Uploaded by User94658

jiptummpp-gdl-abdrahman2-51362-3-2.bab2

advertisement
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Sistem Tenaga Listrik
Sistem ketenagalistrikan merupakan sistem yang sangat vital bagi
kelangsungan energi. Penyediaan energi yang handal dan berkualitas bagus tidak
lepas dari adanya kualitas suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik terbagi
menjadi 3 poin penting seperti pada gambar 2.1, yaitu pembangkitan, penyaluran
dan beban. Pembangkitan menghasilkan daya listrik yang diperlukan oleh
konsumen / beban. Daya listrik yang dihasilkan berupa daya aktif dan daya
reaktif. Daya aktif dihasilkan dari prime mover (penggerak mula) dari turbin dan
daya reaktif dihasilkan oleh sistem eksitasi pada generator. Daya listrik yang
dikirim dari pembangkitan melalui unit-unit pengaman dan trafo untuk menaikkan
tegangan yang kemudian melewati sebuah saluran transmisi menuju ke konsumen.
Saluran transmisi menjadi sebuah bagian yang sangat penting dan vital dalam
memberikan kualitas daya yang bagus dan efisien. Akan tetapi karena jarak antara
pembangkitan dan beban sangat jauh, selain mengakibatkan rugi-rugi dan drop
tegangan pada saluran transmisi juga sangat rentan terhadap gangguan. Gangguan
itu baik berupa gangguan sambaran petir maupun gangguan fasa ke fasa, fasa ke
tanah, dll. Selain itu perubahan beban yang sangat mendadak juga merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas penyediaan daya listrik
tersebut. Untuk itu pada sebuah sistem tenaga listrik, apabila terjadi gangguangangguan seperti itu, diharapkan sistem tidak mengalami ketidakstabilan dan
berakhir pada kegagalan sistem secara menyeluruh.
SALURAN
TRANSMISI
GENERATOR
BUS
GENERATOR
GENERATOR
TRAFO
BUS BEBAN
BEBAN
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik secara Umum
5
2.1.1 Pembangkitan
Pada unit pembangkit terdapat generator yang berfungsi menghasilkan daya
listrik, biasanya generator digunakan merupakan generator AC 3 fasa, yang juga
disebut generator sinkron atau altenator. Generator memiliki 2 medan putar yang
sinkron. Medan pertama dihasilkan oleh perputaran rotor yang digerakkan secara
sinkron dan diberi penguatan (excitation) oleh arus DC. Medan yang lain
merupakan penguatan medan yang dihasilkan pada stator 3 fasa.
Untuk memutar rotor pada generator digunakan sumber tenaga mekanis,
biasanya disebut prime mover, dapat berupa turbin hidrolik di air terjun, turbin
uap yang mendapatkan energy dari pembakaran batubara, gas, dan bahan bakar
nuklir, serta pembakaran minyak.
Turbin uap bekerja pada kecepatan 3,600 rpm datau 1.800 rpm, generator
yang dapat dikopel dalah generator dengan rotor silindris, 2 kutub untuk 3.600
rpm atau 4 kutub 1.800 rpm. Turbin hidrolik yang biasanya beroprasi pada
tekanan rendah, dan kecepatan rendah menggunakan generator type salient rotor
dengan banyak kutub. Dalam sistem tenaga beberapa generator dioperasikan
secara parallel untuk menyediakan permintaan beban yang dibutuhkan.
2.1.2 Transmisi dan Subtranmisi
Tujuan dari sebuah jaringan transmisi adalah untuk menyalurkan energii
listrik dai unit-unit pembangkit yang tersebar menu ke sistem distribusi yang
akhirnya menyuplai beban. Saluran transmisi tidak hanya menyalurkan energy
listrik dalam keadaan normal, tapi juga dalam keadaan darurat atau bila terjadi
gangguan.
Saluran transmisi yang menghubugkan jaringan tegangan tinggi melalui
trafo step-down ke jaringan distribusi biasa disebut subtransmisi. Tidak ada
perbedaan level tegangan antara jaringan transmisi dengan jaringan subtransmisi.
Industri besar dapat disuplai langsung dari jaringan subtransmisi.
6
2.1.3 Distribusi
Sistem distribusi menghubungkan gardu induk distribusi ke konsumen.
Besar tegangan saluran distribusi primer biasanya dalam rentang 4 – 34,5 kV, dan
menyuplai beban dalam area tertentu. Beberapa industri kecil langsung suplai
listrik dari feeder primer.
Jaringan distribusi sekunder mengurangi nilai tegangan untuk penggunaan
konsumen komersil maupun konsumen rumah tangga. Panjang saluran dan kabel
tidak boleh melebihi bebrapa ratus meter dalam pengiriman energi listrik.
Distribusi sekunder menyupai kebanyakan konsumen dengan level 240/120 V,
phasa tunggal dengan tiga kawat; 208/120 V tiga phasa, empat kawat; 480/277 V,
tiga phasa, empat kawat.
Berdasarkan letaknya, sistem distribusi dibagi menjadi 2 yaitu, Overhead
dan Underground. Overhead berarti kabel atau kawat transmisi listrik disalurkan
diudara atau diatas tanah. Sedangkan Underground berarti transmisi listrik
terletak dibawah tanah.
2.1.4 Beban
Beban pada sistem tenaga modern dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
industri, komersil, dan rumah tangga. Beban industri yang sangan besar akan
disuplai langsung dari jaringan, sedangkan beban industri kecil akan disuplai dari
jaringan distribusi primer. Beban industri merupakan beban campuran, dan beban
yang mendomenasi adalah beban dari motor listrik. Beban campuran akan
mempengaruhi nilai dari frekuensi tegangan dan nilai daya reaktif. Sedangan
beban komersial dan beban rumah tangga secara umum terdiri dari beban untuk
pencahayaan, pemanasan, dan pendinginan. Beban–beban tersebut tidak
mempengaruhi frekuensi dan nilai konsumsi daya reaktif.
