MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DAN PUBLIKASI FILSAFAT ILMU MINGGU 1 OLEH NAMA NIM PRODI :SARWITA BERASA : 18033019 : PENDIDIKAN FISIKA DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Festiyed, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.Si, selaku dosen Pembimbing mata kuliah “Metodologi Penelitian dan Publikasi” karena atas bimbingan dan dorongan dari beliau lah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan sumbangan moril dan materil dan semoga menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. Akhir kata, saya selaku penulis mengakui bahwa makalah ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar makalah ini lebih baik dari yang sekarang ini. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. Padang, 23 Februari 2021 Sarwita Berasa BAB I PENDAHULUAN A. Landasan Religius 1. Surat thaha ayat 114 فَت َ َعالَى ه ب ِزدْ ِني ِ ض ٰى ِإ َليْكَ َوحْ يُهُ ۖ َوقُ ْل َر َ آن ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن يُ ْق ِ َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق ۗ َو ََل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر ِع ْل ًما Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. 2. Surat at-Thalaq ayat 12 ض ِمثْلَ ُه هن يَتَن هَز ُل ْاْل َ ْم ُر َب ْي َن ُه هن ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ هن ه ه ٍ س َم َاوا َّللاَ َعلَ ٰى ُك ِل ِ ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر َ س ْب َع َ ََّللاُ الهذِي َخلَق ْ َ َ َ ُ َ َ ه ِير َوأن ه ش ْيءٍ ِعل ًما َ َّللاَ قدْ أ َحاط بِك ِل َ ٌ ش ْيءٍ قد Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. 3. Surat Ali Imran ayat 7 ب َوأُخ َُر ُمتَشَا ِب َهاتٌ ۖ َفأ َ هما الهذِينَ فِي ِ َاب ِم ْنهُ آيَاتٌ ُمحْ َك َماتٌ ه هُن أ ُ ُّم ْال ِكت َا َ ه َُو الهذِي أ َ ْنزَ َل َعلَيْكَ ْال ِكت قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتهبِعُونَ َما تَشَابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْال ِفتْنَ ِة َوا ْبتِغَا َء ت َأ ْ ِوي ِل ِه ۗ َو َما يَ ْعلَ ُم تَأ ْ ِويلَهُ إِ هَل ه ۗ َُّللا ب َو ه ِ الرا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنها بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِنَا ۗ َو َما يَذه هك ُر إِ هَل أُولُو ْاْل َ ْلبَا Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. 4. Surat al-Isra ayat 85 ً الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َربِي َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإ هَل قَ ِل يل ُّ الروحِ ۖ قُ ِل ُّ َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. 5. Surat Ali Imran Ayat 18 ُ ْط ۚ ََل ِإ ٰلَهَ ِإ هَل ه َُو ْال َع ِز ش ِهدَ ه يز ْال َح ِكي ُم َ ِ َّللاُ أَنههُ ََل ِإ ٰلَهَ ِإ هَل ه َُو َو ْال َم َل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما ِب ْال ِقس Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. B. Landasan Yuridis 1. Cita-cita Pendidikan dan Amanat UUD Negara R.I. Tahun 1945 (UUD 1945) Mengenai Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan pada tgl.17 Agustus 1945.Sehari setelah itu, pada tgl.18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara. Apabila Anda mengkaji alinea keempat Pembukaan UUD 1945, di sana tersurat dan tersirat cita-cita nasional di bidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 memberikan jaminan bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. 3. Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 Menurut pasal ini dijelaskan bahwa : (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. 4. Pasal 6 UU RI Tahun 2003 Undang undnag ini menjelaskan sebagai berikut : (1) setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. 5. Pasal 34 UU RI No. 2003 m Pasal ini menjelaskan bahwa : (1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. (3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. (4) Ketenetuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. C. Batasan Pembahasan pada pembahasan makalah ini dibatasi pembahasaanya meliputi : 1. Pengertian pengetahuan , ilmu dan filsafat. 2. Pendekatan ilmiah dan non ilmiah 3. Tugas ilmu dan penelitian BAB II ANALISIS TEORI A. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014). B. Ilmu dan Filsafat 1. Pengertian ilmu Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu dibidangnya. Ilmu harus disusun secara sistematis dan berdasarkan metodologi untuk berusaha mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi. Ilmu terbagi menjadi tiga kategori pembentuknya, yaitu: hipotesis, teori, dalil hukum. Dalam kajian ilmiah untuk membangun ilmu, jika data faktual yang terkumpul masih belum banyak atau belum cukup, maka peneliti baru membentuk hipotesis. Seperti yang telah dijelaskan diatas, hipotesis adalah dugaan pemikiran berdasarkan sejumlah data tebatas yang belum cukup kuat. Hipotesis akan memberikan arah pada penelitian untuk menghimpun data yang dibutuhkan. Data yang telah dihimpun dan dinilai cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila data yang telah dikumpulkan mampu memvalidasi hipotesis, maka hipotesis tersebut berubah menjadi tesis atau teori. Jika teori mencapai generalisasi atau kesimpulan umum, maka teori tersebut berubah menjadi dalil atau teori, namun teori mapan yang telah banyak digunakan oleh para peneliti lain sebagai tinjauan pustaka. Tahapan terakhir adalah jika teori dapat memastikan hubungan sebab-akibat yang serba tetap dimana saja, maka ia akan menjadi hukum (e.g: hukum newton, dsb). 