TUGAS MATA PELAJARAN IPA KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME Oleh : SELVIA WIJAYANTI Kelas : IX E Absen : 22 SMP NEGERI 1 JIWAN 2015 / 2016 KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME Kelangsungan hidup organisme terlihat dari kenyataan tetap lestarinya jenis organisme melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan ( reproduksi). Kemampuan dan strategi organisme dalam mempertahankan hidupnya berbedabeda. Ada organisme yang mempunyai keturunan dalam jumlah yang banyak, ada pula yang mempunyai keturan dalam jumlah sedikit. Ada organisme yang selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, meskipun kondisi dan suasana lingkungan tempat tinggalnya selalu berubah. Tetapi ada pula yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tersebut. Dengan terjadi fenomena perubahan lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa alam melakukan seleksi yang ketat terhadap setiap oeganisme di muka bumi ini ( Natural selection ). A. Adaptasi Mahluk Hidup Terhadap Lingkungannya Habitat adalah tempat hidup suatu makhluk hudup. Makhluk hidup yang sudah terbiasa dengan habitatnya, sangat sulit untuk dipindahkan ke habitat lain yang keadaannya jauh berbeda dengan habitat aslinya. Namun tidaklah semua mahkluk hidup seperti itu. Ada pengecualian pada beberapa tumbuhan. Misalnya tumbuhan kaktus yang memiliki habitat asli di daerah gurun masih dapat hidup di daerah lain yang memiliki kondisi sangat berbeda dengan keadaan gurun. Hal ini disebut preadaptasi. Dalam hal kemampuannya beradaptasi, manusia merupakan makhluk yang paling eksis. Hal ini terjadi semata-mata karena manusia memiliki akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menciptakan suatu alat yang digunakan untuk melindungi dirinya dari kondisi lingkungan yang buruk, dan mengubah situasi lingkungannya agar lebih sesuai untuk dirinya. Suatu mahluk hidup mampu beradaptasi dengan lingkungannya maka makhluk hidup tersebut berkesempatan untuk berkembang biak sehingga bisa melestarikan jenisnya, bagi yang tidak bisa maka makhluk hidup tersebut terancam kepunahan. Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup / organisme untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau tempat hidupnya ( habitat ). Adaptasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau alat-alat tubuh terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada hewan dan tumbuhan serta mudah diamati. Contoh bentuk paruh dan kaki burung, bentuk daun serta bnetuk akar pada tumbuhan. a. Paruh bebek, disesuaikan dengan jenis makanan. Pada bagian pangkalnya memiliki struktur seperti sisir yang berguna untuk memegang serat makanannya yang licin seperti ikan dan katak dan untuk menyaring makanan dari air dan lumpur. b. Kaki bebek, mempunyai selaput renang yang terletak di celah-celah jari-jari kakinya. Bentuk ini disesuaikan dengan lingkungan yang berlumpur sehingga bebek dapat berjalan di atas lumpur. c. Paruh burung kolibri, bentukknya kecil, runcing, dan panjang sesuai untuk menghisap madu yang ada pada bunga. d. Paruh burung kakak tua, bentukknya disesuaikan dengan jenis makanannya yang berupa biji-bijian dan kacang-kacangan. e. Kaki burung kakak tua, memiliki dua jari di depan dan dua jari di belakang untuk menyesuaikan dengan kebiasaannya memanjat. f. Paruh burung elang, berbentuk runcing dan agak panjang, untuk mengoyak makanannya yang liat yang berupa daging g. Kaki burung elang, ukurannya pendek dan bercakar sangat tajam . Apabila sedang mencekaram mangsa atau daging, jari depannya dapat diputar ke belakang h. Paruh ayam dan burung pipit, bentukknya pendek dan runcing untuk menyesuaikan dengan makanannya yang berupa biji-bijian. i. Kaki burung pipit, mempunyai jari-jari yang panjang. Semua jari terletak pada satu bidang yang datar sehingga burung pipit dapat hinggap di ranting-ranting pohon. j. Kaki ayam, bentukknya panjang dan tegap. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan ayam yang berjalan di darat. k. Paruh burung poksai, paruhnya agak terbuka disesuaikan jenis makannya yang berupa serangga. l. Paruh burung pelican, ujung paruhnya bagian atas melengkung dan paruh bawwahnya mempunyai kantong lemak, yang berfungsi untuk memasukkan ikan yang ditangkap supaya tidak bisa lolos. Adaptasi morfologi juga terjadi pada serangga. Bagian mulut serangga beradaptasi dengan jenis makanannya. Contohnya adalah sebagai berikut : Kupu-kupu memiliki alat mulut penghisap yang disebut proboscis Nyamuk memiliki alat mulut penusuk dan penghisap Lipan dan belalang memiliki alat mulut penggigit Kecoak memiliki alat mulut pengunyah dan penggigit Tumbuhan juga melakukan adaptasi morfologi pada bentuk daun, batang, bunga, dan bijinya. Tumbuhan yang hidup di daerah kering disebut tumbuhan xerofit, contoh tanaman kaktus dan kurma. Tumbuhan ini memiliki ciri sebagai berikut : Berdaun tebal, kecil dan sempit, berlapis lilin ( kutikula ), untuk mengurangi penguapan Batang berdaging tebal, untuk menyimpan cadangan air Akarnya panjang dan lebat, untuk menjangkau air yang jauh Tumbuhan yang hidup pada tanah yang lembab atau basah disebut tumbuhan higrofit. Contoh tanaman keladi dan beberapa tumbuhan paku. Tumbuhan ini memiliki cirri sebagai berikut : Berdaun lebar dan tipis, terutama untuk mempercepat proses penguapan air melalui daun Tanaman yang hidup di lingkngan air disebut hidrofit. Contoh bunga teratai dan enceng gondok. Tumbuhan ini memiliki batang berongga untuk saluran udara 2. Adaptasi fisiologi, adalah penyesuaian diri berupa perubahan proses fisiologi dalam tubuh makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungannya. Adaptasi fisiologi pada tumbuhan misalnya dengan mengeluarkan bau yang khas yang dihasilkan oleh bunga, akar dan daun tumbuhan atau berupa nektar yang dihasilkan oleh bunga Biasanya bau khas tersebut dimaksudkan untuk mengundang hewan agar datang kepadanya, supaya proses penyerbukan dapat berlangsung. Adaptasi fisiologi pada hewan lebih beraneka ragam sesuai dengan jenis hewan dan habitatnya. Contoh adaptasi fisiologi pada hewan adalah osmoregulasi pada ikan dan adanya enzim selulase pada system pencernaan hewan herbivore. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmosis. Tekanan osmosis adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu zat yang terlarut dalam air dan mengakibatkan air dapat menembus suatu membran tipis. Kadar garam ikan yang hidup di air laut lebih rendah dibandingkan dengan kadar garam air laut. Ini berarti tekanan osmosis tubuh ikan lebih rendah dari tekanan osmosis air laut. Sehingga air yang berada pada tubuh ikan dapat keluar melalui membran tipis yang ada di insang. Akibatnya ikan air laut dapat kehilangan air. Untuk mengatasi hal tersebut ikan melakukan adaptasi fisiologi dengan pengaturan osmoregulasi melalui kegiatan “banyak minum, jarang kencing”. Demikian pula sebaliknya pada ikan air tawar. Untuk menyeimbangkan tekanan osmosis di dalam tubuh ikan air tawar yang memiliki tekanan osmosis yang lebih tinggi dari air tawar sebagai tempat hidupnya, maka ikan air tawar melakukan usaha penyeimbangan tekanan osmosis dengan “jarang minum, banyak kecing”. Hewan pemakan pemakan tumbuhan ( Herbivora ) melakukan adaptasi fisiologi terhadap jenis makanannya. Makanan yang berupa tumbuhan jauh lebih sulit dicerna dibandingkan dengan makanan yang berasal dari daging, karena dinding sel tumbuhan tersusun atas selulosa yang tebal dan kuat. Oleh karena itu diperlukan suatu saluran pencernaan yang lebih panjang dibandingkan dengan saluran pencernaan hewan karnivora. Usus herbivora juga menghasilakan enzim selulase yang berfungsi untuk mencerna serat tumbuhan. Toredo navalis yang dikenal dengan nama cacing pengebor memiliki enzim pencernaan khusus yang dapat mencerna kayu. Cacing tersebut biasanya hidup di kapal atau galangan kapal di lautan, sehingga kapal menjadi rusak. Pada manusia, adaptasi fisiologi terjadi misalnya pada orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan mempunyai jumlah eritrosit yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di dataran rendah, hal ini brtujuan untuk mengatasi kekurangan jumlah oksigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh. Contoh lain dari adaptasi fisiologi pada tubuh manusia adalah adanya pergantian sistem kerja dalam sistem ekskresi. Pada waktu suhu udara meningkat, alat ekskresi yang aktif pada tubuh manusia adalah kulit. Pada waktu suhu rendah, alat ekskresi yang lebih aktif adalah ginjal. 3. Adaptasi Tingkah laku, merupakan cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui tingkah laku atau perilakunya. Adaptasi hewan darat dan hewan air dapat diamati dengan mudah. Adaptasi tingkah laku dapat dijumpai pada hewan mamalia. Semua mamalia bernafas dengan paru-paru. Paus termasuk mamalia. Untuk mendapatkan oksigen dalam jumlah yang memadai, kerapkali paus muncul ke permukaan air secara periodik. Hal ini dilakukan karena paru-paru tidak dapat mengambil oksigen yang larut di dalam air seperti hal dengan insang. Beberapa contoh adaptasi tingkah laku yang terjadi pada makhluk hidup : a. Cecak memutuskan ekornya apabila menghadapi bahaya b. Bunglon dapat mengubah warna kulitnya untuk menghindari musuh c. Daun alang-alang menggulung apabila udara sangat panas d. Badak, gajah, dan kerbau suka berkubang apabila udara sangat panas e. Beberapa jenis hewan melakukan istirahat (tidur panjang) disebut dormansi ( pada musim dingin disebut hibernasi, yang terjadi pada ular, beruang kura-kura). Sedangkan pada musim panas disebut estivasi, terjadi pada siput, bekicot, cacing tanah, jahe, bakung dan rerumputan. f. Rayap sering memakan kelupasan kulitnya untuk mendapatkan flagellata kembali agar di dalam pencernaannya dihasilkan enzim selulosa. g. Pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan daunnya tumbuh dengan lebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme di lingkungan air 1. Kadar garam ( salinitas) 2. Suhu ( Temperatur) 3. Intensitas cahaya 4. Arus air 5. Kandungan oksigen terlarut ( Dissolve oxygen ) 6. BOD ( Biological Oxygen Demand ) Faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme di lingkungan darat 1. Persediaan air 4. Keadaan tanah 2. Suhu 5. Cahaya 3. Kelembaban 6. Cuaca/iklim Perilaku adaptif, adalah perilaku khusus dalam kehidupan hewan yang berakibat bahwa kehidupan menjadi bagian penting dalam warisan evolusioner bagi spesies yang bersangkutan. Yang mempengaruhi perilaku adaftif hewan adalah perilaku makan, perilaku mempertahankan diri, dan perilaku reproduksi. Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu: 1) Tumbuhan Xerofit Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat bertahan hidup dalam kondisi kering. Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung air. 2) Tumbuhan Hidrofit Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan antara lain memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai. 3) Tumbuhan Higrofit Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar. B. Seleksi Alam Makhluk hidup di muka bumi ini harus terus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Diantara sesama makhluk hidup dalam satu lingkungan pasti akan terjadi persaingan terutama dalam hal mencari makanan, tempat tinggal, dan mencari pasangan. Persaingan itu dikenal dengan istilah kompetisi. Dalam persaingan tersebut tentunya pasti ada yang mengalami kematian, namun ada pula yang bertahan hidup. Yang mampu bertahan hidup merupakan suatu proses alami yang menunjukkan bahwa makhluk hidup yang bersangkutan mampu mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada pada lingkungannnya. Dengan adanya kompetisi dan faktor-faktor pembatas tersebut, seolaholah alam mengadakan seleksi terhadap semua mahluk hidup yang ada di dalamnya. Makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat tetap hidup, sedangkan yang tidak mampu menyesuaikan diri, akan mati. Lama – kelamaan karena terus tidak dapat menyesuaikan diri, hewan yang bersangkutan dapat mengalami kepunahan dari muka bumi. Seleksi alam adalah proses kelulus hidupan suatu organisme dalam perubahanperubahan yang tewrjadi di alam. Alam melalui berbagai perubahan cuaca dan kondisinya melakukan seleksi terhadap organisme yang hidup di dalamnya. Proses perubahan akibat seleksi alam berlangsung sedikit demi sedikitdalamjangka waktu yang sangat lama, sehingga terbentuk spesies baru yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada lingkungannya yang baru. Peristiwa perubahan ini disebut dengan evolusi. Setiap perubahan yang terjadi selama proses evolusi, akan diwariskan kepada keturunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seleksi alam antara lain : perubahan iklim yang sangat ekstrim, bencana alam, ketersediaan makanan, persaingan/kompetisi, faktor lingkungan. 1. Faktor Penyeleksi Alam Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. a. Suhu lingkungan Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk menghangatkan tubuhnya. b. Makanan Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah. c. Cahaya matahari Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan makanan. 2. Kepunahan Makhluk Hidup Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup pada jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon sampai sekarang. Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong dalam fosil hidup. Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati. Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar, penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang cukup. Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar, kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah. C. Perkembang Biakan Organisme Berkembang biak merupakan upaya organisme untuk memperbanyak diri dan mempertahankan / melesterikan jenisnya. Makhluk hidup yang sudah mencapai tingkat kedewasaan, pada umumnya siap dan mampu berkembang biak. Makhluk hidup yang demikian dikatakan fertil atau subur. Perkembang biakan makhluk hidup ada yang melalui perkawinan dan ada pula yang tanpa melalui perkawinan. Pada dasarnya perkembangbiakan dapat dibedakan menjadi perkembangbiakan generatif ( secara kawin ) dan perkembangbiakan vegetative ( secara tidak kawin ). Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang ditandai dengan adanya peleburan sel-sel kelamin yaitu sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Sel kelamin jantan dihasilkan oleh induk jantan sedangkan sel kelamin betina dihasilkan oleh induk betina. Setiap sel kelamin membawa sifat-sifat induknya, maka setiap anak (individu) baru yang dihasilkan mempunyai sifat yang berbeda dengan kedua induknya. Perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan yang terjadi tanpa adanya peleburan gamet jantan dengan gamet betina. Individu yang dihasilkan berasal dari bagian tubuh tumbuhan, sehingga sifat yang dimiliki oleh anak (individu) baru akan sama dengan induknya. Contoh : membelah diri, tunas adventif, merunduk, mencangkok, menempel, stek. Makhluk hidup dapat tetap lestari dengan berkembang biak. Bahkan cendrung semakin banyak. Kemampuan makhluk hidup menghasilkan jumlah keturunan dalam suatu waktu tertentu disebut tingkat reproduksi. Makhluk hidup yang mampu menghasilkan jumlah keturunan yang sedikit dalam jangka waktu yang lama, dikatakan memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Makhluk hidup yang mampu menghasilkan jumlah keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat dikatakan memiliki tingkat reproduksi yang tinggi. Contoh, ikan, tikus, ayam. Adanya perbedaan tingkat reproduksi, menyebabkan makhluk hidup di muka bumi dapat mengalami perubahan jumlah. Makhluk hidup yang memiliki tingkat reproduksi rendah dapat menyebabkan makhluk tersebut menjadi semakin langaka dan pada akhirnya dapat mengalami kepunahan. Faktor lain yang menyebabkan banyaknya jenis makhluk hidup yang terancam punah adalah rusaknya habitat makhluk hidup tersebut dan perburuan oleh manusia. Contoh hewan yang habitatnya rusak adalah panda di Cina, sedangkan jenis-jenis hewan yang semakin langka karena diburu oleh manusia, antara lain : Gajah dibunuh untuk diambil gadingnya. Burung cendrawasih ditangkap untuk dijual Harimau ditembak dan diambil kulitnya untuk dijadikan pakaian dan hiasan. Rusa ditembak untuk dimakan dagingnya Perburuan oleh manusia yang sangat berbahaya dapat terjadi oleh karena ada yang masih percaya dengan suatu mitos, misalnya bahwa cula badak mempunyai khasiat tertentu.Sehingga menyebabkan harga cula badak sangat mahal. Pemerintah telah membuat undang-undang perburuan yang bertujuan untuk melindungi kelestarian hidup satwa liar, misalnya berbagai macam burung, hewan-hewan menyusui, ikan, dan hewan melata. Hewan-hewan tersebut tidak boleh ditangkap apalagi diperjual-belikan.