Daya nyata dinyatakan dalam satuan kilowatt atau megawatt, besarnya
beban berbeda tiap waktu, dan daya yang dibangkitkan harus menyesuaikan
dengan kebutuhan beban.
Kurva baban harian dari peralatan listrik merupakan beban komposit yang
berasal dari penggunaan listrik yang berbeda. Beban tersebar yang terjadi selama
periode 24 jam
disebut dengan beban puncak atau permintaan maksimum.
7
Generator dengan puncak yang lebih kecil digunakan untuk mendapatkan beban
puncak yang hanya terjadi dalam beberapajam saja. Agar pembangkitan lebih
efisien, maka faktor beban ditentukan. Faktor beban merupakan rasio dari nilai
rata-rata beban dengan beban puncak selama waktu tertentu. Faktor beban bisa
didapat dalam periode waktu sehari, sebulan, bahkan setahun. Untuk faktor beban
harian dirumuskan sebagai berikut :
Faktor beban harian =
(2.1)
Untuk mendapatkan faktor beban selama periode waktu 24 jam maka
persamaannya diatas menjadi :
Faktor beban harian =
=
(2.2)
Sedangkan faktor beban selama setahun dinyatakan sebagai berikut :
Faktor beban tahunan =
(2.3)
Secara umum pembangkit listrik yang beroprasi dengan efisiensi tinggi
mempunyai faktor beban yang besar , nilai dari faktor beban berkisar antara
55% - 70%.
2.2
Analisa Aliran Daya
Studi aliran daya merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah sistem
tenaga listrik. Dengan menggunakan studi aliran daya dapat diketahui beberapa
informasi yang penting pada sebuah sistem tenaga listrik, antara lain sudut dan
besar tegangan pada tiap bus, impedansi saluran (dalam satuan per unit / p.u pada
basis MVA) , dan daya aktif dan reaktif yang mengalir pada saluran transmisi.
Informasi-informasi tersebut sangat berguna untuk mengevaluasi kinerja suatu
sistem tenaga listrik dan juga menganalisa kondisi pembangkitan, saluran
transmisi dan beban dalam kondisi normal hingga kondisi saat mengalami
ketidakstabilan. Guna keperluan analisa diatas, maka dibutuhkan studi aliran daya
sehingga diketahui kondisi sebenarnya dari suatu sistem tenaga listrik.
8
Studi aliran daya merupakan bagian utama dari desain dan analisis sistem
tenaga. Namun permasalahan yang timbul dari studi aliran daya adalah saat beban
antara fasa satu dengan lainnya tidak seimbang. Sehingga dalam penyelesaian
studi aliran daya, untuk mempermudah proses perhitungan aliran daya, sistem
diasumsikan dalam keadaan stabil , beban seimbang antar fasa dan tidak
mengalami gangguan sehingga perhitungannya dalam satu fasa.
Nilai-nilai yang sering muncul dalam perhitungan aliran daya adalah
mencakup tegangan, daya aktif, daya reaktif, daya total yang mengalir pada
saluran transmisi / antar bus-bus hingga daya aktif dan reaktif yang dihasilkan
oleh generator/pembangkitan. Bus-bus yang dimaksudkan diatas terbagi menjadi 3
bagian, yaitu :
1. Slack bus atau disebut juga dengan swing bus / bus referensi. Pada bus ini
nilai dari tegangan dipertahankan (Magnitude tegangan sebesar 1<00). Dalam
suatu sistem tenaga listrik ditetapkan 1 bus sebagai penyuplai kekurangan
daya yang dibangkitkan oleh bus-bus pembangkitan yang lain. Selain karena
rugi-rugi daya tidak dapat diprediksi juga beban yang terus mengalami naik
dan turun. Sehingga daya P dan Q yang dikirim bus ini, berubah-ubah, sesuai
dengan kekurangan daya yang dialami.
2. Bus Generator atau disebut juga dengan Voltage Controlled Bus, merupakan
bus penyuplai daya aktif dan reaktif yang ditetapkan. Tidak seperti pada slack
bus, bus ini menyuplai penuh berdasarkan ketetapan. Daya P dan Q tidak
berubah-ubah. Sehingga nilai dari tegangan pada bus ini berubah-ubah.
3. Load Bus atau Bus beban merupakan bus tempat beban-beban. Besar nilai
beban tidak dapat ditentukan, tetapi biasanya pada studi aliran daya, diambil
nilai beban puncak sebagai data studi.
Adapun pada sebuah data sistem tenaga listrik, untuk kebutuhan studi aliran
daya, terdapat data-data dari bus-bus dan juga data-data dari saluran transmisi.
Data-data yang terdapat pada tiap-tiap bus meliputi :
1. Magnitude tegangan (dalam bentuk pu).
2. Sudut tegangan θ.
3. Besar pembebanan yang terdiri dari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q).
9
4. Besar pembangkitan yang terdiri dari daya aktif (P), daya reaktif (Q),
Qmin dan Qmax.
Data-data yang terdapat pada saluran transmisi meliputi :
1. Resistansi saluran transmisi (yang dinyatakan dalam pu).
2. Reaktansi saluran transmisi (pu).
3. Tap trafo (biasanya bernilai 1).
4. Rating tegangan (dalam kV).
2.2.1 Persamaan Aliran Daya
Memodelkan persamaan-persamaan untuk menyelesaikan permasalahan
pada studi aliran daya. Gambar 2.2 merupakan gambaran sederhana dari tipikal
bus pada sistem tenaga. Pada gambar tersebut dijabarkan proses aliran arus dari
bus, kemudian melewati admintansi pada masing-masing bus, juga digambarkan
tegangan bus dan tegangan pada tiap-tiap saluran transmisi.
