LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR JUDUL PERCOBAAN : STOIKIOMETRI NAMA PRAKTIKAN : KHANSA CENDRA BUNGA NABILA NIM/GRUP : 2032010016 / VI TANGGAL PRAKTIKUM : 12 JANUARI 2021 ASISTEN : MAULIDSYA QALAM ARBA’A LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2020/2021 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tak pernah lepas dari yang namanya hitungan, termasuk dalam kita mempelajari ilmu kimia. Perhitungan ini meliputi misalnya berapa banyak bahan reaktan yang diperlukan bila ingin memperoleh sejumlah produk tertentu. Atau sebaliknya, bila tersedia sejumlah bahan reaktan berapa hasil produk maksimal yang dapat diperoleh. Masalah tersebut dapat kita pecahkan dengan stoikiometri. Stoikiometri sendiri merupakan hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Sedangkan reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi yang semua reaktan nya habis bereaksi dan reaksi non stoikiometri adalah suatu reaksi yang salah satu diantaranya tidak habis bereaksi dan reaktan yang lain habis bereaksi. Pada stoikiometri persamaan reaksi akan sangat dibutuhkan dalam pembuatan reaksi dan perhitungannya dalam kehidupan sehari-hari ilmu kimia sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang industri seperti industri, tekstil makanan, dan industri farmasi. Pembuatan obat-obatan tersebut biasanya dilakukan dengan reaksi kimia dan melibatkan perhitungan kimia yang rumit. Oleh karena itu praktikum kali ini diperlukan untuk memahami lebih dalam mengenai prinsip dan cara kerja dari stoikiometri dalam hal ini untuk mengetahui hasil reaksi dari sistem CuSO4 dan KOH beserta jumlahnya dan perubahan temperatur sistem tersebut, untuk mengetahui hasil reaksi dan sistem CuSO4 dan KOH beserta jumlahnya dan perubahan temperatur sistem tersebut, serta untuk mengetahui konsep dari reaksi stoikiometri. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah “Bagaimana mengamati serta menghitung reaksi kimia yang terjadi?” 3. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum stoikiometri (hukum kekekalan massa) ini adalah sebagai berikut. 1. Mengamati dan menghitung reaksi kimia yang terjadi 2. Menulis pengamatan reaksi kimia yang terjadi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stokiometri Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian Bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk titik jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin diperoleh (hasil teoritis) titik perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen hasil. (Chang, 2004) Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa unsur unsur berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan materi yang tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, karena itu ketika unsur digabungkan menghasilkan reaksi kimia, sesuatu yang dikenal dan spesifik yang akan terjadi dan hasil reaksi dapat diprediksi berdasarkan unsur unsur yang terlibat. Stoikiometri dapat menemukan bagaimana unsur unsur dan komponen diencerkan dalam larutan yang konsentrasinya diketahui, bereaksi dalam kondisi eksperimen. (Syukri, 1999) 2.2 Hukum Dasar Kimia 2.2.1 Hukum Kekekalan Massa Langkah penting pertama menuju pemahaman sifat mikroskopik materi terjadi pada abad ke-18 dalam usaha mempelajari kalor dan pembakaran. Telah diamati bahwa senyawa organik (misalnya kayu) akan meninggalkan residu abu yang padat jika dibakar, dan logam yang dipanaskan di udara akan berubah menjadi “kalks” (berkapur), yang sekarang kita sebut oksida. Setelah dan sebelum massa sama. Hukum kekekalan massa atau dikenal dengan hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut (dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama atau konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. (Oxtoby, 2001) 2.2.2 Hukum Perbandingan Tetap Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust (1754-1826) menemukan satu sifat penting dari senyawa, yang disebut Hukum Perbandingan Tetap. Berdasarkan penelitian terhadap berbagai senyawa yang dilakukannya. Proust menyimpulkan bahwa perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Senyawa yang sama, meskipun berasal dari daerah yang berbeda atau dibuat dengan cara-cara yang berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama. Pada mulanya sebagian ahli meyakini kebenaran hukum Proust, tetapi sebagian masih mempertanyakan dan mengujinya dengan percobaan lain. Ternyata sampai sekarang masih dapat diterima, walaupun ditemukan beberapa penyimpangan yang masih dapat diterangkan. Dicatat ada dua penyimpangan, yaitu pada senyawa non stoikiometri dan senyawa yang unsurnya berisotop. (Syukri, 1999) 2.2.3 Hukum Perbandingan Ganda Hukum dasar kimia yang ketiga dikemukakan oleh Jhon Dalton dan dikenal dengan hukum perbandingan berganda. Hukum perbandingan berganda berkaitan dengan pasangan unsur yang dapat membentuk lebib dari satu jenis senyawa. Walaupun banyak kesukaran, teori atom Dalton memberikan pemikiran dasar bagi hukum perbandingan berganda. Menurut Dalton, bila dua unsur membentuk dua atau lebih dari satu senyawa, perbandingan massa dari unsur pertama dengan unsur kedua itu merupakan bilangan bulat dan sederhana (Syukri, 1999) 2.3 Reaksi Kimia Perubahan kimia, disebut reaksi kimia, digambarkan dengan persamaan kimia. Zat yang mengalami perubahan, yaitu reaktan ditulis pada sisi kiri dan zat yang terbentuk, yaitu produk, ditulis pada sisi kanan dari tanda panah. Persamaan kimia harus setara dan mengikuti hukum kekekalan massa. Jumlah atom tiap jenis unsur dalam reaktan dan produk harus sama (Chang, 2004). Reaksi kimia adalah reaksireaksi yang terjadi dengan tidak adanya perpindahan elektron biasanya meliputi penggabungan atau pemisahan ion-ion atau molekul-molekul. Contoh reaksi dengan tidak adanya perpindahan elektron terjadi bila larutan berair natrium klorida dicampur dengan larutan berair perak nitrat. Bila dua larutan tersebut dicampur, maka suatu reaksi kimia terjadi, yang ditunjukkan dengan terbentuknya suatu endapan putih. Didalam reaksi kimia, ion-ion perak telah bergabung dengan ionion klor untuk membentuk padatan perak klorida, yang tidak larut dalam air. Reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Reaksi kimia yang berlangsungan tanpa perpindahan elektron 2. Reaksi kimia yang berlangsung dengan terjadinya perpindahan elektron. (Sastrohamidjojo, 2018) 2.4 Molaritas Molaritas atau kemolaran adalah salah satu cara unutk menyatakan konsentrasi (kepekatan) larutan yang dinyatakan sebagai M. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan, atau jumlah mol zat terlarut dalam ml larutan. π ππππΏ ππ‘ππ’ π = π ππππππΏ π£ π£ Dengan M adalah molaritas, n adalah jumlah mol terlarut., dan v adalah volume larutan. Molaritas atau kemolaran dapat diturunkan melaluii proses pengenceran dengan konsekuensi akan terjadi perubahan volume larutan. Proses pengenceran dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) ke dalam larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan dengan cara mengikuti formulasi sebagai berikut : π1π1 = π2π2.................................................