KATA PENGANTAR Efektivitas Pendampingan Petani disusun untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian dan Pelaku Program pembangunan pertanian lainnya dalam melaksanakan kegiatan pendampingan pembangunan pertanian khususnya program “Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai”kepada masyarakat tani (petani, Kelompoktani maupun Gabungan Kelompok Tani) agar lebih efektif. Sebagai 'Ujung Tombak' dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian, maka kemampuan dan ketrampilan penyuluh dalam 'memfasilitasi' pembelajaran (proses pemberdayaan) masyarakat tani menjadi 'kunci keberhasilan' dalam pelaksanaan program. Berdasar pemikiran dan refleksi dari pelaksanaan program lain yang menggunakan pendekatan yang sama, maka diperlukan sebuah upaya yang serius dan sistematis untuk meningkatkan kapasitas penyuluh sebagai pelaku utama pendampingan masyarakat tani. Efektivitas Pendampingan Petani ini memuat penjelasan ringkas agar pendampingan kepada masyarakat tani lebih efektif. Tentu masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan brosur ini karena itu saran dan masukan sangat diperlukan untuk perbaikan dan pegembangan lebih lanjut. PPK Satker BKPP DIY (10) Ir. Eko Susilo i DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................... ii PENDAHULUAN ........................................................................... 1 TUJUAN ........................................................................................ 2 KELUARAN ................................................................................... 2 PENDAMPINGAN ......................................................................... 2 TUGAS PENDAMPING ................................................................. 4 PRINSIP PENDAMPINGAN........................................................... 7 STRATEGI PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF ............................ 7 EFEKTIVITAS PEMDAMPINGAN ................................................. 10 KESIMPULAN ............................................................................... 13 PENUTUP ..................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 17 ii PENDAHULUAN Ketahanan pangan dinyatakan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Oleh sebab itu, negara harus mandiri dan berdaulat dalam menentukan kebijakan pangannya sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya. Sebagai upaya mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan tersebut, Kementerian Pertanian melalui kebijakan pembangunan pertanian telah menyusun program “Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai”. Program diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015 dengan target produksi padi 3,4 juta ton atau peningkatan 2,21 %, tahun 2016 untuk jagung 20 juta ton atau peningkatan 5,57 %, dan tahun 2017 unrtuk kedelai 1,2 juta ton atau peningkatan 26,47%. Untuk mewujudkan target produksi di atas, telah ditetapkan upaya khusus peningkatan produksi dengan kegiatan yaitu Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier (RJIT); Penyediaan alat dan mesin pertanian berupa traktor roda dua, alat tanam (rice transplanter), dan pompa air; Penyediaan dan penggunaan benih unggul; Penyediaan dan penggunaan pupuk berimbang; Pengaturan musim tanam dengan menggunakan Kalender Musim Tanam (Katam); dan Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman terpadu (GPPTT). Dalam melaksankan kegiatan tersebut, diperlukan tenaga pendamping untuk berpartisipasi aktif dalam membantu tercapainya swasembada pangan. Keterbatasan Jumlah tenaga penyuluh pertanian sebagai pendamping Petanimaka penyuluh dituntut bekerjalebih efektif dan profesional agar swasembada pangan dapat tercapai. Efektivitas Pendampingan Petani 1 TUJUAN Tujuan penyusunan brosur adalah : a. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja penyuluh pertanian dalam upaya pendampingan Upsus Padi Jagung dan Kedelai di DIY. b. Merubah perilaku petani dalam meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. KELUARAN a. Meningkatnya kinerja penyuluh pertanian dalam pendampingan kepada petani dalam rangka swasembada padi. jagung dan kedelai secara berkelanjutan. b. Meningkatnya produksi dan produktivitas padi, jagung, kedelai di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai. PENGERTIAN PENDAMPINGAN Makna sesungguhnya pendampingan adalah panggulo wentah terhadap petani. Ciri dasar pendampingan adalah momong, among dan ngemong. Di dalam penyuluhan tidak ada unsur paksaan, selalu menjaga batin peserta didik (petani). Dalam penyuluhan tidak saja membangun intelektualitas dan ketrampilan petani namun membangun manusia sosial budaya (Rural community ).Terdapat 3 komponen dalam skenario pendampingan berbasis among yaitu penyuluh, petani, dan objek/persoalan belajar ( Istiningsih, 2008 ). Pendampingan penyuluh adalah serangkaian kegiatan fasilitasi yang dilakukan oleh penyuluh dalam proses pembelajaran petani melalui penerapan berbagai metode penyuluhan, diantaranya, kursus tani desa, rembug tani desa, Farmers Field Day, dll. Efektivitas Pendampingan Petani 2 Istilah pendampingan muncul dalam kosakata pengembangan masyarakat, bagaimana proses kemunculan istilah ini merupakan perbaikan terhadap cara kerja para petugas penyuluhan (extension worker) yang sematamata hanya melakukan kegiatan penyampaian informasi dan teknologi kepada masyarakat. Perbaikan terhadap penyuluhan konvensional seperti ini lalu berkembang istilah petugas penyuluh lapangan/PPL (extension field worker) dengan maksud untuk memberi arti yang lebih luas dari sekedar penyuluhan, tetapi juga disertai pendampingan sosial (misalnya: pendampingan dan pembentukan organisasi seperti kelompok tani). Istilah petugas penyuluh lapangan/PPL/Penyuluh Trampil saat ini digunakan pemerintah untuk petugas yang bekerja sebagai penyuluhan pertanian. Ife (1995) mengartikanbahwa pendampingan yang sifatnya sosial artinya “Providing people with the resources, opportunities, knowledge and skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of their community”. (Menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri). Efektivitas Pendampingan Petani 3 TUGAS PENDAMPING Keberadaan pendamping sebagai unsur penggerak tercapainya keswadayaan dan kemandirian masyarakat mempunyai posisi yang strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan. Gerakan pemberdayaan berangkat dari kondisi ketidakberdayaan masyarakat untuk memperjuangkan hidupnya ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya dibutuhkan pendamping baik berasal dari “luar” masyarakat ataupun pendamping yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Pendampingan dapat dilakukan oleh : Pertama, Pendamping setempat yaitu tokoh-tokoh masyarakat dan kaderkader yang ada di desa setempat. Kedua, Pendamping Teknis, yang berasal dari tenaga penyuluh lapangan, petugas sosial dan Petugas-petugas lapangan lainnya. Ketiga, Pendamping Khusus, yang disediakan bagi masyarakat desa miskin tertinggal dengan pembinaan khusus. Menurut Sumodiningrat (2009:106) para pendamping dalam melaksanakan tugasnya, memposisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan evaluator, sekaligus peran teknis. 1. Sebagai Perencana/Konseptor, terlihat dalam berbagai aktivitas ilmiah dan kaji terap yang dihasilkan, menunjukkan kemampuan dalam mengaitkan konsep, teori dengan kebutuhan saat ini maupun untuk kebutuhan masa yang akan datang. Dalam hal ini penyuluh mampu melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk menyusun apa yang diperlukan masyarakat saat ini dan di masa yang akan datang dalam menghadapi perkembangan kebutuhan masyarakat dari tahun ke tahun. Efektivitas Pendampingan Petani 4 2. Sebagai Pembimbing, harus menyadarkan agar kelompok mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit. 3. Sebagai Pemberi Informasi, Penyuluh dapat bertugas mencari sumbersumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. 4. Sebagai Motivator, keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Rumah tangga petani miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya.Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuankemampuan mereka sendiri. 