Uploaded by common.user86479

vdokumen.com analisis-kelayakan-usaha-budidaya-nilam-pogostemon-baku-nilam-perusahaan-lokasi

advertisement
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL
NILAM
(Pogostemon
gostemon cablin)
cab
PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
BANDUNG
SKRIPSI
SHORAYA INDAH
H34076141
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
RINGKASAN
SHORAYA INDAH. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon
cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
NARNI FARMAYANTI).
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang
memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak
atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara
eksportir terbesar di dunia. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006
adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata
pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro
2009).
Salah satu jenis minyak atsiri yang menjadi andalan ekspor Indonesia
adalah minyak nilam. Pangsa pasar minyak nilam Indonesia di dunia mencapai 90
persen (Balitro, 2009), dan permintaan minyak nilam di dunia dari tahun ke tahun
terus mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam (Patchouli
Oil) berfungsi sebagai bahan pengikat (fiksasi) yang baik dan sebagai pengendali
penerbang untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih
lama. Serta belum berkembangnya bahan substitusi essensial oil sebagai bahan
pengikat dalam industri parfum dan kosmetik. Kenaikan permintaan minyak nilam
dilihat dari pertumbuhan rata-rata volume ekspor per tahun (tahun 2003-2006)
adalah sebesar 39,64 persen (Biro Pusat Statistik 2008) dan permintaan tersebut
tidak diiringi dengan suplai minyak nilam yang memadai, sehingga
mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Rendahnya suplai
minyak nilam salah satunya disebabkan oleh semakin menurunkan produksi bahan
baku nilam Indonesia.
PT Panafil Essential Oil adalah perusahaan yang bergerak pada bidang
atsiri, salah satu minyak atsiri yang diproduksinya ialah minyak nilam. Namun
dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengalami permasalahan dalam
pemenuhan kebutuhan bahan baku nilam, yang mengakibatkan produksi minyak
nilam perusahaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan berencana
melakukan usaha di bidang budidaya nilam guna memenuhi kebutuhan bahan
baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam
berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Padalarang Bandung.
Lahan tersebut merupakan lahan milik perusahaan induk dari PT Panafil Essential
Oil yang belum dimanfaatkan dan di sekitar lahan juga belum ada petani yang
melakukan budidaya nilam.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial
yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dari
usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. (2)
Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT
Panafil Essential Oil. (3) Menganalisis sentivitas dari kelayakan usaha budidaya
nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan penyusutan
investasi usaha dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Pengolahan
data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji
beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial lingkungan, dan
finansial. Kriteria kelayakan finansial usaha yang digunakan antara lain Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan payback period.
Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam
yang direncanakan PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar dapat dilihat
dari peluang pasar yang masih terbuka, serta bauran pemasaran yang dilakukan
perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian kondisi iklim
dan tanah Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam,
ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat dilihat dari segi
pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah
ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam untuk memperoleh
bahan baku yang kontinyu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang
dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya manfaat
yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat
diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya
nilam layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai kriteria kelayakan
investasi yang terdiri dari NPV sebesar Rp 293.338.047,00, Net B/C sebesar 1,89.
IRR sebesar 14 persen per triwulan, payback period sebesar 7,71 triwulan (satu
tahun 11 bulan 17 hari). Analisis sensitivitas dengan menggunakan metode
switching value menunjukkan bahwa proyek pengembangan usaha budidaya
nilam akan tetap layak sampai terjadi kenaikan pada harga pupuk kandang sebesar
342,262191 persen. Serta akan tetap layak apabila terjadi perubahan volume
produksi sebesar 23,2431157 persen dan penurunan harga jual nilam basah sebesar
23,2431157 persen.
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka pengembangan unit usaha
budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan menerapkan polatanam
disarankan untuk membagi setiap tahap menjadi empat blok untuk ditanam
dengan jarak waktu satu minggu, agar pemanenan dapat dilakukan setiap minggu
guna mengefisienkan biaya penyimpanan nilam kering. Pemeliharaan tanaman
nilam sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai dengan rencana kerja yang telah
dibuat perusahaan agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM
(Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
BANDUNG
SHORAYA INDAH
H34076141
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon
cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung
Nama
: Shoraya Indah
NIM
: H34076141
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc
NIP. 19630228 199003 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil
Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulisan lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
H34076141
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat, karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon
cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung”. Skripsi ini merupakan hasil karya
penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dari sisi finansial
dan non finansial usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT
Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku produksi
perusahaan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di daerah Bogor pada tanggal 10 Desember 1985.
Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwan
Susilo dan Ibunda Hj. Solihah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor pada
tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di
SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Insan
Kamil Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Program Studi
Diploma Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan
(SEIP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun
2007. Kemudian penulis melanjutkan di program ekstensi Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Masuk IPB pada tahun 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk dari rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun
skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator kolokium
yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan
proposal penelitian.
3. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada
sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini.
4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi
Pendidikan pada sidang skripsi telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Ayah (H. Iwan S) dan Ibu (Hj. Solihah) yang tercinta atas segala perjuangan,
kasih sayang, doa, dan dukungan, baik secara moral maupun material kepada
penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Kakak dan adikku tersayang. Mustaqfirin, Ibah, Sofiawati, Humaedi, dan M.
Faruq Sanjaya atas semangat, doa, bantuan, dan kasih sayang yang telah
diberikan.
7. Seseorang yang sangat berarti bagi penulis, Dani Prawirakusumah Alm atas
perhatian, dukungan, bantuan, doa, dan cinta, serta ilmu pengetahuan
khususnya terkait dengan penelitian ini. Semoga ilmu pengetahuan yang telah
diberikan pada penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca skripsi ini,
dan dapat menjadikan cahaya bagi kehidupan kita semua, Amin.
8. Pihak perusahaan PT Panafil Essential Oil khususnya Bapak Adam S.Hut atas
waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
9. Sahabat-sahabatku Sri Wisdya, Dira, Qiqi (Pembahas Seminar), Dian
Nurjanah, dan Fitria Fatimah atas semua bantuan, dukungan serta doa yang
telah diberikan.
10. Semua teman-teman AGB Ekstensi angkatan 3, teman-teman seperjuangan
AGP 41 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi,
serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuannya.
11. Seluruh staf pengajar Ekstensi Agribisnis dan seluruh staf sekretariat Ekstensi
Agribisnis atas kesediaannya membantu penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak
yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis
mendapat berkat dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xv
PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1.2 Perumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian ...............................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................
1
5
8
8
9
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
10
2.1 Perkembangan Nilam Indonesia ............................................
2.2 Minyak Nilam ........................................................................
2.2.1 Mutu Minyak Nilam .....................................................
2.3 Tanaman Nilam ......................................................................
2.4 Budidaya Tanaman Nilam ......................................................
2.5 Penyulingan Nilam .................................................................
2.6 Penelitian Terdahulu ..............................................................
10
10
11
12
13
16
19
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................
3.1.1 Konsep Analisis Kelayakan Proyek ...............................
3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan .......................................
3.1.3 Analisis Sensitivitas ......................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
22
22
23
25
27
METODE PENELITIAN ..........................................................
30
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................................
4.3 Metode Pengolahan Data ........................................................
4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ........................................
4.3.1.1 Net Present Value (NPV) ..................................
4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) ............................
4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) .....................
4.3.1.4 Payback Period (PP) ..........................................
4.3.2 Analisis Sensitivitas ......................................................
4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) ............................
4.5 Asumsi Dasar .........................................................................
30
30
30
31
31
32
33
34
34
35
35
DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL .......................
37
5.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................
5.2 Struktur Organisasi..................................................................
37
38
I
II
III
IV
V
xi
5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan .......................
5.3.1 Proses Penyulingan Nilam ............................................
5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku ...............................................
5.4 Perencanaan Budidaya ..........................................................
5.4.1 Proses Budidaya Nilam .................................................
5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya ............................
5.4.3 Pengendalian Produksi ..................................................
39
39
41
41
42
46
46
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL ..........
48
6.1 Aspek Pasar ............................................................................
6.1.1 Potensi Pasar
...........................................................
6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ............................................
6.1.2.1 Produk (Product) ...............................................
6.1.2.2 Harga (Price) ......................................................
6.1.2.3 Tempat (Place) ..................................................
6.1.2.4 Promosi (Promotion) .........................................
6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ............................................
6.2 Aspek Teknis ..........................................................................
6.2.1 Kesesuaian Kodisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy ........
6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ........................................
6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja .............................................
6.2.4 Skala Operasi ................................................................
6.2.5 Layout Lahan ..................................................................
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis .........................................
6.3 Aspek Manajemen ..................................................................
6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen .................................
6.4 Aspek Sosial ...........................................................................
6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial ..........................................
48
48
49
49
50
51
51
51
52
52
53
54
54
54
55
55
56
57
57
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ...................
58
7.1 Arus Masuk ............................................................................
7.2 Arus Keluar ............................................................................
7.2.1 Biaya Investasi ................................................................
7.2.2 Biaya Operasional ...........................................................
7.2.3 Analisis Rugi Laba..........................................................
7.3 Kelayakan Finansial Proyek ....................................................
7.4 Analisis Sensitivitas .................................................................
7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi ........................................
58
59
59
61
63
64
65
66
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
69
LAMPIRAN ............................................................................................
71
VI
VII
VIII
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Daftar Negara Eksportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun
2002-2006 ......................................................................................
1
2.
Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006......................
3
3.
Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008................
4
4.
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Nilam
Tahun 2003-2006 ...........................................................................
7
5.
Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 ..... 12
6.
Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam.................. 14
7.
Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan
Kadar Patchouli Alkohol Tiga Varietas Nilam .............................. 15
8.
Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam
PT Panafila Essential Oil ............................................................... 59
9.
Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential
Oil................................................................................................... 60
10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ...... 61
11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential
Oil................................................................................................... 64
13. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil
Essential Oil ................................................................................... 66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Tiga Varietas Unggul Nilam ........................................................ 15
2.
Diagram Alur Kerangka Pemikiran ............................................. 29
3.
Sistem Penyulingan Uap Tidak Langsung ..................................... 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi PT Panafil Essensial Oil ............................... 71
2.
Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ............... 72
3.
Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam
PT Panafil Essential Oil ................................................................. 73
4.
Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
Per Triwulan................................................................................... 74
5.
Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT
Panafil Essential Oil....................................................................... 75
6.
Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT
Panafil Essential Oil....................................................................... 76
7.
Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Kenaikan
Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,26219 persen. ....................... 77
8.
Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Penurunan
Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen.......... 78
9.
Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Harga Jual
Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen....................................... 79
xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang
memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak
atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara
eksportir terbesar di dunia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pangsa pasar minyak
atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor
dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN
Comtrade diacu dalam Balitro 2009).
Konsumsi dunia terhadap minyak atsiri setiap tahunnya naik sebesar 10
persen, yang disebabkan karena perkembangan kebutuhan industri pangan,
kosmetik dan farmasi yang didorong dengan adanya pertumbuhan populasi dan
perubahan preferensi konsumen terhadap bahan alami (Balitro 2009).
Tabel 1. Daftar Negara Ekportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006
No
Negara
2002
Nilai dalam Ekspor US$ 000
2003
2004
2005
2006
Trend
(persen)
2
Amerika
Serikat
Perancis
3
Brazil
78.6
114.385
98.529
105.565
130.637
16,40
4
Inggris
88.529
108.69
107.926
105.465
119.227
4,70
5
China
68.693
62.873
76.644
84.58
107.898
10,01
6
Argentina
67.155
51.182
55.691
96.718
102.511
11,88
7
Jerman
41.361
48.159
63.072
64.555
72.184
15,88
8
Indonesia
51.365
44.194
47.204
64.601
67.324
5,33
9
Italia
40.988
45.763
51.423
49.717
0
0
10
India
Total
Dunia
66.842
101.997
96.531
0
0
0
1.403.160
1.554.138
1
312.498
293.428
329.193
351.707
368.715
4,44
161.932
191.904
214.485
204.518
216.413
7,70
1.618.910 1.429.121 1768568
4,60
Sumber: UN Comtrade, diacu dalam Balitro 2009.
Indonesia sebagai penghasil minyak atsiri mengekspor sekitar 9-12 jenis
minyak atsiri dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar
internasional. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk beberapa jenis minyak atsiri
1
antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63
persen, dan minyak sereh 15 persen.1
Potensi Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri juga sangat besar,
mengingat di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman dari sekitar 150-200
jenis tanaman penghasil minyak atsiri di dunia.2 Salah satu jenis tanaman
penghasil minyak atsiri yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam, yang
menghasilkan minyak atsiri yang cukup penting. Tanaman ini termasuk tanaman
yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah
kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif (Mangun 2005), serta
teknik budidaya dan pengelolaan tanaman ini pun sederhana sehingga mudah
dikembangkan.