(1) Dimana V1 Adalah volume mula-mula dalam satuan liter atau milliliter (l atau ml), M1 adalah molaritas mula-mula dalam molL-1 atau mmolmL-1, V2 adalah volume setelah pengenceran dalam 1 atau ml dan M2 adalah molaritas setelah pengenceran dalam molL-1 atau mmolmL-1. (Delvi, 2018) π= 2.5 Perubahan Fisika Perubahan fisika adalah sifat fisika (physical Property) dapat diukur dan diamati tanpa mengubah susunan atau identitas suatu zat. Sebagai contoh, kita dapat mengukur titik leleh es dengan memanaskan es balok dan mencatat suhunya ketika es berubah menjadi air. Air berbeda dengan hanya dari penampilannya dan tidak dari susunannya, sehingga perubahan itu merupakan perubahan fisika. Kita dapat membekukan air Untuk memperoleh esnya kembali. Jadi, titik leleh suatu zat adalah sifat fisika titik demikian pula, Ketika kita mengatakan bahwa gas helium lebih ringan udara, Kita sedang berbicara tentang sifat fisika. (Chang, 2004) 2.6 Perubahan Kimia Pernyataan perubahan kimia yaitu “gas hidrogen terbakar dalam gas oksigen menghasilkan air” menggambarkan salah satu sifat kimia (chemical Property) hidrogen karena untuk mengamati sifat ini, kita harus melakukan perubahan kimia, yang dalam kasus ini adalah pembakaran. Sesudah perubahan zat-zat awalnya, yaitu gas hidrogen dan gas oksigen akan menghilang dan senyawa yang secara kimia berbeda yaitu air akan menggantikannya. Kita tidak dapat memperoleh kembali hidrogen dan oksigen dari air dengan perubahan fisika seperti pendidihan atau pembekuan. Setiap kali kita merebus telur, kita melakukan perubahan kimia. ketika dikenakan suhu sekitar 100β putih telur dan kuning telur mengalami reaksi yang tidak hanya mengubah tampilan fisiknya tetapi juga susunan kimianya. Ketika dimakan, telur itu diubah lagi oleh zat dalam tubuh yang disebut enzim titik tindakan pencernaan merupakan contoh lain perubahan kimia. Apa yang terjadi selama proses semacam ini bergantung pada sifat-sifat kimia enzimnya dan makanan yang terlibat. (Chang, 2004) 2.7 MSDS 2.7.1 CuSO4 Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat merupakan senyawa berwarna biru, memiliki bentuk padat, dan tidak memiliki bau. Memiliki pH 3,5-4,5 pada 50 g/120°C, titik lebur pada suhu 147°C, dan memiliki densitas 2,284 g/cm3 pada suhu 20°C. Memiliki kandungan toksisitas akut kategori 4. Apabila terkena mata, akan terjadi kerusakan yang sangat serius segera bilas dengan air dan menghubungi dokter mata. Setelah terhirup, kita harus segera menghirup udara segar. Jika terjadi kontak pada kulit, harus segera dibilas dengan air yang banyak. Dan apabila tertelan, segera beri minum air putih maksimal dua gelas dan periksakan ke dokter. (SmartLab, 2019) 2.7.2 KOH Kalium Hidroksida merupakan senyawa yang berbentuk cair, tidak memiliki warna, dan bau yang tajam dengan ciri khas isopropanol. Memiliki pH 13 pada suhu 20°C dan desintas 0,79 g/cm3 pada suhu 20°C. Memiliki kandungan yang mudah terbakar. Apabila terkena mata segera dibilas dengan air dan konsultasikan pada dokter mata. Setelah terhirup kita segera menghirup udara segar. Jika terkena kontak pada kulit, tanggalkan pakaian yang terkontaminasi dan segera bilas dengan air. Dan apabila tertelan dan menyebabkan muntah, jaga agar saluran pernapasan tetap terbuka, kerusakan paru- paru mungkin terjadi setelah pengeluaran muntah, segera panggil dokter. (SmartLab, 2017) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Berikut alat-alat yang digunakan dalam praktikum stoikiometri : 1. Gelas beker 2. Botol semprot 1 buah 1 buah 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah Botol selesai Botol vial Pipet volume 5 mL Propipet Gelas ukur 100 mL Gelas ukur 50 mL 9. Gelas