Uploaded by User91003

LP CKD DENGAN DIABETES MELLITUS

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DESEASE CAUSA DIABETES MELITUS
A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif
dan
irreversible
dimana
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung beberapa tahun.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat, yang dapat juga menyebabkan gejala
klinik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik dari diabetes adalah
nefropati. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam darah yang tidak
digunakan disebut nefropati diabetes. Nefropati ini yang lama kelamaan dapat
menyebabkan CKD.
(American Diabetes Association, 2007)
B. Etiologi
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
2. Penyakit
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan
kongenital
dan
herediter
misalnya
penyakit
ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
Nefropati Diabetika adalah komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal
yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 3545% penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I. Pada tahun 1981
Nefropati diabetika ini merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Negara
barat dan saat ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis
disebabkan oleh karena Diabetes mellitus terutama DM tipe II oleh karena
DM tipe ini lebih sering dijumpai. Nefropati Diabetika pada DM tipe I jauh
lebih progresif dan dramatis. Dengan meremehkan penyakit DM maka bisa
berkomplikasi
ke
Nefropati
diabetika.
Berdasar
studi
Prevalensi
mikroalbuminuria (MAPS), hampir 60% dari penderita hipertensi dan
diabetes di Asia menderita Nefropati diabetik. Presentasi tersebut terdiri atas
18,8 % dengan Makroalbuminuria dan 39,8 % dengan mikroalbuminuria.
C. Manifestasi Klinis
1. Kardiovaskuler
a) Hipertensi
b) Pitting edema
c) Edema periorbital
d) Pembesaran vena leher
e) Friction rub perikardial
2. Pulmoner
a) Nafas dangkal
b) Kusmaul
c) Sputum kental dan liat
3. Gastrointestinal
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Perdarahan saluran GI
c) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d) Konstipasi / diare
e) Nafas berbau ammonia
4. Muskuloskeletal
a) Kram otot
b) Kehilangan kekuatan otot
c) Fraktur tulang
5. Integumen
a) Warna kulit abu-abu mengkilat
b) Kulit kering, bersisik
c) Pruritus
d) Ekimosis
e) Kuku tipis dan rapuh
f) Rambut tipis dan kasa
6. Reproduksi
a) Amenore
b) Atrofi testis
D. Pathways
Penyakit Metabolik
(Diabetes Mellitus)
Defisiensi insulin
Glukagon
Pemakaian glukosa sel
Glukoneogenesis
Hiperglikemia
Lemak
Protein
Ketonemia
BUN meningkat
PH
Nitrogen urin
meningkat
Nutrisi sel
Poliphagia
Poliuria
Microvaskuler
asidosis
Mual muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurangdari kebutuhan tubuh
Osmotik diuresis
CKD
Dehidrasi Hemokonsentrasi
Polidipsi
Macrovaskuler
Retina
Jantung
Ginjal
cerebral
Nefropati
ateriosklerosis
perifer
Aliran darah
Sekresi hormon
eritropoetin
Produksi sel darah
merah berkurang
HB
Anemia
Suplay O2
Intoleransi
aktivitas
Syaraf otot
Pegal,
kesemutan
Nyeri akut
Retensi Na
Gangguan
sekresi protein
Edema
Kelebihan volume
cairan
Beban kerja
jantung
Hipertrofi
ventrikel kiri
Edema paru
Ketidakefektifan
Pola Nafas
Sindrom
uremikum
Ketidakseimbangan
asam basa
Alkalosis
respiratorik
Gangguan pertukaran
Gas
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
Ureum tertimbun
di kulit
Perubahan
warna
kulit/pr
Pruritus
Kerusakan
integritas kulit
E. Komplikasi
CKD yang disertai dengan penyakit lain sebagai penyulit atau
komplikasi yang sering lebih berbahaya. Komplikasi yang sering ditemukan
menurut Alam dan Hadibroto (2008) antara lain :
1. Anemia
Dikatakan anemia bila kadar sel darah merah rendah, karena terjadi
gangguan pada produksi hormon eritropoietin yang bertugas mematangkan
sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan sehari-hari. Akibat dari gangguan tersebut, tubuh
kekurangan energi karena sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan tidak mencukupi. Gejala dari
gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan, kurang energi, cepat lelah,
luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa (baal) pada kaki dan tangan.
2. Osteodistrofi ginjal
Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan
metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah tinggi,
akan terjadi pengendapan garam dan kalsium fosfat di berbagai jaringan
lunak (klasifikasi metastatic) berupa nyeri persendian (artritis), batu ginjal
(nefrolaksonosis),
pengerasan
dan
penyumbatan
pembuluh
darah,
gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.