Minyak nilam Indonesia yang dikenal dengan nama “Patchouli Oil”
memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pasar dunia, yaitu sekitar 90
persen dari total kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia (Balitro,
2009). Peluang pasar minyak nilam baik di dalam maupun luar negeri masih
sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan
kosmetik, trend mode dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil
yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Terlebih
lagi pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor (Mangun 2005).
Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan.
Minyak ini memiliki komponen utama patchouli alcohol (C15H26O) yang
berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan pengendali
penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan
lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan
campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi,
shampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk
essence atau penambahan rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat
antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi,
1
Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisiharian/perdagangan/lid99645.html. [22 September 2009]
2
Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php.[22 September
2009]
2
dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan
barang, serta sebagai kebutuhan industri lainnya.
Perkembangan ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2003-2006
meningkat, baik dari segi volume maupun dari segi nilainya (Tabel 2).
Peningkatan ekspor minyak nilam dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$
19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000 disebabkan
karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri
parfum, kosmetika, farmasi, dan tren mode yang terus berkembang, serta belum
berkembangnya bahan substitusi minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam
industri parfum dan kosmetika. Kebutuhan pasar dunia terhadap minyak nilam
setiap tahunnya mencapai 1.200-1.400 ton dan volume tersebut cenderung terus
meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.3
Tabel 2. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006
Nilai
Volume
Tahun
Pertumbuhan
US$
Pertumbuhan
Ton
(%)
(000)
(%)
1.127
2003
19.165
2.074
84,03
2004
27.137
41,60
2.679
29,17
2005
43.894
61,75
2.832
5,71
2006
43.984
0,21
Rata-rata Pertumbuhan
2.178
39,64
33.545
34,52
Per Tahun (%)
Sumber: Biro Pusat Statistik 2008, diolah.
Produksi minyak nilam sangat dipengaruhi oleh persediaan bahan baku
nilam dan teknologi penyulingan nilam yang digunakan. Pada 2003-2008
produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam di Indonesia
mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton (Tabel 3), yang
disebabkan oleh fluktuasi harga minyak nilam yang terjadi pada tahun 2003-2006
yang berada dikisaran Rp130.000,00-Rp170.000,00 per kilogram. Kondisi
tersebut mengakibatkan para produsen minyak nilam menekan harga beli bahan
baku nilam dari petani sehingga petani tidak lagi bersemangat dalam
membudidayakan nilam.
3
Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta.http://www.kapanlagi.com/h/00
00199284.html-19k. [5 Oktober 2009]
3
Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan baku nilam, dan
suplai minyak nilam Indonesia di pasar internasional menjadi menurun. Pada saat
itu, kenaikan harga minyak nilam pada akhir 2007 hingga mencapai Rp
1.000.000,00 per kilogram4, dan harga minyak nilam selama tahun 2008
mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp 1.200.000,00 per
kilogram. Namun kenaikan harga tersebut menyebabkan banyak petani yang
membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke harga normal yaitu sebesar Rp
250.000,00 per kilogram.
Tabel 3. Data Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008
Produksi (ton)/tahun
Lokasi
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
239
121
87
NAD
383
233
178
Sumatera Utara
613
404
396
Sumatera Barat
362
22
23
Riau
Jambi
438
42
42
Sumatera Selatan
146
584
286
Bengkulu
45
15
15
Lampung
25
55
180
Jawa Barat
129
234
330
Jawa Tengah
D.I Yogyakarta
2
2
1
Jawa Timur
2.382 1.712 1.538
Indonesia
Sumber : Departemen Pertanian 2003-20085
Keterangan : *) = angka sementara
88
118
152
20
29
108
297
19
223
424
51
967
2.496
110
98
300
19
23
19
25
155
292
110
1.151
130
116
318
33
48
79
33
181
388
164
1.490
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi
2003-2008
(%)
-33
-95
6
-34
300
24
357
153
96,510
-0,5
Selain teknologi yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di
Indonesia masih sederhana, yang mengakibatkan suplai minyak nilam menurun
ialah kurangnya bahan baku nilam di Indonesia, sehingga produksi dan mutu
minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan
permintaan pasar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
fluktuasi pada harga minyak nilam.
4
Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus online.co.id/mod.php?mod
=Publisher&op=viewarticle&cid=1&arid=1481. [10 Oktober 2009]
5
Departemen Pertanian, Pencarian Data Berdasarka Indikator. http/database.deptan.go.id/Bdsp/
hasil_ind.asp. [11 Oktober 2009]
4
Sentra produksi tanaman nilam Indonesia salah satunya berada didaerah
Jawa Barat. Kondisi lingkungan di Jawa Barat sangat mendukung untuk
pertumbuhan tanaman nilam, terlebih lagi nilam termasuk tanaman yang mudah
dibudidayakan dibandingkan tanaman atsiri lainnya. Daerah yang menjadi pusat
produksi minyak nilam di Jawa Barat antara lain Cianjur, Majalengka, Garut,
Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Subang,
Purwakarta dan Bandung (Balitro 2009). Salah satu produsen minyak nilam di
Bandung yaitu PT Panafil Essential Oil.
PT Panafil Essential Oil baru berdiri pada bulan Oktober tahun 2009, dan
perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk.
Perusahaan ini didirikan karena PT Panasia Indosyntec Tbk yang awalnya hanya
bergerak dibidang tekstil, memiliki alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
berkapasitas besar. Kapasitas PLTU yang dimiliki oleh PT Panasia Indosyntec
Tbk adalah sebesar 30 Mw, namun daya yang digunakan untuk kebutuhan
perusahaan tidak sebesar itu sehingga perusahaan menjual daya sebesar tiga
megawatt kepada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali. Selain itu,
untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dimiliki, maka perusahaan melakukan
pengembangan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. Dan salah satu
komoditi yang diproduksi perusahaan adalah minyak nilam karena prospek pasar
minyak nilam yang sangat baik.
Perusahaan ini telah dilengkapi dengan alat suling modern, yaitu dengan
menggunakan teknologi sistem penyulingan tidak langsung sehingga minyak yang
dihasilkan berkualitas dan rendemen tinggi. Alat suling yang dimilliki perusahaan
ini dilengkapi dengan dua ketel suling yang berkapasitas masing-masing sebesar
400 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel, dalam sehari perusahaan
melakukan satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku total sebanyak
800 kg nilam kering dibutuhkan waktu selama lima sampai enam jam dengan
rendemen minyak yang dihasilkan rata-rata sebesar 2,5 persen dari bahan baku
nilam kering yaitu sekitar 20 kg minyak nilam yang dihasilkan.
PT Panafil Essential Oil dalam melakukan kegiatan produksi minyak
nilam pada awalnya memperoleh bahan baku nilam dengan membeli dari daerah
sekitar, seperti Garut, Kuningan, Subang dan lain-lain. Namun diantara bahan
5
baku yang dibeli perusahaan, bahan baku yang berasal dari petani yang berada di
daerah Subang merupakan bahan baku yang paling baik menurut perusahaan
karena rendemen yang dihasilkan dari bahan baku tersebut paling tinggi
dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari tempat lain, dan kualitas
minyak yang dihasilkan juga sangat baik.
Persediaan bahan baku nilam basah dari daerah Subang masih sangat
terbatas, sehingga baku nilam yang dipasok ke perusahaan jumlahnya tidak
mencukupi dari kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan. Hal
tersebut mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat,
hingga
perusahaan
harus
menghentikan
produksi
minyak
nilam
dan
menggantikannya dengan komoditi yang lain. Oleh karena itu, untuk dapat
memproduksi minyak nilam secara optimal maka PT Panafil Essential bermaksud
melakukan pengembangan unit usaha dibidang budidaya nilam.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa potensi pasar
minyak nilam masih terbuka lebar, dengan kebutuhan minyak nilam yang terus
meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya
permintaan minyak nilam pada industri-industri seperti industri makanan,
kosmetika, parfum, farmasi, tren mode yang terus berkembang, dan belum
berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi)
dalam industri parfum dan kosmetika. Serta masih kurangnya jumlah produksi
minyak nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Kurangnya jumlah produksi minyak nilam dunia salah satunya disebabkan
oleh produksi nilam Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2008 dari 2.382
ton menjadi 1.490 ton, sehingga ketersediaan bahan baku utama minyak nilam
menjadi terbatas dan produksi minyak nilam di Indonesia menurun. Penurunan
produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam salah satunya
disebabkan karena produktivitas nilam di Indonesia yang menurun pada tahun
2003-2006 (Tabel 4), yang dapat lihat dari jumlah areal lahan yang meningkat
namun tidak diiringi dengan jumlah produksi nilamnya.
6
Penurunan produksi tersebut dikarenakan pada umumnya budidaya nilam
tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang
relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga
produksi nilam menjadi tidak optimal. Hal tersebut juga berdampak terhadap
suplai minyak nilam dunia mengingat Indonesia memiliki pangsa pasar minyak
nilam yang sangat besar di dunia yaitu sekitar 85 persen.
Oleh karena itu, didukung dengan potensi yang dimiliki perusahaan, PT
Panasia Indosyntec tbk mendirikan usaha penyulingan minyak atsiri, salah
satunya adalah minyak nilam. Namun karena keterbatasan bahan baku yang
dialami perusahaan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi
terhambat. Karena hal tersebut, agar produksi minyak nilam perusahaan dapat
dilakukan secara optimal, maka diperlukan persediaan bahan baku yang
mencukupi secara kontinyu. Oleh sebab itu PT Panafil Essential Oil bermaksud
melakukan pengembangan unit usaha dibidang budaya nilam dengan menerapkan
pola tanam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan
secara kontinyu.
Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 20032006
Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
2003
16.354
2.382
2004
20.179
1.712
2005
20.455
1.537
2006
22.498 [4]
1.758 [4]
Sumber : Departemen Pertanian 2003-20066.
Keterangan : [4] = angka sementara
Produktivitas (Kg/Ha)
199,38
103,42
103,11
107,23 [4]
Lokasi lahan yang dipilih untuk pengembangan usaha budidaya nilam ini
berada di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang
merupakan lahan milik PT Panasia Indosyntec Tbk yang belum dimanfaatkan
sebelumnya. Pada lokasi tersebut sebelumnya juga belum ada yang melakukan
budidaya nilam, sehingga untuk melaksanakan pengembangan usaha budidaya
nilam ini perusahaan perlu melakukan analisis kelayakan baik secara teknis
6
Departemen Pertanian. Pencarian Data Berdasarkan Indikator. http://database.deptan. go.id
/Bdsp/hasil _ind.asp.[10 Oktober 2009]
7
maupun finansial untuk mengetahui dapat tidaknya usaha tersebut untuk
dijalankan dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam
menganalisis kelayakan usaha ini perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk
mengetahui tingkat sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya nikam yang akan
dilakukan perusahaan. Karena usaha yang dianalisis kelayakannya masih dalam
tahap perencanaan
maka
metode
yang
digunakan
dalam
menganalisis
sentinsitivitas adalah switching value. Adapun variabel yang uji antara lain
perubahan dari kenaikan harga pupuk kandang, penurunan volume produksi, dan
penurunan harga jual nilam basah. Maka dari perumusan masalah tersebut,
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil
Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan
aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT
Panafil Essential Oil?
3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada
variabel usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT
Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan sosial lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya nilam yang
akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.
3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada
komponen variabel yang dapat mempengaruhi usaha budidaya nilam yang
akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.
8
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan
dan keterampilan mengenai penerapan studi kelayakan bisnis.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi
pada usaha budidaya tanaman nilam.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai studi kelayakan usaha budidaya nilam, serta dapat menjadi referensi
untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah menganalisis kelayakan usaha
budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam
rangka memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan yang mencakup aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial, serta aspek finansial
perusahaan. Menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam PT Panafil Essential
Oil dengan mengunakan metode analisis switching value. Variabel-variabel yang
digunakan dalam analisis switching value adalah kenaikan pada komponen biaya
variabel harga bibit nilam dan kenaikan pupuk kandang, serta penurunan volume
produksi dan penurunan harga jual nilam basah.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Nilam Indonesia
Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh)
yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).
Hasil tanaman tersebut berupa terna yang dikeringkan dan diekspor ke Singapura
untuk disuling, yang kemudian diekspor ke berbagai negara terutama Perancis,
Jerman, dan Amerika. Pada tahun 1920 daerah Tapak Tuan mulai melakukan
penyulingan minyak nilam. Setahun kemudian (1921) minyak nilam asal
Indonesia mulai di ekspor ke Singapura dan Malaysia disamping mengekspor
terna kering Indonesia juga mulai mengekspor minyak nilam (Heyne 1927; Anon
1939, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Pada saat itu budidaya nilam Indonesia
telah menyebar ke pulau Jawa salah satunya di daerah Kediri. Indonesia masih
mengekspor terna dan minyak nilam ke singapura dan Malaysia sampai pada
tahun 1940, dan setelah tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak saja.
