TUGAS ANTI KORUPSI JUDUL: “KASUS KORUPSI PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA MANGGELEWA” DOSEN PENGASUH : DR. IR. H. A. HIDAYAT RIZAL, MT OLEH: GRACIA KASIH CINTANA LEDA (1906010044) PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVESITAS NUSA CENDANA KUPANG 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘Kasus Korupsi Pembangunan Rumah Sakit Pratama Manggelewa’ ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada bidang studi Anti Korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang korupsi di bidang konstruksi bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. H. A. Hidayat Rizal, MT selaku dosen bidang studi Anti Korupsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Kupang, 14 Februari 2021 Penulis PENDAHULUAN Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.Korupsi masih menjadi ancaman bagi terselenggaranya tata pemerintahan yang baik di Indonesia. Peringkat Indonesia yang masih tinggi dalam Indeks. Korupsi di Asia mengundang banyak khalayak untuk mempertanyakan efektivitas pelaksanaan good governance di Indonesia. Global Transparency International melaporkan dampak negatif korupsi dalam pembangunan, termasuk penyalahgunaan aset, korupsi, penyuapan, pencucian uang, produk palsu, dll. (Rodriguez, Waite & Wolfe, 2005). Sohail, M. dan Cavill, S. menunjukkan pada tahun 2006 bahwa korupsi dalam proyek konstruksi di berbagai negara merajalela. Pricewaterhouse Cooper melakukan survei terhadap 184 perusahaan konstruksi di 44 negara / wilayah pada tahun 2003, dan menyimpulkan bahwa korupsi dan penyuapan merupakan ancaman utama bagi industri konstruksi. Sepertiga dari perusahaan yang disurvei melakukan kejahatan di sektor ekonomi. Akibat kesepakatan harga di awal dan proses konstruksi selanjutnya, proyek konstruksi tersebut rawan korupsi. Hal ini membuat biaya penerapannya menjadi tidak pasti. Keadaan ini akan menimbulkan berbagai risiko yang mungkin terjadi, termasuk timbulnya kerugian finansial bagi pihak pelaksana pembangunan proyek. Namun situasi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk memperoleh pendapatan secara sendiri-sendiri atau dalam bentuk kelompok tertentu. Banyaknya penyimpangan yang masih terjadi mendorong berbagai pihak untuk kembali mengkaji pentingnya penerapan kode etik profesi insinyur didalam setiap pekerjaan konstruksi. Hal ini dianggap penting karena penyimpangan tersebut merupakan bentuk cerminan pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggungjawabkan menurut standar maupun kriteria profesional. Dan hal tersebut merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap kode etik profesi insinyur (Harris, 1995). Salah satu pasal dalam Fundamental Canon mengemukakan bahwa setiap insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menegakkan dan meningkatkan kehormatan, integritas, dan martabat profesi teknik dan harus bertindak secara intoleransi terhadap penyuapan, penipuan dan korupsi. Dengan adanya kode etik profesi, maka akan ada semacam aturan yang bisa dijadikan 3 guideline untuk melindungi kepentingan masyarakat umum. Disamping itu kode etik profesi ini juga bisa dipakai untuk membangun image dan menjaga integritas maupun reputasi profesi, serta memberikan gambaran tentang keterkaitan hubungan antara pemberi dengan pengguna jasa keprofesian. Ketika kode etik profesi ini menjadi acuan oleh setiap insinyur, bukan tidak mungkin penyimpangan didalam pekerjaan konstruksi menjadi tidak ada. KAJIAN PUSTAKA Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: (a) setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, (b) melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, (c) menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, (d) menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berdasarkan pasal-pasal tersebut diatas, selanjutnya korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh jenis tindak pidana korupsi yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga belas, yaitu : (1) Kerugian keuangan negara, (2) Suap-menyuap, (3) Penggelapan dalam jabatan, (4) Pemerasan, (5) Perbuatan curang, (6) Benturan kepentingan dalam pengadaan, (7) Gratifikasi, (8) Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi, (9) Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, (10) Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka, (11) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu, (12) Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu, dan (13) Saksi yang membuka identitas pelapor. (Komisi Pemberantasan Korupsi, Agustus 2006). Rasionalisasi mengapa proyek konstruksi menjadi media untuk praktek korupsi perlu diterangkan secara jelas, salah satunya adalah penetapan biaya proyek yang disepakati di awal sedangkan proses konstruksi dilakukan kemudian. Selain itu, penyebab sektor konstruksi rentan terhadap praktek korupsi