Vi
V1
Yi1
V2
Yi2
Ii
Yi3
V3
.
.
.
.
Yin
Vn
Yi0
Gambar 2.2 Tipikal bus dari sebuah sistem tenaga
Admitansi-admitansi pada sistem tenaga listrik diatas, dijadikan dalan
satuan per unit (pu) pada dasar/base MVA. Untuk mencari nilai dari arus dasar
yang ada, dinyatakan dalam persamaan berikut :
10
IBase 
KVA _ DASAR _ 1
KV _ DASAR _ Line  Netral
(2.4)
Untuk mencari nilai impedansi dasar, dinyatakan pada persamaan berikut :
Z
base


KV _ DASAR _ LineNetral 2 x1000
KVA _ DASAR _ 1
KVA _ DASAR _ LineNetral 2
MVA _ DASAR _ 1
(2.5)
(2.6)
Pada gambar 2.2, bisa dihitung nilai dari tegangan bus dan arus yang akan
diwakili dengan persamaan-persamaan matriks admitansi sebagai berikut :
(2.7)
[ ]
[
][
]
Ibus = Ybus . Vbus
(2.8)
Dengan :
n = jumlah total node
Y11=Admitansi dari node i
Y21=Admitansi dari node i dan j
V1=tegangan fasor pada node i
I1=arus fasor yang mengalir ke node i
Dari persamaan 2.7 diatas, dapat dicari nilai arus, dengan menggunakan
hukum Kirchoff yang dijabarkan oleh :
Ii = yi0Vi + yi1(Vi-V1) + yi2(Vi-V2) + yi3(Vi-V3) + ...... + yin(Vi-Vn)
Ii= (yi0+ yi1+ yi2+ yi3 ...+ yin)Vi - yi1V1 - yi2V2 – yi3V3 - .... yinVn
11
(2.9)
(2.10)
Dari persamaan 2.9 dan 2.10 diatas, dapat ditulis dengan persamaan :
n
n
j 0
j 1
Ii  Vi  Yij   YijVj , j  1
(2.11)
Kemudian, untuk mencari persamaan daya aktif dan reaktif yang mengalir
pada gambar 2.2 diatas,dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Pi + jQi = ViIi*
(2.12)
Agar persamaan 2.11 bisa disubstitusi pada persamaan 2.12, maka
persamaan 2.12 diubah menjadi :
Ii 
Pi  jQi
Vi *
(2.13)
Sehingga didapatkan hubungan persamaan antara daya aktif dan reaktif
dengan admitansi-admitansi pada saluran transmisi :
n
n
Pi  jQi
 Vi  Yij   YijVj, j  1
Vi *
j 0
j 1
(2.14)
Dari persamaan 2.14 diketahui bahwa untuk mencari nilai aliran daya yang
terjadi pada bus i, dibutuhkan adanya suatu iterasi dikarenakan persamaan diatas
merupakan persamaan aljabar yang non-linear.
2.2.2 Rugi-rugi dan Aliran Daya
Setelah
tegangan bus pada bus diperoleh,langkah selanjutnya adalah
perhitungan aliran daya dan rugi-rugi saluran.ada beberapa teknik umum
digunakan untuk menghitung rugi-rugi ini antara lain Gauss-Siedel, Newton
Raphson, dan sebagainya.
12
Untuk melakukan perhitungan aliran daya, maka berdasarkan referensi,
diasumsikan terjadi aliran daya antara 2 buah bus (i dan j) yang ditunjukkan pada
gambar 2.3.
Vj
Vi
I1
Iij
Iji
Ii0
Ij0
Yj0
Yi0
Gambar 2.3 Pemodelan Saluran Transmisi untuk Perhitungan Aliran Daya dan
Rugi Daya
Untuk mempermudah perhitungan aliran daya pada gambar 2.3 diatas, maka
dimisalkan bahwa terjadi aliran arus dai bus i menuju bus j, sehingga bila dilihat
dari bus j, maka aliran arus dari bus i bernilai positif, sehingga didapatkan
persamaan sebagai berikut :
Iij = I1 + Ii0 = Yij(Vi-Vj)+Yi0Vi
(2.15)
Bila dilihat dari sisi bus i, maka aliran arus bernilai negatif dan digambarkan
dengan persamaan sebagai berikut :
Iji =- I1 + Ij0 = Yij(Vj-Vi)+Yj0Vj
(2.16)
Kemudian untuk menghitung daya kompleks yang mengalir dari dan antara
ke 2 bus, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
Sij = ViIij* = Vi(Vi*-Vj*)yij* + ViVi*yi0*
(2.17)
Sji = ViIji* = Vi(Vi*-Vj*)yji* + ViVi*yi0*
(2.18)
13
Dari persamaan 2.17 dan 2.18, dapat diketahui besar rugi-rugi daya yang
timbul pada saluran transmisi, yang merupakan penjumlahan aljabar dari kedua
persamaan diatas, yaitu :
SLij = Sij + Sji
(2.19)
Dengan :
SLij = total rugi-rugi daya pada saluran transmisi (MW)
Sij = rugi-rugi saluran transmisi i-j
Sji = rugi-rugi saluran transmisi j-i
2.2.3 Aliran Daya Newton-Raphson
Metode Newton-Raphson[8] sebenarnya secara sistematik hampir sama
dengan metode Gauss-Seidel, akan tetapi metode Newton-Raphson lebih efisien
dan praktis dalam menyelesaikan permasalahan studi aliran daya pada sistem
tenaga yang besar. Jumlah iterasi yang dibutuhkan dalam melakukan penyelesaian
perhitungan adalah berdasarkan pada ukuran dari sistem, tetapi evaluasi
fungsional yang lebih dibutuhkan pada tiap-tiap iterasi. Sejak dalam permasalahan
aliran daya, daya aktif dan magnitude tegangannya dispesifikasikan untuk bus
Generator / voltage controlled bus, aliran daya diformulasikan dalam bentuk
polar. Dari gambar 2.3, dapat dihitung arus yang memasuki bus i dituliskan oleh
persamaan 2.11, dan ditulis ulang menjadi :
n
Ii   YijVj
(2.20)
j 1
Dari persamaan diatas, bila diubah dalam bentuk polar, maka didapatkan
persamaan sebagai berikut :
n
Ii   Yij Vj  ij   j
j 1
14
(2.21)
Untuk daya kompleks pada bus i, dengan menggunakan persamaan :
(2.22)
Pi  jQi  Vi * Ii
Sehingga bila persamaan 2.21 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.22,
maka didapatkan persamaan :
n
Pi  jQi  Vi    i  Yij Vj  ij   j
(2.23)
j 1
Sehingga dari persamaan 2.23 bagian real dan imajinernya dipisahkan, akan
mendapatkan persamaan 2.24 dan 2.25 yaitu :
n
Pi   Yij Vj Vi cos( ij   i   j )
(2.24)
j 1
n
(2.25)
Qi   Yij Vj Vi sin( ij   i   j )
j 1
Persamaan 2.24 dan 2.25 merupakan persamaan nonlinier yang terdiri dari
variabel bebas, dengan besaran tegangan dalam satuan per unit (pu) dan sudut
dalam radian. Untuk setiap bus, terdapat dua persamaan untuk bus beban yaitu
persamaan 2.24 dan persamaan 2.25 dan satu persamaan untuk bus generator.