5. Sebagai Penghubung dimaksudkan agar pendamping menfasilitasi kelompok menjalin hubungan relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari sumber dana mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin. 6. Sebagai Fasilitator, bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu menangani tekanan situasional atau transisional yang terjadi di lingkungannya antara lain melalui pengidentifikasian dan mendorong kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial yang dapat digunakan untuk melakukan pencegahan, membantu masyarakat untuk menetapkan tujuan pencegahan penyalahgunaan pupuk dan pestisida.Penyuluh memfasilitasi atau memungkinkan masyarakat agar mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Proses pemberdayaan masyarakat lahir dari kesadaran kolektif yang dimotivasi oleh peran fasilitator atau pendamping yang ada di lapangan (Karwan A. Salikin, 2003). Efektivitas Pendampingan Petani 5 7. Sebagai Evaluator tampak dalam kegiatan penelitian terapan yang dikaitkan dengan berbagai masalah sosial ataupun dampak pembangunan pertanian. Melalui kajian maupun penelitian ini penyuluh dapat melakukan analisis dan evaluasi terhadap berbagai masalah sosial yang atau dampak upayaupaya yang pernah dilakukan untuk melakukan penanggulangan masalah sosial. Hasilnya dapat merupakan bahan masukan bagi penyuluhan itu sendiri maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam menyusun berbagai program pencegahan atau pemecahan masalah sosial. 8. Peran teknis, memberikan teknis aplikasi keterampilan yang bersifat praktissesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial dan mengelola dinamika kelompok, Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Ruang lingkup pendampingan dalam Rangka Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai, adalah : 1. Pengawalan dan pengamanan penyaluran benih, pupuk danalsintan kepada kelompok penerima manfaat; 2. Pengawalan gerakan perbaikan jaringan irigasi, tanam serentakdan pengendalian OPT; 3. Pendampingan introduksi varietas unggul baru melaluipelaksanaan demfarm; 4. Pendampingan penerapan teknologi peningkatan produksi padi,jagung dan kedelai (pengolahan lahan, penanaman, Pemeliharaan dan panen); 5. Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan pengawalan dan pendampingan. Efektivitas Pendampingan Petani 6 PRINSIP PENDAMPINGAN Dalam penyelenggaraan pendampingan penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai harus memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: 1. Pelaksana pendampingan penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai adalah penyuluh di WKPP yang bertugas sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan penyebarluasan hasil pelaksanaan kepada kelompoktani binaannya yang lain dalam 1 (satu) WKPP; 2. Motto pendampingan penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai yaitu: “Belajar melalui Bekerja dan Belajar dengan Melihat” (learning by doing and learning by seeing); 3. Pelaksanaan kegiatan pendampingan penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai merupakan penerapan teknologi rekomendasi Badan Litbang/BPTP yang secara teknis mudah diterapkan dan telah teruji keberhasilannya, secara ekonomi menguntungkan petani serta secara sosial budaya dapat diterima masyarakat; 4. Pelaksanaan pendampingan penyuluh di lokasi sentra padi, jagung dan kedelai menerapkan kombinasi beberapa metode penyuluhan pertanian yang saling berkaitan satu sama lain; 5. Pelaksanaan harus berhasil guna dalam meyakinkan petani untuk menerapkan suatu inovasi teknologi. STRATEGI PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF Meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat atau disebut penguatan kapasitas (capacity building), yaitu suatu proses meningkatkan atau merubah pola perilaku individu, organisasi, dan sistem yang ada di masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Sehingga masyarakat dapat memahami dan mengoptimalkan potensi yang mereka miliki untuk mencapai tujuan pemberdayaan, yaitu kesejahteraan hidup masyarakat. Efektivitas Pendampingan Petani 7 Strategi dalam pendampingan terpadu program upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai oleh penyuluhakan efektif jika: 1. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) sebagai Pos Simpul Koordinasi Pengawalan dan Pendampingan telah melaksanakan rapat teknis minimal empat kali dalam setahun untuk menyusun matrik kegiatan tingkat kecamatan sesuai rencana Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan dan telah dilakukan sosialisasi kegiatan UPSUS. 2. Melaksanakan Diklat Teknis dan Metodologi Penyuluhan Bagi Penyuluh Pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memfasilitasi pengawalan dan pendampingan kepada petani/penerima manfaat agar mampu menerapkan teknologi yang direkomendasikan. 