Uploaded by User94714

Prosedur Pendaftaran Perkara Perdata Melalui E-court dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2019 (Ditinjau dari Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan)

advertisement
Prosedur Pendaftaran Perkara Perdata Melalui E-court dalam Peraturan
Mahkamah Agung No.1 Tahun 2019 (Ditinjau dari Asas Sederhana,
Cepat, dan Biaya Ringan)
Oleh:
Dr. Fitria Dewi Navisa, S.H., M. K.n
Kristian
Ilmu Hukum- Universitas Islam Malang
[email protected]
Abstrak
Guna mewujudkan proses peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan
serta sebagai wujud reponsif atas tuntutan perkembangan jaman yang
mengharuskan adanya pelayanan administratif yang lebih efektif serta efisien,
Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Thn. 2019
tentang administrasi perkara dan persidangan di pengadilan secara elektronik,
mengeluarkan sistem electronic court (e-court). Keberadaan e-court yang
diharapkan sebagai jawaban untuk mempermudah adanya proses penyelesaian
perkara secara cepat dan efesien dalam upaya untuk membantu masyarakat dalam
berpekara dan menyelesaikan sengketa.
Untuk menemukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini, maka
peneliti akan mempergunakan teori hukum tertentu sebagai landasan untuk
menganalisnya, maka dari itu peneliti akan menggunakan Teori Hukum Acara
Perdata pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan empat macam
pendekatan, yakni pendekatan perundang-undangan (statue approach),
pendekatan komparatif (comparative approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan konseptual (conseptual approach), dan pendekatan
historis (historical approach). Jenis metode penelitian yang dipilih adalah
deskriptif analisis, pengertian dari metode deskriptif analitis adalah suatu metode
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
E-court merupakan sebuah instrumen pengadilan sebagai upaya pelayanan
Mahkamah Agung kepada masyarakat dalam hal pendaftaran perkara ke
pengadilan secara online,pembayaran secara online, pengiriman dokumen
persidangan (baik secara replik ,duplik ,kesimpulan ,maupun jawaban) secara
online, dan pemanggilan secara online. ditinjau dari asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan, maka e-court lebih efisien disbanding berperkara secara manual.
Walaupun efisien e-court dinilai masih memiliki beberapa kekurangan yang
belum sesuai dengan asas tersebut.
Kata Kunci : E-court, Pendaftaran perkara, Mahkamah Agung
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara hukum yang mengedepankan keadilan
bagi masyarakatnya. Pengadilan memiliki peranan yang sangat penting dalam
membantu masyarakat dalam menyelesaikan perkaranya dan untuk memperoleh
keadilan yang didasarkan normatif hukum yang ada. Sistem peradilan yang ada di
Indonesia lebih mengedepankan cotante jistinte atau sering dikenal dengan asas
sederhana, cepat dan biaya ringan hal tersebut telah dijelaskan dan diatur dalam
perundang-undangan No 48 Tahun 2009 yang membahas mengenai Kekuasaan
kehakiman. Asas tersebut dapat diartikan adanya suatu proses peradilan yang tidak
berbelit-belit, dengan acara yang jelas, mudah dipahami dan biaya yang terjangkau
oleh seluruh elemen masyarakat baik dari tingkat atas maupun tingkat bawah.
Pelaksanaan asas tersebut diharapkan diterapkan baik dalam system peradilan.
Penyelenggaraan peradilan di Indonesia didasarkan asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan.1 Asas peradilan cepat, adalah asas universal yang dianut oleh semua
peradilan di dunia. Universalitas asas ini terlihat dari adagium justice delayed is
justice denied yang ada sejak 1 (satu) abad sebelum masehi dan senantiasa dirujuk
oleh tokoh-tokoh dunia.2 Adagium tersebut bermakna bahwa proses peradilan
lambat sama dengan tidak memberikan keadilan kepada para pihak. Ia lahir secara
induktif dari ekspektasi public terhadap penanganan sebuah perkara yang cepat
sehingga dapat memeberikan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informatika yang
begitu pesat telah mempermudah manusia (termasuk tugas peradilan). Pesatnya
teknologi informasi dan komunikasi tersebut menuntut badan peradilan di
Indonesia untuk mengadopsi peradilan yang teleconference. Bila sebelumnya
administrasi perkara perdata pengadilan dilaksanakan secara manual dan memakan
waktu yang lama dan biaya yang tidak murah maka setelah penggunaan teknologi
informasi
dan
komunikasi
berupaya
mempercepat,
mempermudah,
dan
mempermurah biaya pengadministrasian perkara perdata. Guna mewujudkan
proses peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan serta sebagai wujud
reponsif atas tuntutan perkembangan jaman yang mengharuskan adanya pelayanan
1
Indonesia, Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun. 2009, LN No.
