Uploaded by User96378

langkah langkah pembuatan modul (1)

advertisement
http://sugisholeh.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-pedoman-buku-moduldan.html (19/11/2012)
D. LANGKAH-LANGKAH GLOBAL PEMBUATAN MODUL
I.
Memilih/ menganalisis materi/standar kompetensi yang akan dijadikan bahan penulisan
modul: dengan cara tidak perlu semua materi ditulis sebagai modul. Dengan
mempertimbangkan aspek keluasan materi, tingkat kesulitan, “kelangkaan” materi, serta
tingkat kepentingan.
II.
Mengumpulkan Bahan Referensi: Referensi berupa referensi induk dan
multi referensi
III.
Menulis Modul: Dimulai berjenjang dari pertimbangan dari mudah- sulit, umum-khusus,
global ke spesifik. Memakai bahasa yang komunikatif, Sangat disarankan dilengkapi dengan
ilustrasi, gambar, grafik, contoh-contoh, dll, dengan jumlah dan bentuk yang proporsional
E. KAIDAH-KAIDAH PENULISAN MODUL
1. Syarat Kalimat
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki subyek dan predikat
2. Menggunaan Ilustrasi dalam Modul
Ilustrasi dapat berupa: foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dsb, yang memiliki
fungsi :
•
Fungsi Ilustrasi
•
Fungsi deskriptif
•
Fungsi ekspresif
•
Fungsi Analitis
•
Fungsi kuantitatif
3. Tujuan Akhir
Perumusan tujuan akhir berisi pernyataan pencapaian kompetensi sesuai
persyaratan SK dan KD
Rumusan tujuan tersebut harus memuat :
 Kinerja yang diharapkan
 Kriteria keberhasilan
 Kondisi atau variable yang diberikan
4. Tujuan kegiatan pembelajaran
Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk mencapai satu indikator
kompetensi
setelah mengikuti satu satuan kegiatan belajar berisikan komponen:
kemampuan, kondisi, dan kriteria.
5. Menyusun Tes Formatif
Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan kegiatan belajar yang telah dicapai sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan berikut (lembar kerja). Hindari menggunakan tes
pilihan ganda.
F. KERANGKA MODUL
KEGIATAN BELAJAR
 Tujuan Kegiatan Pembelajaran
 Materi Pokok
 Uraian Materi
 Rangkuman
 Evaluasi
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasanbatasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.Modul disusun
sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan proses
pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul
secara utuh (self contained).
Modul harus mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara
mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone).
Modul memberikan kesempatan mahasiswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman,
memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan
mahasiswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik.
CIRI-CIRI BUKU TEKS:



Mengasumsikan minat dari pembaca
Ditulis untuk pembaca (guru, dosen)
Dirancang untuk dipasarkan secara luas









Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
Disusun secara linear
Stuktur berdasar logika bidang ilmu
Belum tentu memberikan latihan
Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa
Belum tentu memberikan rangkuman
Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
Sangat padat
Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca.
Jenis-jenis bahan ajar meliputi:






Lembar informasi (information sheet)
Operation sheet
Jobsheet
Worksheet
Handout
Modul
Pengertian Modul. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Dari sisi
kebahasaannya, modul disusun secara sederhana sesuai dengan level berpikir anak SMK atau
input SMK (dapat juga untuk level SMP, MTs, MA, SMA).
Modul digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing indivisu
secara efektif dan efisien. Modul juga memiliki karakteristik “stand alone” yaitu modul
dikembangkan tidak tergantung pada media lain. Penyusunan modul dirancang bersahabat
dengan pemakai, membantu kemudahan pengguna untuk diakses atau direspon.
Ciri-ciri modul sebagai bahan ajar antara lain:












modul harus mampu membelajarkan diri sendiri (self learning)
tujuan awal dan tujuan akhir modul harus jelas dan dirumuskan secara terukur
materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, terseda contoh-contoh dan ilustrasi
yang jelas
tersedianya soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya
materi “up to date” dan kontekstual
bahasa sederhana, lugas, dan komunikatif
terdapat rangkuman materi pembelajaran
tersedia instrumen penilaian yang memungkinkan siswa melakukan “self assessment”
mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri
terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat (feedback)
adanya informasi tentang rujukan, pengayaan, referensi yang mendukung materi
modul digunakan untuk orang lain, bukan untuk penulis semata
Di bawah ini adalah tujuan penulisan modul, antara lain:
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya gerak indera, baik siswa atau peserta
diklat juga guru dan instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi seperti: meningkatkan motivasi dan
gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat, mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya,
memungkinkan murid dapat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya,
memungkinkan siswa atau peserta didik untuk dapat mengukur atau mengevaluasi
sendiri hasil belajarnya.