3. Gagal jantung
Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang
memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan
memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada penderita
CKD dimulai dari anemia yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih
keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH). Lama-kelamaan otot jantung akan melemah dan tidak
mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya (sindrom kardiorenal)
4. Disfungsi ereksi
Ketidakmampuan
seorang
pria
untuk
mencapai
atau
mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan
seksual dengan pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin
(yang memproduksi hormon testosteron untuk merangsang hasrat seksual
(libido)), secara emosional penderita gagal ginjal kronis menderita
perubahan emosi (depresi) yang menguras energi. Penyebab utama
gangguan kemampuan pria penderita gagal ginjal kronis adalah suplai
darah yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung dengan
ginjal.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemberian pelayanan keperawatan terutama intervensi memerlukan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium darah
a. Hematologi : hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit
Hematokrit menurun, hemoglobin < 7-8 g/dl, eritrosit waktu hidup
menurun pada defisiensi eritropoetin seperti azotemia.
1) RFT (Renal Fungsi Test) : ureum dan kreatinin
BUN/kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi
kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5).
2) LFT (Liver Fungsi Test)
3) Elektrolit : klorida, kalium, kalsium
Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis
SDM pada tahap akhir, perubahan EKG tidak terjadi, kalium 6,5
atau lebih besar.
4) Koagulasi Studi : PTT, PTTK
5) BGA/AGD
Penurunan
asidosis
metabolik
terjadi
karena
kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme, protein bikarbonat menurun, PCO2
menurun.
2. Pemeriksaan urin
a. Urin rutin
b. Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
Volume : < 400ml/jam, oliguri, anuria
Warna : secara abnormal urin keruh, disebabkan bakteri, partikel,
koloid dan fosfat
Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin
Berat jenis : < 1,015 (menetap pada (1,015) menunjukkan
kerusakan ginjal besar.
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa
b. ECHO
c. Endoskopi
ginjal
:
dilakukan
secara
endoskopik
untuk
menentukan pelvis ginjal, pengangkatan tumor selektif.
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG (Retio Pielografi)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang
diberikan
pada
pasien
CKD
disesuaikan dengan stadium penyakit pasien tersebut. Sudoyo et al. (2009)
menjelaskan penatalaksanaan pasien CKD stadium 1 dapat diberikan rencana
penatalaksanaan dengan melakukan observasi dan mengontrol tekanan darah.
Pasien CKD stadium 2 dan 3 dengan melakukan observasi, mengontrol
tekanan darah dan faktor risiko. Persiapan untuk Renal Replacement Therapy
(RRT) dilakukan pada pasien CKD stadium 4 dan jika sudah mencapai
stadium 5 penatalaksanaan yang dilakukan yaitu RRT.
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
e. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
f. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler serta komplikasi.
2. Dialysis
a. Peritoneal Dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
H. Klasifikasi
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan
melalui penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk
menghitung GFR dokter akan memeriksakan sampel darah penderita ke
laboratorium untuk melihat kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah
produk sisa yang berasal dari aktivitas otot yang seharusnya disaring dari
dalam darah oleh ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
1. Stadium I, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
2. Stadium II, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
3. Stadium III, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
4. Stadium IV, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
5. Stadium V, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
1. Stadium I
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK)
biasanya belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan
pada ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal
meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak
penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1.
Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri
untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
2. Stadium II
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada
pada stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal
tetap dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui
biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti
diabetes dan hipertensi.
3. Stadium III
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan
GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada
tingkat ini akumulasi sisa – sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah
yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan
darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala
juga terkadang mulai dirasakan seperti :
 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam
tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan
sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga
dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga
mengalami perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila
bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang
dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah
malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke
seorang ahli ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan
rekomendasi terbaik serta terapi – terapi yang bertujuan untuk
memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu sangat
disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan
perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya
akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap
mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena
menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi
kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi
asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak
ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita
yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain
pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
4. Stadium IV
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan
apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam
waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau
melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam
darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar
kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
anemia,
penyakit
tulang,
masalah
pada
jantung
dan
penyakit
kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat
ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam
tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan
sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga
dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga
mengalami perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila
bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang
dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah
malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
 Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang
dikonsumsi tidak terasa seperti biasanya.
 Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat
dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak.
 Sulit berkonsentrasi
5. Stadium V (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya
untuk bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti
ginjal (dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
 Kehilangan napsu makan
 Nausea.
 Sakit kepala.
 Merasa lelah.
 Tidak mampu berkonsentrasi.
 Gatal – gatal.
 Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
 Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
 Keram otot
 Perubahan warna kulit
I. Masalah Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung
2.
Ketidakefektifan pola nafas
3.
Gangguan pertukaran gas
4.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
6.
Kelebihan volume cairan
7.
Gangguan eliminasi urin
8.
Kerusakan integritas kulit
9.
Intoleransi aktivitas
10. Gangguan pola tidur
J. Intervensi Keperawatan
No.
Masalah Kep.
1. Ketidakefektifan
pola nafas
2.
Gangguan
pertukaran gas
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x... jam
diharapkan pola nafas efektif.