Kedua persamaan diatas dikembangkan dari deret Taylor pada persamaan berikut
:
P 2
(k )
 2
P2( k )
Pn
 2
Pn ( k )
Q 2
(k )
P 2
(k )
 n
Pn
(k )
 n
= ----------------------
(k )
Q 2
(k )
 2
[ Qn ]
(k )
Qn
[
(k )
 2
Q 2
(k )
 n
Qn
(k )
 n
P 2
(k )
P 2
 Vn
 V2
Pn
(k )
(k )
Pn
 2( k )
(k )
 Vn
 V2
 n ( k )
(2.26)
---------------------- .
Q 2
(k )
Q 2
 Vn
 V2
Qn
(k )
(k )
Qn
(k )
 Vn ]
 V2
15
V2
[  Vn
(k )
(k )
]
Pada permasalahan ini, diumpamakan bahwa bus 1 merupakan slack bus.
Matriks Jacobian memberikan hubungan yang linier antara perubahan kecil dalam
sudut tegangan ∆δi(k) dan besarnya tegangan ∆ Vi(k)| dan dengan perubahan kecil
pada daya aktif dan reaktif (∆Pi(k) dan ∆Qi(k)). Elemen-elemen pada matriks
Jacobian merupakan turunan parsial atau sebagian dari persamaan 2.24 dan 2.25
pada saat ∆δi(k) dan ∆ Vi(k)|. Dalam pemodelan pendek, dapat dituliskan sebagai :
[
]
][
[
]
(2.27)
Untuk bus Generator atau voltage-controlled bus, besar tegangan diketahui.
Oleh karena itu, jika dalam suatu sistem yang terdiri dari n bus, m bus generator,
maka terdapat m persamaan yang menyangkut ∆V dan ∆Q pada kolom matriks
Jacobian dihilangkan. Juga terdapat konstrain yang berkaitan dengan daya real
atau daya aktif adalah n-1, dan konstrain daya reaktif adalah n-1-m. Sedangkan
ukuran matriks Jacobian adalah (2n-2-m) x (2n-2-m). Untuk elemen J1 memiliki
ukuran matriks (n-1) x (n-1). Untuk elemen J2 memiliki ukuran (n-1) x (n-1-m).
Untuk elemen J3 memiliki ukuran (n-1-m) x (n-1) dan untuk elemen J4 memiliki
ukuran (n-1-m) x (n-1-m).
Untuk persamaan diagonal dan off-diagonal dari elemen J1 adalah :
Pi n
  Vi Vj Yij sin( ij   i   j )
 i j 1
(2.28)
Pi
  Vi Vj Yij sin( ij   i   j ), j  1
 i
(2.29)
Untuk persamaan diagonal dan off-diagonal dari elemen J2 adalah :
n
Pi
 2 Vi Yii cos  ii   Vj Yij cos( ij   i   j )
 Vi
j 1
(2.30)
Pi
 Vi Yij cos( ij   i   j ), j  1
 Vj
(2.30)
16
Untuk persamaan diagonal dan off-diagonal dari elemen J3 adalah :
Qi n
  Vi Vj Yij cos( ij   i   j )
 i j 1
(2.31)
Qi
  Vi Vj Yij cos( ij   i   j ), j  1
 i
(2.32)
Untuk persamaan diagonal dan off-diagonal dari elemen J4 adalah :
n
Qi
 2 Vi Yii cos  ii   Vj Yij sin( ij   i   j )
 Vi
j 1
(2.33)
Qi
  Vi Yij sin( ij   i   j ), j  1
 Vj
(2.34)
Berdasarkan referensi aliran daya dalam sistem tenaga, maka dapat
digambarkan aliran kesetimbangan daya pada bus i, untuk mendapatkan
persamaan daya scheduling, daya sisa (power residual/power mismach) dan
perhitungan baru untuk sudut fasa dan tegangan bus yang baru.
i
i
Generator
Pgi
Generator
Qgi
Pisch
Qisch
Qi
Pi
Qdi
Pdi
Gambar 2.4 Kesetimbangan Daya bus i (daya aktif dan reaktif).
