Uploaded by User89654

TUGAS 1 METODOLOGI PENELITIAN DAN PULIKASI (SARWITA BERASA 18033019)

advertisement
MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI
FILSAFAT ILMU
MINGGU 1
OLEH
NAMA
NIM
PRODI
:SARWITA BERASA
: 18033019
: PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Festiyed, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya lah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan rasa syukur yang tak
terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Festiyed, M.Si, selaku dosen Pembimbing mata kuliah “Metodologi
Penelitian dan Publikasi” karena atas bimbingan dan dorongan dari beliau lah
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan sumbangan moril dan materil dan semoga
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Akhir kata, saya selaku penulis mengakui bahwa makalah ini masih
belum sempurna mengingat keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar makalah
ini lebih baik dari yang sekarang ini. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha
kita. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Padang, 23 Februari 2021
Sarwita Berasa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Religius
1. Surat thaha ayat 114
‫فَت َ َعالَى ه‬
‫ب ِزدْ ِني‬
ِ ‫ض ٰى ِإ َليْكَ َوحْ يُهُ ۖ َوقُ ْل َر‬
َ ‫آن ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن يُ ْق‬
ِ ‫َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق ۗ َو ََل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر‬
‫ِع ْل ًما‬
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
2. Surat at-Thalaq ayat 12
‫ض ِمثْلَ ُه هن يَتَن هَز ُل ْاْل َ ْم ُر َب ْي َن ُه هن ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ هن ه‬
‫ه‬
ٍ ‫س َم َاوا‬
‫َّللاَ َعلَ ٰى ُك ِل‬
ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬
َ ‫س ْب َع‬
َ َ‫َّللاُ الهذِي َخلَق‬
ْ
َ
َ
َ
ُ
َ
َ
‫ه‬
‫ِير َوأن ه‬
‫ش ْيءٍ ِعل ًما‬
َ ‫َّللاَ قدْ أ َحاط بِك ِل‬
َ
ٌ ‫ش ْيءٍ قد‬
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi.Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
3. Surat Ali Imran ayat 7
‫ب َوأُخ َُر ُمتَشَا ِب َهاتٌ ۖ َفأ َ هما الهذِينَ فِي‬
ِ ‫َاب ِم ْنهُ آيَاتٌ ُمحْ َك َماتٌ ه هُن أ ُ ُّم ْال ِكت َا‬
َ ‫ه َُو الهذِي أ َ ْنزَ َل َعلَيْكَ ْال ِكت‬
‫قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتهبِعُونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه ۗ َو َما يَ ْعلَ ُم تَأ ْ ِويلَهُ إِ هَل ه‬
ۗ ُ‫َّللا‬
‫ب‬
‫َو ه‬
ِ ‫الرا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنها بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِنَا ۗ َو َما يَذه هك ُر إِ هَل أُولُو ْاْل َ ْلبَا‬
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
4. Surat al-Isra ayat 85
ً ‫الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َربِي َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإ هَل قَ ِل‬
‫يل‬
ُّ ‫الروحِ ۖ قُ ِل‬
ُّ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن‬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
5. Surat Ali Imran Ayat 18
ُ ‫ْط ۚ ََل ِإ ٰلَهَ ِإ هَل ه َُو ْال َع ِز‬
‫ش ِهدَ ه‬
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
َ
ِ ‫َّللاُ أَنههُ ََل ِإ ٰلَهَ ِإ هَل ه َُو َو ْال َم َل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما ِب ْال ِقس‬
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.Para Malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).Tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
B. Landasan Yuridis
1. Cita-cita Pendidikan dan Amanat UUD Negara R.I. Tahun 1945 (UUD
1945) Mengenai Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional
Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan pada tgl.17 Agustus
1945.Sehari setelah itu, pada tgl.18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi
Negara. Apabila Anda mengkaji alinea keempat Pembukaan UUD 1945, di
sana tersurat dan tersirat cita-cita nasional di bidang pendidikan, yaitu
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 memberikan jaminan bahwa: “Tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pendidikan”.
3. Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003
Menurut pasal ini dijelaskan bahwa :
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang mempunyai kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga
negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat.
