Nama : Nandita Ardrafitri Saraswati NIM : 1910713077 Kelas : 2C Urgensi Implementasi K3 di Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut dengan K3 merupakan suatu upaya untuk mengantisipasi, merekognisi, mengenyahkan, den mengendalikan bahaya agar tidak timbul risiko kepada para pekerja baik dari segi fisik, mental, sosial maupun rohani, sehingga kecelakaan dan penyakit akibat kerja maupun penyakit terkait kerja dapat diminimalisir serta dicegah. Dengan kata lain, K3 memiliki tujuan untuk mencegah atau mengadakan usaha pencegahan agar pekerja tidak mengalami kecelakaan, pihak perusahaan tidak mengalami kerugian/kerusakan pada alat produksi, dan yang terpenting ialah untuk menjamin serta memberikan lingkungan kerja yang aman dan nyaman kepada para pekerja sehingga tidak terjadi kecelakaan. Oleh sebab itu, implementasi K3 dalam berbagai sektor sangatlah diperlukan, baik dalam sektor industri skala nasional maupun industri rumah tangga ataupun sektor jasa. Penerapan K3 sendiri pada dunia kerja harus berdasarkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012, sistem manajemen K3 merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem manajemen K3, diharapkan segala gangguan, penyakit, hingga kecelakaan yang mungkin terjadi pada tempat kerja dapat diminimalisir. Dalam melakukan suatu pekerjaan, hal utama yang perlu digaris bawahi ialah mengenai keselamatan kerja. Keselamatan kerja menjadi komponen utama dalam suatu pekerjaan karena apabila seorang pekerja tidak memiliki kesadaran akan keselamatan dirinya, maka konsekuensi yang ditimbulkan akan berdampak langsung pada dirinya. Misal seorang pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety helmet. Sehingga, bahaya yang berada pada lingkungannya tidak dapat terminimalisir dan dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja, berupa terbenturnya kepala oleh besi yang berada disekitarnya. Sedangkan untuk kesehatan kerja sendiri memiliki dampak yang tidak dapat dilihat secara langsung, biasanya penyakit akibat kerja atau penyakit terkait kerja akan terakumulasi pada diri pekerja saja, tetapi tidak dapat terlihat langsung oleh pekerja atau orang disekitarnya. Membicarakan mengenai urgensi implementasi K3, hal tersebut sangatlah penting untuk diterapkan, bahkan sudah menjadi keharusan oleh perusahaan untuk menerapkan K3 pada lingkungan kerjanya. Karena dengan di implementasikan K3, maka perusahaan dan pekerja dapat memeroleh kesejahteraan yang maksimal. Berdasarkan data yang tercatat oleh BPJS Ketenagakerjaan, prevalensi kasus Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Jumlah KAK pada tahun 2015, 2016, dan 2017 ialah sebesar 110.285 kasus, 105.1082 kasus, dan 80.392 kasus. Apabila dilihat secara nominal, angka tersebut menunjukkan penurunan yang terbilang cukup baik dan dapat mencerminkan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya K3 sudah mengalami peningkatan, baik dari sisi pelaku bisnis yang sudah dapat menjalankan manajemen K3 dan para pekerja yang sudah menerapkan upaya keselamatan kerja pada dirinya. Namun, apabila kita kilas balik, seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa penerapan K3 haruslah berdasarkan dengan sistem manajemen K3. Akan tetapi pelaksanaan sistem manajemen tersebut memiliki persyaratan bahwa yang wajib melaksanakan hanyalah perusahaan-perusahaan yang memiliki ≥ 100 pekerja dan apabila suatu perusahaan tidak menerapkan sistem manajemen tersebut, akan diberikan sanksi administratif. Sehingga apabila kita berkaca dengan keadaan yang terjadi saat ini, di Indonesia sendiri, sektor industri skala kecil yang tidak memiliki pekerja sebanyak yang disyarakatkan dalam penerapan sistem manajemen K3, jumlahnya lebih banyak daripada sektor industri ataupun jasa yang berskala besar. Maka dari itu, penurunan KAK perlu dibenahi kembali dan tidak hanya menindak perusahaan-perusahaan berskala besar. Namun, perusahaan berskala kecil atau rumahan pun juga perlu diperhatikan, karena sebenarnya merekalah penyumbang kasus kecelakaan akibat kerja terbanyak, namun tidak tercatat. Angka kecelakaan akibat kerja dapat diibaratkan seperti gunung es, yaitu hanya sebagian kecil KAK yang terlihat dipermukaan, sedangkan masih banyak kasus-kasus kecelakaan lainnya yang masih terpendam akibat tidak dijalankannya K3 secara terorganisir. Selain karena ketidakorganisiran K3 dalam perusahaan, yang masih menjadi faktor utama dan pertama ialah masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap K3 adalah beban dan harus dijauhkan. Namun, perlu diluruskan bahwa budaya dan pengimplementasian K3 harus menjadi kebutuhan sehari-hari karena apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal. Implementasi K3 merupakan suatu hal yang sangat urgensi. Kalimat urgensi ini mengacu pada sesuatu hal yang harus dilakukan demi kepentingan bersama, baik dari pemilik perusahaan, pekerja, maupun orang disekitar tempat kerja. Urgensi implementasi K3 merupakan suatu kewajiban bagi pelaku bisnis dan hak bagi para pekerja. Dari kedua belah pihak sendiri seharusnya sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pengimplementasian K3 dan saling mengingatkan. Selain pentingnya pengimplementasian K3 guna mencegah kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan oleh aktivitas selama bekerja, apabila kita berfikir secara visioner, penerapan K3 memiliki kendali yang sangat penting mulai dari sekarang hingga kurang lebih 10 tahun mendatang ketika negara kita diprediksikan akan berada pada puncak bonus demografi. Hal tersebut dapat tercermin dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan bahwa pada tahun 2018 sendiri, angkatan kerja Indonesia sudah menyentuh angka 133,94 juta jiwa. Bonus demografi ini merupakan kondisi dimana populasi usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif. Pada tahun tersebut, jumlah usia produktif (15-64 tahun) jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Sehingga pada 2030 angka rasio ketergantungan Indonesia akan mencapai angka terendah sebesar 44%. Membludaknya tenaga kerja produktif adalah peluang emas Indonesia untuk menggenjot ekonomi, sehingga peran dalam pengimplementasian K3 di sini pun memiliki kendali yang sangat penting guna terciptanya kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Dalam era industri 4.0, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan oleh penyelenggara kerja untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. Jika kesehatan pekerja terpelihara dengan baik maka angka kesakitan, kecacatan dan kecelakanan dapat diminimalkan sehingga akan terwujud pekerja yang sehat dan produktif. Maka dari itu, implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam dunia kerja merupakan suatu hal yang sangat urgent atau penting untuk diterapkan di Indonesia, karena masih banyak kecelakaan kerja akibat kelalaian perusahaan yang tidak dapat memahami pentingnya pelaksanaan K3 serta kurangnya kesadaran para pekerja. Sedangkan, dalam kesehatan kerja sendiri, K3 memiliki urgensi dalam persiapan angkatan tenaga kerja baik saat ini ataupun 10 tahun mendatang dalam rangka menyambut puncak bonus demografi. Untuk menjalankannya diperlukan sistem manajemen K3. Saran: Akan lebih bagus lagi jika nandita menambahkan keuntungan2 implementasi K3 kemudian didukung dengan hasil2 penelitian. Good, nandita Nilai: 80 Sumber Referensi: Endroyo, Bambang. “Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja Konstruksi”. JURNAL TEKNIK SIPIL, Vol. III, No. 1. Januari 2006: 8 - 15 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ISSN: 2442-7659. Walangitan, D. R. O., dan Pingkan A. K. Pratasis. “Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek di Kota Bitung”. Jurnal Sipil Statik. Vol.2 No.3, Maret 2014 (124130) ISSN: 2337-6732.