Uploaded by putriramadhani16983

MANAJEMEN PUSKESMAS DI ERA COVID 19

advertisement
MANAJEMEN PUSKESMAS DI ERA COVID 19
Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kesehatan
masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif
dan efisien. Manajemen Puskemas
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi
upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan
pencapaian target maupun mutu Puskesmas.
2.
Pelaksanaan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya
kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
3.
Pengawasan pertanggungjawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku
Pandemi COVID-19 merupakan situasi yang terjadi secara mendadak dan cepat. Kondisi ini
tentu sangat berpengaruh kepada perencanaan yang telah disusun oleh Puskesmas. Oleh
karena itu, Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas yang telah
disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi
pandemi COVID-19.
Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas (P1,P2,P3) yang telah
disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi
pandemi COVID-19.

Perencanaan (P1)
1. Penyesuaian target kegiatan
2. Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan
oleh situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi pasca pandemi
COVID-19.
3. Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19
4. Menentukan target sasaran kasus COVID-19 dengan angka prevalensi dari Dinkes
daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan logistik, termasuk APD,
BMHP untuk pengambilan spesimen RT-PCR dan rapid test.
5. Menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.

Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1. Lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pada saat pandemi COVID-19 seperti physical
distancing, atau dapat memanfaatkan teknologi informasi/daring.
2. Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/ sweeping orang dengan riwayat perjalanan dari
daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP dan PDP ringan,
tracing jika ditemukan kasus konfirmasi covid-19).
3. Sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat perjalanan dari
daerah transmisi lokal.

Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
1. Tetap melakukan pemantauan pencapaian target prioritas.
2. Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19
Dalam sistem kesehatan di Indonesia, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan
institusi terdepan tingkat pertama pelayanan kesehatan di akar rumput. Mereka melayani
kebutuhan kesehatan masyarakat dan perorangan dengan lebih mengutamakan aspek
promotif dan preventif.
Petugas kesehatan di layanan kesehatan ini paling dekat dengan masyarakat, termasuk
memiliki program pengembangan yang melibatkan peran masyarakat melalui keberadaan
kader kesehatan. Bersama kader kesehatan, upaya edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan
COVID-19 dapat menggunakan cara-cara yang lebih sesuai dengan budaya dan bahasa
masyarakat setempat, bukan dengan bahasa “langit” yang sering digunakan pemerintah.
Sayangnya, program sosialisasi dan kader kesehatan di Puskesmas sering tidak maksimal
pelaksanaannya karena hanya bertujuan untuk menyelesaikan program, bukan pada
perubahan perilaku masyarakat agar lebih sehat.
Selain itu, kondisi dan kemampuan Puskesmas di Indonesia berbeda-beda di setiap wilayah,
tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing Puskesmas. Ketimpangan sumber
daya manusia, akses informasi serta infrastruktur memengaruhi kinerja Puskesmas dalam
melaksanakan upaya menyehatkan masyarakat.
Beralih dari sisi kuratif
Dalam pandemi COVID-19, Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting mulai dari
promotif, preventif, kuratif sampai rehabilitatif.
1. Promotif: melakukan berbagai pendekatan ke masyarakat agar masyarakat mengerti
tanda, gejala serta bahaya dari COVID-19.
2. Preventif: menskrining COVID-19 di wilayah kerjanya dengan bekerja sama dengan
dokter praktik/klinik/bidan praktik. Mereka juga perlu memantau orang-orang tanpa
gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP)
dengan gejala ringan.
3. Kuratif: mengobati pasien OTG, ODP dan PDP dengan gejala ringan sehingga mereka
dapat sembuh tanpa harus ke rumah sakit.
4. Rehabilitatif: memberikan konseling ke keluarga dan lingkungan di dekat penderita
COVID agar tidak mengucilkan pasien COVID 19, sebaliknya memberi dukungan
pada pasien COVID-19 dan keluarganya.
Selain Puskesmas, terdapat fasilitas kesehatan (faskes) swasta yang ‘lebih dipercaya’
masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yaitu klinik pratama dan bidan
praktik setempat. Meski faskes tersebut lebih fokus pada pengobatan, Puskesmas dapat
berkoordinasi dengan faskes swasta untuk memberikan edukasi pada masyarakat terkait
protokol kesehatan pada masa normal baru COVID-19 ini.
Jika sebuah Puskesmas menjalankan upaya promotif dan preventif dengan menyesuaikan
pada budaya yang dimiliki masyarakat setempat, Puskesmas akan memiliki ‘ikatan yang
kuat’ dengan masyarakat dan mampu memobilisasi masyarakat untuk menerapkan perilaku
sehat.
Bagaimana pun, protokol kesehatan seperti menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci
tangan dengan sabun serta makan makanan bergizi dan berolahraga teratur akan memiliki
manfaat besar jika dilaksanakan secara massal.
Peran FKTP pada pandemi COVID-19 sangat penting khususnya Puskesmas dalam
melakukan prevensi, deteksi dan respon di dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer menerbitkan Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas
Pada Saat Pandemi Covid-19 sebagai acuan Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan di
masa pandemi covid-19 dari segi aspek manajerial maupun penyelenggaraan baik ukp
maupun ukm. Pedoman ini menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan manajemen
puskesmas di masa pandemi, penyelenggaraan ukm, penyelenggaraan ukp, ppi dalam
penyelenggaraan puskesmas serta peran dinas kesehatan.
1. Manajemen Puskesmas
Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas (P1,P2,P3) yang telah
disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi
pandemi COVID-19.