4. Pasal 6 UU RI Tahun 2003
Undang undnag ini menjelaskan sebagai berikut :
(1) setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar. (2) Setiap warga negara bertanggung
jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
5. Pasal 34 UU RI No. 2003 m
Pasal ini menjelaskan bahwa :
(1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program
wajib belajar. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa memungut biaya. (3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. (4) Ketenetuan mengenai wajib
belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
C. Batasan Pembahasan
pada pembahasan makalah ini dibatasi pembahasaanya meliputi :
1.
Pengertian pengetahuan , ilmu dan filsafat.
2.
Pendekatan ilmiah dan non ilmiah
3.
Tugas ilmu dan penelitian
BAB II
ANALISIS TEORI
A. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau
knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra
manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat
erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka
akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan
rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi
juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).
B. Ilmu dan Filsafat
1. Pengertian ilmu
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala gejala tertentu dibidangnya.
Ilmu harus disusun secara sistematis dan berdasarkan metodologi
untuk berusaha mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi. Ilmu
terbagi menjadi tiga kategori pembentuknya, yaitu: hipotesis, teori, dalil
hukum. Dalam kajian ilmiah untuk membangun ilmu, jika data faktual
yang terkumpul masih belum banyak atau belum cukup, maka peneliti
baru membentuk hipotesis.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, hipotesis adalah dugaan
pemikiran berdasarkan sejumlah data tebatas yang belum cukup kuat.
Hipotesis akan memberikan arah pada penelitian untuk menghimpun
data yang dibutuhkan. Data yang telah dihimpun dan dinilai cukup
sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis.
Apabila data yang telah dikumpulkan mampu memvalidasi
hipotesis, maka hipotesis tersebut berubah menjadi tesis atau teori. Jika
teori mencapai generalisasi atau kesimpulan umum, maka teori tersebut
berubah menjadi dalil atau teori, namun teori mapan yang telah banyak
digunakan oleh para peneliti lain sebagai tinjauan pustaka. Tahapan
terakhir adalah jika teori dapat memastikan hubungan sebab-akibat
yang serba tetap dimana saja, maka ia akan menjadi hukum (e.g: hukum
newton, dsb).
2. Filsafat
Secara umum filsafat diartikan sebagai studi tentang seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar.
Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu
menurut beberapa ahli, pendapat-pendapat para ahli tersebut adalah:
a. Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis
mengenai pendapat-pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat tertentu, tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan
suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
b. Lewis White Beck
Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta upaya untuk
mencoba menemukan ilmu dan pentingnya upaya ilmiah ilmu secara
keseluruhan.
c. Cornelius Benjamin
Flsafat ilmu adalah cabang pengetahuan
filsafat yang
merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya: metode,
konsep dan praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum
cabang-cabang pengetahuan intelektual.
d. Michael V. Berry
Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yaitu: metode
ilmiah.
e. Dalton dkk. (2007)
Filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi
pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan
ilmiah hingga ke hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.
C. Pendekatan Non-Ilmiah dan ilmiah
1. Pendekatan Non-Ilmiah dan ilmiah
Diantara pendekatan non-ilmiah yang banyak digunakan orang
untuk memperoleh kebenaran yaitu, : (a) akal sehat; (b) prasangka; (c)
Intuisi; (d) penemuan kebetulan dan coba- coba; (e) pendapat
otoritas ilmiah; (f) pikiran kritis dan rasional.
a. Akal sehat (Common Sense)
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda, sekalipun
dalam batas tertentu, keduanya mengandung persamaan.Menurut
Conant yang dikutip Kerlinger (1973), bahwa akal sehat adalah
serangkaian konsep (concept) dan bagan konseptual (Conceptual
Schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi
kemanusiaan.Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal yang khusus.Bagan konsep adalah
seperangkat
konsep
yang dirangkaikan dengan dalil-dalil
hipotesis dan teoritis.Walaupun akal sehat yang berupa konsep atau
bagan konsep dapat menunjukan hal yang benar namun dapat pula
menyesatkan.
b. Prasangka
Penemuan pengetahuan melalui akal sehat sering diwarnai
oleh kepentingan orang yang melakukannya.Dengan demikian
menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka.
Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit pengamatannya
karena diwarnai oleh pengamatannya sendiri, dan cenderung
mengkambinghitamkan orang lain atau menyokong sesuatu
pendapat yang belum teruji kebenarannya. Orang sering tidak
dapat mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada
keadaan lain. Ada kecenderungan bahwa sering orang melihat
hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat yang
langsung dan sederhana, yang justru gejala yang diamati itu
merupakan akibat dari beberapa faktor. Seyogyanya, orang
tidak dapat melihat suatu gejala kemudian menginterprestasikan
gejala tersebut secara langsung berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya, akan tetapi melihat gejala yang telah
diinterprestasikan berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya, akan tetapi melihat gejala
yang telah diinterprestasikan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya (beri contoh).
Dengan demikian penggunaan akal sehat yang tidak
didasari oleh pengetahuan dan persepsi dan pengalaman
mengakibatkan orang cenderung kearah pembuatan generalisasi
yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka.
c. Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan intuitif, orang menentukan pendapat
mengenai suatu hal berdasarkan atas pengetahuan yang langsung
atau diperoleh dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau
tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi, orang memberikan
penilaian tanpa didahului suatu renungan.Pencapaian pengetahuan
yang demikian sukar dipercaya.Dalam pendekatan ini, tidak
terdapat langkah- langkah yang sistematik dan terkendali.
Metode yang demikian, biasa disebut metode “a-prion” ada
kemungkinan bahwa pendekatn intuitif bisa cocok dengan
penalaran tetapi belum tentu cocok dengan pengalaman atau data
empiris.
d. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba (Trial and Error)
Sepanjang sejarah manusia, penemuan kebenaran secara
kebetulan telah banyak terjadi dan banyak diantaranya yang
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Misalnya, penemuan seorang penderita malaria (orang
indian) pada kolam berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon
kina yang ditumbanh dahulu sungai. Walaupun secara kebetulan
seperti contoh diatas sangat berguna, namun penemuan tersebut
bukan penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Karena
penemuan ini diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak
melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Penemuan kebenaran seperti ini bukanlah cara yang terbaik,
karena manusia yang besifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara
seperti ini tidak mungkin membawah perkembangan sebagaimana
diharapkan, karena sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada
dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat
diperhitungkan secara berencana dan terarah.
Penemuan kebenaran seperti ini bukanlah cara yang terbaik,
karena manusia yang besifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara
seperti ini tidak mungkin membawah perkembangan sebagaimana
diharapkan, karena sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada
dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat
diperhitungkan secara berencana dan terarah.
Penemuan kebenaran dengan cara coba-coba dilakukan
tanpa kepastian akan diperolehnya suatu kondisi tertentu atau
pemecahan sesuatu masalah atau manfaat tertentu. Penemuan
masalah
terjadi
secara
kebetulan
setelah dilakukan
serangkaian usaha; usaha yang berikut biasanya mengalami
kemajuan dari usaha sebelumnya. Penemuan kebenaran dengan
cara coba-coba pada umumnya tidak efisien dan tidak terkendali.
(bei contoh)
e. Pendapat otoritas ilmiah
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah
menyelesaikan pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai
pengalaman kerja ilmiah dalam bidang tertentu. Pendapat-pendapat
mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang
benar. Namun kenyataannya banyak pendapat otoritas ilmiah
tidka benar, karena pendapat tersebut tidak didasari penelitian
ilmiah, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis. (beri
contoh).
f. Pikian kritis dan rasional
Kemampuan berfikir yang dimiliki manusia telah banyak
menghasilkan
kebenaran,
baik
yang
betolak
dari
pengalaman maupun yang melampaui dan mengatasi
pengalaman. Kebenaran dapat diungkapkan melalui proses
berpikir rasional, kritis dan logis. Seseorang yang menghadapi
masalah,
didalam
proses
berpikirnya,
ia berusaha
menganalisanya
dengan
mempergunakan pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya untuk sampai pada pemecahan
masalah yag setepat-tepatnya. Dalam memecahkan masalah, pada
permulaan, sering orang menempuh dua cara berpikir, yaitu : (a)
cara bepikir analitik dan (b) cara berpikir sistetik. Pada
tahap berikutnya, usaha orang untuk menemukan dengan
mengikuti proses
berpikir ilmiah atau menggunakan
pendekatan ilmiah.
2. Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah didapat
melalui penelitian ilmiah, dan dibangun diatas teori tertentu. Teori
tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang
sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori
tersebut juga dapat diuji (ditest) dalam hal keajegan dan kemantapan
internalnya. Artinya, jika penelitian-ulang dilakukan oang lain
menurut langkahlangkah yang serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil
yang ajeg (konsisten), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan
hasil terdahulu. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang
serupa hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai
oleh keyakinan pribadi (penelit), bias dan perasaan.
Dengan demikian, maka penyimpulan dari hasil penelitan ilmiah
bukan subjektif melainkan objektif sifatnya, sehingga itu ilmu
pengetahuan yang dihasilkan disebut pengetahuan objektif.
Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha untuk memperoleh
kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka
untuk diuji oleh mereka yang berkompeten.
D. Tugas Ilmu dan Penelitian
Tujuan
utama
penelitian,
pada
umumnya
adalah
mengumpulkan informasi bagi (a) perencanaan kegiatan sosial; dan (b)
mengembangkan substansi ilmu itu sendiri. Memang dewasa ini,
kepaduan antara ilmu dan penelitian sudah sedimikian erat, sehingga
tidak mungkin orang memisahkannya. Ilmu dan penelitian dapat
diibaratkan dengan dua sisi dari mata uang yang sama. Oleh karena itu,
tugas ilmu dan penelitian dapat dikatakan identik.
Adapun tugas-tugas ilmu dan penelitian, secara singkat dapat
disajikan sebagai berikut :
1. Tugas
menyandera
atau
mengadakan
deskripsi
(memberikan).
Ilmu dan penelitian bertugas menggambarkan secara jelas dan
cermat hal-hal yang dipersoalkan;
2. Tugas menerangkan (eksplanasi) :
Ilmu dan penelitian bertugas menerangkan kondisi- kondisi
yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa;
3. Tugas menyusun teori :
Ilmu dan penelitian bertugas mencari dan merumuskan hukumhukum atau tata-cara mengenai hubungan antara kondisi yang satu
dengan kondisi lainnya atau hubungan antara suatu peristiwa dengan
peristiwa lainnya;
4. Tugas prediksi :
Ilmu dan penelitian bertugas membuat prediksi (ramalam),
estimasi dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal terjadi atau
gejala-gejala yang bakal muncul;
5. Tugas pengendalian :
Ilmu dan penelitian juga bertugas melakukan tindakan- tindakan
guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala.
Secara keseluruhan, ilmu dan penelitian mengemban kelima tugas
yang disebutkan diatas itu sekaligus.Karena itu, kelima hal tersebut juga
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan bobot suatu karya keilmuan.
Lebih jauh, keterpaduan Ilmu dan penelitian dapat dikatakan
bahwa, penelitian merupakan suatu Way of Thingking, yaitu : cara
bagaimana menilai suatu fenomena problematik dengan menggunakan
teori yang ada, sehingga teridentifikasi dan terumuskan permasalahan
utama yang dihadapi peneliti; bagaimana hipotesis yang tergayut
(relevan) dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka menjawab
permasalahan tersebut; dan bagaimana suatu model rancangan
penelitian dipilih dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis; dan
mencari jawaban yang akurat bagi permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, dan untuk dapat memahami metodologi penelitian
sebagai Way of Thingking, maka seorang peneliti tidak cukup hanya
menguasai substansi ilmu yang akan diteliti serta kemampuan
mengeksplorasi data saja. Penguasaan metodologi lebih merupakann
Pembudayaan alur berpikir tertentu seseorang dapat merespon
permasalahan yang ia hadapi. Kemampuan metodologi seorang
peneliti tidak mungkin dicapai hanya dengan mempelajari buku-buku
metodologik saja. Praktek menyusun perencanaan penelitian,
melaksanakan serta mengevaluasinya yang didasari pemahaman
metodologi yang adekuat, merupakan jalan yang paling tepat bagi
kemampuan diatas.