ukur 250 mL 10. Gelas minum sedang 11. Gelas minum besar 1 buah 1 buah 1 buah 3.1.2 Bahan Berikut bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum stoikiometri : 1. KOH 1 M 2. CuSO4 1 M 3. Air mineral 3.2 Langkah Kerja 3.2.1 Percobaan A (Mandiri) Adapun langkah kerja dalam percobaan A mandiri praktikum stoikiometri sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyiapkan botol/gelas minuman dengan 2 volume berbeda Menyiapkan masing-masing 50 mL air dan 100 mL air pada wadah berbeda. Mengukur suhu dengan menggunakan hp Menghitung massa dengan rumus densitas. Nilai densitas bisa dicari dari referensi berdasarkan suhu yang telah diukur Mencampurkan air 50 mL dan 100 mL Menghitung massa ke 2 dengan rumus densitas. Nilai densitas bisa lihat suhu yang diukur Menganalisa massa sebelum dan sesudah dicampur. 3.2.2 Percobaan B Adapun langkah kerja dalam percobaan A mandiri praktikum stoikiometri sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengambil 20 mL Larutan πΆπ’ππ4 1M Memasukkan 20 mL larutan πΆπ’ππ4 1M ke dalam botol selai dan tutup botol selai dengan rapat Mengambil 5 mL larutan KOH 1M dengan pipet volume Memasukkan 5 mL larutan KOH 1M ke dalam botol vial Memasukkan botol kecil ke dalam botol selai. Jika sudah, tutup botol selai rapat-rapat Menimbang botol selai dan botol kecil. Catat massanya Mereaksikan larutan dengan cara memiringkan botol selai agar larutan KOH dapat bercampur dengan larutan πΆπ’ππ4. Lakukan dengan hati-hati. Lalu biarkan beberapa saat. Menimbang botol selai dan botol kecil setelah larutan direaksikan. Catat massanya. Menganalisa massa sebelum dan sesudah direaksikan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Berikut adalah tabel perlakuan dan pengamatan pada percobaaan penentuan Stoikiometri dan Hukum Kekekalan Massa : Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan Percobaan A Perlakuan Pengamatan Disiapkan botol/gelas 2 gelas minuman dan gelas ukur disiapkan minuman dengan 2 volume terlebih dahulu berbeda dan gelas ukur Disiapkan wadah berbeda Air dituangkan ke dalam wadah yang berbeda masing-masing 50 ml air dan serta volume yang berbeda 50 mL dan 10 mL 100 ml air Diukur suhu dengan hp Suhu yang di peroleh adalah 26° C Dihitung massa dengan rumus Dihitung dengan rumus densitas dari 26° C densitas diperoleh 0,9968 g/ml Dicampurkan air 50 ml dan 100 ml Gelas berisi air 50 mL dituangkan kedalam gelas yang berisi 100 mL Dihitung massa sesudah Sesudah dan sebelum dicampurkan diperoleh dicampurkan dengan rumus tetap sama nilai massa densitas Tabel 4.2 Perlakuan dan Pengamatan Percobaan B Perlakuan Pengamatan Diambil 20 ml larutan CuSO4 1 M didalam tabung reaksi 20 mL diambil CuSO4 1 M Dimasukkan 20 ml larutan CuSO4 ke dalam botol selai CuSO4 1 M dituangkan kedalam botol selai KOH 5 ml 1 M dimasukkan KOH 5 ml di masukkan dengan pipet volume ke dalam botol vial dengan pipet volume Dimasukkan botol vial ke dalam botol selai Botol vial yang berisi KOH dimasukkan kedalam botol selai Ditimbang botol selai dan botol vial Timbangan diperoleh 172,7842 gram Direaksikan larutan KOH Larutan menjadi homogen dan CuSO4 Ditimbang botol selai dan botol vial setelah dicampur Setelah direasikan timbangan memperoleh 172,7847 gram dan hasilnya berbeda dengan penimbangan pertama 4.2 Perhitungan Adapun perhitungan dari percobaan A dan percobaan B yang telah dilakukan sebagai berikut: 4.2.1 Selisih massa sebelum dan sesudah dicampurkan Diketahui : Suhu volume 50 mL = 26 °C Suhu volume 100 mL = 26 °C Suhu volume 150 mL = 26 °C Densitas = 0,9968 g/mL Ditanya : Selisih massa sebelum dan sesudah