7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bidang studi yang ada di dalam pembelajaran sekolah yang mulai diajarkan di Indonesia sekitar tahun 1975 pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran IPS diberikan dengan menggunakan pendekatan terpadu (integrated), meskipun terdapat perbedaan di antara tiga jenjang pendidikan tersebut. Susanto (2014:137) menjelaskan bahwa IPS adalah Ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Kemudian Jarolimek (Susanto, 2014: 141) mengungkapkan bahwa ‘pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal’. Pendidikan IPS menurut Soemantri dalam (Sapriya, 2014:11), adalah ‘penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan’. 7 Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 8 National Council for the Sosial Studies (NCSS) menjelaskan bahwa IPS lebih komperehensif, tidak saja dilihat dari maknanya namun juga dari segi kegunaannya, yaitu: Social studies is the integrated study of social science and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinate, systemaic study drawing upon such disciplines as the anthropology, archeology, economic, geography, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisins for the public good as citizens of culturally diverse, democatic society in a independent world (Susanto, 2014: 143). Definisi pendidikan IPS yang diberikan oleh NCSS pada prinsipnya menjelaskan bahwa pendidikan IPS adalah suatu kajian terpadu dari ilmuilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan. Di dalam program sekolah, IPS menyediakan kajian terkoordinasi dan sistematis dengan mengambil atau meramu dari disiplindisiplin sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, ilmu politik, agama, dan sosiologi. Juga isi yang sesuai dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti matematika, dan ilmu-ilmu alam. “Pendidikan IPS sebagai seleksi dari integrasi dari displin ilmu-ilmu sosial dan dispilin ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial-kultural untuk tujuan pendidikan (Sapriya, 2014:12)”. Artinya bahwa berbagai hal yang terkandung dalam ilmu sosial seperti konsep, struktur, cara kerja, ilmuwan sosial,aspek metode atau aspek nilai yang dikembangkan pada ilmu sosial dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosio kultural untuk kepentingan pendidikan. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 9 Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari berbagai macam hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial, seperti kemasyarakatan, perekonomian, Sumber Daya Manusia, peninggalan sejarah, keanekaragaman suku bangsa, dan lain-lain yang dapat memeberikan pengetahuan, sikap, serta keterampilan sosial kepada siswa. Yang bertujuan untuk membentuk siswa agar dapat hidup dengan baik di lingkungan masyarakatnya, membentuk kepekaan siswa terhadap berbagai macam fenomena sosial, membentuk siswa yang dapat bermanfaat di keluarga, masyarakat, negara, maupun internasional. Di dalam IPS terdapat berbagai disiplin-disiplin ilmu yang saling melengkapi, seperti sosiologi, ekonomi, geografi, antropologi, arkeologi, sejarah, hukum, dan lain sebagainya. Dengan demikian maka dapat dijelaskan bahwa IPS bukanlah mata pelajaran disiplin ilmu tunggal, namun gabungan dari berbagai disiplin ilmu (interdisipliner). Selain definisi mengenai Ilmu Pendidikan Sosial terdapat pula hakikat dari Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu “telaah mengenai manusia dan dunianya” (Gunawan, 2014: 17). Susanto (2014:138) juga menjelaskan mengenai hakikat dari Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya). Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 10 Kemudian IPS sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa juga memiliki tujuan. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial yang hendak dicapai harus berkaitan dengan kebutuhan dan tantangantantangan kehidupan yang akan dihadapi oleh siswa di dalam kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka kurikulum 2004 untuk pendidikan dasar, Rudy (2014:18) menyatakan bahwa tujuan dari IPS yaitu: a. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis. b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial. Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmaja adalah ‘membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara’ (Gunawan, 2014:18). Selain itu dijelaskan tujuan pembelajaran IPS menurut Susanto (2014:145): Mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 11 Nur Hadi (Susanto, 2014:146), menyebutkan ada empat tujuan pendidikan IPS, yaitu: a. Knowledge, membantu para siswa untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosial psikologi. b. Skill, yang mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). c. Attitudes, terdiri dari tingkah laku berpikir (intelectual behavior), dan tingkah laku sosial (social behavior). d. Value, yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah, termasuk di dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antar bangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan hukum. Tujuan pendidikan ilmu sosial dibagi kedalam tiga kategori oleh Hamid Hasan dalam (Susanto, 2014:147) sebagai berikut: a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengkomunikasikan hasil temuan. b. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. Tujuannya Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 12 mengembangkan kemampuan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral, yang berlaku di masyarakat. c. Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi kepada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral yang menjadi anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi. Ilmu Pengetahuan Sosial juga memiliki filsafat yang merupakan salah satu dasar untuk dilaksanakannya IPS di dalam pendidikan. Berikut ini adalah filsafat pendidikan IPS menurut Gunawan (2014: 9): a. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission) Program pendidikan citizenship transmission dilakukan dengan memberikan contoh-contoh dan pemakaian cerita yang disusun untuk mengajarkan kebijakan, cita-cita luhur suatu bangsa, dan nilai-nilai kebudayaan. Tujuan instruksional citizenship transmission tentang warga negara yang baik telah diasumsikan bahwa bahan penting dalam menyiapkan warga negara yang baik adalah pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya. Program pendidikan yang seperti ini dilakukan dalam pembelajaran IPS yang membahas kompetensi sejarah, dan pendidikan Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 13 kewarganegaraan. Dengan adanya program pendidikan citizenship transmission dapat membentuk masyarakat yang baik, yang dapat hidup berdampingan satu sama lain. b. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflective inquiry) Pendidikan reflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu pengetahuan dan pemindahan nilai secara akumulatif, tetapi kurikulum sekolah harus berpegang kepada kebutuhan dan minat murid. Cara terbaik untuk melatih dan mempersiapkan sikap kewarganegaraan untuk masa mendatang adalah dengan membekali kesempatan-kesempatan untuk mempraktekkan citizenship pada saat ini. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengajarkan kejadiankejadian mutakhir dan decision making serta pengalaman masa lalu. Dengan demikian pendidikan IPS diharapkan dapat mengembangkan konsep revolusioner tentang studi-studi sosial. c. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social critism) Pendidikan IPS sebagai media penyumbang kritisme murid agak jarang dilakukan oleh guru, disamping karena takut salah dan kena sanksi juga relatif sulit. Pendidikan model ini lebih pada pendidikan kontroversial issue dan pendidikan yang mengutamakan pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian mengemukakan pendapat atau argumen. Untuk itu IPS harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dengan metode pemecahan masalah (problem solving). Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 14 d. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual) Pengembangan pribadi sesorang melalui pendidikan IPS tidak langsung tampak hasilnya tetapi setidaknya melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Pendidikan IPS di sini harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, sehingga semua itu dapat membentuk citra diri yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dan dapat menjadi contoh teladan serta memberikan kelebihannya kepada orang lain. 2. Kemampuan Berpikir Kreatif Proses berpikir sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas seharihari, di mana proses berpikir ini diperlukan agar seseorang dapat menerima dan mengolah informasi dengan baik. Adair berpendapat bahwa “thinking is a way of trying to find out for yourself. If you always blindly accepted whatr others told you there would be nothing to be curious about”(Adair, 2007:37). Berdasarkan pendapat Adair maka dapat dijelaskan bahwa berpikir merupakan cara untuk mencari tahu sesuatu yang belum seseorang ketahui atau merupakan hal baru bagi orang tersebut. Adair juga menjelaskan apabila kita selalu menerima informasi apa saja dengan apa adanya dari orang lain tanpa memperjelas dengan mencari tahu informasi lain yang mendukung maka kita akan menjadi tidak penasaran atau menghilangkan rasa ingin tahu kita, dan hal tersebut tidak Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 15 termasuk ke dalam proses berpikir karena tidak mencari tahu sendiri informasi lain yang berkaitan. Selain Adair, Santrock (2010:357) juga memiliki penjelasan mengenai berpikir, yaitu: Memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Tingkatan berpikir dapat dibagi kedalam empat tingkatan, yaitu berpikir yang sifatnya mengingat (recall), berpikir dasar (basic), berpikir kritis (critical) dan berpikir kreatif (creative) (Santrock, 2010:357). Dilihat dari empat tingkatan berpikir tersebut, berpikir kreatif menempati urutan yang paling tinggi, berpikir kreatif sendiri yaitu “kemampuan seseorang untuk keluar dari pola berpikir biasa, yang membebaskan diri dari pola yang biasa diingat otak” (Langrerh, 2006: 14). Pendapat Langrerh sesuai dengan pendapat Adair yang menjelaskan bahwa “For creative thinking is essentially about