2. Filsafat Secara umum filsafat diartikan sebagai studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu menurut beberapa ahli, pendapat-pendapat para ahli tersebut adalah: a. Robert Ackerman Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat tertentu, tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. b. Lewis White Beck Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta upaya untuk mencoba menemukan ilmu dan pentingnya upaya ilmiah ilmu secara keseluruhan. c. Cornelius Benjamin Flsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya: metode, konsep dan praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. d. Michael V. Berry Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yaitu: metode ilmiah. e. Dalton dkk. (2007) Filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan ilmiah hingga ke hubungan antara ilmu dan perilaku manusia. C. Pendekatan Non-Ilmiah dan ilmiah 1. Pendekatan Non-Ilmiah dan ilmiah Diantara pendekatan non-ilmiah yang banyak digunakan orang untuk memperoleh kebenaran yaitu, : (a) akal sehat; (b) prasangka; (c) Intuisi; (d) penemuan kebetulan dan coba- coba; (e) pendapat otoritas ilmiah; (f) pikiran kritis dan rasional. a. Akal sehat (Common Sense) Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda, sekalipun dalam batas tertentu, keduanya mengandung persamaan.Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973), bahwa akal sehat adalah serangkaian konsep (concept) dan bagan konseptual (Conceptual Schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang khusus.Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.Walaupun akal sehat yang berupa konsep atau bagan konsep dapat menunjukan hal yang benar namun dapat pula menyesatkan. b. Prasangka Penemuan pengetahuan melalui akal sehat sering diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya.Dengan demikian menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya sendiri, dan cenderung mengkambinghitamkan orang lain atau menyokong sesuatu pendapat yang belum teruji kebenarannya. Orang sering tidak dapat mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan lain. Ada kecenderungan bahwa sering orang melihat hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat yang langsung dan sederhana, yang justru gejala yang diamati itu merupakan akibat dari beberapa faktor. Seyogyanya, orang tidak dapat melihat suatu gejala kemudian menginterprestasikan gejala tersebut secara langsung berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, akan tetapi melihat gejala yang telah diinterprestasikan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, akan tetapi melihat gejala yang telah diinterprestasikan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya (beri contoh). Dengan demikian penggunaan akal sehat yang tidak didasari oleh pengetahuan dan persepsi dan pengalaman mengakibatkan orang cenderung kearah pembuatan generalisasi yang terlalu luas, yang lalu merupakan prasangka. c. Pendekatan Intuitif Dalam pendekatan intuitif, orang menentukan pendapat mengenai suatu hal berdasarkan atas pengetahuan yang langsung atau diperoleh dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi, orang memberikan penilaian tanpa didahului suatu renungan.Pencapaian pengetahuan yang demikian sukar dipercaya.Dalam pendekatan ini, tidak terdapat langkah- langkah yang sistematik dan terkendali. Metode yang demikian, biasa disebut metode “a-prion” ada kemungkinan bahwa pendekatn intuitif bisa cocok dengan penalaran tetapi belum tentu cocok dengan pengalaman atau data empiris. d. Penemuan Kebetulan dan Coba-coba (Trial and Error) Sepanjang sejarah manusia, penemuan kebenaran secara kebetulan telah banyak terjadi dan banyak diantaranya yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Misalnya, penemuan seorang penderita malaria (orang indian) pada kolam berisi air pahit yang berasal dari kulit pohon kina yang ditumbanh dahulu sungai. Walaupun secara kebetulan seperti contoh diatas sangat berguna, namun penemuan tersebut bukan penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Karena penemuan ini diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali. Penemuan kebenaran seperti ini bukanlah cara yang terbaik, karena manusia yang besifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara seperti ini tidak mungkin membawah perkembangan sebagaimana diharapkan, karena sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan terarah. Penemuan kebenaran seperti ini bukanlah cara yang terbaik, karena manusia yang besifat pasif dan menunggu. Bagi ilmu, cara seperti ini tidak mungkin membawah perkembangan sebagaimana diharapkan, karena sesuatu yang sifatnya kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan terarah. Penemuan kebenaran dengan cara coba-coba dilakukan tanpa kepastian akan diperolehnya suatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah atau manfaat tertentu. Penemuan masalah terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha yang berikut biasanya mengalami kemajuan dari usaha sebelumnya. Penemuan kebenaran dengan cara coba-coba pada umumnya tidak efisien dan tidak terkendali. (bei contoh) e. Pendapat otoritas ilmiah Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menyelesaikan pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam bidang tertentu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Namun kenyataannya banyak pendapat otoritas ilmiah tidka benar, karena pendapat tersebut tidak didasari penelitian ilmiah, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis. (beri contoh). f. Pikian kritis dan rasional Kemampuan berfikir yang dimiliki manusia telah banyak menghasilkan kebenaran, baik yang betolak dari pengalaman maupun yang melampaui dan mengatasi pengalaman. Kebenaran dapat diungkapkan melalui proses berpikir rasional, kritis dan logis. Seseorang yang menghadapi masalah, didalam proses berpikirnya, ia berusaha menganalisanya dengan mempergunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk sampai pada pemecahan masalah yag setepat-tepatnya. Dalam memecahkan masalah, pada permulaan, sering orang menempuh dua cara berpikir, yaitu : (a) cara bepikir analitik dan (b) cara berpikir sistetik. Pada tahap berikutnya, usaha orang untuk menemukan dengan mengikuti proses berpikir ilmiah atau menggunakan pendekatan ilmiah. 2. Pendekatan Ilmiah Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah didapat melalui penelitian ilmiah, dan dibangun diatas teori tertentu. Teori tersebut berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori tersebut juga dapat diuji (ditest) dalam hal keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya, jika penelitian-ulang dilakukan oang lain menurut langkahlangkah yang serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil yang ajeg (konsisten), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi (penelit), bias dan perasaan. Dengan demikian, maka penyimpulan dari hasil penelitan ilmiah bukan subjektif melainkan objektif sifatnya, sehingga itu ilmu pengetahuan yang dihasilkan disebut pengetahuan objektif. Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh mereka yang berkompeten. D. Tugas Ilmu dan Penelitian Tujuan utama penelitian, pada umumnya adalah mengumpulkan informasi bagi (a) perencanaan kegiatan sosial; dan (b) mengembangkan substansi ilmu itu sendiri. Memang dewasa ini, kepaduan antara ilmu dan penelitian sudah sedimikian erat, sehingga tidak mungkin orang memisahkannya. Ilmu dan penelitian dapat diibaratkan dengan dua sisi dari mata uang yang sama. Oleh karena itu, tugas ilmu dan penelitian dapat dikatakan identik. Adapun tugas-tugas ilmu dan penelitian, secara singkat dapat disajikan sebagai berikut : 1. Tugas menyandera atau mengadakan deskripsi (memberikan). Ilmu dan penelitian bertugas menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang dipersoalkan; 2. Tugas menerangkan (eksplanasi) : Ilmu dan penelitian bertugas menerangkan kondisi- kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa; 3. Tugas menyusun teori : Ilmu dan penelitian bertugas mencari dan merumuskan hukumhukum atau tata-cara mengenai hubungan antara kondisi yang satu dengan kondisi lainnya atau hubungan antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya; 4. Tugas prediksi : Ilmu dan penelitian bertugas membuat prediksi (ramalam), estimasi dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal terjadi atau gejala-gejala yang bakal muncul; 5. Tugas pengendalian : Ilmu dan penelitian juga bertugas melakukan tindakan- tindakan guna mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala. Secara keseluruhan, ilmu dan penelitian mengemban kelima tugas yang disebutkan diatas itu sekaligus.Karena itu, kelima hal tersebut juga digunakan sebagai kriteria untuk menentukan bobot suatu karya keilmuan. Lebih jauh, keterpaduan Ilmu dan penelitian dapat dikatakan bahwa, penelitian merupakan suatu Way of Thingking, yaitu : cara bagaimana menilai suatu fenomena problematik dengan menggunakan teori yang ada, sehingga teridentifikasi dan