Dalam file presentasi (silakan download pada link di atas) juga dijelaskan tentang:
1. Kaidah penulisan modul.
2. Karakteristik modul yang meliputi self instructional, self contained, stand alone,
adaptif, user friendly, konsistensi, dan format-formatnya.
3. Kerangka modul.
4. Prosedur penyusunan modul.
5. Kiat-kiat menyusun modul.
6. Diagram pencapaian kompetensi.
7. Menyusun tes formatif/ tugas.
TEKNIK PENYUSUNAN MODUL
Posted by suaidinmath ⋅ 9 Mei 2010 ⋅ 10 Komentar
10 Votes
A.
Latar Belakang
Menjawab tantangan pengembangan pendidikan menengah kejuruan sebagaimana yang
termuat dalam Rencana Strategis Tahun 2004-2009, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan melakukan berbagai strategi peningkatan mutu sumber daya manusia
(SDM) dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Peningkatan mutu pelaksanaan pembelajaran di sekolah dilakukan dengan berbagai strategi,
salah satu diantaranya melalui penerapan pendekatan pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi (competency based education and training). Pendekatan berbasis kompetensi
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum, pengembangan bahan ajar,
pelaksanaan pembelajaran,dan pengembangan prosedur penilaian.
Terkait dengan pengembangan bahan ajar, saat ini pengembangan bahan ajar dalam bentuk
modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan konsekuensi
diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis kompetensi di sekolah.
Pendekatan kompetensi mempersyaratkan penggunaan modul dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana
dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.
Untuk membantu guru dalam pengembangan modul, perlu disusun suatu acuan yang bersifat
operasional. Acuan yang dimaksud berupa pedoman teknis yang minimal memuat prinsipprinsip, kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan dan prosedur pengembangan modul. Pedoman
teknis perlu dirancang sedemikian rupa sehingga praktis dan menarik untuk dibaca dan
digunakan oleh guru dan unsur-unsur lain dalam penyusunan modul.
B.
Landasan Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Permen Diknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi;
4. Permen Diknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
5. Permen Diknas No 24 tentang Pelaksanaan Permen No 22 dan 23 tahun 2006; dan kemudian
disempurnakan dengan Permen Diknas No. 6 tahun 2007;
6. Permen Diknas No 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan;
7. Permen Diknas No 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
8. Permen Diknas No 2 tahun 2008 tentang Buku;
C.
Tujuan
Setelah mempelajari petunjuk ini, guru dapat mengembangkan dan menyusun modul buku
ajar yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan kebutuhan peserta didik.
BAB II
KARAKTERISTIK DAN DESAIN MODUL
1. A. Pengertian
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis,
didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk
membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat
tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana
belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan
masing-masing.
1. B. Karakteristik
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan
modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul.
1. 1.
Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan
seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:
1. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik,
sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
3. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;
4. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur
penguasaan peserta didik;
5. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan
dan lingkungan peserta didik;
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif,
7. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
8. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian
mandiri (self assessment);
9. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui
tingkat penguasaan materi;
1. Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/referensi yang mendukung materi
pembelajaran dimaksud.
10. 2. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat
dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu
kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan
standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.
1. 3.
Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada
bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media
lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka
bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
1. 4.
Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras
(hardware).
1. 5.
Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan
mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti,
serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.
1. C. Desain
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengembangan suatu modul adalah menetapkan
desain atau rancangannya. Desain menurut Oemar Hamalik (1993) adalah suatu petunjuk
yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan
melaksanakan suatu kegiatan.
Kedudukan desain dalam pengembangan modul adalah sebagai salah satu dari komponen
prinsip pengembangan yang mendasari dan memberi arah teknik dan tahapan penyusunan
modul. Kedudukan dimaksud lebih jelas ditunjukkan dalam gambar berikut.
