PROSES KULTUR JARINGAN DI LABORATORIUM DAN DI RUMAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi Farmasi dan Kultur Jaringan Dosen Pengampu : apt. Yen Yen Ari Indrawijaya, M. Farm. Klin. Disusun Oleh : Kelompok 4 (Farmasi B) 1. M. Iqbal Julianto 2. Melyn Ayu Yulienda 3. Kamilatus Zehroh 4. Nur Aulia Puspita Sari 5. Monika Arzela Wardani 6. Putri Ayu Andina 7. Resa Falevi 8. Kesimira Qonita 9. Salsabila Isnaini 10. Asma’ Deng (18930023) (18930035) (18930039) (18930047) (18930048) (18930049) (18930063) (18930066) (18930092) (18930104) JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2021 VIDEO 1 : KULTUR JARINGAN DI LABORATORIUM A. ALAT DAN BAHAN 1) ALAT - Gunting - LAF - Autoclave - Cawan Petri - Parafilm 2) BAHAN - Aquadest - Larutan Kalsium Hipoklorit - Etanol 70% - Kerkel 10% - Murkrow B. PROSES 1) Di desenfeksi tanaman sebelum melakukan kultur jaringan. 2) Dipotong batang pertama menjadi fragmen nodal. 3) Meristem apikal yang akan diambil dan dimasukkan ke dalam kultur jaringan cenderung berkembang biak secara alami dari tunas ketiak, sehingga pada tanaman dewasa akan dijumpai beberapa pucuk yang akan terpisah satu sama lain. 4) Untuk desinfeksi disebut stek ketika semua fragmen knodel dipotong dari bunga anyelir dan desinfeksi dilakukan di laminar air flow (LAF). 5) Bahan tanaman ditempatkan dalam labu yang sebelumnya disterilkan dalam autoclave. 6) Untuk anyelir, fragmen pertama-tama direndam selama dua menit dalam rendaman Merkel 10 persen, untuk meningkatkan permeabel jaringan pada anyelir sehingga mendorong desinfeksi. 7) Kemudian anyelir dikeluarkan dari rendaman dan dilakukan pencucian cepat dengan etanol 70% kemudian etanol diganti dengan larutan kalsium hipoklorit pada 70 gram per liter selama 10 menit. 8) Setelah itu, larutan desinfektan dibuang dan tiga kali dilakukan pembilasan dengan air steril selama lima sampai sepuluh menit. 9) Untuk kultur jaringan, fragmen knodel direndam selama 20 menit dalam larutan kalsium hipoklorit pada 8 hingga gram per liter ditambah dengan setetes murkrow dan tiga kali pembilasan dengan air. 10) Kemudian bahan anyelir dapat dibedah dengan kondisi aseptik dengan kultur jaringan meristem. 11) Untuk daun diseksi yang menutupi tunas tambahan telah dihilangkan karena daunnya kurang selubungnya perlu hati-hati untuk membuang daun ke pangkal, hal ini memungkinkan tunas ketiak untuk dilepaskan mikroskop binokuler diperlukan untuk melakukan diseksi. 12) Di bawah LAF, kuncupnya terdiri dari daun folio yang melindungi meristem. 13) Selanjutnya dibuang primordia daun satu per satu dimulai dengan yang paling luar. biasanya disusun dua per dua saat daun dewasa dan daun primordia dipindahkan ke pangkal kuncup, pasangan primordia timbal diatur dengan arah berlawanan pada sudut kanan ke pasangan pertama saat pasangan daun yang menutupi sisa kuncup dihilangkan. 14) Pasangan daun berikut muncul dalam beberapa kasus meristem mungkin yang sudah terlihat atau hanya perlu untuk menghilangkan pasangan ketiga primordia daun yang disusun dengan cara yang sama seperti pasangan pertama primordia daun dihilangkan secara perlahan dengan cara disebarkan pada sisi daun terangkat dan muncul meristem yang menyerupai kubah kecil yang penampilannya lebih cemerlang dari folio primordia. 15) Daun terangkat dan muncul meristem yang menyerupai kubah kecil yang penampakannya lebih terang daripada folio primordia. Beberapa primordia daun yang sangat kecil bisa diambil pada saat bersamaan. 