Berdasarkan gambar diatas, maka persamaan daya scheduling didapatkan :
Pisch = Pgi - Pdi
(2.35)
Qisch = Qgi - Qdi
(2.36)
Kemudian persamaan power mismach adalah :
∆Pi(k) = Pisch – Pi(k)
(2.37)
∆Qi(k) = Qisch – Qi(k)
(2.38)
17
Sehingga didapatkan tegangan dan sudut baru :
2.3
δi(k+1) = δi(k) + ∆δi(k)
(2.39)
|Vi(k+1)| = |Vi(k) + ∆ Vi(k)|
(2.40)
Economic Dispatch (ED)
Dalam sistem tenaga listrik, ada beberapa macam pembangkit tenaga listrik
(power plant), yaitu pembangkit tenaga termal, pembangkit hidro, pembangkit
nuklir dan lain-lain. Yaitu harga bahan bakar sangat menentukan biaya operasi.
Biaya operasi menentukan jumlah daya yang dibangkitkan. Dalam sistem tenaga
listrik, terdapat banyak pembangkit termal dengan karakteristik dan biaya operasi
yang berbeda-beda.
Operasi pusat-pusat pembangkit harus dikoordinasi sesuai permintaan daya.
Koordinasi dapat dilakukan dengan penjadwalan pembangkit secara optimum
ekonomi setiap perubahan beban dalam interval waktu tertentu. Penjadwalan
pembangkit ini menentukan kombinasi pembangkit-pembangkit yang beroprasi
untuk menanggung beban saat itu, kombinasi tersebut ternyata paling murah biaya
produksinya.
F1
F2
1
P1
2
P2
PLOAD
F3
N
PN
Gambar 2.5 N unit pembangkit melayani beban Pload
Gambar 2.5 menunjukan sistem yang terdiri dari N unit pembangkit
terhubung ke single bus-bar melayani beban listrik sebesar Pload.
18
F1
1
F2
2
F3
N
P1
P2
Transmisi
Dengan Rugi-rugi
PLoad
PN
Gambar 2.6 Permodelan pembangkit mensuplai beban melalui
jaringan transmisi.
Gambar 2.6 menunjukkan beberapa pembangkit yang terhubung ke bus
beban melalui sebuah jaringan transmisi. Permasalah Economi Dispatch pada
konfigurasi sistem ini lebih kompleks dari permasalah sebelumnya . ini karena
untuk gambar 2.6 harus memperhitungkan rugi-rugi transmisi.
Economic Dispatch adalah pembagian pembebanan pada pembangkitpembangkit yang ada dengan biaya operasi minimum. Besar beban pada suatu
sistem tenaga selalu berubah setiap periode waktu tertentu, oleh karena itu untuk
mensuplai beban secara ekonomis maka perhitungan Economic Dispatch
dilakukan pada setiap besar beban tertentu. Batasan utama dari operasi sistem
pembangkitan tersebut adalah jumlah tenaga listrik yang mencukupi kebutuhan
beban.
2.3.1 Karakteristik Input-Output Pembangkit Termal
Pembangkit
termal
mempunyai
biaya
operasional
yang
didapat
berdasarkan karakteristik input-output.untuk pembangkit termal, karakteristik
input-outputnya merupakan penggunaan bahan bakar,biasa ditulis dalam satuan
Btu/hr. biaya pembangkitan adalah perkalian dari biaya (Rp) bahan bakar
pembangkit tiap jam dengan kebutuhan kalori pembangkit tiap jam (Btu/hr).
kurva input-output pembangkit termal ditunjukkan pada gambar 2.7.
19
Input (Mbtu/h atau $/h)
F
c
PGmin
PGmax
Output (MW)
PG
Gambar 2.7 Kurva Input-Output pembangkit termal
Pembangkit termal juga mempunyai biaya operasional ,seperti biaya
karyawan, biaya pemeliharaan, biaya transportasi, dan sebagainya. Karena biayabiaya tersebut sulit dipresentasikan sebagai fungsi biaya dari output daya
generator, maka Tugas Akhir ini biaya-biaya tersebut akan diabaikan.
Pada pembangkit termal mempunyai batas minium dan maksimum,
maksudnya generator boleh dioperasikan dengan output daya tidak kurang dari
batas minimum dan batas maksimum adalah nilai daya maksimum yang mampu
dihasilkan oleh generator tersebut.
Karakteristik input-output merupakan persamaan pendekatan dari jumlah
biaya bahan bakar dihasilkan generator terhadap daya output yang dihasilkan
generator tersebut. Ada beberapa cara untuk mendapatkan persamaan ini, antara
lain :
1
Berdasarkan percobaan tentang efisiensi dari pembangkit.
2
Berdasarkan data historis mengenai operasi dari unit generator.
3
Berdasarkan pada data desain dari unit generator yang diberikan oleh
pabrik pembuat generator.
Dari pendekkatan tersebut, didapatkan fungsi polynomial orde 2 atau
lebih, yang disebut fungsi biaya. Hasil dari fungsi biaya (Rp) ini merupakan
jumlah biaya yang diperlukan suatu pembangkit untuk menghasilkan daya
output (MW).
20
2.3.2 Karakteristik Input-Output Pembangkit Hidro
Pembangkit listrik tenaga air mempunyai karakteristik input-output sama
dengan pembangkit termal. Unit pembangkit listrik tenaga air tidak mempunyai
biaya bahan bakar.sehingga input-nya berupa volume air pe unit waktu sedangkan
output-nya adalah daya listrik.
Karena tidak memerlukan bahan bakar, maka PLTA juga tidak memiliki
bahan bakar, seperti gambar 2.8 menunjukan kurva input-output pembangkit
tenaga air. Karakteristik ini menunjukkan kurva yang hamper linear, jadi semakin
besar nilai daya output , semakin besar pula volume air per waktu.