Evaluasi Validasi
Analisis
Jaminan Kualitas
Desain
Implementasi
UmpanBalik
Seleksi Strategi Pembelajaran & Media
Produksi Bahan Ajar
PenyiapanPerangkatPenilaian






Tulis tujuan belajar
Tetapkan prasyarat
Tentukan isi
Urutkan pembelajaran
Tetapkan format
Kembangkan :
- Interaksi
- Umpan balik
- Penguatan


Produksi paket pelatihan
Pengendalian kualitas
Instrumen Evaluasi (PAP)



•Pengetahuan
•Keterampilan
•Sikap
Penilaian



Karakteristik Tugas/ Pekerjaan.
Karakteristik Peserta Didik.
Karakteristik Setting
PRINSIP
TAHAPAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Di dalam pengembangan modul, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan. Modul
harus dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dan kondisi. Perlu diketahui dengan
pasti materi belajar apa saja yang perlu disusun menjadi suatu modul, berapa jumlah modul
yang diperlukan, siapa yang akan menggunakan, sumberdaya apa saja yang diperlukan dan
telah tersedia untuk mendukung penggunaan modul, dan hal-hal lain yang dinilai perlu.
Selanjutnya, dikembangkan desain modul yang dinilai paling sesuai dengan berbagai data dan
informasi objektif yang diperoleh dari analisis kebutuhan dan kondisi. Bentuk, struktur dan
komponen modul seperti apa yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan kondisi yang
ada.
Berdasarkan desain yang telah dikembangkan, disusun modul per modul yang dibutuhkan.
Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok. Pertama, menetapkan strategi
pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini, perlu diperhatikan
berbagai karakteristik dari kompetensi yang akan dipelajari, karakteristik peserta didik, dan
karakteristik konteks dan situasi dimana modul akan digunakan. Kedua, memproduksi atau
mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat
pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar dan
komponen pendukungnya. Ketiga, mengembangkan
perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar semua aspek kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang
telah ditetapkan.
Modul yang telah diproduksi kemudian digunakan / dimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam
modul. Kegiatan belajar diakhiri dengan kegiatan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan
penilaian juga mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul.
Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik harus
dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi lebih dimaksudkan untuk mengetahui dan
mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai
dengan desain pengembangannya. Bila tidak atau kurang optimal, maka modul perlu
diperbaiki sesuai dengan hasil evaluasi. Sedangkan validasi, lebih ditujukan untuk
mengetahui dan mengukur apakah materi/isi modul masih sesuai (valid) dengan
perkembangan kebutuhan dan kondisi yang berjalan saat ini. Karena modul telah disusun
beberapa waktu sebelumnya, ada kemungkinan isi modul sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan yang ada. Karenanya, perlu disesuaikan dengan perkembangan.
Maksud dari prinsip jaminan kualitas adalah, bahwa modul senantiasa harus selalu dipantau
efektivitas dan efisiensinya. Modul harus efektif untuk mencapai tujuan kegiatan belajar
mengajar. Selain itu juga harus efisien dalam implementasinya. Kesemuanya (efektif dan
efisien) harus diyakini (assured) dapat terjadi.
Seluruh prinsip di atas, selain bersifat siklus, satu dengan lainnya saling terkait dan memberi
umpan balik. Adanya satu informasi ketidaksesuaian dengan yang diharapkan dari satu
prinsip, menjadi balikan bagi komponen prinsip yang lain.
1. D. Elemen Mutu Modul
Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya
dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan
memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkannya, yaitu: format, organisasi, daya
tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsistensi.
1. Format
a. Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang
proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuruan
kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan perbandingan
antar kolom secara proporsional.
b. Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat. Penggunaan format kertas
secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
c. Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk menekankan pada
hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak
miring atau lainnya.
1.
Organisasi
a. Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam
modul.
b.Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis,
sehingga memudahkan peserta didik memahami materi pembelajaran.
c. Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi
mudah mengerti oleh peserta didik.
d.Organisasikan antarbab, antarunit dan antarparagrap dengan susunan dan alur yang
memudahkan peserta didik memahaminya.
e. Organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.
2.
Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a. Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi),
bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b.Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau
ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.
3.
Bentuk dan Ukuran Huruf
a. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum
peserta didik.
b.Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi naskah.
c. Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses
membaca menjadi sulit.