terumuskan permasalahan utama yang dihadapi peneliti; bagaimana hipotesis yang tergayut (relevan) dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan tersebut; dan bagaimana suatu model rancangan penelitian dipilih dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis; dan mencari jawaban yang akurat bagi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dan untuk dapat memahami metodologi penelitian sebagai Way of Thingking, maka seorang peneliti tidak cukup hanya menguasai substansi ilmu yang akan diteliti serta kemampuan mengeksplorasi data saja. Penguasaan metodologi lebih merupakann Pembudayaan alur berpikir tertentu seseorang dapat merespon permasalahan yang ia hadapi. Kemampuan metodologi seorang peneliti tidak mungkin dicapai hanya dengan mempelajari buku-buku metodologik saja. Praktek menyusun perencanaan penelitian, melaksanakan serta mengevaluasinya yang didasari pemahaman metodologi yang adekuat, merupakan jalan yang paling tepat bagi kemampuan diatas. Makin banyak siklus penelitian harus disertai dasar pemahaman metodologi yang adekuat. Adekuasitas ini dapat dicapai dengan dua hal : (a) penguasan pokok-pokok metode keilmuan, dan (b) pemahaman alur penelitian. Penguasaan metode keilmuan yang dimaksud ialah mampu berfikir secara ilmiah yang biasanya digambarkan dengan sifat-sifat : kritis, objektif, logis, analitis dan sistematis. Penguasaan metode keilmuan memang merupakan inti dari kemampuan peneliti dari kemampuan penelitian seseorang.Hal ini dapat dipahami karena pada hakekatnya metodologi penelitian merupakan bagian dari metode keilmuan memang merupakan inti dari kemampuan penelitian sesorang.Hal ini dapat dipahami karena pada hakekatnya metodelogi penelitian merupakan bagian dari metode keilmuan itu sendiri. Mempelajari filsafat ilmu pengetahuan, dalam banyak hal akan membantu sekali usaha calon peneliti untuk dapat menguasai metode keilmuan secara lebih mendalam. Terutama bertujuan untuk dapat memahami hakekat ilmu itu sendiri. BAB III KESIMPULAN TEORI 1. Perbendaan Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat Pembeda Pengetahuan ilmu defenisi hasil dari rasa pengetahuan keingintahuan tentang sesuatu melalui proses bidang yang sensoris disusun secara bersistem Pokok kajian Hasil ilmu Ruang lingkup kecil Filsafat studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia Ruang lingkup besar/ keseluruhan 2. Defenisis filsafat menurut afli No Nama ahli Defenisi filsafat 1 suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-pendapat Robert Ackerman ilmiah 2 Lewis White Beck 3 Cornelius Benjamin 4 Michael V. Berry 5 Dalton dkk. membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah 3. Perbedaan pendekatan ilmiah dan non ilmiah Pendekatan ilmiah Pendekatan non ilmiah Perumusan masalah jelas dan Perumusan masalah kabur dan spesifik abstrak Masalah merupakan hal yang dapat Masalah tidak selalu dapat diukur diamati dan diukur secara empiris dan diamati secara empiris ,bisa juga supranatural Jawaban permasalahan berdasarkan Jawaban tidak dapat diperoleh dari data Pengambilan keputusan berdasarkan logika yanaag benar Ksimpulan yang didapat terbuka untuk diuji orang lain data atau lapangan Keputusan tidak didasarkan pada pengumpulan data dan analisis data secara logika Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji orang lain 4. Tugasilmu dan penelitian Tugas utama dari ilmu dan penelitian ini adalah tidak lepas dari spiritual yaitu untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, karena kita hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari sang pencipta. Deskri psi Penge ndalia n Predik si Mener angka n Teori BAB IV PROBLEMATIKA 1. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar atau “kebenaran”, lazimnya diperlukan dua pendekatan yaitu Jawab pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah 2. Jelaskan apaperbedaan antarapendekatan ilmiah dan pendekatannonilmiah didalam mecari pengetahuanyangbenar? Jawab Pendekatan non-ilmiah terdiri dari : (a) akal sehat; (b) prasangka; (c) Intuisi; (d) penemuan kebetulan dan coba-coba; (e) pendapat otoritas ilmiah; (f) pikiran kritis dan rasional. Sementara itu, pendekatan ilmiah melalui penelitian ilmiah. 3. Mengapailmupengetahuandanpenelitianilmiahmemiliki keterpaduandalammengembantugas yangsama? 4. Apakah tujuan utama penelitian? Jawab mengumpulkan informasi bagi (a) perencanaan kegiatan sosial; dan (b) mengembangkan substansi ilmu itu sendiri DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta Kiyai, B, 2015, Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial, FISP Unsrat Manado Purwanto, E.A., dan D.R. Sulistyastuti, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, Penerbit : Gata Media, Yoghyakarta. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA.