaitu standar yang akan dapat menunjukkan kinerja pelayanan dan oleh karena itu standar tidak hanya menyangkut produk pelayanan akan tetapi terkait dengan pemberian pelayanan yang berkualitas; Kedua, Terbuka terhadap kritik, saran, keluhan dan gugatan atau tuntutan publik. Dalam arat penyelenggaraan pelayanan harus memiliki instrumen yang memungkinkan publik menyampaikan kritik, saran dan keluhan serta mekanisme yang menjadi jalur bagi gugatan publik terhadap instansi penyelenggara dan pertanggungjawaban atas kegagalan pejabat memberikan pelayanan; Ketiga, Keadilan dalam pelayanan bagi setiap masyarakat senantiasa diberikan secara transparan pilihan pelayanan yang proporsional sesuai tarif yang dibayarkan dan kemudahan akses kepada publik. Unit pelayanan yang disediakan harus benar-benar mudah diakses oleh publik. Keempat, Kebenaran dalam proses pelayanan guna menghindari kegagalan dalam pemberian pelayanan dan penyelenggara harus mengakui dan menerima segala resiko, seperti mengganti, membayar kerugian, menerima sanksi perdata atau pidana. Kegagalan pelayanan administratif wajib diganti melalui proses peradilan administratif atau tata usaha negara. Kegagalan pelayanan yang berakibat kerugian harta dan atau jiwa diproses melalui mekanisme peradilan umum; Kelima, Penggunaan secara efektif dan efisien semua sumber yang digunakan untuk melayani dan peningkatan kualitas pelayanan sekaligus kontinuitas melakukan pembaruan dan penyempurnaan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pasal 6 Pertanggungjawaban hakekatnya dimaksudkan untuk memenuhi kepuasan publik pelanggan. Ketidakpuasan pelanggan dapat dikarenakan pelayanan jelek, ketidakmampuan atau terjadi kegagalan pelayanan. Penyebab ketidakpuasan publik antara lain: (a) ketidaktahuan penyedia pelayanan terhadap harapan publik; (b) kesalahan atau kekurangan seperti penetapan standar pelayanan; (c) rendahnya kinerja pelayanan dan; (d) ketidaksesuaian antara yang dijanjikan dengan yang diberikan. Untuk memenuhi kepuasan publik, dimensi yang dapat digunakan, yaitu: (a) Tangibles (tampilan fisik), yaitu bangunan, sarana dan prasarana pendukung termasuk penampilan aparat saat memberikan pelayanan; (b) Reliability (kehandalan), yaitu kecakapan/kemampuan dan keakuratan aparat termasuk ketepatan waktu; (c) Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemudahan untuk dihubungi, kemampuan dan respon memberikan bantuan kepada publik; (d) Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan dan sikap untuk dipercaya www.hukumonline.com www.hukumonline.com (e) Emphathy (empati) yaitu kemampuan memahami kebutuhan publik, termasuk kepedulian dari aparat. Pasal 7 Hak Publik mendapat pelayanan hakekatnya adalah sebagai perwujudan kedaulatan yang dijamin dalam undang-undang Dasar, sekaligus sebagai prestasi yang wajib diperoleh setelah melaksanakan kewajiban sebagai warga negara. Pasal 8 Kewajiban publik pada dasarnya adalah kewajiban warga negara dalam perilaku sosial yang seharusnya dipenuhi dalam kerangka tertib hukum material. Pasal 9 Hak yang dimiliki oleh penyelenggaraan pada dasarnya terdiri dari kewenangan negara menyelenggarakan tugas selaku pengelola penyelenggaraan pemerintahan yang dijamin oleh undang-undang yang mengatur tugas fungsi dan kewenangan. Pasal 10 Kewajiban negara dalam menyelenggarakan pelayanan publik merupakan konsekuensi hukum yang seharusnya dilakukan negara untuk melindungi kepentingan publik. Tuntutan atas tanggung jawab negara menyelenggarakan pelayanan publik harus diterjemahkan dan dijabarkan secara baik oleh Sistem dan perangkat