Makalah Kepada Yth. Jumat, 15 Januari 2021 Prof. Dr. dr. Widjajalaksmi K. SpKFR-K, MSc PROBLEM BASED LEARNING: PENGGUNAAN ANKLE FOOT ORTHOSIS PADA STROKE DENGAN HEMIPLEGIA Oleh: dr. Rahmi Sesaria 2006626720 Pembimbing: Prof. Dr. dr. Widjajalaksmi K. SpKFR-K, MSc PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKER SPESIALIS-1 ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO 2021 PROBLEM BASED LEARNING A. Problem: Penggunaan ankle foot orthosis (AFO) pada penderita hemiplegia et causa stroke. B. Kata Kunci (Key Factor): 1. Stroke: suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal atau global selama lebih dari 24 jam sehingga dapat menimbulkan kematian akibat dari gangguan peredaran darah di otak.1 2. Hemiplegia: kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh pada ekstemitas atas dan ekstemitas bawah pada satu sisi tubuh.2 3. Ankle Foot Orthosis (AFO): alat bantu orthopaedi berbentuk splint (menutupi sebagian area lesi) yang dipasang pada ankle foot.3 C. Pertanyaan: 1. Jelaskan definisi, prevalensi, faktor risiko, diagnosis serta rehabilitasi stroke? 2. Bagaimana dampak stroke terhadap pasien ini sehubungan dengan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik? 3. Bagaimana gaya berjalan pasien hemiplegia et causa stroke? 4. Koreksi yang tepat untuk perbaikan gaya berjalan pasien hemiplegia et causa stroke? 5. Mengapa diberikan AFO untuk pasien hemiplegia et causa stroke? D. Pembahasan: 1. Jelaskan definisi, faktor risiko, diagnosis serta rehabilitasi stroke? Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal atau global selama lebih dari 24 jam sehingga dapat menimbulkan kematian akibat dari gangguan peredaran darah di otak.1 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Pada penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa stroke terjadi pada usia 69,9 tahun. Prevalensi stroke lebih tinggi pada pria sebesar 59,8% dibanding wanita4. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi hipertensi, merokok, dislipidemia, DM, obesitas, alkohol dan atrial fibrillation.5 Diagnosis Stroke Gejala klinis yang dialami pada pasien stroke menurut American Stroke Association, 2016, antara lain: 1. Mendadak mengalami mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh. 2. Mendadak kebingungan, kesulitan bicara atau memahami pembicaraan. 3. Mendadak mengalami gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata. 4. Mendadak mengalami gangguan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi. 5. Mendadak mengalami sakit kepala tanpa sebab. Terapi umum yang diberikan untuk stroke meliputi stabilisasi jalan napas dan pernapasan, stabilisasi hemodinamik, pemeriksaan awal fisik umum (tekanan darah, jantung, neurologi umum awal), pengendalian peninggian tekanan intrakranial, penanganan transformasi hemoragik, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh dan pemeriksaan penunjang (EKG dan CT-Scan). Rehabilitasi Stroke Canadian stroke strategy (CSS) menentukan batas waktu untuk dilakukan penilaian rehabilitasi pada pasien stroke iskemik dilakukan dalam 48 jam sejak admisi ke rumah sakit (6). Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara merupakan bagian dari rehabilitasi pada pasien stroke yang harus dilakukan sesegera mungkin. Melibatkan pasien dengan keluarga pasien dan profesional (dokter) akan mempercepat proses pemulihan dan rehabilitasi, karena interaksi tersebut akan memberikan dukungan dan motivasi bagi pasien stroke. Pemilihan lokasi rehabilitasi yang sesuai misalnya di rumah, tempat rehabilitasi, fasilitas keperawatan yang terlatih, panti jompo, atau fasilitas perawatan penyakit akut jangka panjang dan memiliki tim rehabilitasi merupakan kunci keberhasilan rehabilitasi stroke 2. 2. Bagaimana dampak stroke terhadap pasien ini sehubungan dengan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik? - Pasien yang bertahan dari serangan stroke meninggalkan gejala sisa yaitu defisit sensori, motorik, kognitif dan emosional yang membatasi penderitanya dalam melakukan Activity Daily Living (ADL)7 - Kontrol postural (stabilitas dan orientasi spasial, efek dari sistem muskuloskeletal dan neurogikal)8 - Kesulitan transfer berat badan saat transisi single – limb stance (frontal plane)9 - Efek ke fisikal dan psikososial (keterbatasan aktifitas, isolasi sosial, risiko jatuh)10 3. Bagaimana gaya berjalan pasien hemiplegia et causa stroke? a. Gait disorder sehubungan dengan defisit kontrol motorik, gangguan tonus otot, ataksia, agnosia, kesulitan persepsi unstable gait, asimetrik gait dan kesulitan distribusi berat tubuh risiko jatuh b. Cara berjalan: kecepatan lebih lambat dengan jarak yang pendek dan stride lengths dan waktu double stance lebih lama c. Kinematic level: - Fase stance: Flexi hip atau knee, hiperekstensi knee saat fase stance, - Fase swing: Kesalahan flexi hip dan knee, kontralateral pelvic drop, kontralateral trunk lean, pes equinovarus, or abduksi hip berlebihan 11 4. Koreksi yang tepat untuk perbaikan gaya berjalan pasien hemiplegia et causa stroke? Pemberian ankle foot prothesis, disebutkan dalam Effect of ankle-foot orthosis on postural control after stroke: A systematic review oleh Padilla, M. Guerra dkk tahun 2014, 10 studi yang dilakukan systematic review didapatkan 122 pasien hemiplegia kronik dan 50 pasien hemiplegia akut dengan rentang usia 18 – 80 tahun ditemukan: - Postural kontrol: 1 studi menyebutkan tidak ada perbedaan signifikan pada penggunaan AFO terhadap postural sway (menggunakan CDP dan Postural Sway Index). 