Perencanaan (P1)
6. Penyesuaian target kegiatan
7. Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan
oleh situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi pasca pandemi
COVID-19.
8. Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19
9. Menentukan target sasaran kasus COVID-19 dengan angka prevalensi dari Dinkes
daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan logistik, termasuk APD,
BMHP untuk pengambilan spesimen RT-PCR dan rapid test.
10. Menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.

Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
4. Lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pada saat pandemi COVID-19 seperti physical
distancing, atau dapat memanfaatkan teknologi informasi/daring.
5. Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/ sweeping orang dengan riwayat perjalanan dari
daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP dan PDP ringan,
tracing jika ditemukan kasus konfirmasi covid-19).
6. Sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat perjalanan dari
daerah transmisi lokal.

Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
3. Tetap melakukan pemantauan pencapaian target prioritas.
4. Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19
Pandemi COVID-19 merupakan situasi yang terjadi secara mendadak dan cepat. Kondisi ini
tentu sangat berpengaruh kepada perencanaan yang telah disusun oleh Puskesmas. Oleh
karena itu, Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas yang telah
disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi
pandemi COVID-19.
A. Perencanaan (P1)
- Melakukan penyesuaian target kegiatan yang telah disusun (kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan, bisa dilaksanakan dengan metode yang berbeda atau ditunda waktunya).
- Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan oleh
situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi yang akan dilakukan bila masa
pandemi COVID-19 telah berakhir guna perbaikan capaian kinerja.
- Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19 mengacu pada juknis/pedoman
yang berlaku melalui pembinaan dan koordinasi dengan dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota.
- Puskesmas menentukan target sasaran kasus terkait COVID-19 dengan angka prevalensi
dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan logistik,
termasuk APD, BMHP untuk pengambilan spesimen Reverse Transcription
- Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan pelaksanaan rapid test
.- Puskesmas menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.
B. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2
)- Penggerakan dan pelaksanaan melalui forum khusus yaitu lokakarya mini (Lokmin)
bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pada
saat pandemi COVID-19 seperti physical distancing, atau dapat memanfaatkan teknologi
informasi/daring.
- Lokmin bulanan juga membahas bersama berbagai pedoman terkait pelayanan pada masa
pandemi COVID-19 yang penyusunan/terbitnya hampir bersamaan. - Lokmin triwulanan juga
menjadi forum untuk menyampaikan informasi mekanisme pelayanan Puskesmas pada masa
pandemi COVID-19, hasil pemetaan wilayah terkait COVID-19, serta peran lintas sektor
pada saat pandemi COVID-19. - Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/sweeping orang dengan
riwayat perjalanan dari daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP
dan PDP ringan, tracing jika ditemukan kasus konfirmasi COVID-19) dilakukan bersama
lintas sektor dengan melibatkan Gugus Tugas yang ada di tingkatan. - Dapat dikembangkan
sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat perjalanan dari daerah
transmisi lokal di wilayah kerjanya. Contohnya, pemanfaatan google form yang dikumpulkan
melalui link bit.ly/tanggapcovidpkmarsel oleh Puskesmas Arut Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah yang dapat mempermudah pelaporan secara daring
oleh lintas sektor.
C. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
- Tetap melakukan pemantauan terhadap pencapaian target-target prioritas pembangunan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota. - Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan
COVID-19 di wilayah kerjanya untuk dinilai tiap bulan seperti misalnya:• Persentase Orang
Tanpa Gejala (OTG), Orang Dengan Pengawasan (ODP), Pasien Dalam Pemantauan (PDP)
yang telah di temukan, persentase ODP, PDP yang telah sembuh, tidak ada OTG, ODP, PDP
yang meninggal di rumah, persentase pasien konfirmasi yang dilakukan tracking.• ODP dan
PDP ringan yang diisolasi diri di rumah dilakukan pemantauan harian sebesar 100%• OTG
yang karantina mandiri di rumah dilakukan pemantauan harian sebesar 100%
MANAJEMEN PUSKESMAS
Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kesehatan
masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif
dan efisien. Manajemen Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian;
3) pengawasan - pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.
Perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas, pelaksanaanpengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengorganisasian, penyelenggaraan,
pemantauan (a.l pemantauan wilayah setempat/PWS dengan data dari SP2TP dalam forum
Lokakarya Mini Puskesmas). Adapun pengawasan-pertanggungjawaban adalah kegiatan
pengawasan internal dan eksternal serta akuntabilitas petugas.
Seluruh rangkaian kegiatan manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan.
A.
Kepemimpinan
Pelaksanaan 4 fungsi Puskesmas; yaitu (a) pusat pembangunan wilayah berwawasan
kesehatan, (b) pusat pemberdayaan masyarakat, (c) pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer dan (d) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, memerlukan pola
kepemimpinan yang holistik, strategis, manajerial dan berkelanjutan (sustainable leadership).
Kepemimpinan holistik berarti kemampuan pimpinan Puskesmas yang menjadi “agent of
change” ditengah dinamika sosial masyarakat yang dilayaninya. Pimpinan Puskesmas perlu
memiliki ilmu dan ketrampilan dalam bidang “community development” (pembangunan
masyararakat), termasuk menggerakkan semua elemen potensi masyarakat (modal sosial)
dalam pembangunan kesehatan. Pemimpin Puskesmas perlu memiliki kemampuan
melakukan advovacy kepada aparat pemerintah kecamatan, desa, organisasi sosial dan
keagamaan, sektor usaha swasta, dll tentang perlunya wawasan kesehatan dalam kegiatan