Namun setelah tahun 1960 posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara
pengekspor minyak nilam terbesar digantikan oleh Indonesia (Allen 1969, diacu
dalam Dhalimin et al. 1998)
Pada tahun 1956 ekspor minyak nilam Indonesia baru mencapai 30 ton
dan meningkat menjadi 245 ton pada tahun 1961, dan pada waktu yang sama
ekpor minyak nilam Malaysia dan Singapura juga mengalami peningkatan dari
160 ton (1956) menjadi 232 ton (1961), namun produksi minyak nilam Indonesia
terus meningkat sedang negara-negara lain seperti Cina, Srilanka, Malaysia dan
Brazil tidak begitu pesat perkembangannya. Periode 1960an ekspor minyak nilam
Indonesia berkisar antara 250-300 ton tiap tahun (Robbin 1982, diacu dalam
Dhalimin et al. 1998). Volume ekspor terus meningkat menjadi 300-500 ton
(1970-1980) dan 500-700 ton (1980-1990). Pada tahun 1990 volume ekspor
minyak nilam meningkat secara tajam dan mencapai puncaknya pada tahun 1995
(1445 ton) (Dhalimin et al. 1998).
2.2 Minyak Nilam
Menurut B S Hieronymus (1990) Minyak nilam diperoleh dengan cara
penyulingan uap dan air terhadap herba kering tanaman nilam Pogostemon cablin.
10
Kandungan utama dari minyak nilam adalah Patchuli alcohol. Senyawa inilah
yang menyebabkan minyak nilam memiliki bau yang harum. Minyak nilam dapat
digunakan secara langsung tanpa diproses lebih lanjut. Namun patculi dapat
diubah menjadi ester, patchouli asetat. Senyawa ester mempunyai bau yang
harum dan dapat digunakan sebagai bahan pewangi. Patculi alcohol dapat
direaksikan dengan asam fosfat mengalami hidrasi dan diperoleh patculena.
Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan sebagai
bahan fiksatif yang paling baik pada parfum berkualitas baik. Minyak ini
digunakan juga dalam pembuatan sabun dan kosmetik, karena dapat diblending
secara baik dengan minyak atsiri lainnya seperti minyak cengkeh, geranium, akar
wangi dan minyak cassia. Aroma minyak nilam sangat kaya, terkesan rasa manis,
hangat dan menyengat (Dhalimin et al. 1998).
2.2.1 Mutu Minyak Nilam
Mutu minyak nilam sangat menentukan mampu atau tidaknya minyak
nilam tersebut diekspor ke pasar luar negeri, bahkan mutu juga dapat menentukan
harga dari minyak nilam yang diproduksi. Menurut Sumangat D dan Risfaheri
(1989) senyawa patchouli alcohol merupakan penentu mutu minyak nilam.
Minyak nilam yang kadar patchouli alhokolnya lebih tinggi dalam dunia
perdagangan mendapatkan harga lebih tinggi, karena mutunya dinilai lebih tinggi.
Kadar patchouli alcohol minyak nilam Indonesia berkisar antara 20-45 persen.
Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain klon
atau varietas, lingkungan tumbuh, teknik budidaya, perilaku pendahuluan, proses
peyulingan, pengemasan, serta penyimpanan (Anggraeni et al. 1998). Standar
mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional
dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-2006. Standar ini
meliputi ruang lingkup syarat mutu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,
pengemasan, dan penandaan milik nilam.
Berdasarkan Standar ini minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang
diperoleh dengan cara penyulingan dari daun tanaman P. cabin Benth. Minyak
nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu dengan nama “patchouli oil”
Adapun syarat-syarat mutu minyak nilam ditetapkan seperti pada Tabel 3.
11
Tabel 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006
No
1
2
3
4
Jenis uji
Warna
Bobot jenis 25°C/25°C
Indeks bias (nD²º)
Kelarutan dalam etanol 90%
pada suhu 20ºC ±3ºC
Satuan
-
5 Bilangan asam
6 Bilangan Ester
7 Putaran optic
8 Patchouli alcohol (C15H26O)
%
9 Alpha opaene (C15H24)
%
10 Kandungan besi (Fe)
mg/kg
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006).1
Persyaratan
Kuning muda-cokelat kemerahan
0,950-0,975
1,507-1,515
Larutan jernih atau opalesensi
ringan dalam perbandingan volume
1:10
Maks. 8
Maks. 20
(-40°)-(-65º)
Min. 30
Maks. 0,5
Maks. 25
2.3 Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili
labiatae, dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0.3-1.3 m.
Tanaman ini tumbuh di alam bebas secara tidak teratur dan cenderung mengarah
ke datangnya sinar matahari, namun di kebun tanaman nilam tumbuhnya tegak ke
atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (B. S. Hieronymus 1990).
Tanaman nilam terdiri beberapa jenis dan setiap jenis nilam memiliki
kadar dan mutu minyak yang berbeda-beda. Jenis nilam tersebut antara lain
Pogostemon cablin Benth, Pagostemon heyneatus, Benth, dan Pogostemon
hortensis, Backer (B. S. Hieronymus 1990).
a) Pogostemon cablin Benth (Nilam Aceh)
Nilam ini memiliki ciri daunnya agak membulat seperti jantung, dibagian bawah
daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat, dan tidak atau
jarang berbunga. Kadar minyaknya antara 2,5-5 persen dan komposisi minyaknya
bagus. Menurut para ahli, minyak jenis ini terdapat di Filipina, Brazilia, Malaysia,
Paraguay, Madagaskar, dan Indonesia.
b) Pagostemon heyneatus Benth (Nilam Jawa)
Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah atau ditempat yang
jarang dijamah oleh manusia, oleh karena itu nilam ini sering disebut nilam hutan.
11
Badan Standarisasi Nasional. Minyak Nilam. http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/
sni/detail_sni/7400. [10 Oktober 2009].
12
Daunnya lebih tipis dibandingkan daun nilam jenis Pogostemon cablin dan ujung
daunnya agak runcing. Spesifikasi nilam ini adalah berbunga. Kadar minyaknya
rendah sekitar 0.5-1.5 persen dari berat daun kering. Komposisi minyaknya jelek.
c) Pogostemon hortensis Backer (Nilam Sabun)
Nilam jenis ini disebut nilam sabun, karena digunakan sebagai pengganti sabun.
Bentuknya hampir sama dengan Pagostemon heyneatus. Daunnya tipis, ujung
daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0.5-1,5 persen
dan komposisi minyaknya pun jelek.
Berdasarkan ketiga jenis tanaman nilam tersebut, yang layak untuk
dikembangkan dan dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku penyulingan
minyak nilam adalah pogostemon cablin sebab kadar dan komposisi minyaknya
paling bagus diantara jenis lainnya (B S Hieronymus 1990). Selain itu menurut
Balitro (2009) Indonesia memiliki varietas tanaman nilam unggulan yang
dinamakan berdasarkan nama daerah asalnya yaitu Tapak Tuan, Lhoksemawe dan
Sidikalang.
2.4 Budidaya Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan diberbagai
jenis lahan seperti pekarangan, sawah, kebun, dan tegalan. Namun untuk
mendapatkan produktivitas yang tinggi, tanaman nilam memerlukan lapisan tanah
yang dalam, subur, kaya humus, berstruktur gembur, dan drainase yang baik.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil keberhasilan budidaya
tanaman nilam antara lain yaitu:
A. Kesesuaian Lahan dan Iklim
Lahan dan iklim sangat mempengaruhi produksi dan kualitas minyak
nilam, terutama ketinggian tempat dan ketersediaan air. Nilam sangat peka
terhadap kekeringan (heavy drinker), kemarau panjang setelah panen dapat
menyebabkan tanaman mati. Tanaman nilam dapat tumbuh pada ketinggian 01.500 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi pada tempat dengan ketinggian antara 50-400 m diatas
permukaan laut. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar
patchouli alkohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar minyak
13
rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi. Jenis tanah yang sesuai dengan
tanaman nilam antara lain latosol, andosol, regosol, tumbuhan ini dapat tumbuh
baik pada tanah yang gembur dengan humus yang tinggi.
Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta
membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per
tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman
ini adalah 24-25°C. dengan kelembaban lebih dari 70-80 persen (Balitro 2009).
Intensitas penyinaran agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam
optimal adalah berkisar antara 75-100 persen. Pada tempat-tempat yang agak
terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih
rendah dari pada tempat terbuka (B. S. Hieronymus 1990).
Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam
Tingkat Kesesuaian
Parameter
Ketinggian Tanah (m, dpl.)
Sangat
Sesuai
Sesuai
100 – 400
Andosol,
latosol
Baik
Lempung
> 100
5.5 – 7
2–3
0 – 700
Regosol,
podsolik
Baik
7. P205 (ppm)
8. K20 (me/100 g)
KTK (me/100 g)
Iklim
1. Curah hujan (mm)
2. H H/ tahun
3. Bln basah/ tahun
4. Kelembaban udara (%)
5. Temperatur 0C
Intensitas cahaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis tanah
Drainase
Tekstur
Kedalaman air
pH
C-organik (%)
Kurang
Sesuai
Tidak
Sesuai
> 700
> 700
Liat berpasir
75 – 100
5 – 5.5.
3–5
Lainnya
Agak baik
Lainnya
50 – 75
4.5 – 5
<1
Lainnya
Terhambat
Pasir
< 50
< 4.5
-
16 – 25
> 1.0
> 17
2.300-3.000
190-200
11-Oct
80-90
75-100
10 – 15
0.6 – 1.0
5 – 16
1.750-2.300
3000-3.500
170-180
10-Sep
70-80
> 25
0.2 – 0.4
<5
1.200-1.750
> 3500
< 100
<9
< 60
> 3.500
<8
< 50
-
22-23
-
24-25
-
> 25
-
-
Sumber: Balitro (2009).
B. Bahan Tanaman
Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif, yaitu dengan
mempergunakan potong-potongan cabang. Bibit yang baik untuk ditanam harus
14
berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan
dijamin terbebas dari kontaminasi hama dan
da penyakit. Upaya
paya meningkatkan mutu
bibit, telah dikembangkan penggunaan bibit yang telah diakarkan lebih dahulu
serta penggunaan setek pendek,
pendek dengan penggunaan teknik tersebut pemakaian
bahan tanaman lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat dan keberhasilan
pertumbuhan di lapangan lebih tinggi (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).
Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena
kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam
Sabun. Varietas unggulan tanaman nilam yang menjadi
menjadi koleksi Balitro yaitu
Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. Tapak
Tapak Tuan unggul dalam produksi
dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan
Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).
Tabel 7. Produksi
roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar
Patchouli Alkohol 3 Varietas Nilam
Varietas
Tapak Tuan
Lhokseumawe
Sidikalang
Produksi
terna kering
(ton/ha)
Kadar
minyak
(%)
Produksi
minyak
(kg/ha)
Kadar
Patchouli
alkohol (%)
13,278
11,087
10,902
2,83
3,21
2,89
375,76
355,89
315,06
33,31
32,63
32,95
Sumber: Balitro (2009).
Varietas tersebut dapat dibedakan
dibedakan dari warna pangkal batang
batangnya. Varietas
Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas
Lhoksemawe lebih ungu dan varietas Sidikalang
ikalang paling ungu (Gambar 1).
Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam
Tapak Tuan
Sidikalang
Lhokseumawe
C. Pola Tanam
Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat
juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman
15
palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija,
nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahunan seperti diantara kelapa,
kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih
berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya minimum 75 persen. Semua
tanaman dapat ditumpangsarikan dengan nilam dengan syarat tidak menimbulkan
persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari dan tidak
merupakan sumber hama atau penyakit bagi tanaman nilam sebaiknya yang saling
menguntungkan. Oleh sebab itu, waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman
pokok dan antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan
dengan cermat (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).
Nilam yang ditanam dibawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun
lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam
yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus
tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan
sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi sebaiknya pada awal
pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman
kekeringan (B. S. Hieronymus 1990).
D. Jarak Tanam
Jarak tanam akan menentukan populasi tanaman dan luas permukaan daun
yang aktif melakukan fotosintesa sehingga akan mempengaruhi kompetisi
tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsur hara, kerapatan yang tinggi
kompetisi akan tinggi dibandingkan dengan yang lebih jarang. Jarak tanam yang
ideal adalah sesuai bagi perkembangan tanaman bagian atas serta tersedianya
ruang bagi perkembangan perakaran dalam tanah yaitu antara 75-100 cm antar
baris dan 50 – (75 – 100) cm dalam baris. Pada lahan datar dan subur dapat
digunakan jarak tanam yang lebih lebar misalnya 100 x 100 cm, sedangkan
dilahan miring jarak tanam yag digunakan lebih sempit misalnya 50 x 75 cm atau
75 x 75 cm. Kebutuhan bibit tergantung dengan jarak tanam ini (Emmyzar dan
Ferry Y. 2004).