3. Melaksanakan Pengawalan dan Pendampingan Terpadu Penyuluh, Mahasiswa dan Babinsa untuk membangun persamaan persepsi, meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinergitas antar lembaga/ instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai. Strategi tersebut akan berjalan efektif dapat dilaksanakan dengan beberapa strategi dasar pendamping dalam turun ke lapangan sesuai penjelasan Purwasito (1986) sebagai berikut : PERTAMA adalah mempelajari norma dan value yang berlaku dimasyarakat. Setiap suku memiliki budaya dan karakter yang berbeda. Misalnya orang Solo dan Yogya dianggap berkarakter lemah lembut dan sungkan. Berbeda sekali dengan orang Batak atau Makasar. Bahkan dengan sesama suku Jawa namun tinggal di Jawa Timur dan Madura yang dikenal memiliki karakter keras dan tegas. Pengenalan terhadap karakter akan membantu kita untuk berinteraksi secara cepat dan benar. Selain norma, seorang pendamping masyarakat juga harus mengenal value masyarakat. Efektivitas Pendampingan Petani 8 Value terkait dengan kaidah perilaku, stereotype, believe atau kepercayaan bahkan language atau bahasa. Sebagian masyarakat kita mengenal model language basa basi. Sementara kelompok masyarakat lain lebih suka dengan bahasa tembak langsung atau to the point. Ketika berada di dalam masyarakat normal dan value harus benar-benar dikuasai. Terlebih berhadapan dengan psikologi masyarakat kampung yang dikenal sulit menerima gagasan baru, tidak mudah diajak menentukan kebutuhan dan kesenangan (basic needs-nya) serta enggan untuk diajak berkumpul. Hal yang harus senantiasa kita ingat sebagai agen perubah masyarakat adalah jangan pernah mengenalkan gagasan kepada orang yang baru dikenali. KEDUA adalah melakukan komunikasi secara apik. Level komunikasi yang ada di dalam masyarakat dapat dibagi kedalam 5 level interaksi,yaitu : 1. Komunikasi Interpersonal, yaitu model komunikasi tatap muka diantara lebih dari 2 orang. 2. Komunikasi Massa, yaitu model komunikasi dengan menggunakan sarana komunikasi massa sebagai perantara seperti handphone, jejaring sosial maya semacam facebook atau twitter, media massa seperti koran atau surat kabar, atau bahkan model komunikasi dengan menggunakan beragam kesenian baik tradisional dan kesenian kontemporer. 3. Komunikasi Publik contohnya seperti kampanye. 4. Komunikasi kelompok seperti Focus Group Discusion/FGD. 5. Komunikasi Organisasi adalah komunikasi internal. KETIGA adalah model komunikasi lain yang dikembangkan yaitu Magunso atau komunikasi dengan menggunakan imbalan seperti drajad, pangkat, kemat, dan semat. KEEMPAT adalah langkah yang dikembangkan oleh Antonio Gramso yaitu counter culture terhadap mainstream . Lebih dikenal sebagai pemberdayaan masyarakat oleh masyarakat itu sendiri, dan populer dengan istilah civil society. Aktivitas ini biasa dilakukan oleh NGO dengan menggunakan 2 metode yaitu : 1. PRA (Participation Rural Apparaisal) 2. PAR (Participation Action Research) Efektivitas Pendampingan Petani 9 EFEKTIVITAS PENDAMPINGAN Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif (Ravianto, 1986). F a k t o r- f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u h i E f e k t i v i t a s s u a t u organisasi,menurut Richard M Steers (1993) ada empat faktor yang mempengaruhi yaitu: a. Karakteristik Organisasi b. Karakteristik Lingkungan c. Karakteristik Pekerjaan d. Karakteristik Manajemen Teknis efektivitas peningkatan pendampingan dapat dicapai penyuluh pertanian dengan cara : 1. Mengetahui Tugas Pendamping , yaitu mengenalkan dan membantu Poktan menerapkan suatu praktek yang baru bagi petanidengan kegiatan : a. Mengenalkan model pembelajaran aktif dengan satu unit lahan; b. Membantu Poktan merancang pembelajaran 1 unit lahan dengan mengadopsi satu atau lebih model yang telah dikenalkan; c. Membantu Poktan membuat istrumen pembelajaran; d. Menyiapkan praktek mengajar bersama agar poktan nyaman mengimplentasikan rancangannya; e. Melaksanakan mengajar bersama; f. Memberi kesempatan Poktan untuk menyiapkan mengajar mandiri dengan materi pelajaran yang lain; g. Mengobservasi dan memberikan umpan balik. 2. Mengetahui Strategi Pendampingan dengan memahami perubahan, yaitu : 2.1. MemahamiProses Perubahan, misalnya: a) Jangka Waktu ( lama atau cepat). b) Bentuk dukungan untuk berubah (motivasi, kerja sama, bantuan atau latihan). c) Tindak lanjut d) Tidak ada kesamaan. e) Ada kekhawatiran ( kerugian) Efektivitas Pendampingan Petani 10 2.2. Memahami Tipe-tipe Perubahan, misalnya: a) Inovator (menguatkan motivasi dan arahan dalam aplikasi teknologi) b) Pengadopsi dini (memberikan dukungan dalam penggunaan teknologi, menjelaskan teknologi itu Mudah) c) Mayoritas awal (pendekatan intensif, meningkatkan keyakinan) d) Mayoritas akhirnya (meningkatkan penggunaan teknologi) e) Resistors (memberikan gambaran tentang pentingnya berubah, mengenal Karakteristik kelompoktani lebih mendalam, memberikan Contoh success story tentang penggunaan teknologi, memberikan bukti keberhasilan perubahan). 