air dicampurkan? Dijawab : Massa air 50 mL = densitas air × volume = 0,9968 × 50 = 49,84 gram Massa air 100 mL = densitas air × volume = 0,9968 × 100 = 99,68 gram Massa air 150 mL = densitas air × volume = 0,9968 × 150 = 149,52 gram Massa air sebelum dicampurkan = massa air 50 mL + massa air 100 mL = 49,84 + 99,68 = 149,52 gram Massa air setelah dicampurkan = massa air 150 mL = 149,52 gram Selisih = Massa air setelah dicampur – Massa air sebelum dicampurkan = 149,52 – 149,52 = 0 gram 4.2.2 Selisih massa larutan CuSO4 20 ml dengan KOH 0,1 M 5 ml sebelum dan sesudah direaksikan Diketahui : • Massa botol selai + CuSO4 20 ml + KOH 5 ml + massa botol kecil setelah bereaksi = 172,7847 gram • Massa botol selai + CuSO4 20 ml + KOH 5 ml + massa botol kecil sebelum bereaksi = 172,7842 gram • Massa botol selai (kosong) + botol kecil (kosong) + benang = 148,5748 gram Ditanya : Selisih massa larutan sebelum dan sesudah bereaksi ? Dijawab : • Massa larutan setelah bereaksi = (massa kedua larutan + kedua botol) – (botol selai kosong + botol kecil kosong – benang) = 172,7847 – 148,5748 = 24,2099 gram • Massa larutan sebelum bereaksi = (massa kedua larutan + kedua botol) – (botol selai kosong + botol kecil kosong – benang) = 172,7842 – 148,5748 = 24,2094 gram • Selisih massa sebelum dan sesudah bereaksi = Massa larutan sesudah bereaksi – massa larutan sebelum bereaksi = 24,2099 – 24,2094 = 0,0005 gram 4.3 Pembahasan 4.3.1 Praktikum Mandiri (Percobaan A) Pada percobaan A dilakukan praktikum secara mandiri tujuan dari percobaan A adalah untuk membuktikan adanya hukum kekekalam massa. Langkah pertama disiapkan gelas ukur, air dan 2 gelas. Setelah itu dituangkan air kedalam wadah berbeda 50 mL dan 100 mL, langkah selanjutnya diukur suhu dengan hp diperoleh 26° C. Lalu dihitung dengan rumus densitas dari 26° C diperoleh 0,9968 g/mL. Didapatkan dari 50 mL diperoleh 49,84 g dan saat 100 mL diperoleh 99,68 g . setelah itu untuk membuktikan hukum kekekalan massa dengan dituangkan larutan 50 mL kedalam larutan 100 mL menjadi 150 mL diperoleh massa jenisnya 149,52 g. Volume air yang diperoleh pada saat sebelum dan sesudah di campur tidak memiliki perbedaan dikarenakan saat volume air 50 mL dengan massa 49,84 gram dan 100 mL dengan massa 99,68 gram sedangkan volume air 150 mL dengan massa 149,52 gram beserta densitas 26° derajat tetap sama hasil sebelum dan sesudah tidak ada perubahan. Karena Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama atau konstan. Hal ini berkaitan dengan pernyataan hukum kekekalan massa yaitu massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. (Oxtoby, 2001) 4.3.2 Percobaan B Pada percobaan B digunakn larutan CuSO4 dan KOH direaksikan untuk mengetahui selisih sebelum dan sesudah direaksikan, diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yaitu beaker glass, botol selai, botol kecil, pipet volume 5 mL, neraca analitik, benang wol, CuSO4 dan KOH. Di ikuti dengan menuangkan CuSO4 1 M kedalam botol selai, KOH 5 ml dimasukkan kedalam botol vial selanjutnya dimasukkan botol vial berisi KOH kedalam botol selai berisi CuSO4. Lalu ditimbang botol selai dan botol vial diperoleh hasil 172,7842 gram. Dilanjutkan dengan mengocok botol selai dengan tujuan untuk menghomogenkan larutan lalu di timbang dan diperoleh 172,78427 gram, dan asal dari CuSO4berwarna biru dan KOH yang berwarna putih bening menghasilkan endapan biru muda yang berasal dari endapan Cu(OH)2. Diperoleh dari persamaan reaksi dari percobaan B berikut : CuSO4 + 2KOH → K2SO4 + Cu(OH)2..............................