16
E. Pemupukan
Menurut Wahid et al, diacu dalam Emmyzar dan Ferry Y. (2004) Tanaman
nilam termasuk tanaman yang memerlukan unsur hara cukup tinggi, untuk
mempertahankan produksi agar tetap optimal maka pemberian pupuk sangat
menentukan, dan rekayasa pemupukan akan mempengaruhi rendemen minyak
yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).
F. Pemeliharaan dan Pemanenan
Nilam memerlukan pemeliharaan yang intensif terutama pada awal
pertumbuhan dan setelah panen. Pemeliharaan yang dilakukan berupa
penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan,
pemupukan dan pemberian mulsa. Pemberian pupuk dan mulsa sangat penting
sekali dilakukan terutama setelah panen pertama (umur 6 bulan), tujuannya guna
merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.
Tanaman nilam dapat dipanen pertama kali saat umur tanaman 6-8 bulan,
dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur tiga
tahun. Setelah itu sebaiknya tanaman diremajakan, karena hasilnya sudah makin
menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar
kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel
daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun
kurang elastis dan mudah robek. Di samping itu, pada siang hari transpirasi daun
berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang.
Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan,
karena daun yang berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang.
Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih
berwarna hijau. Alat untuk panen dapat menggunakan sabit dengan cara
memangkas tanaman pada ketinggian 15-30 cm dari permukaan tanah. Ada
baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu tanaman tetap tumbuh untuk
merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.
17
G. Penanganan Hasil Panen
Hasil pangkasan tanaman nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm
kemudian dijemur selama 1-2 hari atau dijemur 5 jam dan dikering anginkan
selama 2-3 hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15 persen. Pengeringan
yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu
lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur,
hingga redemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.
2.5 Penyulingan Nilam
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan yang akan
mempengaruhi mutu minyak nilam yang dihasilkan adalah cara dan waktu
penyulingan, kepadatan bahan dalam tangki penyulingan dan perbandingan antara
daun dan batang yang disuling. Perbandingan optimal antara tangkai dan daun
pada campuran bahan yang disuling adalah 1 banding 0,5. Semakin banyak
proporsi tangkai, kadar minyak dan rendemen minyak makin berkurang. Selain
mempengaruhi rendemen cara penyulingan juga mempengaruhi kadar patchouli
alcohol, serta waktu penyulingan mempengaruhi rendemen, bobot jenis, bilangan
ester dan kadar patchouli alcohol (Anggraeni et al. 1989). Sedangkan menurut
Mangun (2006) mutu minyak nilam dan rendemen sangat dipengaruhi oleh mesin
dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu sanitasi lingkungan, tempat
penyulingan, gudang tempat menyimpan daun, dan kedekatan lokasi dengan lahan
perkebunan juga berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan
harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang
tinggi.
Sistem penyulingan nilam terdiri dari system penyulingan dengan air,
system penyulingan uap langsung dan system penyulingan uap tidak langsung. 1).
System penyulingan dengan air merupakan cara penyulingan yang paling
sederhana, namun cara ini kurang disukai karena waktu yang dibutuhkan lama dan
hasilnya kurang banyak serta mutunya kurang bagus. 2). Sistem penyulingan uap
langsung (uap dan air) memiliki kelebihan dalam hasil uap yang selalu dalam
kondisi jernih dan tingkat kekosongan minyak lebih terkendali. Namun karena
tekanan uap yang dihasilkan dengan sistem ini relatif rendah, sehingga belum
18
dapat menghasilkan minyak dalam waktu yang cepat, yaitu dibutuhkan waktu
lebih dari delapan jam untuk memperoleh rendemen minyak yang banyak dan
tingkat persentase patchouli alcohol yang tinggi. 3). Sistem penyulingan uap tidak
langsung. Prinsip dasar penyulingan ini adalah menggunakan uap bertekanan
tinggi. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi,
serta proses penyulingan berjalan lebih cepat (Mangun 2006).
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi telah banyak dilakukan,
beberapa diantaranya adalah Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Minyak
Pala. Penelitian ini dilakukan oleh Naiborhu pada tahun 2004 di PT Pavettia Atsiri
Indonesia di Bogor. Dari penelitian tersebut, dilihat dari aspek finansial usaha ini
layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada hasil analisis
kriteria kelayakan investasi yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu NPV
sebesar Rp.140.235.090, IRR sebesar 36 persen, nilai Gross B/C 1,076 dan
payback period selama dua tahun sebelas bulan.
Penelitian tentang analisis kelayakan usaha minyak nilam pernah
dilakukan dengan judul Analisis Kelayakan dan Peranan Pemerintah dalam Usaha
Agroindustri Penyulingan Nilam yang dilaksanakan di Pabrik Mitra Usaha Jaya di
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Triwagia pada
tahun 2003. Dilihat dari aspek pasar dan teknis, usaha ini dinilai layak karena
permintaan terhadap minyak nilam masih tinggi. Dan secara teknis lokasi pabrik
telah memenuhi syarat untuk penyulingan minyak nilam, teknologi penyulingan
dan peralatan sudah memadai. Dari aspek hukum dan manajemen usaha ini juga
layak dilaksanakan, karena Pabrik Mitra Usaha Jaya telah berbadan hukum dan
memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan untuk aspek finansial usaha ini
layak untuk dilaksanakan, karena berdasarkan analisis kriteria investasi
didapatkan NPV sebesar Rp. 732 880 851, nilai NBCR 1.7086, IRR sebesar 28
persen dam Payback period selama tiga tahun sebelas bulan dengan tingkat
diskonto sebesar 16 persen. Berdasarkan analisis switching value menunjukkan
bahwa usaha penyulingan minyak nilam sangat peka terhadap perubahan manfaat
dan biaya. Secara finansial perubahan maksimal yang toleran terhadap kelayakan
19
investasi adalah penurunan harga hasil produksi maksimal sebesar sebelas persen,
kenaikan biaya produksi maksimal 14 persen, dan produktivitas daun nilam kering
turun maksimal sebesar 46 persen. Bila perubahan parameter input dan output
lebih besar dari persentase tersebut maka investasi akan menjadi tidak layak
dilaksanakan.
Penelitian berikutnya adalah tentang analisis kelayakan usaha penyulingan
minyak nilam pada PT Perkasa Primata Mandiri Kabupaten Mandailing Natal,
Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan oleh Siregar pada tahun 2009. Penelitian
ini menggunakan dua skenario dalam menganalisis aspek finansialnya, skenario
pertama adalah menganalisis usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana
kapasitas mesin yang digunakan sebesar 30 kg. sedangkan skenario kedua ialah
dengan menaikkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling
100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering
(bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya. Hasil penelitian ini dari aspek
finansial menunjukkan bahwa usaha minyak nilam yang dilakukan PT Perkasa
Primata Mandiri layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto 33,3 persen,
yang diambil dari tingkat deviden yang diterima oleh masing-masing investor dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV dari analisis kriteria investasi
yang didapatkan adalah sebesar Rp 563.632.417, Net B/C sebesar 2,93, IRR
sebesar 119,64 persen dan periode pengemblian investasi adalah selama satu
tahun 26 hari. Sedangkan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, dan aspek sosial ekonomi usaha pennyulingan minyak nilam tersebut
layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode
switching value menunjukkan bahwa usaha ini lebih sensitive terhadap perubahan
harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering.
Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi
minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila
perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak
nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.
Penelitian mengenai kelayakan budidaya tanaman nilam pernah dilakukan
Wulansari pada tahun 2005, yang berjudul Analisis Kelayakan Ekonomi
Usahatani Nilam studi kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten
20
Garut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dari penelitian tersebut,
usaha ini layak dijalankan karena karakteristik wilayah yang relevan untuk
ditanami nilam, meskipun teknik budidaya yang dilakukan oleh petani di daerah
ini masih belum mengikuti standar operasionl prosedur budidaya tanaman nilam.
Dan secara finansial, didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.180.266,575, IRR
sebesar 229,04 persen, Net B/C sebesar 4,137 dengan tingkat diskonto sebesar
12,5 persen. Sedangkan berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan,
usahatani nilam lebih sensitif terhadap perubahan harga jual output, yaitu pada
penurunan sebesar 33 persen maka usahatani nilam tidak layak dijalankan.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha
agroindustri minyak atsiri khususnya minyak nilam, dapat disimpulkan bahwa
usaha tersebut sangat menguntungkan untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil analisis kriteria investasi NPV yang dihasilkan sangat tinggi (Naiborhu
2004; Triwagia 2003; Siregar 2009). Sedangkan untuk usaha budidaya tanaman
nilam menurut Wulansari (2005) tingkat keuntungan yang didapat relatif kecil
dibandingkan dengan usaha penyulingan nilam. Semua penelitian terdahulu
mengenai analisis kelayakan usaha tersebut, menggunakan pertimbangan kriteria
kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.
Hanya pada analisis kelayakan budidaya tanaman nilam saja yang tidak
mencantumkan payback period, sehingga tidak diketahui waktu pengembalian
investasi yang telah dilakukan pertani nilam di Desa Jatiwangi.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian.
Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian
dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas dengan
menggunakan metode switching value.
3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Proyek
Menurut Soeharto (2002) proyek merupakan kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya yang
tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan Proyek
pertanian menurut Gittinger (1986) merupakan kegiatan investasi yang merubah
sumber-sumber pertanian menjadi bahan kapital yang dapat menghasilkan
keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Suatu proyek apabila
telah dilaksanakan maka manfaat dari perolehan usaha tersebut pada umumnya
tidak dapat langsung dinikmati, sehingga butuh beberapa waktu untuk dapat
menikmati hasilnya tergantung pada jenis proyek yang dijalankan.
Studi kelayakan proyek merupakan studi untuk menilai suatu proyek yang
akan dikerjakan dimasa mendatang (Suratman 2002) atau dalam kata lain, untuk
menentukan alternatif proyek yang akan dipilih. Menurut Soeharto (2002),
kelayakan ini berkaitan dengan kemungkinan tingkat keberhasilan yang hendak
diraih. Sehingga studi ini memberikan rekomendasi apakah proyek yang
bersangkutan layak dikerjakan atau sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Mengingat
kondisi dimasa mendatang penuh dengan ketidakpastian, maka studi kelayakan
yang
dilakukan
tentunya
meliputi
berbagai
aspek
dan
membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya.
Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu proyek, studi
kelayakan dilakukan dengan tujuan yang berbeda. Bagi investor atau pihak yang
menanamkan dananya pada suatu proyek, studi kelayakan proyek bertujuan untuk
mengetahui prospek usaha atau proyek yang akan dijalankan. Bagi kreditor
(Bank) studi ini ditujukan untuk melihat dari segi keamaan dana yang
22
dipinjamkan dan untuk mengetahui periode pengembalian pinjaman. Bagi
pemerintah studi kelayakan proyek bertujuan untuk mengetahui manfaat proyek
bagi perekonomian nasional.
Penyelenggaraan
suatu
proyek
dapat
dilaksanakan
oleh
institusi
pemerintah, badan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun perorangan.
Proyek tersebut dapat berupa proyek investasi yang berorienntasi laba dan proyek
investasi yang tidak berorientasi laba. Jika suatu proyek investasi berorientasi
laba, maka studi kelayakan proyek dilakukan dalam rangka menilai layak tidaknya
proyek investasi yang bersangkutan dengan berhasil dan menguntungkan secara
ekonomis. Sedangkan jika proyek yang dilakukan merupakan proyek investasi
yang
tidak
berorientasi
laba,
maka
studi
kelayakan
dilakukan
tanpa
mempertimbangkan keuntungan secara ekonomis. Untuk selanjutnya dalam
penelitian ini proyek yang dikaji merupakan proyek yang berorientasi laba.
3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan
Analisis kelayakan suatu proyek harus mempertimbangkan aspek-aspek
yang berkaitan dengan proyek tersebut. Aspek-aspek tersebut secara bersamasama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi
(Gittinger 1999). Pada umumnya aspek yang dikaji dalam studi kelayakan proyek
meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum dan sosial, serta
aspek keuangan (Husnan dan Suwarsono 1999). Dalam penelitian ini aspek yang
dianalisis adalah aspek keuangan dari investasi yang akan dilakukan perusahaan
dalam proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam.
1. Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang paling utama dan pertama dilakukan
dalam menganalisis kelayakan proyek. Karena tidak akan mungkin suatu proyek
didirikan dan dijalankan jika tidak ada pasar yang menerima produk yang
dihasilkan dari proyek tersebut. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek
pasar mengkaji:
1) Permintaan
Lipsey (1995) mengatakan bahwa komoditi total yang diinginkan pembeli oleh
semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut.
23
Variabel penting yang mempengaruhi permintaan yatu harga komoditi itu
sendiri, harga komoditi yang berkaitan, pendapat, selera, dan besarnya
populasi.
2) Penawaran
Penawaran merupakan jumlah yang akan dijual perusahaan (Lipsey 1995).
Jumlah komoditi yang tersedia diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan
untuk dijual dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain harga komoditi itu
sendiri, harga input, tujuan perusahaan dan perkembangan teknologi.
3) Program Pemasaran
Menurut Kotler (2005) program pemasaran yang sering disebut bauran
pemasaran (marketing-mix) terdiri dari empat komponen yaitu produk
(product), harga (price), distribution (distribution) dan promosi (promotion).
4) Pangsa Pasar yang Dikuasai Perusahaan
Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi (sebagian) dari keseluruhan
pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan.
Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual
dalam pasar tertentu pada satu periode dibawah pengaruh kondisi tertentu.
2. Aspek Teknis
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu
aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis
menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil
produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek teknis dapat
tercermin
dalam
perhitungan
benefit
dan
biaya.
Namun
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan teknis dapat diputuskan apakah suatu proyek dapat
dilaksanakan atau tidak.
3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan
struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila
dijalankan oleh orang-orang yang professional mulai dari perencanaan,
24
melaksanakan, hingga pengendalian agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian
pula dengan struktur organisasi yang dipilih, harus menggunakan harus sesuai
dengan bentuk dan tujuan proyek. Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini, antara
lain:
1) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek
Manajemen proyek merupakan sistem yang merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus
dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan
berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumberdaya agar
secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksanaan
proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukann studi
masing-masing aspek.
2) Manajemen dan Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota redaksi, serta
tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4. Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek ini didasarkan atas landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya
dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara
menyeluruh karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial masyarakat
atau masyarakat yang akan disosialisasikan dengan kepentingan suatu
kepentingan suatu negara (Soeharto 2002).
Pengkajian meliputi proyek terhadap penambahan kesempatan kerja,
pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap industri lain, dan pengaruh
keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial dan lingkungan di lokasi
pembangunan proyek.
5. Aspek Keuangan (Finansial)
Aspek keuangan mempelajari kebutuhan dan sumber dana meliputi
bagaiman menghitung dana, baik untuk aktivitas tetap maupan dana untuk modal
25
(Husnan dan Muhammad 2000). Kemudian juga melihat seberapa besar dana yang
akan diterima jika proyek dijalankan, lama pengembalian investasi yang
ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat bunga yang berlaku.
Mempertimbangkan penilaian investasi harus mempertimbangkan nilai
waktu dari uang (time value of money). Konsep nilai waktu dari uang sangat
penting mengingat semakin lama waktu berjalan nilai uang semakin turun.
Kriteria penilaian investasi yang digunakan dalam aspek keuangan pada penelitian
ini antara lain:
1). NPV (Net Present Value),
Net Present Value merupakan manfaat tambahan (nilai kini bersih) yang
diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu. NPV
ini menunjukkan selisih antara manfaat (benefit) dan biaya (cost) pada tingkat
suku bunga tertentu. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih atau
layak apabila nilai NPV lebih dari nol (positif).
2). Net Benefit Per Cost
Net B/C adalah manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap
satu satuan biaya yang dikeluarkan. Net B/C merupakan perbandingan antara
present value positif dengan jumlah present value negatif. Berdasarkan kriteria
ini, suatu proyek akan dipilih atau layak apabila nilai Net B/C bernilai lebih dari
satu.
3). IRR (Internal Rate of Return)
IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu
proyek menghasilkan return. IRR ini adalah tingkat discount rate yang membuat
NPV proyek bernilai nol. Suatu proyek akan dipilih atau dikatakan layak, apabila
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
4). Payback Period
Payback period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan
untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Indikator kriteria ini adalah semakin cepat kemampuan
suatu proyek mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi
proyek maka semakin layak proyek tersebut dijalankan.
26
3.1.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam suatu proyek perlu dilakukan, karena setiap
proyek pasti akan menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahanperubahan, baik dari sisi penerimaaan maupun pengeluaran. Analisis sensitivitas
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode switching value untuk
mengetahui sejauh mana perubahan unsur-unsur yang dikaji dalam aspek finansial
dapat ditoleransi agar proyek tetap layak dilaksanakan. Perubahan tersebut dapat
mempengaruhi arus kas perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi
tingkat kelayakan dari suatu proyek.
Beberapa hal yang dapat mengalami perubahan antara lain perubahan
harga jual produk, biaya tetap dan biaya variabel proyek, dan produktivitas
tanaman nilam yang dihasilkan. Perubahan tersebut dinilai berdasarkan pada
asumsi yang digunakan pada studi kelayakan proyek. Asumsi-asumsi yang
digunakan merupakan alternatif yang dianggap terbaik berdasarkan data dan
perkiraan pada saat tertentu, sehingga dengan menggunakan asumsi yang berbeda
akan menyebabkan perbedaan dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
PT Panafil Essential Oil merupakan perusahaan yang baru bergerak
dibidang minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun perusahaan
dalam menjalankan usaha mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku
nilam, hingga produksi minyak nilam perusahaan terhambat. Oleh karena itu
dengan potensi yang dimiliki maka perusahaan bermaksud mengembangkan
usahanya dibidang budidaya nilam untuk memenuhi kebutuhan bahan baku nilam
perusahaan.
Pengembangan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan
bahan baku perusahaan memerlukan biaya yang relatif besar, dan di sekitar lokasi
yang akan digunakan sebagai lahan budidaya nilam sebelumnya belum ada yang
melakukan usaha budidaya nilam. Sehingga untuk melakukan usaha tersebut
diperlukan perencanaan yang matang yaitu salah satunya dengan menganalisis
kelayakan finansial, untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dijalankan dan
mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
27
Analisis kelayakan usaha yang dilakukan meliputi aspek non finansial dan
aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek sosial. Analisis aspek pasar dilakukan dengan menganalisis
potensi pasar dari minyak nilam, dan strategi pemasaran yang menyangkut bauran
pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi). Aspek teknis yang terdiri dari
lokasi proyek usaha, skala operasi, proses produksi, dan pemilihan jenis teknologi
yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis kelayakan suatu
usaha dari aspek manajemen dan sosial.
Aspek finansial dikaji terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan. Menganalisis kelayakan dari aspek finansial ini dilakukan dengan
menghitung jumlah penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan perusahaan
terkait usaha budidaya tanaman nilam yang dilihat dari aspek teknis kegiatan
budidaya tersebut. Kemudian hasilnya dikelompokan dalam sebuah cashflow,
yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi dari
suatu usaha.
Kriteria kelayakan investasi yang dilakukan mempertimbangkan nilai
waktu dari uang (time value of money) dan menggambarkan arus kas (cashflow).
Sehingga dalam menilai kelayakan usaha ini aspek mengacu pada parameter Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), dan Payback Period (PP). Aspek finansial yang telah dianalisis, selanjutnya
dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value
untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi kenaikan harga bibit
nilam dan harga pupuk kandang yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya nilam,
serta penurunan volume produksi tanaman nilam dan harga nilam basah yang akan
dihasilkan perusahaan. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2.
28
PT Panafil Essential Oil
ï‚· Prospek Pasar :
Peningkatan ekspor yang disebabkan oleh permintaan
minyak nilam dari industri-industri parfum, kosmetika, dan
farmasi, serta penurunan suplai minyak nilam dunia.
ï‚· Potensi Perusahaan:
Teknologi penyulingan yang baik yang dapat menghasilkan
minyak yang berkualitas dan rendemen yang tinggi.
ï‚· Kendala :
Keterbatasan Bahan Baku ysng mengakibatkan produksi
minyak nilam terhambat.
Perencanaan Usaha Budidaya
Nilam
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non Finansial
terdiri dari:
1. Analisis Aspek Pasar
2. Analisis Aspek Teknis
3. Analisis Aspek Manajemen
4. Analisis Aspek Sosial
Aspek Finansial
Kriteria kelayakan
Investasi:
1. NPV
2. IRR
3. Net B/C
4. Payback Period
Layak
Analisis Sensitivitas dengan
metode Switching value:
1. Kenaikan harga bibit nilam
2. Kenaikan harga pupuk kandang
3. Penurunan volume produksi
nilam basah
4. Penurunan harga nilam basah
Tidak Layak
Rekomendasi
Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Keterangan:
Pembahasan tidak dilakukan secara mendalam
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Panafil Essential Oil. Lokasi dipilih dengan
pertimbangan bahwa perusahaan ini berencana untuk melakukan usaha dibidang
budidaya tanaman nilam. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Moch. Toha Km 6,8
Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung. Lokasi yang akan digunakan untuk
mengembangkan usaha budidaya nilam terletak di Desa Ciburuy, Kelurahan
Padalarang, Kabupaten Bandung. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Desember 2009 sampai Maret 2010.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan,
wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, dan para pekerja mengenai data
yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya
opersional, biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga dan sumber modal, aspek
pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari berbagai instansi terkait seperti Balitro, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran internet,
buku, jurnal dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif dan
kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Sedangkan metode analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan.
Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan
bantuan kalkulator, komputer dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan
disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mempermudah proses analisis
30
data. Dari berbagai data yang telah didapat akan diperoleh arus kas tunai, biaya
investasi, biaya operasional, harga jual dan harga beli yang selanjutnya dianalisis
menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Setelah kriteria investasi tersebut
didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai layak atau tidaknya usaha
budidaya nilam tersebut dijalankan. Apabila hasil yang didapatkan menyatakan
bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah
dengan melakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya
nilam ini apabila terjadi kenaikan harga pada variabel pupuk kandang, pupuk
pendukung, dan bibit nilam, serta jika terjadi penurunan pada volume produksi dan
penurunan harga nilam basah.
4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi
Tingkat
kelayakan
usaha
budidaya
nilam
dapat
diketahui
dengan
menggunakan kriteria investasi usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP).
4.3.1.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) yaitu manfaat bersih sekarang (present value) yang
diperoleh selama umur bisnis. Maka NPV merupakan selisih antara total present
value manfaat dengan total present value biaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak
jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol (positif), sedangkan jika proyek
menghasilkan NPV kurang dari nol (negatif) maka proyek tidak layak untuk
dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger 1986) adalah
sebagai berikut:
NPV =
Bt − Ct
(1 + )
31
Keterangan :
Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang merupakan perkalian antara harga jagung
dan nilam basah dengan jumlah yang dihasilkan pada triwulan ke-t
Ct = Biaya usaha budidaya nilam pada triwulan ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional.
n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.
i
= Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen).
Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu:
a) NPV > nol, berarti usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat
yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
b) NPV = nol, berarti usaha budiaya nilam ini memperoleh pengembalian yang
besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan.
c) NPV < nol, berarti usaha budidaya nilam tidak layak dilaksanakan karena usaha
tersebut hanya akan mendatangkan kerugian.
4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian
investasi yang diperoleh selama umur proyek. Atau dengan kata lain IRR adalah
tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Pada umumnya
menghitung tingkat IRR dilakukan dengan metode interpolasi diantara tingkat suku
bunga yang lebih rendah (yang menghasilan NPV positif) dengan tingkat suku bunga
yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif).
Suatu dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate
yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate,
maka usahanya tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):
IRR =
+
(
−
)
( − )
32
Keterangan :
i1
= Discount rate untuk menghasilkan NPV positif
i2
= Discount rate untuk menghasilkan NPV negatif
NPV1= NPV yang bernilai positif
NPV2= NPV yang bernilai negatif
4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan
biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara
nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai
negatif (sebagai penyebut). Perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger
1986) :
n
Net B/C 
Bt  C t
 (1  i )
t 1
n
Bt  C t
 (1  i )
t 1
t
t
untuk ( Bt  C t )  0
untuk ( Bt  C t )  0
Keterangan :
Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang diterima pada triwulan ke-t
Ct = Biaya usaha budidaya nilam yang dikeluarkan pada triwulan ke-t
n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.
i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen)
Jika :
a) Net B / C > 1, maka investasi usaha budidaya nilam menguntungkan dan layak
untuk dilaksanakan
b) Net B / C = 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak menguntungkan dan
tidak merugikan.
c) Net B / C < 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak layak untuk dilaksanakan
karena hanya akan mendatangkan kerugian.