Makin banyak siklus penelitian harus disertai dasar pemahaman
metodologi yang adekuat. Adekuasitas ini dapat dicapai dengan dua hal :
(a) penguasan pokok-pokok metode keilmuan, dan (b) pemahaman alur
penelitian.
Penguasaan metode keilmuan yang dimaksud ialah mampu berfikir
secara ilmiah yang biasanya digambarkan dengan sifat-sifat : kritis,
objektif, logis, analitis dan sistematis.
Penguasaan metode keilmuan memang merupakan inti dari
kemampuan peneliti dari kemampuan penelitian seseorang.Hal ini dapat
dipahami karena pada hakekatnya metodologi penelitian merupakan
bagian dari metode keilmuan memang merupakan inti dari kemampuan
penelitian sesorang.Hal ini dapat dipahami karena pada hakekatnya
metodelogi penelitian merupakan bagian dari metode keilmuan itu
sendiri. Mempelajari filsafat ilmu pengetahuan, dalam banyak hal akan
membantu sekali usaha calon peneliti untuk dapat menguasai metode
keilmuan secara lebih mendalam. Terutama bertujuan untuk dapat
memahami hakekat ilmu itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN TEORI
1. Perbendaan Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat
Pembeda
Pengetahuan
ilmu
defenisi
hasil dari rasa
pengetahuan
keingintahuan
tentang sesuatu
melalui proses
bidang yang
sensoris
disusun secara
bersistem
Pokok kajian
Hasil ilmu
Ruang lingkup
kecil
Filsafat
studi tentang
seluruh fenomena
kehidupan dan
pemikiran
manusia
Ruang lingkup
besar/
keseluruhan
2. Defenisis filsafat menurut afli
No Nama ahli
Defenisi filsafat
1
suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-pendapat
Robert Ackerman
ilmiah
2
Lewis White Beck
3
Cornelius
Benjamin
4
Michael V. Berry
5
Dalton dkk.
membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran ilmiah
cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan
dan teori
keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan
ilmiah
3. Perbedaan pendekatan ilmiah dan non ilmiah
Pendekatan ilmiah
Pendekatan non ilmiah
Perumusan masalah jelas dan
Perumusan masalah kabur dan
spesifik
abstrak
Masalah merupakan hal yang dapat Masalah tidak selalu dapat diukur
diamati dan diukur secara empiris
dan diamati secara empiris ,bisa
juga supranatural
Jawaban permasalahan berdasarkan Jawaban tidak dapat diperoleh dari
data
Pengambilan keputusan
berdasarkan logika yanaag benar
Ksimpulan yang didapat terbuka
untuk diuji orang lain
data atau lapangan
Keputusan tidak didasarkan pada
pengumpulan data dan analisis data
secara logika
Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji
orang lain
4. Tugasilmu dan penelitian
Tugas utama dari ilmu dan penelitian ini adalah tidak lepas dari
spiritual yaitu untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, karena kita
hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari sang pencipta.
Deskri
psi
Penge
ndalia
n
Predik
si
Mener
angka
n
Teori
BAB IV
PROBLEMATIKA
1. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar atau “kebenaran”, lazimnya
diperlukan dua pendekatan yaitu
Jawab
 pendekatan non-ilmiah dan
 pendekatan ilmiah
2. Jelaskan apaperbedaan antarapendekatan ilmiah dan pendekatannonilmiah didalam mecari pengetahuanyangbenar?
Jawab
 Pendekatan non-ilmiah terdiri dari : (a) akal sehat; (b) prasangka; (c)
Intuisi; (d) penemuan kebetulan dan coba-coba; (e) pendapat otoritas
ilmiah; (f) pikiran kritis dan rasional. Sementara itu,
 pendekatan ilmiah melalui penelitian ilmiah.
3. Mengapailmupengetahuandanpenelitianilmiahmemiliki
keterpaduandalammengembantugas yangsama?
4. Apakah tujuan utama penelitian?
Jawab
mengumpulkan informasi bagi (a) perencanaan kegiatan sosial;
dan (b) mengembangkan substansi ilmu itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
Kiyai, B, 2015, Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial, FISP Unsrat Manado
Purwanto, E.A., dan D.R. Sulistyastuti, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, Penerbit : Gata Media,
Yoghyakarta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA.
Download