4.
Ruang (spasi kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras
penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan
memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik/peserta didik. Gunakan dan tempatkan
spasi kosong tersebut secara proporsional. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di
beberapa tempat seperti:
1. Ruangan sekitar judul bab dan subbab.
2. Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta didik untuk masuk ke
tengah-tengah halaman.
3. Spasi antarkolom; semakin lebar kolomnya semakin luas spasi diantaranya.
4. Pergantian antarparagraf dan dimulai dengan huruf kapital.
5. Pergantian antarbab atau bagian.
6. Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halam ke halaman. Usahakan agar tidak
menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak
variasi.
7. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama, antara judul dengan
teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapih.
8. Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun margin/batasbatas pengetikan.
5.
Konsistensi
BAB III
PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan suatu modul,
meliputi analisis kebutuhan, pengembangan desain modul, implementasi, penilaian, evaluasi
dan validasi, serta jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain modul dilakukan dengan
tahapan yaitu menetapkan strategi pembelajaran dan media, memproduksi modul, dan
mengembangkan perangkat penilaian. Dengan demikian, modul disusun berdasarkan desain
yang telah ditetapkan. Dalam konteks ini, desain modul ditetapkan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Adapun kerangka modul pada
pedoman ini telah ditetapkan, sehingga sekolah dimungkinkan untuk langsung menerapkan
atau dapat memodifikasi sesuai dengan kebutuhan tanpa harus mengurangi ketentuanketentuan minimal yang harus ada dalam suatu modul.
Materi atau isi modul yang ditulis harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disusun. Isi modul mencakup subtansi yang dibutuhkan untuk menguasai suatu
kompetensi. Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu
modul, tapi dengan pertimbangan karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas
kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu modul.
Selanjutnya, satu modul disarankan terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran. Apabila pada
standar kompetensi yang ada pada KTSP/Silabus/RPP ternyata memiliki lebih dari 4
kompetensi dasar, maka sebaiknya dilakukan reorganisasi standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) terlebih dahulu.
A. Langkah-langkah Penyusunan Modul
Penulisan modul dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. 1.
Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk
memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi
yang telah diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi
yang terdapat pada silabus dan RPP. Pada dasarnya tiap satu standar kompetensi
dikembangkan menjadi satu modul dan satu modul terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran.
Perlu disampaikan bahwa yang dimaksud kompetensi disini adalah standar kompetensi dan
kegiatan pembelajaran adalah kompetensi dasar.
Tujuan analisis kebutuhan modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan
judul modul yang harus dikembangkan dalam satu satuan program tertentu. Satuan program
tersebut dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran, satu semester, satu mata pelajaran atau
lainnya.
Analisis kebutuhan modul sebaiknya dilakukan oleh tim, dengan anggota terdiri atas mereka
yang memiliki keahlian pada program yang dianalisis. Analisis kebutuhan modul dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Tetapkan satuan program yang akan dijadikan batas/lingkup kegiatan. Apakah merupakan
program tiga tahun, program satu tahun, program semester atau lainnya.
2. Periksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu operasional untuk pelaksanaan
program tersebut. Misal program tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila ada, pelajari
program-program tersebut.
3. Identifikasi dan analisis standar kompetensi yang akan dipelajari, sehingga diperoleh materi
pembelajaran yang perlu dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.
4. Selanjutnya, susun dan organisasi satuan atau unit bahan belajar yang dapat mewadahi
materi-materi tersebut. Satuan atau unit ajar ini diberi nama, dan dijadikan sebagai judul
modul.
5. Dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan tersebut, identifikasi mana yang sudah
ada dan yang belum ada/tersedia di sekolah.
6. Lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.
Untuk menganalisis kebutuhan modul dapat menggunakan format berikut.
Format Analisis Kebutuhan Modul
Mata Pelajaran
:
Standar Kompetensi
:
Ketersediaan
Kompetensi
Pengetahuan
Dasar
Keterampilan Sikap
Judul Modul
Tersedia
Belum
Tersedia
etelah kebutuhan modul ditetapkan, langkah berikutnya adalah membuat peta modul. Peta
modul adalah tata letak atau kedudukan modul pada satu satuan program yang digambarkan
dalam bentuk diagram. Pembuatan peta modul disusun mengacu kepada diagram pencapaian
kompetensi yang termuat dalam KTSP. Setiap judul modul dianalisis keterkaitannya dengan
judul modul yang lain dan diurutkan penyajiannya sesuai dengan urutan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Pemetaan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Silabus/RPP
Pengetahuan,Keterampilan, Sikap.