33
4.3.1.4 Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan
untuk membayar kembali pengeluaran investasi suatu usaha. Semakin cepat
kemampuan suatu usaha mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi usaha maka usaha tersebut semakin layak.
Rumus yang digunakan adalah :
PP = I / Ab
Keterangan:
I
= besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya nilam.
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh dari usaha budidaya nilam setiap
triwulannya.
4.3.2 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya
nilam adalah dengan analisis nilai pengganti (switching value analysis). Switching
value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan
suatu komponen arus masuk (penurunan harga nilam basah dan penurunan hasil
produksi nilam basah) atau komponen arus keluar (kenaikan harga pupuk kandang
dan harga bibit nilam polibag) yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya
nilam masih tetap layak.
Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah besarnya
perubahan pada analisis sensitivitas sudah diketahui secara empiris, sedangkan pada
perhitungan switching value besarnya perubahan tersebut dicari hingga mendapat
perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba
hingga mendapat perubahan maksimum yang boleh terjadi.
34
4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk menghasilkan suatu produk per unit. Perhitungan HPP pada umumnya
dilakukan untuk menentukan harga jual suatu produk. Adapun perhitungan HPP
yaitu:
TR = TC
TR = TVC + TFC
P . Q = TVC + TFC
P
= TVC + TFC
Q
Keterangan:
TR
= Penerimaan Total
TC
= Pengeluaran Total
TVC = Biaya Variabel Total
TFC = Biaya Tetap Total
P
= Harga Pokok Per Unit
Q
= Jumlah Unit
4.5 Asumsi Dasar
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk
mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:.
1.
Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar
17 persen per tahun, yang merupakan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh
Bank Rakyat Indonesia (BRI).
2.
Umur dari proyek usaha budidaya tanaman nilam ini adalah selama tiga tahun,
yang diasumsikan dari umur maksimum tanaman nilam yang dibudidayakan.
3.
Hari kerja untuk memproduksi minyak nilam yang ditargetkan perusahaan dalam
sebulan adalah 24 hari.
4.
Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.
35
5.
Harga input dan output yang digunakan adalah harga aktual yang diasumsikan
sama dari awal proyek hingga akhir proyek.
6.
Arus masuk dan arus keluar merupakan proyeksi berdasarkan pada informasi
biaya yang didapatkan dari perusahaan.
7.
Kebutuhan bibit untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 100 x 100 cm
adalah 10.000 bibit. Dan untuk mengantisipasi terjadinya kematian maka
persediaan bibit nilam ditambah sebanyak 10 persen, sehingga kebutuhan total
bibit per hektar adalah 11.000 bibit.
8.
Jenis nilam yang digunakan adalah Nilam Aceh (Pogostemon cablin, Benth)
dengan umur ekonomis selama tiga tahun. Bibit nilam yang digunakan
perusahaan merupakan bibit nilam polibag yang dibeli dari daerah Subang.
Volume produksi nilam basah yang digunakan dalam perhitungan analisis
kelayakan penelitian ini adalah 13 ton untuk menghindari kekurangan bahan
baku perusahaan dalam memproduksi minyak nilam.
9.
Panen pertama dilakukan pada saat nilam berusia enam bulan sejak penanaman,
sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap tiga bulan. Namun karena
budidaya nilam yang akan dijalankan menggunakan pola tanam yaitu dengan
tiga tahap penanaman, maka pemanenan nilam dapat dilakukan setiap bulan
setelah tanaman nilam pada penanaman tahap pertama berusia enam bulan.
10. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan UU pasal 17 nomor 36
tahun 2008 dan pasal 31, yang baru disahkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari
2009 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu:
a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan pajak
sebesar 28 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan selanjutnya
dikenakan pajak sebesar 25 persen.
b. Wajib pajak perseroan terbatas yang 40 persen sahamnya diperdagangkan
dibursa efek, dikenakan pajak lima persen lebih rendah dari yang seharusnya.
c. Wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan 50.000.000.000,
dikenakan pengurangan pajak sebesar 50 persen dari yang seharusnya.
36
37
V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec
Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec Tbk.
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil yang telah berdiri sejak 6
April 1973. Sejak tahun 1975 perusahaan ini berlokasi di Moch. Toha Km. 6,8
Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung yang merupakan pusat tekstil Indonesia.
Perusahaan ini memilki pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara
dengan kapasitas daya sebesar 30 Mw. Sedangkan kapasitas daya listrik yang
dimiliki perusahaan melebihi dari kebutuhan listrik perusahaan, sehingga pada
bulan Desember 2009 PT Panasia menjual listrik pada PLN yang disambungkan
dengan jaringan Jawa-Bali sebanyak 3 Mw. Selain itu, untuk memanfaatkan
kelebihan uap yang dihasilkan mesin pembangkit tersebut maka PT Panasia
Indosyntec Tbk mengembangkan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri.
PT Panafil Essential Oil dilengkapi dengan alat suling dengan kapasitas
total alat sebesar 800 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel. Teknologi
penyulingan yang digunakan pabrik ini adalah sistem penyulingan tidak langsung.
Perusahaan melakukan satu kali kegiatan penyulingan minyak nilam per hari,
dengan waktu penyulingan selama lima sampai enam jam. Rendemen minyak
nilam yang dihasilkan perusahaan rata-rata sebesar 2,5 persen sehingga
perusahaan dapat menghasilkan minyak nilam sebanyak 20 kg per hari.
Banyaknya hari kerja PT Panafil Essential Oil dalam sebulan adalah sebanyak 24
hari.
Minyak atsiri yang telah diproduksi PT Panafil Essential Oil salah satunya
adalah minyak nilam, namun karena bahan baku minyak nilam yang terbatas dan
sulit didapatkan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat.
Berdasarkan hal tersebut untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal,
maka perusahaan berencana untuk melakukan usaha budidaya nilam dengan
menerapkan system pola tanam agar kebutuhan bahan baku nilam perusahaan
dapat terpenuhi secara kontinyu. Usaha budidaya nilam akan dilakukan di Desa
Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Lokasi tersebut dipilih
37
karena perusahaan memiliki yang belum dimanfaatkan seluas 120 ha dan luas
lahan yang rencananya akan digunakan untuk budidaya nilam adalah seluas 18 ha.
Pemasaran minyak nilam dilakukan perusahaan dengan menjual minyak
secara langsung kepada agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir minyak
nilam. Umumnya agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir yang akan
membeli minyak nilam kepada perusahaan ini mendatangi langsung pabrik nilam
tersebut. Setelah agen-agen pengumpul atau eksportir tersebut menyetujui kualitas
minyak nilam tersebut maka kemudian dilakukan transaksi pembelian atau bahkan
melakukan kontrak kerjasama untuk jangka waktu tertentu. Kuota minimal agen
pengumpul membelian minyak nilam dari perusahaan adalah sebanyak 400 kg.
5.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dimiliki PT Panafil Essential Oil sederhana,
mengingat jenis usaha penyulingan minyak nilam ini hanya membutuhkan tenaga
kerja yang relatif sedikit. Pembagian kerja yang dilakukan perusahaan ini terdiri
atas empat bagian yaitu bagian keuangan, bagian produksi, bagian pemasaran, dan
bagian pengadaan bahan baku. Pembagian kerja tersebut telah miliki tugas
masing-masing antara lain:
1.
Bagian Keuangan, bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan
administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan laba rugi dan pencatatan arus kas.
2.
Bagian
Produksi,
bertugas
membuat
rencana
kegiatan
produksi
(penyulingan), mengontrol kegiatan penyulingan dan hasil produksi minyak,
bertanggung jawab atas laporan hasil produksi.
3.
Bagian
Pemasaran,
bertugas
memperluas
jaringan
pemasaran
serta
bertanggung jawab atas kegiatan penjualan minyak yang dihasilkan
perusahaan.
4.
Bagian Pengadaan Bahan Baku, bertanggung jawab atas ketersediaan dan
kualitas bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan.
Pada bagian ini terdapat bagian gudang yang bertanggung jawab atas
penyimpanan bahan baku, dan selanjutnya akan dilengkapi dengan bagian
38
budidaya nilam yang bertanggung jawab atas rangkaian kegiatan budidaya
dari mulai pembibitan, penyemaian, perawatan sampai panen.
5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan
5.3.1 Proses Penyulingan Nilam
Penyulingan
merupakan
proses
pemisahan
komponen-komponen
campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masingmasing komponen tersebut. Sistem penyulingan minyak nilam yang digunakan PT
Panafil Essential Oil adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar
sistem penyulingan ini yaitu penggunaan uap bertekanan tinggi. Menurut Mangun
(2005) metode penyulingan uap tidak langsung merupakan metode yang paling
baik, karena dapat menghasilkan minyak berkualitas dan rendemen yang tinggi.
Selain itu proses penyulingannya berjalan relatif lebih cepat. Adapun tahapan
proses penyulingan minyak nilam ini antara lain:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku daun nilam. Daun nilam
basah yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang yang berasal dari lahan
budidaya terlebih dahulu dilakukan pemotongan atau dirajang sepanjang 10-15
cm. Pemotongan daun nilam bertujuan agar kadar minyak nilam yang dihasilkan
lebih tinggi.
Daun nilam yang telah dirajang kemudian dikeringkan dengan cara
dijemur dibawah sinar matahari hingga daun menjadi layu. Daun yang telah layu
selanjutnya diangin-anginkan, dengan cara dihamparkan diatas rak-rak bambu
yang berada digudang dan dibolak-balikkan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Lama
pengeringan biasanya membutuhkan waktu selama 2-3 hari. Proses pengeringan
yang dilakukan menghasilkan daun nilam kering dengan perbandingan daun
kering dan basah satu banding empat.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap ini, daun nilam kering dimasukkan kedalam ketel penyulingan,
pengisian ketel dilakukan sesuai kapasitas ketel suling dan secara merata pada
seluruh bagian, agar uap air dalam ketel dapat menyebar secara merata.
Selanjutnya dilakukan penembakan tekanan uap dalam ketel tersebut yang
39
bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan
tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.
3. Tahap Pendinginan
Proses ini bertujuan untuk pengembunan campuran uap air dan minyak,
serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 300C sehingga minyak dan air
menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan
uap air dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin
pendingin
ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap
air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan
ditampung dalam sebuah tangki pemisah.
4. Tahap Pemisahan
Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air. Minyak dan air
dipisahkan dalam alat bernama separator (Florentine
(
flask).
). Minyak nilam
memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak akan
akan berada diatas
permukaan air.
5. Tahap Pengemasan
Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan dikemas dalam botol
kaca gelap dan drum--drum
drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan.
Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung
40
5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku Nilam
PT Panafil Essential Oil memiliki target produksi minyak nilam sebanyak
480 kilogram per bulan, dengan kapasitas bahan baku daun nilam kering yang
dibutuhkan sebanyak 800 kilogram per hari atau setara dengan 3,2 ton daun nilam
basah per hari, dengan kadar kekeringan sebesar 25 persen. Perusahaan untuk
dapat menghasilkan minyak nilam yang berkualitas baik dan dapat memenuhi
target produksi maka dibutuhkan bahan baku yang baik. Bahan baku yang baik
tergantung pada pemilihan bibit unggul, pemeliharaan, pengelolaan, pola tanam,
serta tingkat kesuburan tanah yang dimiliki. Bibit tanaman nilam yang digunakan
dalam budidaya nilam ini adalah jenis Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth).
Nilam jenis ini memiliki rendemen minyak nilam yang tinggi yaitu 2,5 sampai
lima persen dibandingkan jenis nilam lainnya.
Kelancaran persediaan dan mutu bahan baku nilam merupakan hal yang
cukup penting untuk menjaga kontinuitas produksi serta kualitas produk yang
dihasilkan. Karena itu perusahaan berencana memanfaatkan lahan yang
dimilikinya yang belum dimanfaatkan untuk budidaya tanaman nilam guna
memenuhi kebutuhan bahan baku minyak nilam dengan menerapkan sistem pola
tanam.
5.4 Perencanaan Budidaya
Luasan budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan PT Panasia
disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku daun nilam untuk kegiatan produksi.
Kebutuhan bahan baku nilam dalam sehari adalah sebanyak 800 kilogram daun
nilam kering atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah, sehingga kebutuhan
daun nilam basah dalam satu bulan dengan jumlah hari kerja sebanyak 24 hari
adalah sebesar 76,8 ton.
Produksi daun nilam dalam satu kali panen diasumsikan sebanyak 13 ton
daun nilam basah per ha. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan
bahan baku nilam per bulan dibutuhkan lahan seluas 5,908 ha atau 6 ha. Nilam
dapat dipanen pertama kali setelah tanaman berusia enam bulan setelah waktu
penanaman, sedangkan untuk panen berikutnya dibutuhkan selang waktu selama
tiga bulan dari panen pertama.