antara lain adalah : (a) persoalan kompetisi, (b) banyaknya jumlah sub-kontraktor kualifikasi menengah dan kecil, (c) terjadinya komitmen dalam persoalan perizinan, (d) adanya keunikan setiap proyek sehingga timbul kendala dalam membandingkan nilai finansial setiap proyek (e) terbukanya peluang untuk menunda pelaksanaan pekerjaan yang berpotensi terjadinya ketidaktepatan biaya dan waktu sehingga melebihi batasan waktu dan biaya yang ditetapkan; dan (f) adanya kesempatan/kemungkinan untuk mengurangi kualitas bangunan (Stansbury, 2005). Dalam hal Indeks Persepsi Korupsi (IPK), jika dibandingkan dengan tahun 2015 dimana Indonesia berada di urutan 88 dari 168 negara, di tahun 2016 Indonesia mengalami peningkatan menjadi urutan 90 dari 176 negara. Hal ini disebabkan adanya peningkatan 1 poin dari 36 menjadi 37, yang diartikan bahwa pemberantasan korupsi masih berjalan lambat (Trisasongko, D., Transparansi International Indonesia, 2016). PEMBAHASAN Proyek pembangunan RS Pratama Manggelewa yang berada di Kabupaten Dompu mulai dibangun pada tahun 2017 dengan nilai pagu anggaran Rp17 miliar. Dana miliaran tersebut didistribusikan dari APBD Kabupaten Dompu. Dari hasil lelangnya, muncul nama perusahaan berinisial SA dari Makassar, Sulawesi Selatan, sebagai pemenang proyek dengan harga penawaran Rp15,76 miliar. Pada tanggal 25 Januari 2018, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia memposting di website resminya mengenai kejanggalan yang ditemui oleh BPK dalam proyek ini. Dalam postingan yang bejudul “BPK Temukan Kekurangan Volume Pembangunan RS Pratama Dompu,” BPK menyatakan: Pembangunan Rumah Sakit (RS) Pratama di Soriutu Kecamatan Manggelewa tahun 2017 lalu ditemukan kekurangan volume pekerjaan senilai Rp 528 juta dari nilai kontrak Rp 16 miliar lebih. Kekurangan volume ini tidak pada satu item pekerjaan, tapi akumulasi dari beberapa pekerjaan yang dihitung BPK. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek RS Pratama, Maman, SKM, MMKes kepada Suara NTB, kemarin mengakui hasil pemeriksaan khusus BPK atas pembangunan RS Pratama ditemukan ada kekurangan volume pekerjaan. Kekurangan volume ini tidak hanya satu item pekerjaan, tapi dari beberapa item pekerjaan dan diakumulasikan sebesar Rp 528 juta. Tim pemeriksa BPK diklaim sangat teliti. Bahkan pondasinya sampai digali untuk mengukur kedalaman pondasi menurut Kepala Bidang Penyehatan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Dompu.Temuan kekurangan volume pekerjaan ini, sudah langsung diselesaikan dengan pemotongan termin pekerjaan yang belum dicairkan. Walaupun sempat ada keinginan kontraktor pelaksana agar pembayaran temuan ini dilakukan secara bertahap, tapi karena masih ada sisa uang yang belum dibayarkan sehingga langsung dipotong, sehingga hal tersebut diklaim selesai. Setelah struktur diperdakan, baru diajukan ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk diajukan izinnya ke Kementrian Kesehatan. Namun proses izinnya ini tidak akan langsung dikirim ke Kementrian Kesehatan, tapi tim Provinsi akan melakukan proses assessment. Bila ada kelengkapan yang belum lengkap, baik secara administrasi maupun struktur organisasi dan kelengkapan peralatan akan dikembalikan lagi ke daerah. Pada tahun 2019, dilakukan penyelidikan terhadap Rumah Sakit ini. Setelah hasil keluar, dilakukan koordinasi dengan BPKP untuk dicek kerugiannya. Ahli konstruksi yang membantu penyelidikan ini berasal dari Fakultas Teknik Sipil Universitas Mataram. Mereka sudah turun bersama tim penyelidik mengecek fisik bangunannya di Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu.Sembari menunggu hasil penghitungan cek fisiknya, penyelidik mengagendakan klarifikasi kepada sejumlah pihak terkait, baik dari pejabat instansi pemerintahan maupun pihak rekanan pelaksana proyek. Untuk kebutuhan dokumen penyelidikan, pihak kejaksaan telah memiliki beberapa arsip terkait dengan pengerjaan proyek pembangunannya, mulai dari berkas pelaksanaan tender di tingkat Dinas Kesehatan Dompu sampai bukti penyaluran anggarannya yang telah dicairkan 100 persen. Pada tahun 2020,dilakukan penyelidikan ulang. Dari hasil cek fisik, ahli menyimpulkan bangunan rumah sakit itu tidak sesuai dengan spesifikasi perencanaan, hal ini diketahui dari kualitas bangunan yang bisa dirasakan ketika berjalan di lantai dua. Bangunannya terasa bergetar bila ada orang yang beraktivitas di lantai dua dan naik turun tangga. Dengan kondisi demikian, dikhawatirkan bila rumah sakit itu tetap dioperasikan, apalagi setelah mengetahui rumah sakit tersebut menjadi salah satu yang ditunjuk pemerintah menjadi tempat rujukan serta penanganan pasien COVID-19.Agar terhindar dari ancaman korban jiwa, pemerintah diharapkan segera memikirkan dan mencari lokasi yang lebih aman dan nyaman bagi keselamatan jiwa Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB) menjanjikan