Analisis Kebutuhan
Judul modul
Daftar Judul Modul
Pemetaan
Peta Modul
PEMETAAN MODUL
1. 2.
Desain Modul
Desain penulisan modul yang dimaksud di sini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan
media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan metoda penilaian serta
perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan/penulisan
modul.
Penulisan modul belajar diawali dengan menyusun buram modul. Modul yang dihasilkan
dinyatakan sebagai buram sampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba. Bila hasil
uji coba telah dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat diimplementasikan secara riil di
lapangan.
Penulisan modul dilakukan sesuai dengan RPP. Namun, apabila RPP belum ada, maka dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Tetapkan kerangka bahan yang akan disusun.
2. Tetapkan tujuan akhir (performance objective), yaitu kemampuan yang harus dicapai
peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul.
3. Tetapkan tujuan antara (enable objective), yaitu kemampuan spesifik yang menunjang
tujuan akhir.
4. Tetapkan sistem (skema/ketentuan, metoda dan perangkat) evaluasi.
5. Tetapkan garis-garis besar atau outline substansi atau materi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yaitu komponen-komponen: kompetensi (SK-KD), deskripsi singkat,
estimasi waktu dan sumber pustaka. Bila RPP-nya sudah ada, maka dapat diacu untuk
langkah ini.
6. Materi/substansi yang ada dalam modul berupa konsep/prinsip-prinsip, fakta penting yang
terkait langsung dan mendukung untuk pencapaian kompetensi dan harus dikuasai peserta
didik.
7. Tugas, soal, dan atau praktik/latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta
didik.
8. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
menguasai modul
9. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau tugas.
Langkah-langkah penyusunan buram modul dapat dilihat pada alurberikut ini.
Buram Modul
Buram Modul
Analisis Materi
RPP
Perumusan Tugas/Praktik
Penyusunan Evaluasi
Tes KognitifTes PsikomotorTes Sikap
Penyusunan Kunci Jawaban
Tugas/Praktik Untuk Penguatan Kognitif dan Psikomotorik
Kunci Jawaban
Kerangka Modul
Tujuan AkhirTujuan Antara
Perumusan Tujuan
PENYUSUNAN BURAM MODUL
Perumusan Evaluasi
Sistem Evaluasi
Sebelum modul diimplementasikan, perlu diuji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan
terhadap buram modul yang telah dinyatakan valid. Karena modul telah dinyatakan valid
tidak berarti modul tersebut siap digunakan. Uji coba buram modul dimaksudkan untuk
mengetahui apakah buram modul dapat diimplementasikan pada situasi dan kondisi
sesungguhnya. Langkah ini dapat membantu meningkatkan efisiensi penyiapan modul,
sebelum diperbanyak untuk kepentingan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diujicoba antara
lain adalah:
1. Kemudahan bahan ajar digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
2. Kemudahan guru dalam menyiapkan fasilitas (alat dan bahan) belajar, mengelola proses
pembelajaran, dan dalam mengadministrasi-kannya.
Untuk melakukan uji coba buram modul dapat diikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Siapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan kuesioner kelayakan
modul). Penyiapan sebaiknya dilakukan oleh tim.
2. Tentukan responden uji coba. sesuai dengan kondisi.
3. Siapkan dan gandakan buram modul yang akan diujicobakan sesuai dengan jumlah
responden.
4. Siapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengimplementasikan modul.
5. Informasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan
oleh responden.
6. Lakukan uji coba sebagaimana melakukan kegiatan pembelajaran dengan modul.
sesungguhnya
7. Kumpulkan data hasil uji coba.
8. Olah data dan simpulkan hasilnya.
Bila hasil uji coba buram modul layak, berarti modul tersebut siap diimplemtasikan untuk
kepentingan pembelajaran yang sesungguhnya, siap dicetak dan diperbanyak. Sebaliknya,
bila belum layak, maka harus dilakukan perbaikan seperlunya, sesuai dengan masukan pada
saat uji coba.
1. 3.
Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah
digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
1. 4.
Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti
ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan
menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
1. 5.
Evaluasi dan Validasi
Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik harus
dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur
apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain
pengembangannya. Untuk keperluan evaluasi dapat dikembangkan suatu instrumen evaluasi
yang didasarkan pada karakteristik modul tersebut. Instrumen ditujukan baik untuk guru
maupun peserta didik, karena keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu
modul. Dengan demikian hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang
menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi
yang menjadi target berlajar, maka modul dinyatakan valid (sahih). Validasi dapat dilakukan
dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Bila tidak
ada, maka dilakukan oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang atau kompetensi
tersebut. Validator membaca ulang dengan cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah
tujuan belajar, uraian materi, bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya yang ada
diyakini dapat efektif untuk digunakan sebagai media mengasai kompetensi yang menjadi
target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak valid maka modul
tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.
Draft Modul
Validator
Penyempur-naan
Validasi
VALIDASI MODUL
Uji Coba
Penyempur-naan
Modul
1. 6.
Jaminan Kualitas
Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam pengembangan suatu modul, maka selama proses pembuatannya perlu
dipantau untuk meyakinkan bahwa modul telah disusun sesuai dengan desain yang
ditetapkan. Demikian pula, modul yang dihasilkan perlu diuji apakah telah memenuhi setiap
elemen mutu yang berpengaruh terhadap kualitas suatu modul.
Untuk kepentingan penjaminan mutu suatu modul, dapat dikembangkan suatu standar
operasional prosedur dan instrumen untuk menilai kualitas suatu modul.
B. Penulisan Modul
1.
Kerangka Modul
Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau kerangka yang sederhana dan
yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Kerangka modul tersusun sebagai berikut:
Kata Pengantar
Daftar Isi
Peta Kedudukan Modul
Glosarium
I.
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Deskripsi
Waktu
Prasyarat
Petunjuk Penggunaan Modul
Tujuan Akhir
1. Cek Penguasaan Standar Kompetensi
PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran 1
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
1. Lembar Kerja Praktik
2. Pembelajaran 2 – n (dan seterusnya, mengikuti jumlah pembelajaran yang
dirancang)
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
1. Lembar Kerja Praktik
III. EVALUASI
1. Tes Kognitif
2. Tes Psikomotor
1. Penilaian Sikap
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
2.
Deskripsi Kerangka
Halaman Sampul
Berisi antara lain: label kode modul, label milik negara, bidang/program studi keahlian dan
kompetensi keahlian, judul modul, gambar ilustrasi (mewakili kegiatan yang dilaksanakan
pada pembahasan modul), tulisan lembaga seperti Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan SMK, tahun modul
disusun.
Kata Pengantar
Memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran.
Daftar Isi
Memuat kerangka (outline) modul dan dilengkapi dengan nomor halaman.
Peta Kedudukan Modul
Diagram yang menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan program pembelajaran
(sesuai dengan diagram pencapaian kompetensi yang termuat dalam KTSP).
Glosarium
Memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan asing yang digunakan
dan disusun menurut urutan abjad (alphabetis).
I.
PENDAHULUAN
1. A. Standar Kompetensi
Standar kompetensi yang akan dipelajari pada modul
1. B. Deskripsi
Penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul, kaitan modul dengan modul
lainnya, hasil belajar yang akan dicapai setelah menyelesaikan modul, serta manfaat
kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran dan kehidupan secara umum.
1. C. Waktu
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang menjadi target belajar.
1. D. Prasyarat
Kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul tersebut, baik berdasarkan
bukti penguasaan modul lain maupun dengan menyebut kemampuan spesifik yang
diperlukan.
1. E. Petunjuk Penggunaan Modul
Memuat panduan tatacara menggunakan modul, yaitu
1. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul secara benar,
2. Perlengkapan, seperti sarana/prasarana/ fasilitas yang harus dipersiapkan sesuai dengan
kebutuhan belajar ,
1. F. Tujuan Akhir
Pernyataan tujuan akhir (performance objective) yang hendak dicapai peserta didik setelah
menyelesaikan suatu modul. Rumusan tujuan akhir tersebut harus memuat
1. Kinerja (perilaku) yang diharapkan
2. Kriteria keberhasilan
3. Kondisi atau variable yang diberikan
1. G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi
Berisi tentang daftar pertanyaan yang akan mengukur penguasaan awal kompetensi peserta
didik, terhadap kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini. Apabila peserta didik telah
menguasai standar kompetensi/ kompetensi dasar yang akan dicapai, maka peserta didik
dapat mengajukan uji kompetensi kepada penilai.
