PENDAHULUAN Latar Belakang Dehidrasi merupakan suatu kondisi dimana tubuh kekurangan cairan yang diikuti dengan kehilangan elektrolit, dan perubahan keseimbangan asam dan basa (Suartha 2010). Tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit setiap hari sebagai konsekuensi dari metabolisme tubuh yang normal melalui respirasi, kulit, feces, dan urin. Kondisi klinis yang menyebabkan kehilangan cairan diantaranya melalui gastrointestinal akibat muntah, diare, drainase fistula, infeksi, obstruksi usus, demam, dan luka bakar (Pandey dan Singh 2003; Heitz dan Horne 2005). Manifestasi klinis dehidrasi adalah hilangnya elastisitas kulit (turgor), membran mukosa kering, waktu pengisian kapiler yang bertambah,dehidrasi yang berat dapat menyebabkan kelelahan, depresi, dan shock (Hoxha et al. 2015). Gejala klinis kehilangan cairan tubuh tidak akan terdeteksi sampai tubuh kehilangan cairan mencapai 5 persen dari total berat badan. Kehilangan yang meningkat sampai melebihi 7%, akan menyebabkan kulit pada mata masuk ke kantung mata (mata cekung) dan elastisitas kulit menurun. Sirkulasi akan kolap jika kehilangan cairan tubuh mencapai 15%, sedangkan jika sampai mencapai 20% hewan akan mati (Wingfield 2009). Regulasi cairan dan elektrolit dalam tubuh perlu dilakukan dengan pemberian terapi cairan pada kondisi dehidrasi. Menurut Suartha (2010), terapi cairan merupakan tindakan pengobatan esensial untuk pasien dalam kondisi kritis atau memerlukan perawatan intensif. Penggunaan terapi cairan secara efektif, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang regulasi normal cairan dalam tubuh hewan, dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam proses keseimbangan cairan, seperti osmolalitas plasma, peranan hormon (antidiuretik, angiotensin II) dan pengeluaran ion natrium (ion Na) dari ginjal (Ellershaw et al. 1995). Pemilihan sediaan obat pada hewan dehidrasi perlu hati-hati karena beberapa kelainan fungsional tubuh, penyakit dan pembedahan dapat mengganggu homeostasis dan sangat potensial mengancam keseimbangan cairan dalam tubuh pasien. Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai beberapa sediaan obat dan terapi pada hewan dehidrasi, disertai dengan studi kasus pemberian sediaan obat dan terapi pada hewan dehidrasi. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari sediaan obat dan terapi yang diberikan pada hewan yang mengalami dehidrasi. DAFTAR PUSTAKA Ellershaw JE, Sutcliffe JM, Saunders CM. 1995. Dehydration and the dying patient. J Pain Symptom Manage. 10:192-197. Hartanto, WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung. Heitz U, Horne MM. 2005. Fluid, Electrolyte and Acid Base Balance. 5th Ed. Missouri(US): ElseiverMosby. Hoxha T, Xhelili L, Azemi M, Avdiu M, Jaha VI, Bega UE, Uka VG. 2015. Performance of clinical signs in the siagnosis of dehydration. Med Arch. 69(1):10-12. Pandey CK, Singh RB. 2003. Fluid and Electrolyte Disorders. Indian J Anaesh. 47(5) : 380-387. Suartha IN. 2010. Terapi cairan pada anjing dan kucing. Buletin Veteriner Udayana. 2(2): 69-83. Wingfield WE. 2009. Fluid and Electrolyte therapy. In: Wingfield WE, Raffe MR (eds). The Veterinry ICU Book, Teton Newmedia, Jackson Hole, ch 13, p. 170.