Kriteria hasil
“Status Pernafasan”
Indikator
IR ER
Frekuensi
pernafasan
Irama pernafasan
Kedalaman
inspirasi
Penggunaan otot
bantu nafas
Retraksi dinding
dada
Sianosis
Suara nafas
tambahan
Pernafasan cuping
hidung
1: Sangat Berat
2: Berat
3: Cukup
4: Ringan
5: Tidak ada
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x... jam
diharapkan gangguan pertukaran
gas teratasi.
Kriteria hasil
“Status Pernafasan : Pertukaran
Gas”
Indikator
IR ER
NIC
“Monitor Pernafasan”
1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
2. Catat pergerakan dada,
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
nafas,
retraksi
otot
interkosta
3. Monitor
suara
nafas
tambahan
4. Monitor pola nafas
5. Monitor saturasi oksigen
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi suara nafas
8. Monitor kemampuan batuk
efektif
9. Buka jalan nafas
10. Berikan terapi oksigenasi
11. Berikan bantuan terapi
nafas
jika
diperlukan
(misalnya, nebulizer)
“Manajemen Asam Basa :
Asidosis Metabolik”
1. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
2. Monitor pola nafas
3. Posisikan
klien
untuk
mendapatkan ventilasi yang
adekuat
(misalnya,
membuka
jalan
nafas,
menaikkan posis kepala di
tempat tidur)
4. Pertahankan
kepatenan
akses selang IV
5. Monitor
penyebab
rendahnya HCO3 (misal,
Tekanan parsial
oksigen di darah
arteri (PaO2)
Tekanan parsial
karbonmonoksida
di darah arteri
(PaCO2)
pH artei
Saturasi oksigen
Hasil rontgen
dada
Keterangan
1. deviasi berat dari kisaran
normal
2. deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3. deviasi sedang dari kisaran
normal
4. deviasi ringan dari kisaran
normal
5. tidak ada deviasi dari kisaran
normal
3.
Kelebihan
volume cairan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x... jam
diharapkan kelebihan volume
cairan teratasi
Kriteria hasil
“”
Indikator
IR
ER
Tekanan darah
Turgor kulit
Kelembaban
membran
mukosa
Serum
tertelannya
methanol,
uremia,
ketoasidosis
diabetikum,
ketoasidosis
alkoholik,
hipotensi,
hipoksia, iskemi, diare,
hiperparatiroid)
6. Monitor ketidakseimbangan
elektrolit yang berhubungan
dengan asidosis metabolik
(misal
hiponatrium,
hiperkalium,
hipokalium,
hipokalsium,
hipofosfatemia,
hipomagnesemia)
sesuai
kebutuhan
7. Monitor tanda dan gejala
rendahnya HCO3 (misal
pernafasan
kusmaul,
kelemahan,
disorientasi,
sakit kepala, anoreksia,
koma,
pH
urin
<6,
HCO3<22, pH plasma
<7,35,
BE
<-2mEq/L,
tanda-tanda hiperkalemia,
kemungkinan kekurangan
CO2)
8. Berikan
cairan
sesuai
indikasi karena adanya
kehilangan yang berlebihan
dikarenakan penyebab yang
mendasar (seperti, diare,
diuretik)
9. Monitor
indikator
pengiriman oksigen jaringan
(PaO2, SaO2, nilai Hb dan
curah jantung)
10. Persiapkan dialisis bagi
pasien gagal ginjal sesuai
kebutuhan
“Manajemen Hipervolemia”
1. Monitor status hemodinamik
2. Monitor pola pernafasan
untuk mengetahui adanya
gejala edema pulmonar
(cemas,
sesak
nafas,
ortopnea, dypsnea, takipnea,
batuk, nafas pendek)
3. Monitor suara paru abnormal
4. Monitor
suara
jantung
abnormal
5. Monitor edema perifer
6. Monitor intake dan output
7. Berikan
obat
yang
diresepkan
untuk
mengurangi preload (misal
furosemid)
8. Berikan cairan infus IV
(misal
cairan,
produk
darah)secara perlahan
elektrolit
Hematokrit
Asites
Keterangan
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
4.
Gangguan pola
tidur
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x... jam
diharapkan gangguan pola tidur
dapat teratasi.
Kriteria hasil
“Tidur”
Indikator
Jam tidur
Pola tidur
Kualitas tidur
Perasaan segar
setelah tidur
Keterangan
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
IR ER
“Peningkatan tidur”
1. Monitor pola tidur pasien
dan jumlah jam tidur
2. Jelaskan pentingnya tidur
yang cukup selama proses
perawatan
3. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya
cahaya,
kebisingan, suhu, posisi
tempat tidur)
4. Anjurkan untuk tidur siang,
jika diindikasikan untuk
memenuhi kebutuhan tidur
5. Mulai terapkan langkahlangkah kenyamanan seperti
pijat, pemberian posisi dan
sentuhan afektif
Download