pembangunan sosial-ekonomi di wilayah kerja Puskesmas bersangkutan.
Kepemimpinan strategis berarti kemampuan memberikan respons yang tepat dan cepat
terhadap turbulensi perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas, termasuk
perubahan sosial, ekonomi, demografi, ekologi, dll. Kepemipinan Puskesmas perlu memiliki
kemampuan mengidentifikasi resiko-resiko kesehatan serta dampak kebijakan pembangunan
terhadap kesehatan penduduk serta merumuskan intervensi strategis untuk mengatasi resiko
dan dampak tersebut.
Kepemimpinan manajerial berarti kemampuan menggerakkan manajemen program kesehatan
sesuai dengan standar program yang ada, serta menggerakkan SDM Puskesmas
melaksanakan standar program tersebut dengan tehnik motivasi, komunikasi dan supervisi
yang efektif.
Kepemimpinan berkelanjutan berarti adanya kesempatan pemimpin Puskesmas menjalin
hubungan pribadi dan sosial dengan staf Puskesmas, aparat pemerintahan di kecamatan serta
dengan masyarakat yang dilayaninya. Menurut pengalaman empiris (penugasan di Puskesmas
selama 5 tahun dalam kebijakan masa lalu), masa lima tahun adalah waktu minimal yang
diperlukan untuk menjamin kepemimpinan berkelanjutan tersebut.
Kemampuan kepemimpinan holistic, strategis dan manajerial tersebut diberikan dalam bentuk
pelatihan kepemimpinan bagi SDM Puskesmas.
B.
Manajemen Program
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi
upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan
pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah umum,
adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan disesuaikan dengan
pedoman penganggaran di daerah.
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada
baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan
administrasi.
a.
Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang,
sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu pencapaian
indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.
b.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran.
Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik
Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping)
2.
Pelaksanaan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya
kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian
adalah sebagai berikut :
a.
Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap
satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian tugas seluruh program
kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas Puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini
dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua
bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan :
1) Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan sektor Sosial/ Kesra pada waktu penyelenggaraan upaya kesehatan usia
lanjut (Usila).
2) Penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya
antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, pada penyelenggaraan upaya
kesehatan sekolah (UKS).
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan :
1) Secara langsung yakni antar sektor terkait
2) Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan.
b.
Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang
telah ditetapkan pada pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang menyangkut
jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para
penanggungjawab dan pelaksana.
2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi habis dan
merata kepada seluruh petugas.
3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam
penyelenggaraannya harus memperhatikan :
a) Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan keempat azas penyelenggaraan
Puskesmas yaitu pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan
rujukan.
b) Standar dan pedoman Puskesmas
Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan pedoman
Puskesmas, baik yang bersifat teknis program, manajemen maupun administratif.
c) Kendali mutu
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali mutu, yaitu kepatuhan
terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi.
d) Kendali biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali biaya yaitu kepatuhan
terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan terjangkau oleh pemakai jasa
pelayanan.
c.
Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara
internal maupun eksternal.
a) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data
yang dipergunakan diambil dari SIMPUS. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja
(cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan masalah/ hambatan. Telaahan bulanan ini
dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas.
b) Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah kerja Puskesmas.
Telaahan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Tribulan Puskesmas.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian
kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan
dan triwulan.
d.
Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja
Puskesmas yang diukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas. Kegiatan tersebut
mencakup :
1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penilaian yaitu sumber data primer dari SIMPUS dan sumber data
sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan tribulanan, serta data lain yang dikumpulkan
secara khusus.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta
masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada akhir tahun
berjalan.
3.
Pengawasan pertanggungjawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya
pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan :
a.
Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara
melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat,
dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan
mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya
penyimpangan baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan maupun berbagai
kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.
Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan dan laporan akuntabilitas (LAKIP).
Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak terkait
lainnya, termasuk masyarakat melalui forum masyarakat. Apabila terjadi penggantian Kepala
Puskesmas ataupun penanggungjawab program, maka Kepala Puskesmas dan
penanggungjawab program yang lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban
masa jabatannya.
Download