1 studi menyebutkan AFO dihubungkan dengan penurunan goyah saat mata terbuka, tapi tidak saat mata tertutup (CDP saat pasien berdiri dengan lengan di samping) 1 studi menemukan keseimbangan yang signifikan pada pasien akut yang mendapat AFO (CDP saat pasien berdiri dan melihat kedepan). - Lateral weight transfer: 2 studi menunjukkan keseimbangan signifikan (evaluasi dengan CDP). 1 studi menyebutkan simetris pada pasien akut. 2 studi lainnya menyebutkan AFO tidak merubah simetris distribusi berat, transfer berat pada kaki yang terkena hemiplegia atau postural stability (CDP) - 2 studi menunjukkan perkembangan pada skor TUG, dan 2 studi menunjukkan perkembangan pada Stair Test. 1 studi lainnya tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada TUG tes atau functional reach test. 2 studi menunjukkan penggunakan AFO meningkatkan keseimbangan dan stabilitas. - Kontrol motorik dan gait: 6 studi menunjukkan peningkatan velocity dalam berjalan pada pengguna AFO menggunakan instrumen gait analisis atau walking speed test. 1 studi menunjukkan penurunan velocity pasien dengan AFO. 3 studi menunjukkan peningkatan irama berjalan. 2 studi menunjukkan peningkatan signifikan pada rentang langkah saat berjalan, namun 2 studi lainnya tidak. - Stride: 2 studi menunjukkan peningkatan, 1 studi menunjukkan penurunan double stance time, studi lainnya menunjukkan range joint motion pada ankle dan sudut dorsoflexi yang lebih lebar pada fase swing dan heel strike12 5. Mengapa diberikan AFO untuk pasien hemiplegia et causa stroke? a. Kelainan pada kaki yang biasa ditemukan: varus deformitas pada kaki (disebabkan spastisitas M. Tibialis posterior. Jika spastisitas tidak berat (skala 1-2 Ashworth) dapat digunakan ankle foot orthosis (AFO) 13 b. AFO digunakan untuk stabilitas antero-posterio medio-lateral ankle joint, untuk perbaikan cara berjalan pasien dengan keterbatasan flexi plantar, inversi dan menghilangkan drop foot 14 c. AFO meningkatkan stabilitas medial-lateral untuk pola berjalan d. Meresepkan AFO untuk pasien stroke menurunkan risiko jatuh dan mobiditas dengan meningkatkan stabilitas dari kaki sehingga memperbaiki pola berjalan Daftar Pustaka 1. World Health Organization. Sixty-fifth world health assembly. 2012. [Online] Available from: http:// www.who.int/mediacentre/events/2012/wha65/jo urnal/en/index4.html 2. Wahyuni LK, Tulaar ABM. Buku Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Untuk Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. PERDOSRI. 2016. Jakarta 3. Pratomo, R. Ankle Foot Orthosis- AFO. 2012 4. Hsieh FI, Lien LM, Chen ST, et al. Get with the guidelines-stroke performance indicators: surveillance of stroke care in the Taiwan stroke registry: get with the guidelines- stroke in Taiwan. Circulation 2010;122:1116-1123 5. Departement of Health State of Western Australia. Model of stroke care 2012. Departement of Health State of Western Australia, Perth: Health Network Branch. 2012 6. Mutiarasari, Diah. Ischemic stroke: symptoms, risk factors, and prevention. Medika tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1. 2019 7. Centers for Disease Control, Prevention (CDC). Use of a registry to improve acute stroke care — seven states, 2005—2009. MMWR: Morb Mortal Wkly Rep. 2011;60:206—10. 8. Shumway-Cook A, Woollacott M. Motor control translating research into clinical practice. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. 9. Pai YC, Rogers MW, Hedman LD, Hanke TA. Alterations in weight- transfer capabilities in adults with hemiparesis. Phys Ther. 1994;74:647—57 10. Agnes Z, Martina M, Lorenzo C, Wiebren Z. Biofeedback for training balance and mobility tasks in older populations: a sys- tematic review. J Neuroeng Rehabil. 2010;7:58. 11. Lehmann JF, Condon SM, Price R, DeLateur BJ. Gait abnormalities in hemiplegia: their correction by ankle-foot orthoses. Arch Phys Med Rehabil. 1987;68:763—71. 12. Padilla, M. Guerra dkk. Effect of ankle-foot orthosis on postural control after stroke: A systematic review. Elsevier Neurolgia. 2014. 13. Taiming Chu T. Biomechanics of ankle-foot orthoses: past, pre- sent, and future. Top Stroke Rehabilitation. 2001;7:19—28. 14. Rao N, Chaudhuri G, Hasso D, D’Souza K, Wening J, Carlson, et al. Gait assessment during the initial fitting of an ankle foot orthosis in individuals with stroke. Disabil Rehabil Assist Tech- nol. 2009;3:201—7.