2.3. Tingkat Perhatian : a.Kesadaran b.Informasional c.Personal d.Manajemen e.Kosekuensi f.Kolaborasi g.Pemfokusan kembali. 2.4. Tingkat Penggunaan/penguasaan teknologi: a.Tidak menggunakan b.Orientasi c.Persiapan d.Mekanik e.Rutin f.Penyempurnaan g.Integrasi h.Pembaharuan 3. Membangun Kepercayaan: a. Berkunjung secara berkala (Sistem Latihan dan Kunjungan). b. Mencari tahu tentang kehidupan petani. c. Perlakukan mereka secara professional. d. Jelaskan harapan dan tujuan. e. Datang tepat waktu. Efektivitas Pendampingan Petani 11 f. g. h. i. j. k. l. Memberi respon yang sifatnya menerima Tidak menghakimi Memahami situasi dan kondisi Batasi Pemberian pujian dan kritikan Meminta klarifikasi Jaga rahasia pembicaraan Komitmen. 4. Pendekatan 5 J: a. Job related (alsintan/sarpras sebagai sistem pembelajaran). b. Just enough (menekankan kenyamanan). c. Just in time (tepat waktu). d. Just in case (mengantisipasi masalah) e. Just try it (Mendorong dan mendukung, Menerima iunput) 5. Mentransformasikan belajar mengajar (melakukan perubahan peran, perubahan harapan, pemakaian yang meningkat). Efektivitas dapat dicapai jika pendamping mempunyai integritas dan kemampuan yang baik yang diwujudkan dengan beberapa aspek berikut ini: 1. Harus mampu memberdayakan Poktan dan memberikan inspirasi dan dorongan pada pola manajemen yang baik yang harus diterapkan oleh semua pelaku usaha. 2. Sebagai pendamping akan lebih banyak mendengarkan semua keluhan dan berusaha mencari setiap permasalahan yang disampaikan oleh pelaku utama atau pelaku usaha sehingga wajib menjadi pendengar yang baik tahap awal konsultasi pendampingan sampai pada eksekusi penanganan masalah 3. Pendamping harus selalu konsisten dalam bertanya jawab dan bertanggunjawab sepenuhnya terhadap penyelesain masalah yang memang sepenuhnya dipercayakan kepada dirinya. Efektivitas Pendampingan Petani 12 4. Pendamping harus mau selalu belajar dan terbuka terhadap hal-hal baru sehingga akan menambah wawasan dan skill pada ilmu-ilmu baru yang bisa diterapkan dalam mendukung kompetensi yang dimiliki. Selain itu dalam menangani poktan harus mengatur jadwal pertemuan secara rutin yang baik itu untuk konsultasi dan berkoordinasi mengenai setiap perkembangan yang terjadi. 5. Harus mampu bekerjasama dengan poktan dalam memecahkan masalah. Kegiatan ini akan mendukung dalam mengeksplorasi setiap kendala yang dihadapi oleh poktan untuk secara bersama-sama bersinergi untuk membangun atau membuat solusi yang tepat untuk kemajuan usaha. 6. Menyadari kondisi resistant atau halangan dari pelaku usaha tersebut untuk tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut pendamping sehingga selalu berusaha mencari alternative strategi agar masalah tidak berhenti begitu saja dan bisa mendapatkan solusi. 7. Selalu membuat feedback KESIMPULAN Ada 10 hal penting yang perlu diperhatikan oleh seorang penyuluh agar pendampingan dapat berjalan secara efektif (Kunci Sukses Menjadi Fasilitator , Media Informasi PNPM Kec. Surade Kab. Sukabumie-mail : [email protected]): 1. Menghayati Kebutuhan Masyarakat Seorang fasilitator harus benar-benar menghayati apa yang menjadi harapan masyarakat dan empati terhadap apa yang menjadi kebutuhanya. 2. Menyadari Kekuatan dan Kelemahan diri Sebelum terjun secara langsung dalam proses pendampingan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang fasilitator adalah mengenali jati diri. Efektivitas Pendampingan Petani 13 Hal-hal positif yang dimiliki yang dapat menunjang tugas seperti: wawasan, motivasi, ketrampilan, menjadi modal dasar dalam berinteraksi dengan orang lain. 3. Bekerja dengan Rasa Penuh Rasa Tanggung jawab Setiap tugas yang dibebankan harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, karena fasilitator yang bertanggung jawab akan mamapu mengambil keputusan dan menetapkan tujuan secara cepat. 