157 Tahun 2009, TLN No 5076, Pasal 2 ayat (4).
2
Secara maknawi adagium justice delay is justice denied tertulis dalam Magna Charta
administrative yang lebi efektif serta efisien, Mahkamah Agung (MA)
mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 1 Thn. 2019 tentang
administrasi perkara dan persidangan di pengadilan secara elektronik yang
menggantikan Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Th. 2018 tentang Administrasi
Perkara di pengadilan secra Elektronik mengeluarkan sistem electronic court (ecourt). Keberadaan e-court yang diharapkan sebagai jawaban untuk mempermudah
adanya proses penyelesaian perkara secara cepat dan efesien dalam upaya untuk
membantu masyarakat dalam berpekara dan menyelesaikan sengketa. Namun
berdasarkan berbagai sumber jurnal terdahulu yang peneliti kaji keberadaan e-court
belum sepenuhnya mampu memberikan sebuah solusi dalam masyarakat dan masih
mengalami berbagai permasahan seperti sistem layanan e-court yang hanya bisa
dilakukan oleh penasihat hukum atau advokat yang harus mendapatkan validasi dari
Mahkamah Agung RI, layanan sistem e-court di Indonesia jauh tertinggal dari
negara-negara maju yang telah menerapkan sistem layanan peradilan secara
elektonik dengan memberlakukan setiap warga negara Singapura yang ingin
menyelesaikan perkara di Pengadilan telah memiliki SingPass ID bagi setiap
individu atau CorpPass ID badan hukum sehingga mempermudah warga negaranya
berpekara di Pengadilan dan hal inilah belum diterapkan di Indonesia. 3 Dan masih
banyak permasalahan lainnya.
Berangkat dari permasalahan diatas maka peneliti berfikir penting untuk
diteliti dan dikaji secara mendalam apakah sistem layanan e-court sudah memenuhi
asas sederhana, cepat dan biaya ringan sep,erti apa Prosedur Pendaftaran Perkara
perdata melalui sistem dengan mengangkat judul “Prosedur Pendaftaran
Perkara Perdata Melalui E-Court dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1
Tahun 2019 ( Ditinjau dari asas sederhana, cepat dan biaya ringan).
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti mengidentifikasi rumusan masalah sebagai
berikut, Bagaimana prosedur serta gambaran pendaftaran perkara perdata melalui
e-court dalam PERMA No. 1 Thn 2019 ditinjau dari asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan?.
II. TEORI
Ika Atikah ,“ Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses
Penyelesaian Perkara di Indonesia” UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Proceding- Open
society Coference 2018 107-127, hlm 108-109
3
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.4
Menurut
Snelbecker
ada
penelitian. Pertama, sebagai
tiga
kegunaan
pensistematiskaan
teori
dalam
temuan-temuan
penelitian. Kedua, sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan
hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat ramalanramalan atas dasar penemuan. Ketiga, sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab
pertanyaan.5
Untuk menemukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini, maka
peneliti akan mempergunakan teori hukum tertentu sebagai landasan untuk
menganalisnya, maka dari itu peneliti akan menggunakan Teori Hukum Acara
Perdata pada penelitian ini.
III.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, atau studi
dokumen, atau metode penelitian yuridis normatif yaitu suatu bentuk penelitian
yang datanya diperoleh dari pustaka yang dilakukan terhadap data yang bersifat
sekunder,6 dengan menggunakan berbagai sumber dokumen yang ada keterkaitan
dengan penelitian yang dikombinasi dengan hasil penelitian yang dilakukan penulis
juga.
Penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan mengkaji hukum,
menggunakan asas-asas hukum, serta pendekatan perundang-undangan khususnya
perundang-undangan yang membahas atau yang berkaitan langsung dengan
pendaftaran perkara melalui e-court.
Penelitian ini menggunakan empat macam pendekatan, yakni pendekatan
perundang-undangan (statue approach), pendekatan komparatif (comparative
4
Pendapat Neumen dikutip oleh Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung, ALfabeta, hlm. 52
5
Pendapat Snelbecker dikutip oleh Sardar Ziauddin, 1996, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Bandung, Mizan, hlm. 86
6
Suratman, et al, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, hlm. 51.
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan konseptual (conseptual
approach), dan pendekatan historis (historical approach).
Penelitin ini merupakan penelitian kepustakaan. Bahan hukum yang
dihimpun dalam penelitian ini dihasilkan dari studi kepustakaan. Oleh karena itu
teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
telaah pustaka. Jenis metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analisis,
adapun pengertian dari metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur lenngkap
pendaftaran perkara perdata melalui e-court dalam Peraturan Mahkamah Agung
(MA) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi perkara dan persidangan di
pengadian secara elektronik, ditinjau dari asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peradilan di Indonesia menganut suatu asas yang bernama contante justitie
atau asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan sebagaimana diatur dalam
UU No. 48 Thn. 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Arti dari asas ini merupakan
proses peradilan yang tidak berbelit-belit, acaranya jelas, mudah dipahami dan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat tingkat bawah sekalipun.