freedom. To think freely means to be free from processes, systems, and drills” ( Adair, 2007: 88). Berdasarkan pendapat Adair dapat dijelaskan bahwa sebenarnya untuk berpikir kreatif pada dasarnya berkaitan dengan kebebasan. Kebebasan disini maksudnya adalah individu dapat berpikir secara bebas, baik itu bebas dari proses yang dijalani, sistem yang ada maupun latihanlatihan. Individu tidak dibatasi untuk berpikir maupun menciptakan sesuatu yang merupakan hasil dari berpikir kreatifnya, namun harus tetap berada pada koridor yang benar. Manusia yang kreatif menurut Russefendi (Susanto, 2014: 106), ialah Manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas, sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakian tidak bergantung pada orang lain, berpikir ke arah yang tidak diperkirakan, berpandangan jauh, cakap mengahadapi Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 16 persoalan, tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan kadang susah diperintah. Pembicaraan mengenai kreatif tidak terlepas dari pembahasan tentang sikap kreatif. Carin dan Sund (Susanto, 2014: 106) menjelaskan bahwa, Orang-orang kreatif memiliki karakteristik tertentu, mereka memiliki rasa ingin tahu, banyak akal, mempunyai keinginan menemukan, memilih pekerjaan sulit, senang menyelasaikan masalah, mempunyai dedikasi terhadap pekerjaan, berpikir luwes, banyak bertanya, memberikan jawaban yang lebih baik dari yang lainnya, mampu menyintesis, mampu melihat implikasi baru, mempunyai semangat tinggi untuk menyelidiki, dan mempunyai pengetahuan yang luas. Salah satu karakteristik yang disebutkan yaitu terdapat karakteristik rasa ingin tahu, hal tersebut sejalan dengan pendapat Adair yang menyebutkan bahwa “creative thinkers tend to have a habit of curiosity that leads them to give searching attention to what interest them” (Adair, 2007: 37). Pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pemikir kreatif cenderung memiliki rasa ingin tahu dalam berbagai hal terutama berkaitan dengan halhal yang baru bagi dirinya. Rasa ingin tahu tersebut yang kemudian mendorong seseorang untuk memperhatikan apa saja yang menarik perhatiannya dan mencari tahu terhadap apa yang membuatnya penasaran. Susanto (2014:110), menjelaskan bahwa berpikir kreatif dapat menumbuhkan ketekunan, disiplin diri, dan berlatih penuh, yang di dalamnya melibatkan aktivitas mental, seperti: a. Mengajukan pertanyaan. b. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pemikiran terbuka. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 17 c. Membangun ketertarikan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda. d. Menghubung-hubungkan berbagi hal yang bebas. e. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. f. Mendengarkan intuisi. Seringkali kreatif dipersamakan dengan kreativitas. Kreatif merupakan kata dasar dari kreativitas, sedangkan kreativitas adalah aktivitasnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 599) menyatakan kreativitas sebagai kemampuan untuk mencipta.Sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (2010:366) menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem. Selanjutnya, Michael (Santrock, 2010:366), mengemukakan bahwa ‘pemikiran divergen yang menghasilkan banyak jawaban untuk satu pertanyaan dan merupakan karakteristik dari kreativitas.Kemudian Guilford (Munandar, 2009:31) berpendapat bahwa Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah yang terutama di latih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berpikir logis). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan proses berpikir seseorang untuk menemukan cara-cara baru atau ide-ide baru di dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Hal tersebut biasanya keluar dari pola-pola berpikir yang biasa diingat oleh otak Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 18 yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru bagi yang bersangkutan serta merupakan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya ia lakukan. Kreativitas adalah bentuk dari aktivitas kemampuan berpikir kreatif yang diwujudkan dalam sebuah kegiatan mencipta dan tindakan penyelesaian masalah. Kreativitas biasanya berhubungan dengan hal yang dilakukan orang yang kreatif. Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu masing-masing orang hendaknya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Terkadang beberapa orang merasa bahwa dirinya tidak kreatif dan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif, sesungguhnya masing-masing orang memiliki kemampuan untuk berpikir dan melakukan tindakan yang kreatif. Perbedaanya terletak pada intensitas pengembangan kemampuan kreatif seseorang, dari situ dapat terlihat mana yang kemampuan kreatifnya dapat berkembang secara maksimal dan mana yang tidak. Dalam hal ini lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif seseorang seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila kemampuan itu dapat dikembangkan secara optimal maka orang tersebut dapat melakukan berbagai macam hal dengan baik dan kreatif dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah karakteristik kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar,(2009:192): a. Berdasarkan kognitif-intelektual: Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 19 1) Berpikir lancar: menghasilkan banyak gagasan atau gagasanyang relevan, arus pemikiran lancar. 