II. PEMBELAJARAN
1. A. Pembelajaran 1
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari.
1. Tujuan
Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk satu kesatuan kegiatan belajar. Rumusan
tujuan kegiatan belajar relatif tidak terikat dan tidak terlalu rinci.
1. Uraian Materi
Berisi uraian pengetahuan/ konsep/ prinsip tentang kompetensi yang sedang dipelajari.
1. Rangkuman
Berisi ringkasan pengetahuan / konsep / prinsip yang terdapat pada uraian materi.
1. Tugas
Berisi instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman terhadap konsep/
pengetahuan/prinsip-prinsip penting yang dipelajari. Bentuk-bentuk tugas dapat berupa:
1. Kegiatan observasi untuk mengenal fakta,
2. Studi kasus,
3. Kajian materi,
1. Latihan-latihan.
Setiap tugas yang diberikan perlu dilengkapi dengan lembar tugas, instumen observasi, atau
bentuk-bentuk instrumen yang lain sesuai dengan bentuk tugasnya
1. Tes
Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik dan guru untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai, sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan berikut.
1. Lembar Kerja Praktik
Berisi petunjuk atau prosdur kerja suatu kegiatan praktik yang harus dilakukan peserta didik
dalam rangka penguasaan kemampuan psikomotorik. Isi lembar kerja antara lain: alat dan
bahan yang digunakan, petunjuk tentang keamanan/keselamatan kerja yang harus
diperhatikan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Lembar kerja perlu dilengkapai dengan lembar pengamatan yang dirancang
sesuai dengan kegiatan praktik yang dilakukan.
1. Pembelajaran 2 s.d n(tata cara sama dengan pembelajaran namun berbeda topik dan fokus
bahasan)
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar Kerja Praktik
III. EVALUASI
Teknik atau metoda evaluasi harus disesuaikan dengan ranah (domain) yang dinilai, serta
indikator keberhasilan yang diacu.
1. A. Tes Kognitif
Instrumen penilaian kognitifdirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan kognitif (sesuai standar kompetensi dasar). Soal dikembangkan sesuai dengan
karakteristik aspek yang akan dinilai dan dapat menggunakan jenis-jenis tes tertulis yang
dinilai cocok.
1. B. Tes Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotordirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan psikomotorik dan perubahan perilaku (sesuai standar
kompetensi/kompetensi dasar). Soal dikembangkan sesuai dengan karakteristik aspek yang
akan dinilai.
1. C. Penilaian Sikap
Instrumen penilaian sikapdirancang untuk mengukur sikap kerja (sesuai kompetensi/ standar
kompetensi dasar).
KUNCI JAWABAN
Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran dan
evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi dengan kritria penilaian pada setiap item tes.
DAFTAR PUSTAKA
Semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan modul.
BAB IV
PENUTUPPedoman penulisan modul ini merupakan rambu-rambu umum bagi penulis atau
pengembang modul pembelajaran peserta didik SMK. Melalui pedoman ini diharapkan
terwujud modul SMK dengan pola pengembangan dan penulisan yang baku.
Sebagaimana umumnya keberadaan rambu-rambu, maka pedoman ini tidak harus diikuti
secara kaku, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kekhususan, karakteristik
unit kompetensi yang dikembangkan. Rambu-rambu modul yang akan dikembangkan
mengacu pada ketentuan sebagai berikut :
1. Modul dikembangkan berdasarkan standar kompetensi/ kompetensi dasar yang tertuang
didalam KTSP/Silabus/RPP Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Desain penyusunan modul sesuai dengan RPP yang telah disusun guru.
3. Modul akan digunakan oleh peserta didik pada kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah
Kejuruan.
4. Modul dikembangkan untuk membantu pencapaian kompetensi yang telah ditargetkan di
dalam kurikulum
DAFTAR PUSTAKA
Blank, William E, 1982, Handbook for Developing Competency Based Training Programme.
London: Prentice hall,
Burk, John, 1989, Competency Based Education and Training, London: The Patmer Press.
Download