Berdasarkan konsiderans menimbang dalam peraturan Mahkamah Agung
No. 3 Tahun 2018 tentang administrasi perkara di Pengadilan secara elektronik
bahwa untuk mewujudkan prinsip sederhana, cepat, biaya ringan dalam peradilan
maka perlu dilakukan pembaharuan dalam mengatasi hambatan proses
penyelenggaraan peradilan.
Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) merupakan sebuah sistem
informasi yang digunakan oleh Pengadilan untuk memberi pelayanan kepada
pencari keadilan yang meliputi administrasi dan pelayanan perkara serta berfungsi
sebagai register elektronik.7
Dalam
melaksanakan
perkara,
seeorang
atau
advokad
cenderung
mendaftarkan perkara perdata secara manual dikarenakan kurangnya prosedur dan
tata cara pada pendaftaran elektronik di Pengadila, maka dari itu diperlukan adanya
sistem yang lebih mudah dan efisien yang berbasis online.Hadirnya e-court
meruapakan terobosan baru guna memperlancar pendaftaran sampai proses litigasi.
E-court merupakan sebuah instrumen pengadilan sebagai upaya pelayanan
Mahkamah Agung kepada masyarakat dalam hal pendaftaran perkara ke pengadilan
secara online,pembayaran secara online, pengiriman dokumen persidangan (baik
secara replik ,duplik ,kesimpulan ,maupun jawaban) secara online, dan
pemanggilan secara online. Apilikasi e-court perkara diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan pada fungsinya dalam menerima pendaftaran perkara
secara online yang mana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat
melakukan pendaftaran perkara.8
Apilikasi e-court seiring berjalannya waktu sudah semakin berkembang
dengan adanya teknologi yang menjadikan terobosan baru bagi pengadilan untuk
melaksanakan administrasi berbasis elektronik yang telah ditetapkan oleh
Mahkamah Agung melalui PERMA No.1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara
di Pengadilan Secara Elektronik merupakan salah satu upaya Lembaga peradilan
guna mewujudkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam hal pembaruan
sistem administrasi perkara, menjadikan masyarakat lebih mudah dalam melakukan
perkara.
Jika ditelaah lebih dalam lagi, berdasarkan hasil kajian terhadap Peraturan
Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara
dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik , terdapat beberapa layanan yang
terdapat di aplikasi e-court yaitu:
7
Keputusan Mahkamah Agung No.129/KMA/SK/VIII/2019 Tentang Petunjuk Teknis
Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik
8
Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di
Pengadilan Secara Elektronik.
a. Pendaftaran Perkara Online (e-filling)
E-filing atau pendaftaran perkara secara online dilakukan setelah terdaftar
sebagai pengguna atau memiliki akun pada aplikasi e-court dengan memilih
Pengadilan antara lain: pengadilan negeri, Pengadilan Agama, atau Pengadilan
TUN yang sudah aktif melakukan pelayanan e-court.
Keunggulan Pendaftaran perkara perdata secara online melalui aplikasi ecourt dibanding mendaftar langsung ke pangadilan adalah:
1) Mengemat waktu dan biaya dalam pendaftaran perkara.
2) Pembayaran panjar biaya perkara ditujukan ke rekening Pengadilan pada
bank secara elektronik.9
3) Dokumen ter-arsip secara baik serta dapat diakses dari berbagai lokasi dan
media.
4) Proses temu kembali data yang mudah.
b. Pembayaran biaya online (e-payment)
Didalam pendaftaran sebuah perkara, pengguna terdaftar akan langsung
mendapatkan SKUM secara elektronik (generate) dari aplikasi e-court. Dalam
proses generate tersebut sudah terhitung berdasarkan Komponen Biaya yang
ditetapkan dan sudah terkonfigurasi oleh Pengadilan, Besaran Biaya Radius
ditetapkan dari Ketua Pengadilan, sehingga perhitungan taksiran biaya panjar
sudah diperhitungkan sedemikian rupa dan menghasilkan elektronik SKUM
(Surat Kuasa Untuk Membayar) atau yang dikenal dengan e-SKUM. Pengguna
e-court terdaftar ataupun pengguna terdaftar lain, setelah mendapat taksiran
Panjar atau e-SKUM akan mendapatkan Nomor Pembayaran (Virtual Account)
sebagai rekening virtual untuk pembayaran Biaya Panjar Perkara yang dapat
dibayarkan secara elektronik.
c. Pemanggilan Elekrtonik (e-summons)
Panggilan dalam bahasa belanda disebut dengan convocatie atau
9
Pasal 10 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi
Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik.