2) Berpikir luwes (fleksibel): menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, mampu mengubah cara atau pendekatan, arah pemikiran yang berbeda-beda. 3) Berpikir orisinil: memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang. 4) Berpikir terperinci (elaborasi): mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail, memperluas suatu gagasan. b. Berdasarkan afektif-perasaan: 1) Mengambil resiko: tidak takut gagal atau kritik, berani membuat dugaan, mempertahankan pendapat. 2) Merasakan tantangan: mencari banyak kemungkinan, melihat kekurangan-kekurangan dan bagaimana seharusnya, melibatkan diri dalam masalah-masalah atau gagasan-gagasan yang sulit. 3) Rasa ingin tahu: mempertanyakan sesuatu, bermain dengan suatu gagasan, tertarik pada kegaiban (misteri), terbuka terhadap situasi yang merupakan teka-teki, senang menjajaki hal-hal baru. 4) Imajinasi atau firasat: mampu membayangkan, membuat gambaran mental, merasakan firasat, memimpikan hal-hal yang belum pernah terjadi, menjajaki hal-hal di luar kenyataan indrawi. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 20 Treffinger, dalam Munandar (2009:35) mengatakan ‘pribadi kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan’. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka yang telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Hal tersebut dapat terlihat pada pribadi-pribadi kreatif ketika memecahkan sebuah permasalahan, mereka cenderung lebih hati-hati dan berpikir panjang sebelum memutuskan sesuatu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Selanjutnya menurut Langrerh (2006:16), Sebenarnya anak-anak kecil memiliki sikap pemikiran bebas dari awal tahun sekolah mereka sebagai hasil berfantasi dan pengambilan resiko selama masa bermain di rumah yang menjadikan mereka mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Bersekolah, dengan penekanan pada pemikiran dengan jawaban yang benar, segera menekankan kebebasan ini. Di dalam berpikir kreatif biasanya seseorang memiliki sikap-sikap tertentu yang merupakan kontribusi bagi proses berpikir kreatif dan menjadi ciri khas orang yang berpikir kreatif. Langrerh (2006:16), berpendapat bahwa terdapat lima aspek sikap yang baik untuk berpikir kreatif yaitu sebagai berikut: a. Fantasi Orang-orang dewasa sulit untuk berfantasi. Namun para penemu kerap memimpikan sesuatu yang tampaknya tidak mungkin terjadi atau solusi yang sangat konyol terhadap suatu masalah. Kemudian mereka Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 21 membawa kembali masa kecil mereka di mana fantasi sangat kuat melekat hingga dihapus oleh kehadiran pendidikan formal di sekolah. b. Inkubasi Pemikir kreatif biasanya melakukan inkubasi atau membiarkan ide dan solusi untuk beberapa waktu, bukannya bergegas dan segera memilih satu yang akan dilakukan. Kreativitas tidak bisa tergesa-gesa. Solusi kreatif ke dua atau ke tiga untuk suatu masalah biasanya lebih kreatif dibanding solusi pertama. c. Pengambilan resiko Pengambilan resiko bukan hal yang mudah dilakukan, terutama apabila seseorang dibesarkan dibudaya yang tidak mendorong. Pemikiran akan gagal, atau menjadi bahan tertawaan pada upaya kreatif sesorang sering membuat orang segan melakukan sesuatu. d. Sensitivitas pada desain kreatif Pemikir kreatif sensitif pada desain kreatif, baik yang diciptakan manusia atau yang tercipta secara alamiah. Sensitivitas pada desain kreatif kita menjadi penting, karena mendorong kita untuk mempertanyakan pada diri sendiri pertanyaan yang sama yang melintas dipikiran orang yang pertama menciptakan desain tersebut. Misalnya pernahkah terpikir mengapa pensil dibuat dari kayu, mengapa ukurannya sepanjang itu, mengapa biasanya memiliki enam sisi, bukan sepuluh sisi, dan lain-lain. Menganalisis desain kreatif adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan pemikiran kreatif. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 22 e. Bergairah Gairah, atau menikmati kesenangan dengan ide-ide kreatif merupakan hal penting karena kita tidak bisa berharap ide kreatif mengalir begitu mudah jika kita berada di bawah tekanan. Otak memerlukan suasana yang rileks agar dapat berpikir kreatif secara efektif. Dalam kondisi semacam ini otak kaya akan gelombang theta dan unsur kimiawi otak menghasilkan zat yang disebut endorfin atau molekul bahagia. Penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor ini hadir dalam konsentrasi tinggi saat pemikiran kreatif terjadi. 