(2) Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan telah terjadi perubahan massa pada CuSO4 dan KOH sebelum dan sesudah direaksikan dimana percobaan ini menggunakan timbangan neraca analitik karena memiliki kemampuan mendeteksi bobot secara akuratpada kisaran 100 g sampai dengan ± 0,0001 g (± 0,1 mg) (Day, 2002). Dan dilanjutkan mencatat Hasil timbangan sebelum direaksikan diperoleh 172,7847 gram. Namun, setelah direaksikan hasil dari timbangan adalah 172,7847 gram. Terjadi perubahan massa pada sebelum dan setelah direksikan karena adanya perubahan kimia, terjadi perubahan warna karena sebelum direaksikan larutan berwarna biru dan putih dan setelah di reaksikan warna tersebut berubah menjadi warna biru muda serta endapan yang dinamakan dari perubahan kimia. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan dan pengamatan pada praktikum “Stoikiometri” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada percobaan A terjadi hukum kekekalan massa karena sebelum dan sesudah dicampur massa air memperoleh hasil yang sama. 2. Pada percobaan B terjadi hukum kekekalan massa meskipun hasil yang diperoleh hampir mendekati dari sebelum dan sesudah reaksi dari CuSO4 dan KOH direaksikan. Dan terjadi perubahan warna biru keruh disertai endapan yang disebut dengan perubahan kimia. DAFTAR PUSTAKA Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 Jakarta: Erlangga. Day, U. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Delvi, Y. (2018). Studi Awal Rancang Bangun Colorimeter Sebagai Pendeteksi Colorimeter Sebagai Pendeteksi Padapewarna Makanan Menggunakan Sensor Photodioda. Pillar of Physics, 81-87. Oxtoby. (2001). Prinsip-Prinsi Kimia Modern Edisi Ke-4. Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, H. (2018). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SmartLab. (2017). Potassium Hydroxide. Lembar Data Keselamatan Bahan. SmartLab. (2019). Copper Sulphate Pentahydrate. Lembar Data Keselamatan Bahan. Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB PRESS. SKEMA KERJA 1. Percobaan A Air mineral Dipersiapkan alat dan bahan Diukur suhu menggunakan hp Dihitung massa dengan rumus densitas Dicampur air berukuran 50 mL dan 100 mL Dihitung densitas massa kedua dengan rumus Dianalisa massa sebelum dan sesudah dicampur Hasil massa air mineral 2. Percobaan B CuSO4 dan 2KOH Dipersiapkan alat dan bahan Dimasukkan 20 ml larutan CuSO4 ke dalam botol selai dan tutup dengan rapat Dimasukkan 5 mL larutan KOH 1 m dengan pipet volume ke dalam botol vial tutup dengan rapat Ditimbang botol selai dan botol vial Dihitung massa kedua botol larutan Direaksikan larutan dimiringkan botol larutan KOH bercampur dengan larutan CuSO4 Dibiarkan beberapa saat Ditimbang massa kedua botol larutan setelah direaksikan Dianalisa massa sebelum dan seduah reaksi K2SO4 + Cu(OH)2 BUKTI DAFTAR PUSTAKA Chang, R. (2004). KIMIA DASAR KONSEP - KONSEP INTI Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga Day, U. (2002). ANALISIS KIMIA KUANTITATIf EDISI KEENAM. Jakarta: Erlangga. Delvi, Y. (2018). STUDI AWAL RANCANG BANGUN COLORIMETER SEBAGAI PENDETEKSI COLORIMETER SEBAGAI PENDETEKSI PADAPEWARNA MAKANAN MENGGUNAKAN SENSOR PHOTODIODA. Pillar of Physics, 81-87. Oxtoby. (2001). Prinsip-Prinsi Kimia Modern Edisi Ke-4. Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, H. (2018). KIMIA DASAR. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SmartLab. (2017). POTASSIUM KESELAMATAN BAHAN. HYDROXIDE. LEMBAR DATA SmartLab. (2019). COPPER SULPHATE PENTAHYDRATE. LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN. Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB PRESS.