bijeenroeping.10 Sementara itu, pengertian panggilan dalam hukum acara
perdata yaitu menyampaikan secara resmi (official) dan patut (properly) kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu pekara dipengadilan agar memenuhi dan
melaksanakan hal-hal yang diminta dan diperintahkan majelis hakim atau
pengadilan.11Pemanggilan dilakukan Juru sita dengan membuat berita acara
pemanggilan pihak-pihak, dilakukan kepada yang bersangkutan atau wakilnya
yang bersangkutan yang sah, dengan memperhitungkan tenggang waktu, kecuali
dalam hal yang sangat perlu, tidak boleh kurang dari 3 (tiga) hari kerja.12
Akan tetapi pemanggilan yang pendaftarannya mengunakan e-court, maka
pemanggilan kepada Pengguna Terdaftar dilakukan dilakukan secara elektronik
yang dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Namun, bagi
pihak tergugat untuk pemanggilan yang pertama dilakukan secara manual
dengan surat yang dikirimkan ke domisili ataupun bertemu langsung si tergugat,
bilamana tidak bisa ditemui maka surat dititipkan kepada lurah atau kepala desa
supaya diantar, selanjutnya saat tergugat hadir pada saat persidangan yang
pertama tergugat akan diminta persetujuan apakah setuju dengan panggilan
secara elektronik atau tidak, jika tergugat menyetujui maka pihak tergugat akan
dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili yang diberikan dan apabila
tergugat tidak setuju, pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasanya.
d. Sidang Elektronik
Jika dulu persidangan dilakukan secara manual dan memakan waktu yang
lama, sekarang dengan aplikasi e-court mendukung persidangan secara
elektronik (e-litigasi) sehingga bisa dilaksanakan pengiriman dokumen
persidangan meliputi replik, duplik, kesimpulan, dan atau Jawaban secara
elektronik yang dapat diakses oleh pengadilan dan para pihak yang sedang
berperkara. Prosedur tersebut akan lebih mempermudah proses pemeriksaan di
persidangan, karena lebih mengefektifkan waktu pemeriksaan perkara dimana
agenda sidang tidak hanya sekedar dibuka untuk menyerahkan dokumen
10
Sudikno mertokusumo, Hukum Acara perdata, (Yogyakarta:Liberty, 2002), hal 98.
Yahya Harahap, Hukum Acara PerdataI, Tentang gugatan, persidangan, penyitaan,
pembuktian, dan putusan pengadilan, cet. 2, (Jakarta:Sinar Grafika, 2005), hal. 213.
12
Retno Wulan Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan
Praktek, cet. 9, (Bandung: Mandar Maju, 2002), hal. 22.
11
kemudian persidangan ditutup dan dilanjutkan kembali kemudian. Dengan
adanya mekanisme persidangan secara elektronik maka para pihak akan lebih
efektif dan efisien untuk memanfaatkannya dengan mempercepat proses
persidangan di pengadilan.
Dilihat dari uraian diatas, tentu jika ingin berperkara dipengadilan tentu harus
mendaftarkan akun terlebih dahulu. Ada beberapa pengguna yang diperbolehkan
mendaftar sebagai berikut: 13
a. Pengguna terdaftar
Pengguna terdaftar merupakan pengacara atau advokad, yang dapat melakukan
pendaftaran dan mengisi data pengacara atau advokad.
Beberapa syarat untuk dapat menjadi pengguna terdaftar bagi pengacara adalah:
a) Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b) Kartu Keanggotaan Advokad, dan
c) Bukti berita acara sumpah advokad oleh pengadilan tinggi
b. Pengguna lain
Pada pengguna lain, akan mendapat akun melalui meja e-court pada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) pengadilan. Penggunaan akun terhadap
pengguna lainnya hanya berlaku pada saat beracara secara elektronik untuk 1
(satu) kali dan empat belas hari setelah tertanggal putusan user (pengguna) tidak
bisa lagi untuk mengakses data perkaranya. Untuk menggunakan kembali harus
dilakukan aktivias kembali oleh pengadilan. Yang termasuk pengguna lian
menurut panduan e-court :
a) Perorangan
Perorangan yang ingin beracara menggunakan e-court secara
prinsipal, dapat langsung mendaftar melalui e-court di pengadilan.
Persyaratan pengguna terdaftar lain bagi perorangan hanya dua yaitu Kartu
Tanda Penduduk (KTP) atau Passport.
13
Mahkamah Agung, 2019, Buku panduan e-court, diakses pada 24 April 2020 dari https://pnpurwakarta.go.id/files/ecourt/ecourt_manual_full.pdf
b) Kementerian dan Lembaga atau Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
Untuk dapat menjadi pengguna lain, maka lembaga tersebut harus
diwakilkan, dengan syarat : KTP, Kartu Pegawai, dan Surat kuasa atau surat
tugas.
c) Bagi seorang kejaksaan sebagai pengacara negara
Untuk dapat menjadi pengguna lain, kejaksaan sebagai pengacra negara
harus memiliki: KTP, Kartu pegawagai, dan surat tugas ataupun surat kuasa.
d) Badan hukum
Untuk menjadi pengguna lain badan hukum harus memiliki: KTP, Surat
keputusan sebagai karyawan, serta surat kuasa khusus.
e) Kuasa insidentil
Kuasa insidentil merupakan pemberian kuasa kepada penerima kuasa
yang msih merupakan kerabat pemberi kuasa untuk dan atas nama pemberi
kuasa beracara di pengadilan. Untuk dapat menjadi pengguna lain, kuasa
insidentil harus memilki 3 (tiga) syarat yakni Kartu tanda Penduduk, Surat
kuasa khusus, serta ijin insidentil dari ketua pengadilan.