Input Q(kubik/jam)
Output P(MW)
Gambar 2.8 kurva input-output pembangkit tenaga air
2.3.3 Persamaan Matematis Permasalahan Economic Dispatch (ED)
Economic Dispatch (ED) pada sistem pembangkit digunakan untuk
menentukan kombinasi output tenaga yang optimal untuk semua unit
pembangkitan, dengan meminimalkan total biaya bahan bakar dan memenuhi
constraint. Masalah ED dijelaskan dalam model matematika pada persamaan :
(2.41)
FT = ∑
Fi(Pi) = ai + bi.Pi+ci.Pi2
dimana :
FT
= total biaya pembangkitan (Rp)
Fi(Pi)
= fungsi biaya input-output dari pembangkit i (Rp/jam)
21
(2.42)
ai,bi,ci
= koefisien biaya dari pembangkit i
Pi
= output pembangkit i (MW)
N
= jumlah unit pembangkit
i
= indeks dari dispatchable unit
Fungsi biaya pembangkit yang ditunjukkan dari persamaan (2.) merupakan
persamaan orde 2, dengan kata lain merupakan fungsi polynomial atau tidak
linear. Sehingga dalam perhitungan Economic Dispatch menjadi cukup rumit.
Dalam Pengoperasian ekonomis pembangkit tenaga listrik harus
memenuhi batasan-batasan atau constraints tertentu. Dua constraints yang
digunakan dalam penelitian ini adalah equality constraints dan inequality
constraints.
Equality constraint merupakan batasan kesetimbangan daya, yang
mengharuskan total daya yang dibangkitkan oleh masing-masing pembangkit
harus sama dengan jumlah total kebutuhan beban dan rugi-rugi transmisi, yang
dapat dinyatakan denngan persamaan berikut:
PGi min
PG
PGi max
(2.43)
∑
dimana :
Pi
= Daya Output Pembangkit (MW).
PR
= Total beban pada sistem (MW).
PL
= Rugi-rugi pada saluran tranmisi (MW)
Pmin, Pmax = batasan minimum dan maksimum daya pembangkit
Dalam perhitungan ED juga memperhitungkan rugi-rugi transmisi. Rugirugi dihasilkan oleh adanya aliran daya pada jarring transmisi, dan nilainya
ditentukan oleh nilai daya yang mengalir pada saluran tranmisi tersebut. Jadi
dengan menghitung ED maka nilai daya output suatu pembangkit, selanjutnya
menentukan aliran daya pada saluran transmisi, dan akhirnya menentukan rugirugi transmisi yang dihasilkan oleh aliran daya tersebut.
22
Untuk menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan rugi-rugi transmisi
terebut maka studi aliran daya yang mengalir pada jarring tranmisi perlu
dilakukan.
2.4
Iterasi Lambda
iterasi lambda merupakan salah satu metode konvensional yang digunakan
dalm penyelesaian masalah Economic Dispatch. Permasalahan utama economic
Dispatch adalah menyamakan daya yang dibangkitkan dengan daya disisi
permintaan, jika ditulis
∑
Pendekatan fungsi dengan pengali Lagrange
(
∑ )
Dimana :
Pi = daya yang dibangkitkan oleh pembangkit i
PD = permintaan beban
= jumlah pembangkit
= total biaya produksi
Dengan
Maka didapat
23
(2.40)
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.47) ke persemaan (2.48), maka didapatkan
∑
∑
Lambda [9]yang dapat kemudian disubtitusikan ke persamaan
∑
Sehingga didapatkan nilai
diperoleh
, nilai PD dihitung selisihnya dengan
sampai
dengan selisih terkecil terhadap PD. jika sudah selesai, maka nilai
tersebut merupakan nilai daya output pembangkit.
Dalam tugas akhir ini, analisa hanya dilakukan pada pembangkit termal,
karena untuk PLTA daya sudah ditetapkan.kemudian hasil dari perhitungan
menggunakan Particle Swarm Optimization akan dibandikan dengan hasil
perhitungan menggunakan metode iterasi lambda.
2.5
Particle Swarm Optimization (PSO)
2.5.1 Dasar PSO
Particle Swarm Optimization (PSO)[4][5] diperkenalkan oleh Kennedy
dan Eberhart pada tahun 1995, proses algoritmanya diinspirasi oleh perilaku
sosial dari binatang, seperti sekumpulan burung dalam suatu swarm. Sebuah
populasi berdasarakan teknik optimasi
diinspirasi oleh perilaku sekelompok
ikan atau burung dalam mencari makanan. Jika seekor individu mendapatkan
makanan terbanyak, maka yang lain juga akan mengikuti individu tersebut.
Gambar 2.9 sekawanan populasi mencari makanan
24
2.5.2 Kerjasama dan Pergerakan Populasi
a
Kecerdasan tidak dibutuhkan secara individu, tetapi juga antarindividu.
b
Pengetahuan dapat dibagi oleh interaksi sosial.
c
Pergerakan individu mendasari pergerakan populasi yang tidak
terprediksi oleh perilaku sosial.
d
Interaksi beberapa individu dapat digunakan untuk menentukan
kecerdasan kelompok dalam menyelasaikan masalah.
2.5.3 Burung dalam Mencari Makanan
a
Masing-masing burung terbang acak ke tempat dengan makanan
terbanyak.
b
Tidak ada burung yang mengetahui tempat tersebut.
c
Bagaimana cara terbaik ? ikuti burung dengan makanan terbanyak.
2.5.4 Prinsip Particle Swarm Optimization
𝑦 (𝑡)
𝑥 (𝑡 + 1)
𝑣 (𝑡 + 1)
𝑥 (𝑡)
𝑦 (𝑡)
𝑣 (𝑡)
Gambar 2.10 Prinsip kerja Particle Swarm Optimization
Berbeda dengan teknik
komputasi evolusioner lainnya, setiap particle
didalam PSO juga berhubungan dengan suatu velocity. Particle-particle tersebut
bergerak melalui penulusuran ruang dengan velocity yang dinamis yang
disesuaikan menurut perilaku historisnya.oleh sebab itu, particle-particle
25
mempunyai kecendrungan untuk bergerak kearea penulsuran yang lebih baik
setelah melewati proses penelusuran.