3. Model Pembelajaran Treffinger Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani kreativitas secara langsung dan memberikan saransaran praktis bagaimana mencapai keterpaduan” (Munandar, 2009:172). Huda (2013:316) berpendapat bahwa Model Treffinger, Sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model Creative Problem Solving (CPS) yang digagas oleh Osborn. Model Treffinger juga dikenal dengan Creative Problem Solving, keduanya sama-sama berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah namun sintaknya yang diterapkan antara Osborn dan Treffinger sedikit berbeda satu sama lain. Model Treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang dikembangkan oleh Osborn. Ia memodifikasi enam tahapannya Osborn menjadi tiga komponen penting. Model Treffinger menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar kemudian menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk, berikut ini adalah tingkatan yang terdapat pada model pembelajaran treffinger menurut Munandar (2009:172): a. Tingkat I, basic tool atau teknik-teknik kreativitas tingkat I meliputi: Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 23 Keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berpikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain. Di dalam tingkat satu terdapat aspek kognitif yang meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, pemerincian, pengenalan dan ingatan. Kemudian pada aspek afektif meliputi rasa ingin tahu, kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, keberanian mengambil resiko, kepekaan terhadap masalah, tenggang rasa terhadap kesamaan kedwiartian, percaya diri. b. Tingkat II, practice with process: Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi seperti bermain peran, stimulasi, dan studi kasus. Kemahiran dalam berpikir kreatif menutut siswa memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan fantasi. Di dalam tingkat dua terdapat aspek kognitif yang meliputi penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, keterampilan metodologis dan penelitian, transformasi, metafor dan analogi. Dan pada aspek afektif meliputi keterbukaan terhadap perasaan-perasaan majemuk, meditasi dan kesantaian, pengembangan nilai, keselamatan psikologis dalam berkreasi, penggunaan khayalan dan tansil. c. Tingkat III, working with real problem atau teknik kreatif tingkat III: Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 24 Menerapkan keterampilan yang dipelajari pada dua tingkat pertama terhadap kemampuan tantangan mereka dunia dengan nyata. cara-cara Siswa yang menggunakan bermakna untuk kehidupannya. Siswa tidak hanya belajar berpikir kretaif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka. Di dalam tingkat satu terdapat aspek kognitif yang meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri, pengarahan diri, pengelolaan sumber, dan pengembangan produk. Dan pada aspek afektif meliputi pembribadian nilai pengikatan diri terhadap hidup produktif, dan menuju perwujudan diri. Kemudian Treffinger (Huda,2013:318), menyebutkan bahwa model pembelajaran Treffinger terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Ideas, dan Preparing for Action, yang kemudian dirinci ke dalam beberapa tahapan jika diterapkan di dalam pembelajaran di kelas. a. Komponen I, Understanding Challenge (Memahami Tantangan) 1) Menentukan tujuan: guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajarannya. 2) Menggali data: guru mendemonstrasi atau menyajikan fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan siswa. 3) Merumuskan masalah: guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan. b. Komponen II, Generating Ideas (Membangkitkan Gagasan) Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 25 1) Memunculkan gagasan: guru memberi waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji. c. Komponen III, Preparing for Action (Mempersiapkan Tindakan) 1) Mengembangkan solusi: guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 2) Membangun penerimaan: guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun lebih kompleks agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya model Treffinger yaitu Siswa akan mampu melihat kemampuan mereka untuk menggunakan kreativitas dalam hidup dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam lingkungan yang mendorong dan memungkinkan penggunaannya, karena model ini dapat diterapkan pada semua segi dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konfliksampai dengan pengembangan teori ilmiah. (Munandar, 2009:174). Kemudian menurut Huda (2013:320) manfaat yang dapat diperoleh dari model ini yaitu: a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan. b. Membuat siswa aktif dalam pembelajaran. c. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 26 d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan untuk memecahkan suatu permasalahan. e. Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi baru. Selain manfaat yang diperoleh dari model Treffinger menurut Huda (2013:320) ada juga tantangan yang dihadapi guru di dalam penerapannya pada pembelajaran di kelas, yaitu sebagai berikut: a. Perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah. b. Ketidaksiapansiswa untuk mengadapi masalah baru yang dijumpai di lapangan. c. Model ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak dan kelas-kelas awal sekolah dasar. d. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap model ini. B. Penelitian yang Relevan Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Triffenger, Selby, dan Schoonover (2012)tentang“Creativity in The Person: Contemporary Perspectives” menjelaskan bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang kreatif, namun untuk menerapkan dan mengaktifkannya mereka memiliki cara yang bervariasi pada waktu yang berbeda, dansebagai respon terhadap tugastugas dan kondisi yang berbeda pula. Masing-masing individu memiliki tingkat Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 27 kreativitas yang berbeda (tinggi, sedang, maupun rendah), dan memiliki gaya kreativitas yang berbeda pula yaitu berbagai cara untuk mengekspresikandan menerapkankreativitas. Dengan adanya keunikan kreativitas pada masingmasing individu maka pendidik dapat membedakanpembelajarandan pengajaran siswanya untuk mengembangkan kreativitasdan inovasi secara efektifsertahasil pendidikanpenting lainnya. Hasil penelitian relevan yang lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Aeni, mengenai pengaruh pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA N Banyumas menunjukkan bahwa model pembelajaran Treffinger mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA N Banyumas. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melaksanakan penelitian mengenai upaya peningkatan berpikir kreatif siswa, karena berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Triffenger, Selby, dan Schoonover (2012)tentang“Creativity in Perspectives”menjelaskan bahwa The Person: masing-masing Contemporary individu memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggal bagaimana cara mengembangkannya. Peneliti akan mengupayakan peningkatan berpikir kreatif siswa melalui model Treffinger karena sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilaksanakan Siti Nur Aeni menunjukkan bahwa model Treffinger memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Peneliti akan menerapkan model Treffinger tersebut di kelas IV pada mata pelajaran IPS. C. Kerangka Pikir Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 28 Kondisi awal pada penelitian ini masih banyakpeserta didik yang mendapatkan nilai IPS di bawah KKM. Kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif juga masih rendah dan belum semuanya berkembang hal itu dapat terlihat dari rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang disajikan guru. Pola pikir siswa yang masih sebatas itu-itu saja, proses pembelajaran yang dilaksanakan juga masih pada tingkat menyampaikan, memberikan, dan mentransfer ilmu dari guru ke siswa sehingga tidak menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif. Ditambah lagi dengan kebiasaan belajar siswa dengan cara menghafal yang membuat siswa tidak terbiasa menggunakan kemampuan berpikirnya, yang kemudian masih sedikit siswa yang dapat memecahkan masalah dengan penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti menggunakan model pembelajaran Treffinger dalam proses pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran IPS. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ini, guru akan menyajikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa, sehingga siswa akan terangsang untuk berpikir secara kreatif karena siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan penyelesaian masalah yang beragam yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 29 Kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi awal: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai KKM mata pelajaran IPS. 2. Siswa belum seluruhnya dapat memecahkan permasalahn yang disajikan guru di dalam pembelajaran dengan baik. 3. Pola berpikir yang masih belum berkembang. 4. Proses pembelajaran masih pada tingkat menyampaikan, memberikan, dan mentransfer ilmu dari guru ke siswa, belum menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif. 5. Dalam proses pembelajaran siswa cenderung menghafal, kurang dalam hal berpikir. 6. Sedikit siswa yang mampu mengerjakan soal atau memecahkan permasalahan dengan penyelesaian yang berbeda-beda. Tahapan model Treffinger a.Berdasarkan Komponen I, Understanding hasil wawancara danChallenge observasi(Memahami kemampuanTantangan). berpikir kreatif siswa 1) Menentukan tujuan: guru menginformasikan kompetensi yang harus kelas IVdicapai didugadalam masihpembelajarannya. rendah dan kurang berkembang. 2) Menggali data: guru mendemonstrasi atau menyajikan fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan siswa. 3) Merumuskan masalah: guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan. b. c. Komponen II, Generating Ideas (Membangkitkan Gagasan). 1) Memunculkan gagasan: guru memberi waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji. Komponen III, Preparing for Action (Mempersiapkan Tindakan). 1) Mengembangkan solusi: guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 2) Membangun penerimaan: guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun lebih kompleks agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh. Kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015 30 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat di tingkatkan melalui model Treffinger pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Puput Weningtyas Jayanti, FKIP UMP, 2015