16) Saat meristem dipotong menggunakan pisau bedah yang dimana digunakan untuk memotong pangkal dan eksplan yang berdasarkan pada media pengembangan yang kokoh dalam kultur cawan petri. Cawan petri ditutup dengan parafilm dan kemudian ditempatkan di meristem ujung yang tumbuh, kemudian ditempatkan di ruang tanam. Pembentukan daun akan terjadi di pinggiran meristem batang kecil kemudian akan berkembang di antara pasang daun ketika beberapa daun telah berkembang. 17) Akar utama dimulai dari pangkal batang daun kemudian akar lateral terbentuk. Ketika telah mencapai satu hingga tiga sentimeter, dapat dipindahkan ke media pengembangan transfer yang berlangsung didalam tabung kultur sampai bibit mencapai sekitar sepuluh sentimeter. 18) Setelah disinfeksi permukaan tunas in-vitro akan dibedah. Membuang satu per satu daun yang mengelilingi meristem ujung kuncup apikal. Bila daun terlalu kecil, kita memerlukan lensa teropong untuk mencapai diseksi daun tersebut. 19) Setelah itu, dipindahkan ke pangkal tangkai daun untuk membersihkan tunas apikal. Tiga sampai empat pasang primordia daun secara bertahap dihilangkan. Untuk menghilangkan meristem, kita menggunakan pisau bedah untuk memotong ke bagian pangkal. 20) Meristem akan dibudidayakan dengan dua pasang primordia daun pada kaca petri kecil. Kemudian ditanam di ruang budaya. Daun kecil akan tumbuh dalam bentuk roset di sekitar meristem, setelah itu akar akan berkembang nanti nya. 21) Bila bibit sudah mencapai ukuran sekitar dua sentimeter maka akan dipindahkan kedalam kotak plastik persegi yang disebut kotak magenta untuk pengembangan lebih lanjut. 22) Ketika tanaman telah tumbuh cukup dan sesuai, dapat dipindahkan ke rumah kaca untuk digunakan nanti pada saat planlet in vitro dipindahkan ke tanah di bawah. Pada saat dipindahkan kerumah kaca, Kondisi tersebut disebut dengan fase aklimatisasi yang membutuhkan beberapa tindakan pencegahan. Fase tersebut bertujuan agar tanaman dikeluarkan dari wadah budidaya mereka dan dicuci untuk menghilangkan media agar-agar yang tersisa menempel di akar dan yang mampu mendorong perkembangan jamur. 23) Setelah itu kemudian dipindahkan ke pot yang terdapat substrat ringan seperti gambut didalamnya. Hal itu akan memungkinkan perkembangan akar yang baik khususnya untuk menghindari Aerasi. 24) Pengeringan akan disediakan untuk mencegah kontaminasi jamur. Dialihkan ke tempat yang tidak terlalu lembab akan dilakukan secara bertahap untuk mendapatkan tanaman dewasa secara sempurna. Kultur meristem anyelir telah digunakan sejak lama untuk menekan virus. Telah banyak makalah menetapkan penghapusan virus penyakit dan pengembalian ke status sehat untuk tanaman. tanaman yang berasal dari in vitro tersebut tidak lagi menunjukkan gejala mosaik pada daun dan perkembangan yang meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tanaman awal. tes virus yang terkontaminasi dapat digunakan untuk menentukan kesehatan tanaman tersebut. Oleh karena itu, budidaya meristem merupakan teknik pilihan yang memungkinkan dan yang selalu memungkinkan untuk menyelamatkan banyak spesies tanaman dan varietas yang dibudidayakan. C. KELEBIHAN KULTUR JARINGAN DI LABORATORIUM 1) Alat-alat yang digunakan lebih terjaga kesterilannya sehingga kemungkinan terkontaminasi sangat kecil. 2) Instrumentasi kultur jaringan yang digunakan lebih memadai. 3) Disinfektan yang digunakan lebih lengkap sehingga efektif dalam membunuh berbagai macam mikroba. 4) Pada saat melakukan inisiasi kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitivitas lebih kecil. 