TUGAS RUTIN II K3 “FAKTOR LINGKUNGAN K3” DISUSUN OLEH : RIMA KENIA BR TARIGAN 5181151007 DOSEN PENGAMPU: Reni Rahmadani, S. Kom., M. Kom PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan dengan baik. Terimakahsih saya ucapkan kepada Ibu Reni Rahmadani, S. Kom., M. Kom selaku dosen mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang memberikan tugas ini dan juga membimbing saya, Sehingga saya dapat lebih memahami mengenai Faktor Lingkungan pada K3 melalui perkuliahan dan melalui makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Faktor Lingkungan Pada K3 yang saya sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Saya mohon untuk saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk kebaikan makalah ini kedepannya.Terima kasih. Medan, February 2021 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang berada di dalamnya. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan produktivitas, karena menurunnya jumlah hari yang hilang, meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen, menurunkan biaya-biaya kesehatan dan asuransi, tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, serta rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena naiknya citra perusahaan hal ini dikemukakan oleh Rivai 2009 (dalam Narianggono, dkk. 2014: 2). Selain lingkungan kerja faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu keselamatan kesehatan kerja (K3). Karyawan tidak lepas dari masalah yang 6 berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sewaktu bekerja, dengan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat menumbuhkan kerja pada karyawan. Perusahaan berupaya untuk meningkatkan kinerja seluruh karyawannya agar mampu bersaing dengan perusahaan lain karena dapat menghasilkan suatu barang atau jasa dengan cara yang lebih efisiensi. Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan secara periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibanding dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja, target, sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hal ini dapat tercapai apabila perusahaan selalu memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karena hal ini dapat meningkatkan kinerja karyawan. Untuk meningkatkan kinerja karyawan agar dapat berkualitas dan bekerja dengan baik salah satu faktor terpenting yaitu lingkungan kerja tempat karyawan 5 tersebut bekerja. Dimana lingkungan kerja adalah kondisi-kondisi material dan psikologis yang ada dalam organisasi. Maka dari itu perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang memadai seperti lingkungan fisik (tata ruang yang nyaman, lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup maupun musik yang merdu), serta lingkungan non fisik (suasana kerja karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama karyawan, hubungan antar karyawan dengan pimpinan, serta tempat ibadah). Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang berada di sekitar karyawan perlu diperhatikan agar membawa dampak yang baik bagi kinerja seseorang. 1.2 RUMUSAN MASALAH Apa saja faktor lingkungan kerja dan kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja? 1.3 TUJUAN Untuk mengetahui faktor lingkungan kerja dan kaitanya dengan kesehatan dan keselamatan kerja. BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA Nitisemito dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Personalia" mengungkapkan bahwa Lingkungan Kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”. Sedarmayanti di dalam buku "Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja" menyebutkan bahwa lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai peseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia" disebutkan bahwa lingkungan kerja adalah keadaan fisik dimana seseorang melakukan tugas kewajibannya sehari-hari termasuk kondisi ruang yaitu baik dari kantor maupun pabrik. Menurut Rivai dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan", menyebutkan Lingkungan Kerja merupakan elemen-elemen organisasi sebagai system sosial yang mempunyai pengaruh yang kuat di dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi. Dari penjabaran definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di sekitar pekerjaan dan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, seperti pelayanan karyawan, kondisi kerja, hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. 2.2 FAKTOR LINGKUNGAN KERJA Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi. Berikut ulasan lengkap tentang faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya. 1. Faktor Fisika Faktor Fisik atau Fisik terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di bawah ini. a. Iklim Kerja. b. Kebisingan. c. Getaran. d. Gelombang radio atau gelombang mikro. e. Sinar Ultra Violet. f. Medan Magnet Statis. g. Tekanan udara. h. Pencahayaan. Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan memiliki cara yang spesifik. Secara umum cara penanganan yang dilakukan adalah mengendalikan pemicu yang membuat pekerja tidak nyaman. Informasi lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 8-19. 2. Faktor Kimia Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada pekerja atau masyarakat umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang terdiri dari: a. Mudah terbakar b. Mudah meledak c. Beracun d. Korosif e. Oksidator f. Reaktif g. Radioaktif Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga harus diperhatikan dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang, kemungkinan terjadi masalah akan besar mulai dari melepuh di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis lainnya. Pengendalian faktor kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi, penggunaan bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait pengendalian faktor kimia bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 21 angka 2. 3. Faktor Biologi Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi. Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi: a. Mikroorganisme dan/atau toksinnya. b. Arthropoda dan/atau toksinnya. c. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya. d. Alergen dan toksin dari tumbuhan. e. Binatang berbisa. f. Binatang buas. g. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya Pengendalian Faktor Biologi bisa dilakukan sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 22 angka 7. Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi. a. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi. b. Menggunakan baju kerja yang sesuai. c. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai. d. Memasang rambu-rambu yang sesuai. e. Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan. f. Meningkatkan Higiene perorangan. g. Memberikan desinfektan. 4. Faktor Ergonomi Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi: a. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan. b. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja. c. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai dengan Pasal 23 angka 4, Permenaker No. 5 Tahun 2018 di bawah ini. a. Menghindari posisi kerja yang janggal. b. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja. c. Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja. d. Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja. e. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat. f. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik. g. Menggunakan alat bantu. 5. Faktor Psikologi Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi. a. Ketidakjelasan/ketaksaan peran. b. Konflik peran. c. Beban kerja berlebih secara kualitatif. d. Beban kerja berlebih secara kuantitatif. e. Pengembangan karir. f. Tanggung jawab terhadap orang lain. Pengendalian faktor psikologi bisa dilakukan melalui manajemen stress dengan: a. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja. b. Mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja. c. Mengadakan program konseling. d. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai. e. Mmberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi lengkap terkait penanganan faktor psikologi bisa dilihat pada Pasal 24 angka 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018. Demikianlah ulasan tentang faktor utama K3 Lingkungan Kerja dan beberapa syaratnya yang harus dimiliki oleh perusahaan. Semoga ulasan di atas bisa digunakan sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi terkait K3 Lingkungan Kerja. 2.3 KAITAN FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DENGAN K3 Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan dan kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, korsleting listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kebutaan, tuli, dan lain sebagainya. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2005:161). Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik (Tulus 2001:135). Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Hadiguna, 2009:47). Malthis dan Jackson (2002:217) menyebutkan, keselamatan kerja merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan seseorang, dan tujuan utama keselamatan kerja di perusahaan adalah mencegah kecelakaan atau cedera yang terkait dengan pekerjaan. Argama (2006:48) menjelaskan tujuan keselamatan kerja untuk menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan yang disebabkan kecelakaan, dan selanjutnya menyelamatkan pekerja serta mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja, dengan cara menciptakan keamanan menyeluruh di tempat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan (Rivai, 2009:792). Jika perusahaan menjalankan tindakan-tindakan kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit, sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja, seperti kehilangan nyawa, anggota badan, cedera akibat gerakan yang rutin dan berulang, penyakit yang disebabkan zat-zat kimia berbahaya, dan lain sebagainya. Kondisi psikologis diakibatkan stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap apatis, penarikan diri dari pergaulan kantor, menonjolkan diri secara berlebihan, memiliki 5 pandangan yang sempit, pelupa, konflik, frustasi, suka menund pekerjaan, kurang perhatian dan fokus, mudah putus asa dan lain sebagainya (Sudarmanto, 2009:118). Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas karyawan. Pekerjaan yang menuntut produktivitas tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki kesehatan prima. Sebaliknya, jika karyawan sakit, maka karyawan akan kurang produktif dan pekerjaannya pun tertunda atau bahkan terhenti sama sekali. Untuk dapat bekerja produktif, maka pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Lingkungan kerja merupakan aspek yang dapat dikendalikan (controllable) oleh perusahaan, sedangkan cara bekerja yang sehat dan selamat merupakan aspek yang juga controllable dilakukan oleh tenaga kerja (Suma’mur, 2009:13). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program pencegahan kecelakan yang timbul dari akibat kerja dan penyakit kerja. Keselamatan dan Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan sehat secara fisik maupun non-fisik, sehingga mampu menekan angka risiko kecelakaan kerja dan penyakit kerja serendah mungkin dan kepuasan kerja karyawan. Perusahaan menyadari betapa pentingnya tenaga kerja sebagai asset utama dari perusahaan. Sehingga, perusahaan harus menaruh perhatian pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja dengan maksud untuk mengurangi angka kecelakaan yang ditimbulkan akibat bekerja dan kepuasan kerja karyawan. Perusahaan wajib melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan membangun kondisi serta lingkungan kerja yang sehat serta aman dan nyaman bagi karyawan. Apabila terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi dan lingkungan kerja yang tidak sehat serta aman dan nyaman akan merugikan bagi kedua pihak baik dari karyawan maupun perusahaan itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja, seperti kebersihan dan kesehatan, urusan rumah tangga, ventilasi, pemanas, dan pendingin, tempat kerja, ruang kerja, dan tempat duduk, pencegahan kecelakaan, pencegahan kebakaran, gizi, penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja. Untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja perusahaan harus menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Faktor-faktor lingkungan kerja yang terdiri dari keadaan tempat kerja, suhu udara, penerangan, peralatan kerja dan kondisi fisik & mental karyawan, dapat memberikan kontribusi yang signifikan dan positif dalam meningkatkan kondisi K3. Disimpulkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. 3.2 SARAN Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. (2013). Pengaruh lingkungan kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan di PT Waskita Guna Jaya di Pekanbaru. Repository. unri. ac. id. Fauziyah, A., Djaelani, A. Q., & Slamet, A. R. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Bagian Produksi PT. Berlina Tbk Pandaan). Jurnal Ilmiah Riset Manajemen, 7(2). https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/265 (Terakhir diakses Kamis 18 Maret 2021 pukul 10:06 WIB)