Particle Swarm Optimization (PSO) mempynyai kesamaan dengan genetic
algorithm yang mana dimulai dengan suatu populasi yang random dalam bentuk
matriks. Namun PSO tidak memiliki operator evolusi yaitu crossover dan mutasi
seperti yang ada pada genetic algorithm. Baris pada matriks disebut particle atau
dalam genetic algorithm sebagai kromosom yang terdiri dari nilai suatu variable.
Setiap particle berpindah dari posisinya semula ke posisi yang lebih baik dengan
suatu velocity.
Beberapa istilah umum yang biasa digunakan dalam Particle Swarm dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1.
Swarm : populasi dari suatu algoritma.
2.
Particle : anggota (individu) pada suatu swarm. Setiap particle
mempresentasikan suatu solusi yang potensial pada permasalahan yang
diselesaikan. Posisi dari suatu particle adalah ditentukan oleh
representasi solusi saat itu.
3.
Pbest (Personal best) : posisi Pbest suatu particle yang menunjukkan
posisi particle yang dipersiapkan untuk mendapatkan suatu solusi yag
terbaik.
4.
Gbest (Global best) : posisi terbaik particle pada swarm.
5.
Velocity (vektor) : vektor yang menggerakkan proses optimasi yang
menentukan arah dimana suatu particle diperlukan untuk berpindah
untuk memperbaiki posisinya semula.
6.
Inertia weight : inertia weight disimbolkan w, parameter ini digunakan
untuk mengontrol dampak adanya velocity yang diberikan oleh suatu
particle.
Prinsip kerja PSO (Particle Swarm Optimization) :
1.
Setiap individu disebut particle.
2.
Masing-masing particle menempati position pada search space.
3.
Fittness value mewakili jumlah makanan diposisi tersebut.
26
4.
Particle terbang melalui search space menuju particle yang optimal
(dengan jumlah makanan terbanyak ).
5.
Masing-masing
menggunakan
particle
pengalamannya
dan
pengalaman swarm untuk mengubah posisinya.
PSO diinisialisai dengan sebuah grup partikel(solusi) secara acak dan
selanjutnya mencari hasil terbaik. Dalam
setiap perulangan,setiap partikel
diperbaiki oleh dua nilai “best”. Yang pertama adalah solusi terbaik yang partikel
tersebut pernah mencapai sampai saat ini.nilai ini disebut Pbest. Nilai “best” yang
dilihat dalam PSO adalah nilai terbaik dari seluruh partikel yang ada sampai saat
ini. Nilai ini disebut Gbest.
Model optimalisasi[6][7] global yang diajukan oleh Shi dan Eberhart seperti
berikut :
Vid = W × Vid + C1 × Rand × (Pbest – Xid) + C2 × Rand × (PGest – Xid)
(2.51)
Xid = Xid × Vid
(2.52)
dimana Vid adalah kecepatan dari partikel I, Xid adalah posisi partikel,W
adalah berat inersia. C1 dan C2 adalah factor
learning yang menunjukkan
pergerakan dari partikel yang cenderung kearah Pbest (C1) atau cenderung ke arah
Gbest (C2) sehingga nilai yang lebih besar akan dipengaruhi pergerakan partikel.
Rand dan rand adalah fungsi random dalam interval [0,1], Pbest adalah posisi
terbaik dari partikel ke-I dan Gbest adalah posisi terbaik dari semua partikel di
dalam populasi/swarm.
Perhitungan Pbest sebagai berikut :
𝑦 𝑡
𝑦 𝑡
𝑥 𝑡
𝑦 𝑡
(2.53)
𝑦 𝑡
𝑥 𝑡
𝑥 𝑡
𝑦 𝑡
(2.54)
Dimana :
yi
= posisi baru partikel
xi
= posisi lama partikel
(t+1), t
= jika partikel baru lebih baik, maka posisi akan berubah, jika partikel
lama yang lebih baik, maka posisi tetap.
27
Perhitungan Gbest sebagai berikut :
𝑦 𝑡
(𝑥 𝑡 ) (𝑥 𝑡 )
(𝑥
(2.55)
𝑡 )
Dimana Gbest adalah Pbest terbaik, dan ns adalah jumlah particle dalam swarm.
Update kecepatan :
𝑣 𝑡
𝑣
𝑡
𝑡 (𝑦 𝑡
𝑥 𝑡 )
𝑡 (𝑦 𝑡
𝑥 𝑡 )
(2.56)
Update posisi lokal (Pbest) :
𝑦 𝑡
𝑥 𝑡
(2.57)
𝑣 𝑡
Update posisi global (Gbest) :
𝑦 𝑡
(𝑦 𝑡
) (𝑥 𝑡
)
(𝑥
𝑡
)
(2.58)
Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan analisa pembebanan
pembangkit (Economic Dispatch ) pada sistem 500 kV jawa-bali menggunakan
Particle Swarm Optimization. Pembangkit yang dianalisa hanya pembangkit
termal, karena untuk PLTA dayanya sudah ditetapkan, selanjutnya analisa aliran
daya menggunakan loadflow Newton-Raphson. Kemudian hasilnya dibandingkan
dengan analisa menggunakan iterasi lambda. pada akhirnya hasil analisa
diharapkan menjadi baha referensi untuk pembebanan pembangkit sistem 500 kV
jawa-bali.
2.5.5 Parameter PSO
Program PSO dalam tugas akhir ini mempunyai beberapa parameter,
antara lain :
1. Jum_par = 100, jumlah partikel yang digunakan dalam program PSO.
2. Maxiter = 50, jumlah iterasi maksimal.
3. Load =beban-(p.cirata+p.saguling), beban yang ditanggung pembangkit
termal.