negara, guna menghindari pelayanan yang bersifat diskriminasi, baik dibidang sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Pasal 11 Setiap Penyelenggara di dalam melakukan pelayanan publik diwajibkan memiliki perangkat organisasi dan seluruh sarana dan prasarana pendukungnya, karena setiap tindakan penyelenggara mempunyai nilai keabsahan yang tidak dapat digugat. Ketentuan ini dalam rangka memberikan kepastian aksesabilitas dalam upaya memenuhi asas dan tujuan. Fungsi-fungsi yang wajib diadakan disetiap organisasi penyelenggaraan merupakan ketentuan minimal dan selanjutnya menjadi standar dalam pembentukan unit organisasi penyelenggara yang kemudian diharapkan memberi manfaat bagi penerima dengan rasa aman serta terlindungi secara hukum. Pasal 12 Asas Kecermatan menjadi unsur utama dalam pelayanan publik untuk menjamin keabsahan setiap produk yang dikaitkan oleh penyelenggara. Pengertian ijin dan sistem perijinan dimaksudkan dalam arti luas, yaitu setiap keputusan tata usaha negara, yang oleh undang-undang atau Peraturan Daerah diberikan kewenangan kepada Penyelenggara untuk menerbitkan keputusan itu. Bentuk keputusan tersebut antara lain meliputi pemberian Kartu Tanda Penduduk, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Ijin Mengemudi, Ijin Usaha, Pemberian Badan Hukum, Keterangan Kepolisian, Sertifikat Tanah, Kutipan Putusan Pengadilan dan sebagainya. Pasal 13 Pengalihan atau pengubahan fungsi atau peruntukan setiap sarana atau fasilitas umum tanpa persetujuan publik, merupakan wujud pengingkaran hak publik memperoleh ruang publik yang layak. Fasilitas umum adalah seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga, taman, jalur hijau, dan sejenisnya. Pasal 14 www.hukumonline.com www.hukumonline.com Kewajiban ini merupakan salah satu azas kecermatan dalam penyelenggaraan pelayanan yang wajib dipenuhi oleh Penyelenggara. Kelalaian memberikan pernyataan pada publik saat terjadi kerusakan atau ada perbaikan sarana atau fasilitas umum dengan menempatkan papan tanda, lampu tanda dan sebagainya, dapat mengakibatkan terjadi seseorang mendapat bahaya karena tiada tanda yang demikian. Kelalaian tersebut mengakibatkan Penyelenggara harus memberikan ganti kerugian pada penderita. Pasal 15 Pembiayaan yang bersifat basic sevice yang diambilkan dari hutang komersial pada gilirannya akan memberatkan publik. Demikian pula bangunan pelayanan publik tidak boleh dijadikan jaminan hutang. Pelayanan publik yang dibayar melalui hutang komersial menunjukkan watak jalan pintas, yang mudah dilakukan, tetapi justru memberikan beban publik membayar biaya pelayanan publik dalam kerangka bisnis semata. Lembaga pelayanan publik hakekatnya berfungsi sosial dan upaya mengemas Pelayanan dengan memasukkan unsur komersial bertentangan dengan keinginan mewujudkan Kesepakatan Rakyat. Pasal 16 Instansi penyelenggara pelayanan publik harus tunduk pada peraturan perundang-undangan kebendaharaan yang menetapkan bahwa sistem pengelolaan kenegaraan harus didasarkan pada sistem dari mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah disetujui oleh DPR atau DPRD. Pasal 17 Pertanggungjawaban Penyelenggara merupakan hal yang mutlak untuk menghindari pelepasan tanggungjawab bilamana terjadi hal-hal yang diluar tugasnya, namun karena kelalaian itu menyebabkan bangunan publik menjadi rusak. Contoh, Kelalaian penanggungjawab pasar yang tidak memelihara hidran, mengakibatkan kebakaran yang seharusnya dapat dilokalisir menjadi merembet dan merusak seluruh atau sebagian besar bangunan pasar dimaksud. Pasal 18 Kegiatan sub kontrak senantiasa