Mengenai prosedur pendaftaran perkara melalui e-court terdapat beberapa
cara dalam pendaftaran perkara Perdata di pengadilan:14
a. Pendaftaran akun
a. Melakukan register pengguna
Sebelum melakukan pendaftaran, syarat yang wajib dan harus
dilakukan adalah memiliki akun aplikasi e-court dan harus mempunya alamat
e-mail. bagi user atau pengguna terdaftar, yaitu advokad untuk melaksanakan
register melalui e-court yang dilakukan pertama kali adalah membuka
website Mahkamah Agung (MA) pada http://eCourt.mahkamahagung.go/id
14
Mahkamah Agung, 2019, Buku panduan e-court, diakses pada 24 April 2020 dari https://pnpurwakarta.go.id/files/ecourt/ecourt_manual_full.pdf
lalu klik tombol register pengguna terdaftar.
Pada sat pendaftaran pengguna terdaftar harus memasukan alamat email yang valid karena pengaktifan akun akan dikirimkan melalui alamat
email yang didaftarkan yang nantinya akan menjadi alamat domilisi
elektronik pengguna tedaftar atau advokad. Jika proses pendaftaran berhasil,
maka pengguna terdaftar akan mendapatkan email user dan password yang
telah dibuatnya dan dapat digunakan untuk login pada aplikasi e-court.
b. Login
Setelah melakukan Register Pengguna Terdaftar maka akan
mendapatkan user dan password untuk login. setelah membuka web
eCourt.mahkamahagung.go.id maka muncul halaman utama e-court setelah
itu pilih halaman login, setelah masuk ke halaman login masukan user dan
password.
Setelah berhasil melakukan login maka harus mengisi data advokat.
Pada saat melengkapi data advokat juga jarus di lengkapi dengan dokumen
advokat yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP), Berita Acara Sumpah, dan Kartu
Tanda Anggota (KTA). Dengan di lengkapinya data Advokad yang benar,
maka register atau pendaftaran akun pengguna terdaftar telah selesai
dilakukan, akan tetapi untuk dapat beracara dengan menggunakan e-court
masih perlu menunggu verifikasi serta validiasi data oleh Pengadilan tingkat
banding dimana advokat tersebut disumpah.
Untuk Pengguna Lain dari Perseorangan, Pemerintah atau Badan Hukum
sudah bisa juga mengakses e-court dengan melakukan pendaftaran melalui
datang ke pengadilan, setelah itu akan mendapatkan akun user dan password
dari pengadilan tersebut.
c. Pendaftaran perkara
Setelah pengguna terdaftar atau advikad dinyatakan terverifikasi dan
data cocok sebagai advokad oleh Pengadilan Tingkat Banding dimana
pengguna terdaftar (advokad) tersebut disumpah, dan pengguna lain yang
sudah terverifikasi
dan data valid, maka dapat melakukan pendaftaran
perkara pada aplikasi.15
Tahapan pendaftaran perkara melalui e-court adalah sebagai berikut:
a) Memilih pengadilan
Pengguna terdaftar atau advokad dan pengguna lain (non advokad)
memlih menu pendaftaran perkara dan memilih sesuai dengan jenis
perkara yang akan diajukan ke pengadilan yaitu gugatan online, bantahan
online, permohonan online, dan gugatan sederhana online. Apabila sudah
memilih jenis perkara yang didaftarkan maka selanjutnya memasukan
gugatan. Pengguna dapat beracara pada pengadilan yeng telah membuka
layanan e-court dan yang sudah dinyatakan siap oleh Dirjen masingmasing.
b) Mendapat nomor registrasi online (bukan nomor perkara)
Pada tahapan awal, setelah memilih dan menentukan pengadilan,
pengguna terdaftar akan mendapatkan nomor registrasi online dan
barcode, akan tetapi nomor tersebut bukanlah nomor perkara. Untuk
pengguna lain yaitu non advokad atau pengguna terdaftar lain setelah
mendapatkan nomor register online langusng mengisi data pihak karena
tidak menggunakan advokad jadi tidak perlu mengisi pendaftaran kuasa.
