COVID-19 Covid- 19 atau biasa kita sebut dengan coronavirus. Virus ini sedang tersebar diseluruh dunia dari benua Asia sampai benua Eropa. Virus yang sedang menjadi perhatian organisasi WHO ini sudah menjadi penyakit pandemi di seluruh negara, sebagian negara ada yang menutup akses negarannya atau menerapkan sosial distance untuk mengurangi penularan virus ini. Seperti kita ketahui pada awal tahun 2020, COVID-19 menjadi masalah kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah novel coronavirus. Kasus ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). Apa itu COVID-19? COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona baru. COVID-19 adalah infeksi pernafasan yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 adalah jenis coronavirus, yang merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga infeksi yang lebih parah pada manusia, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) . Dan, kenyataannya, memang sulit sekali membedakan antara gejala infeksi virus Influenza dan Coronavirus. Kata "Corona " berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota. Coronavirus adalah virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm. Karena itu, pencegahan infeksi Coronavirus akan efektif bila menggunakan masker yang berporipori lebih kecil dari 100 nm. COVID-19 menyebabkan berbagai gejala pada orang yang terinfeksi, dan tidak semua orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami gejala yang sama. Demam, batuk kering, sesak napas, kelelahan, atau sakit tubuh adalah beberapa gejala yang paling umum; Namun, beberapa orang juga mengalami sakit kepala, sakit perut, diare, dan sakit tenggorokan. Gejala biasanya muncul 2 hingga 14 hari setelah paparan, meskipun beberapa pasien mungkin tidak mengembangkan gejala sampai nanti. Bagaimana cara penyebarannya? Bukti saat ini menunjukkan bahwa virus dapat menyebar melalui tetesan pernapasan setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin, antara orang-orang yang berada dalam jarak sekitar 6 kaki satu sama lain, dan mungkin melalui permukaan menyentuh yang memiliki virus pada mereka, seperti pegangan tangan, telepon, atau gagang pintu. Bagaimana Cara Mencegah Agar Terhindar Dari Infeksi? Cucilah tangan Anda setidaknya selama 20 detik dengan sabun dan air atau pembersih tangan yang mengandung sedikitnya 60% alkohol sering (terutama setelah menyentuh area permukaan yang umum, menggunakan kamar mandi, berjabat tangan, dan interaksi sosial lainnya). Hindari kerumunan besar, tempat umum ramai, dan menjaga jarak setidaknya 6 kaki antara Anda dan orang lain, terutama jika mereka batuk atau bersin. Ini dikenal sebagai jarak sosial. Jika Anda lebih tua atau memiliki masalah medis mendasar, berhati-hatilah untuk menghindari situasi ini, termasuk perjalanan udara atau kapal pesiar yang tidak penting. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut Anda dengan tangan yang tidak dicuci, karena tangan yang terkontaminasi dapat memindahkan virus ke area ini dan membuat Anda sakit. Jika Anda bersin atau batuk, tutup mulut dan buang tisu setelah digunakan sekali. Hindari berjabatan tangan saat menyapa orang lain. Kecuali Anda memiliki gejala pernapasan, pekerja kesehatan, atau berada dalam kontak dekat dengan atau merawat seseorang dengan COVID-19, mengenakan masker medis tidak diindikasikan. Mengenakan sarung tangan di depan umum bukanlah perlindungan yang efektif dari COVID-19, karena sarung tangan dapat terkontaminasi. Sering mencuci tangan adalah cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang yang Anda cintai. Obat Yang Diduga Dapat Mengobati COVID-19 1. Avigan Avigan merupakan obat favipiravir yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical. Fujifilm Toyama mengembangkan obat ini pada 2014. Obat itu awalnya digunakan untuk mengobati flu. Otoritas medis di China mengatakan mereka menguji obat antivirus favipiravir itu pada 340 pasien dan menemukan bahwa obat itu mampu mengurangi waktu pemulihan dan meningkatkan kondisi paru-paru pasien yang terinveksi COVID-19. Obat itu sangat aman dan jelas efektif. Pasien terinfeksi yang diberi obat itu di Wuhan dan Shenzen juga dites negatif untuk virus setelah rata-rata 4 hari, dibandingkan dengan rata-rata 11 hari untuk pasien yang tidak diobati dengan obat itu. Dokter di Jepang menggunakan obat yang sama dalam studi klinis pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang dan sudah diberikan pada pasien positif di Jepang sejak Februari. Tetapi sumber kementrian kesehatan Jepang menyatakan obat itu tidak efektif pada orang dengan gejala parah. 2. Chloroquine (Kina) Chloroquine fosfat ada dalam melas obat yang disebut antimalaria. Obat ini sudah digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria selama sekitar 70 tahun. Baru baru ini, CEO SpaceX Elon Musk dan Presiden Amerika Donald Trump menggembargemborkan bahwa chloroquine mampu membunuh virus COVID-19. Pada akun twitternya, Elon Musk memberikan pernyataan bahwa obat chloroquine layak dipertimbangkan sebagai pengobatan potensial untuk menangkan virus corona. Sementara itu Trump mengatakan obat tersebut telah digunakan dan menunjukan hasil memuaskan. Ia juga menyebutkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS sudah menyetujui penggunaan cloroquine. Bahkan boleh beredar dengan resep dokter. Namun demikian,ternyata chloroquine belum disetujui oleh FDA untuk mengobati COVID19. Dan, dilansir dari CNN, belum ada obat lain yang bisa mengobati penyakit yang disebabkan COVID-19. Ini ditegaskan kembali oleh FDA pasca pengarahan TRUMP. “ Tidak ada terapi atau obat yang disetujui FDA untuk mengobati, menyembuhkan atau mencegah COVID-19” kata Komisaris FDA Dr. Stephen Hahn. Namun chloroquine memang telah disetujui untuk tujan lain. Dokter secara hukum diizinkan untuk meresepkannya untuk penggunaan corona yang belum disetujui secara legal jika mau. Tetapi keamanan dan keefektifannya belum terbukti sehubungan dengan corona. Chloroquine masih akan diuji secara klinis dengan pasien corona. Paling tidak untuk pasien dengan gejala ringan-sedang untuk membantu penyembuhan penyakit. Sumber : Berita IPTEK, http://lipi.go.id/berita/virus-baru-coronavirus-dan-penyakit-sars/176, https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/fullarticle/2763184?resultClick=1, pedoman dan kesiapsiagaan KEMENKES RI, CNBC INDONESIA, Website WHO.