5) Tingkat keberhasilan lebih besar jika dibandingkan dengan yang dilakukan di rumah. D. KEKURANGAN KULTUR JARINGAN DI LABORATORIUM 1) Lebih membutuhkan banyak biaya karena alat-alat yang digunakan mahal. 2) Membutuhkan tenaga yang ahli dalam bidang kultur jaringan. VIDEO 2 : KULTUR JARINGAN DI RUMAH A. ALAT DAN BAHAN 1) ALAT - Gunting - Botol / Jar - Piring - Klip penjepit / Pinset - Pisau bedah - Wadah kecil yang berisi alkohol 70%-90% untuk merendam 2) BAHAN - Tanaman Strawberry - Isopropil Alkohol 70% - Sabun - Air Mengalir - Sabun Pemutih 10% - Alkohol 70%-90% - Tissue - Media Agar B. PROSES 1) Dipotong bagian dari tumbuhan yang akan di kultur kan sesuai dengan tinggi botol/jar yang akan digunakan. 2) Dicuci botol/jar yang telah berisi potongan tumbuhan di dalamnya menggunakan air mengalir lalu di kocok dan ditambahkan sabun sambil dikocok kembali selama sekitar 5 menit. 3) Disemprot potongan tanaman menggunakan isopropil alkohol 70%, kemudian dikocok sambil diputar hingga alkohol merata selama 30 detik. 4) Dicuci dan dibilas selama 30 detik menggunakan air mengalir. 5) Setelah itu ditambahkan air dan disterilkan menggunakan sabun pemutih 10%. 6) Ditambahkan air sampai ¾ dari botol jar. 7) Disterilkan dengan campuran air dan sabun pemutih 10% dengan cara dikocok botol jar nya. 8) Ditunggu selama 15 menit. 9) Dibawa tanaman dan botol yang sudah bersih ke ruang kultur yang steril. 10) Dipastikan ruang kultur harus steril, dengan cara disapu bersih lantai, dibuang semua sampah yang ada, dinyalakan filter HEPA, dan lain-lain. 11) Selama menunggu 15 menit, dilakukan perbanyakan pada tanaman yang lain yang telah mengalami pertumbuhan akar. 12) Disemprot semua alat dengan menggunakan isopropyl alkohol 70% kemudian direndam dalam alkohol 70%-90% dan juga dilakukan penyemprotan pada piring yang kemudian dilap dengan tisu. 13) Disempot kedua tangan dengan menggunakan isopropyl alkohol 70%. 14) Diambil kultur dari tabung penyimpanan menggunakan klip penjepit. 15) Dibelah atau dipisahkan antara akar dan cabang cabang dari kultur menggunakan pisau bedah. 16) Dimasukan cabang kultur kedalam tabung media agar yang sudah disiapkan sebelumnya dan ditututup. 17) Dibersihkan kembali alat yang digunakan. 18) Stroberi yang telah berada dalam larutan pemutih selama 15 menit ditiriskan lalu bagian penutup seperti saringan di lap dengan tisu. 19) Stroberi yang telah bersih diletakkan di dapur kultur 20) Kemudian tuang air steril ke dalam toples 21) Dibiarkan hingga 5 menit atau lebih seperti melakukan 3 kali. 22) Hasil perendaman pertama hanya mengapung di dalam larutan air yang disterilkan. 23) Lalu diganti dengan air yang lebih steril. 24) Kemudian membersihkan tangan dan alat-alat. 25) Mengeluarkan air dan mengambil tanaman dengan pinset, setelah itu dimasukkan kedalam media agar. 26) Bagian terbaik dari penempatan ini adalah mengetahui dimana tanaman akan tumbuh benar di dalam media agar. C. KELEBIHAN KULTUR JARINGAN DI RUMAH 1) Biaya yang digunakan lebih murah karena menggunakan alat-alat yang ada di rumah. 2) Hanya membutuhkan satu ruangan kecil saja untuk melakukan kultur jaringan di rumah. 3) Bisa dilakukan oleh siapa saja yang tertarik untuk melakukan kultur jaringan. D. KEKURANGAN KULTUR JARINGAN DI RUMAH 1) Peralatan yang digunakan seadanya, sehingga hasil kultur jaringan tidak akan se maksimal apabila dilaksanakan di laboratorium. 2) Lebih mudah untuk terjadi kontaminasi mikroba patogen karena jarang sekali di rumah memiliki LAF. 3) Risiko kegagalan lebih besar jika dibandingkan apabila dilakukan di laboratorium.