41
Pengembangan unit usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil
Essential Oil bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku produksi
minyak nilam setiap bulan secara kotinyu, maka perusahaan akan menerapkan
sistem pola tanam dengan melakukan tiga tahap penanaman sehingga waktu
panen dilakukan setiap bulan. Hal tersebut mengakibatkan luasan lahan yang
dibutuhkan menjadi tiga kali lipat yaitu seluas 18 ha.
5.4.1 Proses Budidaya Nilam
Proses budidaya tanaman nilam memiliki beberapa tahap, tahapan tersebut
terdiri dari:
1. Persiapan Lahan
Tahap persiapan lahan untuk usaha budidaya nilam antara lain land
clearing, pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, serta
pemupukan lahan. Land clearing merupakan kegiatan membersihkan lahan dari
rumput dan tanaman yang sebelumnya telah ada dilahan tersebut. Namun karena
lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam di Desa Ciburuy ini sudah tidak
terdapat tanaman dan pepohonan, maka tahapan land clearing tidak perlu
dilakukan. Dan langsung pada tahap pengolahan lahan.
Pengolahan lahan merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan,
karena dapat menentukan keberhasilan budidaya. Dalam tahapan ini, tanah
terlebih dahulu melalui proses penggemuran dengan cara dicangkul. Kedalaman
galian ini sekitar 30 cm, yang kemudian dilakukan pembalikan tanah yang berada
dipermukaan. Setelah itu, didiamkan selama tiga hari agar terjadi proses
penguapan dari tanah yang diolah.
Tanah yang telah gembur lalu dibuat bedengan, setiap bedengan diberi
jarak selebar 30 cm sebagai penampung air, sekaligus sebagai sarana jalan untuk
mengontrol tanaman dengan kedalaman sekitar 15-25 cm. Bedengan tersebut
dilubangi dengan jarak tanam 100 x 100 cm untuk ditanami nilam, sedangkan
untuk tanaman jagung sebagai tanaman naungan jarak tanamnya adalah 100 x 100
cm. Setelah itu lahan tersebut diberi pupuk kandang. Tahapan ini membutuhkan
waktu sekitar dua minggu. Kemudian lahan didiamkan selama satu minggu
sebelum dilakukan proses penanaman.
42
2. Penanaman
Lahan yang telah didiamkan selama satu minggu, dapat ditanami bibit
jagung. Setelah tanaman jagung berusia satu bulan, kemudian bibit nilam ditanam
pada lahan tersebut. Proses penanaman bibit nilam sebaiknya dilakukan pada sore
hari. Hal tersebut agar tanaman tidak layu dan proses adaptasi tanaman terhadap
lingkungan lahan budidaya tidak mengalami hambatan (Mangun 2005).
Budidaya nilam yang akan dijalankan ini menerapkan sistem pola tanam
sehingga penanaman akan dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak tiga tahap
penanaman. Setiap tahapan penanaman dilakukan penanaman jagung yang
berfungsi sebagai tanaman pelindung, dan setelah tanaman jagung berusia satu
bulan lalu dilakukan penanaman nilam. Interval waktu penanaman dari masingmasing tahapan adalah satu bulan dengan luasan lahan pada masing-masing
tahapan penanaman adalah enam hektar.
3. Pemeliharaan Tanaman
Hasil produksi yang optimal sangat tergantung pada tata cara serta
mekanisme pemeliharaan dan perawatan tanaman. Pemeliharaan yang baik akan
memperpanjang umur tanaman hingga diatas 3 tahun, serta dapat meningkatkan
kandungan minyak atsiri dan rendemen yang dimiliki tanaman (Mangun 2006).
Pemeliharaan tanaman nilam terdiri atas pemupukan, penyulaman, penyiangan,
pemangkasan, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit.
a. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman nilam harus dilakukan secara tepat baik jenis,
jumlah, waktu, dan cara. Jenis pupuk yang sesuai dengan tanaman nilam yaitu
pupuk kandang dari domba dan ayam, dan pupuk penyubur tanaman (CPT)
dengan jumlah pemberian pupuk disesuaikan dengan luasan lahan budidaya.
Pupuk
kandang
dapat
digunakan
untuk
merangsang
terjadinya
proses
pertumbuhan daun agar lebih cepat dalam jumlah banyak. Jenis pupuk penyubur
(perangsang) yang digunakan terdiri dari growmore N, P dan K.
Waktu pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan pada saat awal
proses penanaman dan saat pertumbuhan memasuki umur tiga bulan. Selain itu
pada saat usia tanaman memasuki umur dua bulan diberi pupuk perangsang daun
(growmore N). Pada umur tiga bulan diberi pupuk perangsang growmore P dan K,
43
untuk merangsang pembentukan minyak dan penyuburan tanah. Pemupukan pasca
panen diberikan satu minggu setelah panen. Hal ini dimaksudkan agar
pertumbuhan tanaman lebih optimal.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau
layu agar jumlah tanaman sesuai target yang diinginkan. Tingkat mortalitas dari
tanaman nilam ini diperkirakan sebesar 10 persen, sehingga persediaan bibit untuk
kegiatan penyulaman tanaman sebanyak 1.000 bibit per hektar. Penyulaman nilam
dilakukan setiap minggu agar pertumbuhan tanaman seragam dan jadwal panen
dilakukan sesuai target waktu pada awal penanam.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur sekitar dua bulan, yang
terdiri dari dua cara, yaitu cara mekanis dan cara kimiawi. Penyiangan dengan
cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum berupa
cangkul atau sabit. Sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan
pestisida sesuai dosis berdasarkan pertimbangan jarak tanam dan waktu
penyemprotan dilakukan pada pagi hari.
d. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, yaitu setelah
terbentuk perdu yang saling menutupi satu sama lain diantara pohon atau
tanaman. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan
dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan
penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas
terhadap tanaman.
Salah satu tujuan yang diinginkan dari pemangkasan atau penjarangan agar
proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga kadar minyak nilam yang
terkandung dalam daun, ranting, serta dahan dan batang menjadi lebih tinggi. Hal
ini disebabkan sinar matahari dapat leluasa masuk menyinari bagian-bagian
tanaman.
e. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan setelah proses panen selesai. Cabang dan dahan
serta ranting yang ditinggalkan sesudah panen yang letaknya dekat dengan tanah
44
ditimbun setinggi 10 – 15 cm. Cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan
bagian ujungnya dan bagian yang patah ditimbun dengan tanah. Pembumbunan ini
bertujuan agar diperoleh tunas dan dahan yang lebih banyak untuk pertumbuhan
berikutnya.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor penting yang harus
ditangani dalam usaha budidaya tanaman. Berdasarkan informasi dari petani
nilam di daerah Subang, tanaman ini jarang sekali terkena penyakit sedangkan
hama yang sering menyerang tanaman ini adalah ulat. Oleh karena itu untuk
pengendalian hama dan penyakit, hal yang perlu dilakukan perusahaan antara lain
dengan:
•
Menggunakan bibit tanaman nilam yang sehat dan bebas penyakit.
•
Melakukan sortasi bibit sebelum penanaman, untuk menyakinkan bibit
sehat dan bebas penyakit.
•
Melakukan teknis budidaya yang baik (khususnya pengolahan lahan,
drainase).
•
Melakukan monitoring penyakit sehingga diketahui lebih dini gejala awal
penyakit.
•
Bila tanaman sudah terserang, lakukan pencabutan dan pembakaran.
•
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan
fungisida atau pestisida.
•
Pemberian pestisida pada tanaman setelah dilakukan pemanenan
4. Pemanenan
Nilam dapat dipanen pada saat tanaman berumur enam bulan dan panen
selanjutnya dapat dilakukan setiap bulan karena penanaman yang dilakukan
menerapkan pola tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong ranting
dan daun dengan menyisakan cabang dan daun setinggi minimal 15 cm.
Pemotongan ranting dapat menumbuhkan tunas baru.
Waktu pemanenan atau pemetikan daun nilam dilakukan pada pagi hari
atau sore hari. Karena jika pemetikan daun dilakukan siang hari dikhawatirkan
sel-sel daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Selain itu, pemanenan
dilakukan sebelum daun nilam berwarna kecoklatan, sebab daun nilam yang sudah
45
berwarna coklat minyak nilam yang dikandungnya sudah berkurang. Sebagian
besar bagian nilam mengandung minyak seperti akar, batang, dan daun. Namun
kandungan minyak yang lebih banyak berada di bagian daunnya dibandingkan
bagian lainnya.
5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya
Input produksi yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran perusahaan
dalam melakukan budidaya tanaman nilam adalah:
1. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam seluas 18 ha, yang disewa
dari perusahaan induk yaitu PT Panasia Indosyntec Tbk.
2. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam ini terdiri dari
sembilan unit cangkul, sembilan unit garpu, sembilan unit golok, sembilan
unit sabit, sembilan alat semprot, satu unit timbangan duduk, 36 unit sepatu
boot, dan tiga unit kereta sorong.
3. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam terdiri dari
11.000 bibit nilam polibag per hektar termasuk untuk penyulaman tanaman
yang layu dan mati, 3,5 kg bibit tanaman pelindung (bibit jagung) per hektar,
2.500 kg pupuk kandang per hektar per satu kali pemupukan, pupuk
penyubur tanaman (CPT) yang terdiri dari tiga jenis growmore N, P dan K
dengan kebutuhan masing sebanyak 2 kg per hektar per satu kali pemupukan,
18.000 kg kapur pertanian per hektar, dan 18 liter pestisida per triwulan.
4. Tenaga Kerja yang dibutuhkan terdiri dari seorang kepala kebun, seorang
tenaga administrasi, tiga orang tenaga keamanan, dan 36 orang tenaga
lapangan untuk proses budidaya yang kegiatannya antara lain land clearing,
pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, penanaman,
penyulaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan.
5. Instalasi listrik berasal dari PLN dan sumber air yang berasal dari mata air di
sekitar lahan dan sumur bor buatan.
5.4.3 Pengendalian Produksi
Pengendalian produksi ditujukan untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas
usaha budidaya nilam. Dalam melaksanakan budidaya nilam pengendalian
46
produksi dilakukan dengan menjalankan budidaya nilam sesuai jalur yang telah
direncanakan, baik berupa ketetapan teknik budidaya ataupun dengan mengikuti
jadwal perencanaan kegiatan budidaya. Jadwal perencanaan budidaya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
47
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
6.1 Aspek Pasar
Aspek
pasar
merupakan
aspek
yang
sangat
penting
dalam
keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik
dari sisi permintaan, penawaran, harga yang berlaku, serta strategi pemasaran
yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran (marketing mix) yaitu
produk, harga tempat, dan promosi.
6.1.1 Potensi Pasar
Potensi pasar minyak nilam terbentuk dari permintaan dan penawaran
minyak nilam. Permintaan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum,
kosmetik, makanan dan minuman, serta farmasi masih terus meningkat seiring
dengan perkembangan industri-industri yang menggunakan minyak nilam sebagai
bahan baku produknya. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari rata-rata
pertumbuhan volume dan nilai ekspor minyak nilam tahun 2003-2006 yang
mengalami peningkatan sebesar 39,64 persen dan 34,52 persen per tahun (Tabel
2).
Penawaran minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
teknologi yang digunakan oleh produsen minyak nilam dalam memproduksi dan
persediaan bahan baku nilam. Penawaran minyak nilam di Indonesia masih sangat
rendah karena masih kurang populernya usaha ini di Indonesia sehingga
perusahaan yang mengusahakan penyulingan masih sangat sedikit
Peningkatan permintaan minyak nilam tentunya berpengaruh terhadap
permintaan daun nilam sebagai bahan baku utama dari industri minyak nilam.
Namun persediaan bahan baku nilam di Indonesia masih sangat terbatas, yang
salah satunya disebabkan produktivitas perkebunan nilam di Indonesia yang
menurun (Tabel 4). Hal ini dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut
dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif
kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi
nilam menjadi tidak optimal, dan dilihat dari rata-rata pertumbuhan produksi
nilam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 0,5 persen
(Tabel 3).
48
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tersebut merupakan
peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha minyak nilam. Salah
satunya dengan mengembangkan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku penyulingan, sehingga produksi minyak nilam perusahaan
dapat optimal dan minyak nilam yang diproduksi perusahaan dapat diserap oleh
pasar.
6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menurut Kotler (2002) merupakan campuran variabelvariabel pemasaran yang dapat yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh
perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen antara lain produk (product),
harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
6.1.2.1 Produk (Product)
Produk yang dihasilkan dalam usaha budidaya nilam adalah daun nilam
yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi minyak nilam PT Panafil
Essential Oil. Perusahaan untuk dapat menghasilkan minyak nilam dengan
kualitas yang baik dan dapat diterima pasar, maka dibutuhkan bahan baku nilam
dengan kualitas yang baik juga. Faktor yang mempengaruhi kualitas minyak nilam
salah satunya adalah varietas tanaman dan teknik budidaya yang diterapkan.