4. Menikmati Tugas Lakukan tugas atau pekerjaan sebagai fasilitator dengan sepenuh hati. 5. Kebanggaan atas Kinerja Pekerjaan mendampingi masyarakat adalah tugas mulia. Setiap fasilitator harus memiliki potret diri terhadap pekerjaanya, maka dari itu lakukan tugas pendampingan dengan baik dan benar.Kinerja fasilitasi dapat dikenali dari tingkat kemandirian masyarakat dalam memecahkan masalah. 6. Menyesuaikan Diri ( Adaptasi ) Seorang pendamping harus mampu meyesuaikan diri yang cepat dengan masyarakat.kemampuan beradaptasi dalam segala situasi secara nyata akan berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap keberadaan pendamping. 7. Menetapkan Prioritas Susunlah segala prioritas kegiatan fasilitasi sesuai dengan tingkat dan bobot masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan fasilitator sendiri. Tetapkan aspek mana saja yang harus dilakukan segera. Penetapan skala prioritas harus memperhatikan dua hal, pertama : apakah rencana kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan bernilai bagi masyarakat. Kedua : berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Efektivitas Pendampingan Petani 14 8. Membangun Kemitraan Fasilitasi juga berarti upaya menjalin hubungan antar individu, antar institusi / lembaga, antar kelompok yang berbeda. Fasilitator harus selalu berupaya untuk membangun relasi agar mempermudah kerja masyarakat dalam mengakses informasi dan teknologi yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat. 9. Keyakinan Positif ( possitive believing) Berfikirlah positip dalam laksanakan tugas dan kegiatan fasilitasi, karena yang dihadapi bukan rumus matematis yang pasti,tetapi dihadapai manusia dengan beragam karakter. 10. Belajar Belajar merupakan kunci sukses bagi seorang fasilitator, karena belajar sudah menjadi bagian tugas hidup dan profesinya. Tuntutan penguasaan terhadap pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat harus menjadi perhatian utama dari seorang fasilitator. Seorang fasilitator diharapkan mampu menginput infomasi yang berkembang dari waktukewaktu yang mendorong fasilitator untuk terus mengembangkan akses dan meningkatkan wawasanya yang diperlukan dalam kegiatan fasilitasi Beberapa gambaran diatas merupakan beberapa kunci yang seharusnya bisa dicapai akan pendamping meraih sukses sesuai dengan harapannya pada kesuksesan pada poktan yang ditanganinya. Efektivitas Pendampingan Petani 15 PENUTUP Sebagai pendamping yang baik tentunya selalu ingat untuk selalu meningkatkan kompetensi dan standarisasi sebagai seorang pendamping agar kemampuan dan skill yang dimiliki terus meningkat dan diakui secara sah karena memiliki legalitas yang kuat. Peran serta pendamping poktan yang efektif dan profesional semakin dirasakan perlu untuk mendukung dan mendorong para pelaku utama untuk naik kelas. Hal itu sangat penting sekali sebab peran strategis ini merupakan tugas pengembangan yang intensif yang dapat dilakukan secara nyata hanya oleh seorang pendamping. Efektivitas Pendampingan Petani 16 BAHAN PUSTAKA Cahyadi Takariawan, S.Si., Apt., Karakter Kader Pendamping Masyarakat dalam Strategi Pendampingan Dan Perubahan Masyarakat Kampung, Seri Pelatihan Anggota Dewan DPRD Kota Yogyakarta. Didik J. Rachbini. 2001. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Grasindo. Hlm. 108. Erik Azaf. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Strategi Pendampingan Secara Konseptual. Media Info(2013). Ife, Jim. 1995. Community Development Creating Community alternatives, Vision, Analysis and Practice,Longman, Australia. Istiningsih. 2008. Model Pendampingan Berbasis Among Dalam Penyuluhan Pertanian padi Organik Di Sleman Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta: UNY. Karwan A. Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.Yogyakarta : Kanisius. Hlm. 102. Media Informasi PNPM Kec. Surade Kab. Sukabumi. Kunci Sukses Menjadi Fasilitator , e-mail : [email protected]. Purwasito Andrik, Prof.Dr. DEA. 1986. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Perubahan Sosial dalam Strategi Pendampingan Dan Perubahan Masyarakat Kampung, Seri Pelatihan Anggota Dewan DPRD Kota Yogyakarta. Ravianto J, 1986. Produktivitas dan Manusia Kerja. Jakarta: PT. Binaman Teknika Aksara. Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T, 1993. Managing Effective Organizations: An Introduction. Boston. Massachusetts;Kent Publishing Company. Sumodiningrat , 2009. Dalam Erick Azof : Pendampingan Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat Efektivitas Pendampingan Petani 17