Setelah memahami serta menyetujui syarat dan ketentuan dalam
pendaftaran online melalui e-court, selanjutnya mengisi pendaftraan
kuasa.
c) Pendaftaran kuasa
Pendaftaran Surat Kuasa, merupakan bagian dari tahapan Advokat
atau Pengguna terdaftar harus mengunggah Surat Kuasa sebelum
melanjutkan pendaftaran perkara. Ada beberapa atau berkas syarat
pendaftaran lain saat beracara seperti, Berita Acara Sumpah, Kartu Tanda
Penduduk, dan Kartu Anggota Advokat tidak perlu dicantumkan lagi
karena akan selalu terlampirkan setiap pendaftaran perkara. Dokumen
seperti Berita Acara Sumpah, KTP dan KTA sudah didaftar saat register
15
PN Seirampah, 2018, Apa itu E-court, diakses pada 24 April 2020, dari https://www.pnseirampah.go.id/Foto/Artikel%202%20APA%20ITU%20E-COURT.pdf
akun pengguna terdaftar.16
d) Mengisi data pihak
Mengisi data pihak, merupakan hal yang sangat wajib saat
pendaftaran perkara, dan dalam pengisian data pihak ini akan mengisi
alamat pihak tergugat, penggugat, dan turut tergugat sehingga bisa
memilih lokasi yang meliputi provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Dengan
lengkapnya data alamat pihak maka biaya panjar dapat ditaksirkan sesuai
besaran dari radius masing-masing wilayah pengadilan sesuai ketetapan
ketua pengadilan.
e) Upload berkas gugatan
Tahapan selanjutnya adalah melengkapi dokumen-dokumen gugatan
yang harus di unggah pada tahapan peng-ungghan berkas gugatan. Berkas
gugatan dan persetujuan prinsipal diunggah dalam tahapan upload berkas
gugatan. Ketika pengguna melakukan unggah dokumen, ada dua jenis
pilihan unggah dokumen yaitu doc/rtf dan pdf, serta selain itu terdapat
form tempalete persetujuan prinsipal yang berarti menyatakan setuju dan
bersedia beracara secara elektronik. Bukti awal yang diunggah berbentuk
format pdf dan jika bukti lebih dari satu file.
f) Elektronik SKUM(e-SKUM)
Dengan selesainya melengkapi data pendaftar dan dokumen
pengguna, setelah itu akan mendapatkan taksiran panjar baiay perkara
dalam bentuk Elektronik SKUM yang di generate otomatis oleh sistem
dengan komponen biaya panjar dan jarak atau radius yang telah ditetapkan
oleh ketua pengadilan. Besarnya taksiran panjar ini sudah diperhitungkan
dengan rumus sesuai penentuan taksiran panjar pada perkara gugatan,
namun apabila dalam pelaksanaannya ditemui kekurangan maka setelah
itu akan diterbitkan sebuah tagihan untuk tambah biaya panjar dan
sebaliknya, penambahan dan pengembalian panjar biaya perkra dilakukan
16
Mahkamah Agung, 2019, Buku panduan e-court, diakses pada 24 April 2020 dari https://pnpurwakarta.go.id/files/ecourt/ecourt_manual_full.pdf
secara elektronik.17
g) Pembayaran (e-payment)
Bagi pengguna terdaftar setelah mendapatkan taksiran panjar, akan
mendapatkan nomor pembayaran (Vitual Account) sebaga rekening untuk
pembayaran biaya panjar.
h) mendapatkan nomor perkara
pengadilan akan mendapatkan pemberiatahuan disaat pendaftaran
perkara sudah dilakukan pembayaran, dan kemuadian pengadilan akan
melakukan verifikasi beserta validasi dilanjutkan dengan pendaftran
perkara di SIPP dan stelah itu akan otomatis akan mendapatkan nomor
perkara.
i) Mendapatkan panggilan elektronik
Setelah pengguna terdaftar ataupun pengguna terdaftar lain sudah
melakukan pembayaran dan mendapat nomor perkara dari yang telah
didaftarkan tersebut, maka selanjutnya penggua akan mendapat sebuah
panggilan persidangan yang dikirim oleh pihak pengadilan tempat
pendaftaran perkara.
Sedangkan untuk biaya ringan merupakan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat. Meskipun demikian, untuk hal pemeriksaa beserta penyelesaian
perkara dipengadilan harus tetap teliti dan cermat dalam menggali kebenaran dan
keadilan. Dalam standart pelayanan pengadilan disebutkan bahwasanya pengadilan
wajib menyelenggarakan pemeriksaan perkara dan diselesaikan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya enam bulan perkara didaftarkan.18
Lembaga peradilan harus memiliki kemandirian secara efektf dan efisien
dalam melakukan pelayanan kepada pencari keadilan, sebagai wujud nyata dari visi
“mewujudkan badan peradilan yang agung”. Sebagai suatu sistem, peradilan
memiliki metode yang bergerak menuju kepada pencapaian dari hakikat keberadaan
keadilan. Suatu sistem peradilan, menuntut adanya visi yang jelas agar aktivitas
17
Pasal 10 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang admisnistrasi
perkara dan persidangan di pengadilan secara elektronik.