terjadi di hampir sebagian penyelenggara pelayanan publik. Seperti dilakukan di rumah sakit yang seharusnya dibiayai atau menggunakan anggaran Pemerintah, namun atas Kebijaksanaan Pimpinan rumah sakit telah mengundang badan usaha swasta untuk membangun fasilitas atau sarana rumah sakit seperti laboratorium, dan sebagainya dalam kerangka kerjasama. Dari kerjasama tersebut, pihak rumah sakit bertanggungjawab untuk menyediakan pasien dan atas kewajiban tersebut memperoleh imbalan. Di pihak lain, badan usaha swasta memperoleh pendapatan dari selisih tarif yang telah ditetapkan. Kerjasama tersebut, tidak hanya tampak dalam bentuk fisik seperti peletakan fasilitas atau sewa itu dalam kompleks rumah sakit, tapi juga dapat diluar kompleks. Pasal 19 Kewajiban ini untuk menghindari tindak penyalahgunaan kekuasaan yang seharusnya dihindari sekaligus mewujudkan transparansi publik dalam setiap kebijakan. Pasal 20 Pengertian pembiayaan anggaran dari pemerintah mencakup anggaran yang telah ditetapkan oleh APBN atau APBD, juga dapat berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pasal 21 Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah Pusat diberikan tanggung jawab mengawasi penerbitan Peraturan Daerah. Berkaitan Pelayanan Publik, undang-undang ini menegaskan kembali kebijakan dimaksud. www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 22 Upaya ini untuk mewujudkan kontribusi Publik, atas tindakan yang menyalahi kewenangan. Sebagai pengelola, penyelenggara sepatutnya memperhatikan hak publik dan setiap pengurangan Kenikmatan wajib memperoleh persetujuan publik yang diwakilkan dalam lembaga legislatif. Perlunya dihindari pola pengambilan keputusan yang tidak melibatkan peran serta publik, dan perlunya transparansi kriteria yang disepakati publik saat terjadi proses pengambilan keputusan. Pasal 23 Sarana umum atau fasilitas publik seperti taman, jalur hijau, trotoar (pendestrian), got, yang memang disediakan oleh Pemerintah untuk melayani kebutuhan warga. Pasal 24 Sistem setoran yang diterapkan oleh sebagian pengusaha terutama di bidang jasa angkutan mengakibatkan operator tidak atau kurang memperhatikan keselamatan publik. Pasal 25 Upah karyawan seharusnya bukan merupakan salah satu kebijakan yang atraktif guna meningkatkan investasi. Pasal 26 Jalan pintas yang dilakukan petugas tanpa dasar standar peraturan menumbuhkan pelayanan yang diskriminatif dan tidak terkontrol. Pasal 27 Kegiatan penyelenggaraan pelayanan publik yang berbasis pada ketidakadilan justru menimbulkan problema sosial. Pasal 28 Ketaatan pada setiap asas adalah hal yang mutlak dilakukan sebelum kuatnya kesadaran dapat disepakati masyarakat untuk memperbaiki dan mengkontrol kualitas pelayanan publik. Pasal 29 Organisasi Sosial Kemasyarakatan sedapat mungkin mendapatkan tempat dalam kehidupan sosial dan mengikutkan pejabat penyelenggara pelayanan publik hanya akan memperkuat patronase sosial budaya, sehingga pelayanan sosial tidak lagi bersifat alamiah, melainkan dipaksakan akibat alasan hegemoni kekuasaan. Organisasi Sosial berada dalam wilayah Society dan bukan wilayah government. Pola ini bermaksud menghindari masuknya kekuasaan dalam interaksi sosial yang akan berpengaruh terhadap lemahnya budaya pelayanan publik. Pasal 30 Diskriminasi merupakan salah satu penghambat pelayanan publik yang berkualitas. Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Standarisasi sistem disetiap pelayanan publik, sudah saatnya dilakukan karena berbagai ragam sosial budaya yang mudah menimbulkan kecemburuan. Standar Pelayanan adalah ketentuan yang dibuat oleh Penyelenggara yang penyusunannya harus memperhatikan masukan dan saran Publik serta pihak terkait mengenai kualitas pelayanan yang diberikan. Pasal 44 Akta Layanan Publik adalah janji tertulis yang dibuat Penyelenggara dengan memperhatikan masukan dan saran dari Publik atau penerima jasa yang dijadikan sebagai standar dan instrumen pengawasan atas pelayanan publik yang diberikan. Sebagai janji bagi setiap Penyelenggara atas pelayanan yang diberikan merupakan komitmen dan tanggungjawab. Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50 Cukup jelas Pasal 51 Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Bantuan kedinasan hanya diperbolehkan semata-mata atas permintaan. Pasal 54 Cukup Jelas Pasal 55 Mekanisme pengawasan yang baik dapat menjamin penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dan peningkatan kualitas pelayanan. Selain menggunakan infrastruktur, penetapan Akta Layanan dan Standar Pelayanan, diperlukan mekanisme pengawasan. Pengawasan dilakukan sesuai, dengan struktur instansi penyelenggara, namun tetap diperlukan pengawasan secara eksternal yang dimaksudkan menjembatani kepentingan publik sebagai konsumen. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh lembaga ombudsman. Pasal 56 Cukup jelas a. b. c. d. Pasal 57 Kerugian yang diderita oleh penerima dari suatu transaksi publik yang bersifat individual. Kerugian yang diderita oleh publik yang bersama-sama menderita karena kepentingannya terganggu. Publik sebagai komunitas yang dihimpun dalam suatu lembaga yang memiliki bersama. Penyelenggara yang menderita kerugian Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas Pasal 60 Kerangka penyelesaian diluar lembaga peradilan semata-mata hanya ditujukan untuk menetapkan bentuk atau besarnya suatu ganti rugi atau kompensasi, tanpa menghilangkan tanggungjawab pidana. Pasal 61 Lembaga Ombudsman sebagai media yang telah tersedia cukup representatif menjadi mediasi. Pasal 62 Cukup jelas Pasal 63 Cukup jelas Pasal 64 Sanksi administratif disesuaikan dengan Peraturan Disiplin yang menjadi acuan penindakan Pasal 65 Cukup jelas Pasal 66 Pengertian Penyelenggara dimaknai sebagai institusi, dengan demikian pihak yang paling bertanggungjawab adalah pejabat yang diberi wewenang oleh peraturan perundang-undangan mengelola Pelayanan Publik. Secara formal pejabat yang dimaksud adalah aparat yang berhak menandatangani surat keputusan, ijin, lisensi, atau sejenisnya. Pasal 67 Ketentuan ini menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan yang diakui dalam undangundang ini bukan dikategorikan sebagai perbuatan mal-praktek atau pertanggungjawaban profesi. Undang-undang ini secara tegas menentukan perbuatan pidana bagi pihak. yang melanggar. Pihak yang melanggar dapat dibedakan antara perbuatan yang mengatasnamakan institusi yang direpresentasikan oleh pejabat dan perbuatan yang memang menjadi tanggungjawab pribadi, walaupun perbuatan tersebut masih dalam rangka tugas dan wewenangnya. Pelaku perbuatan ini terdiri dari aparat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri, disamping itu pelaku dapat dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berasal dari Partai Politik yang karena pilihan rakyat ditetapkan sebagai penyelenggara pemerintahan dan berwenang mengelola pelayanan publik, dengan demikian perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan pelanggaran profesi. Pasal 68 Cukup jelas Pasal 69 Cukup jelas Pasal 70 Cukup jelas www.hukumonline.com www.hukumonline.com TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR ................. www.hukumonline.com