Uploaded by User93916

Doc, selasa, sesak napas

advertisement
MAKALAH GANGGUAN PERNAPASAN (SESAK
NAPAS) BESERTA PENYELESAIANNYA
Oleh
Nala Izatun Nisa
192207021
UNIVERSITAS JENDRAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA
TAHUN 2020
A. Contoh Kasus
1. Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemen selularnya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi atau wheezing, sesak napas, dada
terasa berat, dan batuk, terutama pada malam hari atau dini hari. Asma
bronkial merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak - anak
sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan
dapat mengancam jiwa seseorang. Lebih dari seratus juta penduduk di
seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak –
anak (Price SA, 2006). Terdapat 5 faktor risiko yang berhubungan dengan
timbulnya asma diantaranya asap rokok, tungau debu rumah, polusi udara,
perubahan cuaca, dan jenis makanan (Laksana & Khairun, 2015) dalam
(Jati, 2008).
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan gangguan paru yang
akan menyebabkan kelainan ventilasi berupa obstruksi saluran pernapasan
yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini
berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing
atau gas yang berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering
ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda.
Akan tetapi menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun
2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK,
karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis, sedangkan emfisema
merupakan diagnosis patologi (Andani & Lhutvia, 2016) dalam (Daya &
Sukraeny, 2020).
3. Efusi pleura merupkaan penimbunan cairan dalam rongga pleura, akibat
jenis cairan yang transudat, eksudat, atau darah yang berlebihan pada
rongga pleura. Keadaan yang dapat disebabkan efusi pleura antara lain
penyakit infeksi, sistemik, keganasan, obat-obatan, trauma, dan setelah
Tindakan operasi. Dengan berbagai keluhan utama penderita seperti sesak
napas, batuk tidak produktif, dan lainnya. Pada penderita efusi pleura
keluhan semakin meningkat saat aktivitas, hal ini tergantung dari tingkatan
lesinya (Nasution & Widirahardjo, 2018) dalam (Windiramadhan, et al.,
2020).
B. Penyelesaian
1. Salah satu penyelesaian untuk penderita asma bronkial yaitu latihan fisik
atau senam asma bagi penderita asma juga penting artinya, senam asma
sangat berguna untuk mempertahankan dan atau memulihkan kesehatan
senam asma yang dilakukan teratur akan menaikkan VO2 maksimal,selain
itu dapat memperkuat otot-otot pernapasan sehingga daya kerja otot jantung
dan otot lainnya jadi lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan mengikuti senam asma dapat berpengaruh mengurangi frekuensi
kekambuhan penyakit asma (Jati, 2008).
2. Terapi inhalasi uap dengan aroma terapi yang dikombinasikan dengan
fisioterapi dada terbukti mengurangi sekret dan melonggarkan jalan nafas
pada penyakit PPOK. Fisioterapi dada yang merupakan terapi kombinasi
yang digunakan untuk memobilisasi sekresi yang meliputi serangkaian
teknik postural drainase, perkusi, dan vibrasi yang bertujuan membersihkan
jalan nafas dari mukus untuk melancarkan jalan nafas sehingga dapat
mengurangi gejala bronkitis salah satunya adalah batuk berdahak (Daya &
Sukraeny, 2020)
3. Posisi high fowler dapat diaplikasikan perawat yang merawat pasien yang
mengalami sesak nafas khususnya pada pasien yang mengalami efusi
pleura.
Posisi high fowler adalah posisi duduk dimana kepala ditinggikan paling
sedikit
60-90°.
Kemiringan
menggunakan
gravitasi
membantu
mengembangkan dada dan mengurangi tekanan abdomen dan diafragma.
Pada saat gravitasi terjadi akan menarik diafragma kebawah serta
memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar. Posisi ini
dibantu penopang sandaran yang sering digunakan dua bantal yang
diletakkan dipunggung dan kepala (Windiramadhan, et al., 2020)
C. Daftar Pustaka
Andani, & Lhutvia, R. (2016). Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
pada Lansia Pekerja Konstruksi. Jurnal Medula UNILA.
Daya, & Sukraeny, N. (2020). Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy
dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Ners Muda Journal Unimus, 100-107.
Jati, D. K. (2008). Pengaruh Pemberian Senam Asma Terhadap Frekwensi
Kekambuhan Asma Bronkial. UMM, 1.
Laksana, M. A., & K. N. (2015). Faktor – Faktor Yang Berpengaruh pada
Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial. Majority.
Volume 4. Nomor 9 , 64-69.
Nasution, & Widirahardjo. (2018). Perubahan Faal Paru pada Penderita Efusi
Pleura Setelah Tindakan Aspirasi Cairan Pleura. Majalah Kedokteran
Nusantara. Vol51 No1.
Price SA, W. L. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC.
Windiramadhan, A. P., Sicilia, A. G., Sari, E. A., Pratiwi, S. H., Platini, H., &
Hamidah, H. (2020). Observasi Penggunaan Posisi High Fowler Pada
Pasien Efusi Pleura di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Fresia 2 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung: Studi Kasus. Jurnal Perawat Indonesia, 87-96.
Download