kasus dugaan korupsi pembangunan Rumah Sakit Pratama Manggelewa, Kabupaten Dompu berlanjut ke tahap penyidikan.Dasar peningkatan penanganannya ini, kata dia, berdasarkan hasil penyelidikan Tim Subdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda NTB. Unsur perbuatan melawan hukumnya telah dikantongi tim penyelidik. Penanganan kasus ini sempat tersendat, karena rumah sakit daerah tersebut dialihfungsikan untuk penanganan pasien COVID-19. Tanggapan Pihak Rumah Sakit Abubakar Husain selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dari Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Dompu menjelaskan: Jika rencana penyegelan didasari kondisi lantai II bergetar ketika dilalui pengunjung, ia menilai pertimbangan tersebut keliru. Bagaimana tidak, proyek yang dibangun tahun 2017 dengan anggaran sebesar Rp17 miliar ini merupakan bangunan satu lantai.Pihak rumah sakit mengklaim jika tidak terdapat tangga untuk ke lantai 2. Rencana penyegelan sebagaimana diberitakan sejumlah media, dianggap meresahkan masyarakat. Apalagi dengan status Rumah Sakit Pratama saat ini sebagai rumah sakit rujukan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pasca rampungnya pembangunan proyek, pihak Rumah Sakit pernah dipanggil penyidik dari Polda NTB. Ia diklarifikasi terkait indikasi korupsi anggaran pembangunan. Bahkan waktu itu, tim ahli konstruksi dari Unram turun langsung untuk pengecekan lapangan. Pihak Rumah Sakit menyatakn sampai detik ini tidak mengeahui hasil dari penyelidikan tersebut. Ditegaskan, dalam perencanaan serta fakta bangunan di lapangan, RS Pratama hanya memiliki satu lantai. Karenanya, janggal ketika harus disegel dengan alasan takut lantai II ambruk menimpa pasien. Direskrimsus Polda NTB Kombes Pol I Gusti Putu Gede Ekawana Putra, mengatakan pihaknya sudah turun cek fisik bersama tim ahli dari Unram. Dari hasil analisa ditemukan indikasi yang merugikan keuangan Negara. Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan menaikan penanganan kasus ini ke tahap penyidikan. Selama proses penyelidikan, penyidik menemukan unsur perbuatan melawan hukum, sehingga akan gelar perkara lebih dulu sebelum dinaikan ke tahap penyidikan.Jika bukti sudah kuat atau minimal dua alat bukti, selanjutnya pihaknya akan menetapkan tersangka. Pihak kepolisian akan koordinasi dengan lembaga audit untuk menghitung kerugian Negara. PENUTUP 1.1 Kesimpulan Korupsi merupakan tindakan sebagian individu yang menggunakkan wewenang dan kekuasaannya untuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompok . Hal ini sangat merugikan kepentingan umum dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Korupsi di Indonesia masih marak terjadi di berbagai bidang dan aspek pemerintahan. Selain itu, kasus korupsi di Indonesia cenderung terbengkalai dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari kasus pembanguna rumah sakit Pratama Manggelewa diatas dimana pembangunan dilakukan dari tahun 2017, namun hingga tahun 2021, kasus tersebut belum memiliki kejelasan. Para pelaku korupsi cenderung diberikan hukuman yang tidak sepadan dibanding dengan perbuatan yang dilakukannya. Lembaga- Lembaga Negara juga terlihat bekerja sama dengan para pelaku korupsi, seperti yang tertulis diatas bahwa pihak BPK RI kabupaten Nusa Tenggara Timur menyatakan kasus tersebut telah selesai pada tahun 2018. Karena ini, kasus korupsi di Indonesia masih marak terjadi di berbagai bidang, walaupun pemerintah telah melakukan berbagai usaha. 1.2 Saran Saran yang dapat disampaikan di makalah ini adalah hendaknya pemerintah lebih meningkatkan control terhadap lembaga-lembaga yang ada dan lebih menekankan sifat yang independen , kemudian ikut sertakan masyarakat. Hendaknya juga pemerintah melakukan penegakan hokum secara konsisten dan sesuai dengan tingkat pidana yang dilakukan. Selain itu pemerintah diharapkan tidak memihak siapapun dalam memberantas korupsi. Pemerintah juga harus melihat kedepannya agar sifatsifat korup tidak menurun ke anak cucu , maka harus dibentuk generasi yang bertanggung jawab secara moral melalui pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Pengelola BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok: BPK Temukan Kekurangan Volume Pembangunan RS Pratama Dompu Harian Lombok Pos, 20 September 2020. Dugaan Korupsi Pembangunan RS Pratama Dompu Segera Naik Penyidikan Harian Mataram Antara News, 19 September 2020. Dugaan Korupsi Pembangunan RS Pratama Dompu Berlanjut ke Penyidikan Harian Katada.id, 2 Oktober 2020. Selangkah Lagi Polda NTB akan Tetapkan Tersangka Kasus RS Pratama Manggelewa Dompu Harian Suara.Com, 19 September 2020. Kasus Korupsi Pembangunan Rumah Sakit di Dompu Berlanjut ke Penyidikan https://pih.kemlu.go.id/files/UU0302002.pdf Harian Ijin.co.id, 10 Oktober 2020. Polda NTB akan segel rumah sakit di Dompu karena bangunan bermasalah