18
Surat Keputusan KMA Nomor : 026/KMA/SK/II/2012 tentang standard pelayanan peradilan.
pelaksanaan peran peradilan bekerja secara efektif dan efisien.19Dengan kata lain,
guna mencapai serta menjaga visi dan misi dari mahkamah Agung (MA) harus
dengan didukung oleh manejemen prosedur administrasi perkara yang baik
sehingga dapat berjalan secara optimal.
Apa dimaksud dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan adalah proses
acara persidangan jelas, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit, tidak terlalu
banyak formalitas yang menjadi hambatan bagi jalannya peradilan sehingga
penyelesaian perkara tidak lama dan tidak dibutuhkan biaya lain kecuali benarbenar diperlukan secara nyata untuk penyelesaian perkara di pengadilan. Biaya
harus ada tarif yang jelas dan seringan-ringannya. setiap pembayaran di pengadilan
harus jelas kegunaannya serta diberi tanda terima uang.20
Berdasarkan prosedur pendaftaran perkara perdata yang sudah dijelaskan diatas,
maka dapat dianalisis dari ketiga asas tersebut sebagai berikut:
a. Asas Sederhana
Sebagaimana yang terdapat dalam pasal 2 ayat (4) UU No. 48 Thn. 2009
tentang kekuasaan kehakiman, menyebutkan bahwasanya peradilan dilakukan
dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dalam pengertiannya yang dimaksud
dengan sederhana merupakan pemeriksaan dan penyelesian perkara yang
dilakukan dengan efisien, efektif, serta pelaksanaannya yang jelas. Sederhana
juga dapat dimaknai sebagai proses yang tidak rumit, jelas, lugas, non
interpretable (bisa ditafsirkan), mudah dipahami, gampang dilakukan, mudah
diterapkan, sistematis, konkrit baik pada sudut pandang pencari keadilan
maupun pada sudut pandang penegak hukum yang mempunyai tingkat
kualifikasi yang beragam, baik dalam bidang potensi pendidikan yang dimiliki,
kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.21Sejalan dengan fitur aplikasi ecourt pengguna terdaftar sangat mudah mendaftarkan gugatan ke pengadilan
melalui fitur e-filling, sehingga mudah dilakukan karena sistematis dan praktis.
Berbeda dengan pendaftaran perkara ke pengadilan secara manual yang harus
19
M. Hatta Al, Peradilan sederhana, cepat, & biaya ringan menuju keadilan restorative, PT
Alumni, Bandung, 2012, hlm. 229.
20
A. Mukti Arto, Mencari Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2001, ham. 67
21
Sunaryo, Sidik, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, UMM Press, Malang, 2005, hlm 46.
datang ke temapt serta meyerahkan surat gugatan atau permohonan secara
langsung ke meja pertama. Akan tetapi dalam pelaksanaanya aplikasi e-court
hanya dapat dirasakan oleh advokad dan pengguna terdaftar lain, masyarakat
yang notabene objek yang mencari keadilan belum memiliki akses terhadap
aplikasi tersebut. Akibatnya masyarakat masih harus mencari advokad dulu jika
akan berperkara.
b. Asas Cepat
Cepat dalam pendaftaran perkara di peradilan artinya upaya strategis untuk
menjadikan sistem peradilan sebagai institusi yang dapat memberikan jaminan
terwujudnya atau tercapainya keadilan dalam penegakan hukum secara cepat
oleh pencari keadilan. Melalui aplikasi e-court dalam pendaftaran perkara atau
gugatan diberi kemudahan dalam upload berkas gugatan yang bisa dari mana
saja sehingga memangkas waktu dari pada harus ke pengadilan langsung, serat
terdapat proses temu data kembali yang mudah. Pembayaran biaya panjar pun
dapat dilakukan melalui bank secara elektronik sperti via atm ataupun internet
banking. Berangkat dari asas cepat, dalam mencari advokad masyarakat akan
dihadapkan akan permasalahan memilih advokad mana yang terbaik, alangkah
baik jika dalam aplikasi e-court disediakan daftar advokad beserta track record
guna memudahkan masyarakat memilih advokad, walaupun untuk memberikan
berkas serta keterangan harus datang manual ke kantor pengacara atau advokad
bagi masyarakat.
c. Asas Biaya Ringan
Maksud dari asas ini adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh
semua kalangan, karena e-court mempermudah pengiriman berkas secara
elektronik dari rumah serta tidak perlu datang ke pengadilan secara langsung
yang bisa menghemat biaya transportasi ke pengadilan.