4. w=0,4, inertia wight,untuk update velocity.
5. r1,r2 =rand(1,1), koefisien acak, untuk update velocity.
6. c1,c2 = 2, koefisien percepatan, , untuk update velocity.
7. Pbest = personal best, posisi terbaik partikel.
28
8. Gbest = global best , posisi terbaik keseluruhan.
2.5.6 Inisialisasi Pos_par dan Kecepatan
Pos_par adalah daya yang dibangkitkan masing-masing pembangkit.
Karena daya PLTA cirata dan saguling ditentukan maka tidak perlu diinisialisasi.
Rumus untuk inisialisasi pos_par adalah.
(2.59)
𝑥
Dalam menginisialisasikan pos_par ini,jumlah pos_par harus sama dengan
beban. Apabila kurang atau lebih, maka selisihnya dibagi untuk semua
pembangkit, dengan syarat daya tiap pembangkit tidak keluar dari batas maksimal
dan minimalnya. Pos_par yang diinisialisasi sebanyak n (jumlah partikel) pasang,
dengan tiap pasang ada sebanyak m (jumlah pembangkit termal) pos_par. Dengan
p.mini adalah batas minimal pembangkit ke-i dan p.maxi adalah batas maksimal
pembangkit ke i.
Kecepatan diperlukan untuk mengubah posisi partikel agar lebih baik
daripada posisi sebelumnya. Kecepatan ini juga perlu diinisialisasi.rumus untuk
inisialisi kecepatan adalah sebagai berikut :
(2.60)
Dengan Vmin = 0 , dan
(2.61)
𝑥
Kecepatan yang diinisialisasi adalah dalam bentuk matriks. Dengan
sebanyak n (jumlah partikel) pasang, dan kolom sebanyak m (jumlah pembangkit
termal).
2.5.7 Perhitungan Biaya
Dari nilai Pos_par yang telah diinisialisasi, dihitung masing-masing biaya
pembangkitannya dengan rumus :
29
(2.62)
𝑡
Hasilnya matriks n (jumlah partikel ) baris, 1 kolom
2.5.8 Inisialisasi Pbest dan Gbest
Pbest adalah matriks sebanyak n (jumlah partikel) baris dan m+1
(m=jumlah pembangkit termal) kolom. Kolom pertama pada matriks Pbest
adalah cost, sedangkan kolom selanjutnya merupakan kombinasi daya (pos_par)
yang menghasilkan cost tersebut. Matriks Pbest adalah sebagai berikut :
𝑡
𝑡
𝑡
[
] (2.63)
𝑡
Gbest adalah terbaik dari Pbest. Pbest adalah matriks dengan n (jumlah
partikel) baris. Tiap baris dalam Pbest akan dibandingkan satu persatu. Gbest awal
diasumsikan adalah baris pertama matriks Pbest. Selanjutnya Gbest awal ini akan
dibandingkan dengan baris-baris selanjutnya dengan ketentuan apabila cost pada
baris selanjutnya lebih baik (lebih murah), maka nilai matriks Gbest akan menjadi
nilai pada baris tersebut. Matriks Gbest adalah sebagai berikut :
𝑡
𝑡
(2.64)
𝑡
2.5.9 Pbest_br dan Gbest_br, Mulai Iterasi
Untuk melakukan update kecepatan dibutuhkan matriks pbest_br
dan
gbest_br, dengan jumlah baris matriks gbest_br sama dengan matriks pbest_br.
Update kecepatan hanya membutuhkan nilai daya atau kolom 2 samapi 7 matriks
pbest dan gbest. Oleh karena itu, maka :
𝑡
𝑡
(2.65)
𝑡
𝑡
(2.66)
30
Dengan n=jumlah partikel,tiap baris memiliki nilai yang sama, hanya
mengandakan
jumlah baris.
2.5.10 Update Kecepatan
Jika nilai pbest_br dan gbest_br berubah, maka nilai kecepatan partikel (v)
juga akan berubah. Rumus update kecepatan partikel adalah sebagai berikut :
(2.65)
(2.67)
2.5.11 Update Pos_par
Dalam setiap iterasi, nilai pos_par akan diupdate berdasarkan Vpar,
rumusnya :
(2.68)
Keterangan : t = sebelumnya
t+]=sekarang
pada proses update pos_par, memiliki ketentuan sebagai berikut :
1. Tiap pos_par baru tidak boleh keluar dari batasan daya masing-masing
pembangkit.
2. Apabila total daya kurang atau lebih dari load, selisihnya akan dibagi ke
pembangkit yang ada, dalal analisa ini hanya pembangkit termal.
3. Hasil dari penjumlahan ini juga tidak boleh keluar dari batasan daya
masing-masing pembangkit.
Hasilnya pos_par baru dalam matriks n (jumlah partikel) baris dan m
(jumlah pembangkit termal) kolom.
31
2.5.12 Update Biaya
Dari hasil update pos_par, dihitung biaya untuk masing-masing kombinasi
pos_par. Rumusnya :
(2.69)
𝑡
Hasilnya matriks n (jumlah partikel) baris, 1 kolom.
2.5.13 Update Pbest
Nilai pos_par dan cost(biaya) yang telah di-update, maka nilai pbest juga
ikut diupdate, karena rumusan pbest adalah sebagai berikut :
𝑡
[
𝑡
𝑡
] (2.70)
𝑡
2.5.14 Update Gbest
Gbest adalah terbaik dari pbest. Gbest akan dibandingkan dengan barisbaris selanjutnya dalam matriks pbest. Dengan ketentuan apabila cost pada baris
selanjutnya lebih baik (lebih murah), maka nilai matriks gbest akan menjadi nilai
baris tersebut. Matriks gbest adalah sebagai berikut :
𝑡
𝑡
(2.71)
𝑡
32
Download