Berdasarkan analisis diatas Hadirnya PERMA Nomor 1 Tahun 2019 menjadi
jawaban bagi masyarakat yang selama ini bermasalah tergadap waktu, jarak, dan
masalah biaya. Waktu dan jarak bukan lagi menjadi masalah dikarenakan pada saat
ingin melakukan pendaftaran cukup mendaftarkan secara online melalui fitur efilling dari wesite yang telah disediakan. Selain fitur e-filling terdapat pula fitur e-
payment pembayaran panjar uang perkara. Menurut pasal 10 ayat 1 Peraturan
mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019, pembayaran panjar biaya perkara ditujukan
ke rekening pengadilan pada bank secara elektronik, serta penambahan dan
pengembalian anjar biaya perkara dilakukan secara elektronik.22 Jika dicermati
maka pembayaran bisa melalui sms banking, internet banking, ataupun transfer via
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), tanpa perlu ke kasir. Jika terdapat pengembalian
sisa uang perkara, maka akan langsung masuk ke rekening kembali.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami secara luas dapat dikatakan bahwa
PERMA Nomor 1 Tahun 2019 mengandung asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan, karena dapat memangkas waktu dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan
jika berperkara secara manual yang datang langsung ke pengadilan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkn pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, pertama,
prosedur pendaftaran perkara perdata pada pengadilan menurut Peraturan
Mahkamah Agung nomor 1 Tahun 2019 sudah kompleks, karena sudah terdapat
fitur pendaftaran yang berbasis elektronik meliputi Pendaftaran gugatan atau
permohonan secara online (e-filling), pemanggilan online (e-summons) dan yang
terakhir merupakan persidangan online (e-litigasi). Terdapat penjelasan mengenai
user atau pengguna yang bisa mengakses yaitu pengguna terdaftar (advokad) dan
dan pengguna terdaftar lain.
Kedua, prosedur pendaftaran perkara berdasarkan Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di
Pengadilan secara elektronik melalui tinjauan asas Sederhana, Cepat, dan Biaya
Ringan terhadap aplikasi e-court ini memudahkan pengguna dikarenakan lebih
efektif dan efisien, serta memangkas waktu terhadap pelaksanaan pendaftraan
perkara perdata di pengadilan daripada yang dilaksanakan secara manual yang
datang langsung ke temapat pengadilan, walaupun dalam pelaksanaannya masih
terdapat kekurangan serta inkonsistensi antara asas tersebut dengan realitanya.
22
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan
Persidangan di Pengadilan secara Elektronik
VI.
SARAN
Penulis berharap agar pelaksanaan berperkara dalam e-court dapat
diimplementasikan dengan baik dalam dunia pengadilan di Indonesia. Proses
pendaftaran perkara melalui sistem e-court dan prosedur yang telah distandarkan
dengan ketentuan dan berpedoman dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2019 tentang tata cara beracara di pengadilan secara elektronik dapat
memudahkan masyarakat yang ingin menyelesaikan perkaranya di pengadilan
dengan tetap mengedepankan dan mengindahkan asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan. Serta kedepannya diharapkan ada kelengkapan dalam prosedur untuk perma
tersebut maupun peraturan yang akan dating. sejauh ini e-court hanya bisa
dijangkau oleh advokat dan harapan kedepannya pemerintah dan lembaga hukum
terkait bisa memperbaiki sistem agar e-court dapat diakses bagi seluruh elemen
yang ingin menyelesaikan perkara nya di pengadilan secara online.
DAFTAR PUSTAKA
M. Hatta Ali, 2012, Peradilan Sederhana, Cepat, & Biaya Ringan
Menuju Keadilan Restoratf, Bandung, PT Alumni.
A. Mukti Arto, 2001, Mencari Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunaryo, Sidik, 2005, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Malang;
UMM Press.
Suratman, et al, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta: Bandung.
Retno Wulan Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002, Hukum Acara
Perdata Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju.
Sardar Ziauddin, 1996, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung;
Mizan.
Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata, Tentang gugatan,
persidangan, penyitaan, pembuktian, dan putusan pengadilan,
Jakarta:Sinar Grafika.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan
kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010
Sudikno mertokusumo, 2002, Hukum Acara perdata, Yogyakarta: Liberty.
Surat Keputusan KMA Nomor : 026/KMA/SK/II/2012. Tentang standar
pelayanan pengadilan.
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi
Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik.
Surat Keputusan KMA Nomor : 026/KMA/SK/II/2012 tentang standard
pelayanan peradilan.
Keputusan Mahkamah Agung No.129/KMA/SK/VIII/2019 Tentang
Petunjuk Teknis Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan
Secara Elektronik
Pengadilan Agama Tinggi Padang, 2017, Laporan Tahunan 2017.
PN Seirampah, 2018, Ap itu E-court, diakses pada 24 April 2020, dari
https://www.pn-seirampah.go.id/Foto/Artikel%202%20APA%20ITU%20ECOURT.pdf
Mahkamah Agung, 2019, Buku panduan e-court, diakses pada 24 April
2020 dari https://pn-purwakarta.go.id/files/ecourt/ecourt_manual_full.pdf
Download