Varietas tanaman nilam yang digunakan dalam usaha budidaya nilam ini adalah
jenis Nilam Aceh (Pogostemon Cablin, Benth). Jenis nilam ini memiliki
keunggulan antara lain:
ï‚·
Daya adaptasi yang luas.
ï‚·
Memiliki PA (Patchouli alcohol) yang cukup tinggi yaitu sekitar 35 persen
ï‚·
Memiliki rendemen minyak antara 2,5 – 5 persen.
ï‚·
Warna minyak nilam coklat kemerahan dan memiliki aroma yang khas.
ï‚·
Dilengkapi dengan alat suling yang terbuat dari stainless steel dengan
menggunakan sistem pemanasan tidak langsung sehingga minyak yang
dihasilkan lebih jernih.
49
6.1.2.2 Harga (Price)
Harga merupakan variabel yang berkaitan langsung dengan pendapatan
perusahaan. Variabel harga antara lain ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan, persaingan pasar, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang
produk yang dihasilkan. Mengingat usaha budidaya nilam ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan saja, maka persaingan pasar dan pembentukan
persepsi pelanggan tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan harga.
Harga nilam basah sebagai bahan baku utama pembuatan minyak nilam
sangat tergantung pada harga pasaran minyak nilam. Harga pasaran minyak nilam
sangat berfluktuasi, dari harga yang terendah sebesar Rp 130.000,00 per kilogram
hingga harga tertinggi mencapai Rp 1.200.000,00 per kilogram. Fluktuasi harga
tersebut umumnya dipengaruhi oleh permintaan minyak nilam dan suplai minyak
nilam. Suplai minyak nilam ini salah satunya dipengaruhi dengan persediaan
bahan baku nilam. Pada saat permintaan minyak nilam meningkat dengan
persediaan bahan baku yang terbatas atau langka maka harga minyak nilam
meningkat. Saat harga minyak nilam meningkat banyak petani yang beralih pada
usaha budidaya nilam sehingga pada saat panen terjadi kelebihan suplai bahan
baku yang mengakibatkan harga minyak nilam turun. Namun harga minyak nilam
menurut Ketua The Indonesia Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R
Manurung dalam Bisnis Indonesia pada tahun 2009 relatif stabil pada kisaran
harga sebesar Rp 250.000,00 per kilogram. Berdasarkan hasil wawancara dengan
manager perusahaan harga minyak nilam ditetapkan berdasarkan harga yang
berlaku dipasar. Harga minyak nilam pada bulan Maret 2010 sebesar Rp
320.000,00 per kilogram.
Harga daun nilam sangat dipengaruhi oleh harga minyak nilam. Pada
umumnya apabila harga minyak nilam turun maka produsen minyak nilam akan
menekan harga beli nilam basah dari petani, sebaliknya jika harga minyak nilam
meningkat maka harga beli nilam basah dari petani juga meningkat. Berdasarkan
hasil wawancara harga nilam basah pada bulan Maret 2010 adalah Rp 900,00 per
kilogram.
50
6.1.2.3 Tempat (Place)
Daun nilam hasil budidaya yang dilakukan perusahaan seluruhnya akan
diserap oleh pabrik penyulingan PT Panafil Essential Oil sebagai bahan baku
produksi minyak nilam. Oleh karena itu, pada saat panen nilam tersebut akan
dibawa ke gudang tempat pengeringan nilam yang letaknya berdekatan dengan
tempat penyulingan. Lokasi budidaya tanaman nilam berada tidak jauh dari
tempat penyulingan nilam yang berada di Jl. Moch. Toha 6,8 Cisirung, Desa
Pasawahan, Bandung yaitu sekitar 20 km dari lokasi budidaya dan dibutuhkan
waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke tempat tersebut. Hal tersebut
mengakibatkan usaha penyulingan PT Panafil Essential Oil dapat mengambil
bahan baku dari lahan budidaya dengan mudah dan relatif murah. Selain itu,
lokasi budidaya nilam juga mudah dijangkau oleh kendaraan sehingga waktu
pendistribusian nilam basah dari lahan perkebunan ke gudang pengeringan dapat
dilakukan dengan efisien dan cepat, sehingga nilam basah yang dibawa dapat
dengan segera dilakukan proses pengeringan untuk menghindari timbulnya jamur
yang akan merusak kualitas dari minyak nilam yang dihasilkan.
6.1.2.4 Promosi (Promotion)
Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan produk kepada konsumen
yang bertujuan agar konsumen mengetahui produk serta mendorong untuk
melakukan pembelian. Promosi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti
iklan di media massa, pameran, brosur, pamflet, dan internet. Promosi dalam
usaha budidaya nilam yang akan dilakukan oleh PT Panafil Essential Oil tidak
perlu dilakukan, mengingat hasil panen nilam seluruhnya akan diserap oleh
perusahaan sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam
6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan hasil analisis aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha
budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil layak untuk
dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya permintaan minyak nilam yang terus
meningkat disamping persediaan bahan baku nilam yang masih terbatas, sehingga
mengakibatkan kebutuhan bahan baku nilam menjadi semakin meningkat. Selain
51
itu, harga jual minyak nilam yang tinggi dan cukup stabil pada saat ini
mengakibatkan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan dapat
menjadi penunjang bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.
6.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang mengkaji kelayakan usaha budidaya
nilam secara teknis. Hal yang perlu diperhatikan dalam .aspek teknis antara lain
kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy, ketersediaan sarana produksi,
ketersediaan tenaga kerja, skala operasi usaha, dan layout lahan budidaya.
6.2.1 Kesesuaian Kondisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy
Menurut Mangun (2005) Tanaman nilam merupakan jenis tanaman atsiri
yang mudah dibudidayakan. Tanaman nilam dapat tumbuh pada lahan antara
dataran yang paling rendah hingga dataran yang cukup tinggi mencapai 2000 m
diatas permukaan laut. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman
nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per tahun dengan penyebaran merata
sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman ini adalah 22-28°C dengan
kelembapan diatas 75 persen. Hal tersebut berarti tanaman ini membutuhkan
kondisi iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi karena dalam
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan banyak air.
Lahan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung yang
akan digunakan sebagai lokasi budidaya nilam merupakan lahan tidur yang telah
lama tidak dimanfaatkan. Daerah tersebut berada pada ketinggian 686 m diatas
permukaan laut, dengan suhu rata-rata 26°C. Curah hujan yang dimiliki daerah ini
berada antara 1.500-4.000 mm per tahun. Tanaman nilam adalah tanaman yang
dapat beradaptasi secara luas. Bahkan tanaman ini termasuk tanaman yang mudah
tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan
tandus menjadi suatu lahan yang produktif. Curah hujan yang tinggi
mengakibatkan persediaan air di daerah ini tercukupi, sehingga sangat baik untuk
mendukung pertumbuhan tanaman nilam terutama pada saat periode awal
budidaya nilam yang sangat membutuhkan air.
52
Jenis tanah di Desa Ciburuy adalah jenis tanah vulkanik latosol dengan
solum laksolid merah. Jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah yang sesuai
untuk ditanami tanaman nilam. Selain itu, tanah di desa ini juga memiliki kadar
kadar keasaman tanah yang tinggi hingga mencapai pH 4. Kondisi tersebut tidak
dikehendaki oleh tanaman nilam karena tanaman ini rentan terhadap tanah yang
masam. Sedangkan keasaman lahan yang dikehendaki tanaman ini adalah 5,5 - 6,5
(Mangun 2005). Oleh karena itu untuk mengurangi kadar keasaman tanah
tersebut, maka dalam penggarapan lahan dilakukan pemberian kapur pertanian
agar tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan tersebut.
6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi
Sarana produksi yang akan diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman
nilam seperti bibit dibeli perusahaan dari daerah Subang, dengan pertimbangan
nilam yang berasal dari petani tersebut memiliki kualitas yang baik dan rendemen
yang tinggi untuk menghasilkan minyak nilam. Sedangkan persediaan pupuk,
kapur, pestisida dan alat pertanian lainnya dibeli perusahaan dari toko pertanian
yang berada di Padalarang.
Sarana lain yang juga sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya tanaman
nilam adalah tenaga air dan listrik. Pada Lokasi budidaya tanaman nilam terdapat
tiga titik mata air yang kemudian dibuat saluran untuk digunakan sebagai irigasi
kebun, dan lokasi budidaya juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga
ketersediaan air cukup banyak, namun untuk mencegah terjadinya kekeringan
pada waktu musim kemarau perusahaan membuat sumur bor untuk persediaan air
dan instalasi air untuk mempermudah dalam melakukan penyiraman. Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi kondisi curah hujan yang tidak mencukupi.
Instalasi air yang dibuat perusahaan adalah berupa sumur buatan dengan
menggunakan pompa listrik, sehingga biaya air digabung biaya listrik. Sedangkan
untuk sumber listrik diperoleh dari PLN, perusahaan melakukan pemasangan
listrik untuk keperluan kantor serta instalasi listrik juga digunakan untuk
penerangan kebun.
53
6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja
Desa Ciburuy merupakan desa dengan mata pencaharian penduduk
terbesar sebagai buruh tani, yaitu sebesar 40 persen. Hal tersebut didasari karena
kondisi iklim desa yang sangat sesuai sebagai lahan budidaya dan tingkat
pendidikan penduduk yang sebagian besar tidak tamat SD. Berdasarkan
keterangan tersedianya tenaga kerja sebagai buruh tani dan pengalaman yang
mereka miliki, maka dari segi ketersediaan tenaga kerja untuk tenaga lapangan
desa ini memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk
usaha budidaya tanaman nilam. Sedangkan tenaga kerja pada bagian kepala kebun
memiliki pendidikan sarjana yang berasal dari daerah Bogor, tenaga administrasi
dan keamanan berpendidikan SMA yang masih berasal dari daerah sekitar.
6.2.4 Skala Operasi
Skala operasi usaha budidaya tanaman nilam yang sedang direncanakan
perusahaan adalah seluas 18 ha. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bahan
baku yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan minyak nilam perusahaan.
Kebutuhan bahan baku nilam tersebut dilihat dari kapasitas alat suling yang
dimiliki perusahaan yaitu berkapasitas total sebanyak 800 kg nilam kering atau
sebanyak 3,2 ton nilam basah per hari. Dan dalam satu bulan nilam basah yang
diperlukan perusahaan adalah sebanyak 76,8 ton.
Perkiraan volume panen nilam basah dari usaha budidaya nilam yang
direncanakan ini dalam satu hektar adalah sebanyak 13 ton. Maka dalam satu
bulan dengan hari kerja usaha penyulingan sebanyak 24 hari dibutuhkan luasan
lahan sebanyak 6 ha. Selang waktu panen nilam setelah panen pertama adalah
selama tiga bulan maka untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku setiap
bulannya maka lahan yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 ha dengan penanaman
secara bertahap sebanyak tiga tahap.
6.2.5 Layout Lahan
Pada lahan yang akan direncanakan untuk menjadi lokasi budidaya nilam,
akan terdapat bangunan untuk kantor dan gudang alat pertanian dengan luas 42
m². Lahan yang direncanakan untuk budidaya nilam tersebut tidak berbatasan
54
dengan kebun lainnya, tetapi lebih berbatasan dengan lahan permukiman warga
Desa Ciburuy dan jalan, sehingga akan lebih mudah dalam mendistribusikan
bahan baku yang dibutuhkan dalam budidaya nilam dan hasil nilam basah menuju
gudang bahan baku PT Panafil Essential Oil. Selain itu di area lahan tersebut juga
terdapat tiga titik mata air yang dapat menjadi sumber air untuk irigasi lahan
budidaya nilam yang akan dijalankan.
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan analisis aspek teknis yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa usaha budidaya tanaman nilam layak dilakukan di Desa Ciburuy
Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung. Hal tersebut dikarenakan iklim di
Desa tersebut sesuai untuk ditanami nilam. Ketersediaan sarana produksi, tenaga
listrik, air dan tenaga kerja sebagai penunjung kegiatan budidaya dapat dengan
mudah diperoleh, serta skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan produksi
perusahaan dan layout lahan yang dapat mendukung kelangsungan kegiatan
budidaya nilam.
6.3 Aspek Manajemen
Proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam akan dilakukan
sendiri oleh PT Panafil Essential Oil. Perusahaan dalam melakukan kegiatan
budidaya nilam telah menetapkan rencana kerja, sehingga budidaya nilam yang
akan dilakukan sesuai dengan standar prosedur perusahaan dan dapat dengan
mudah dikontrol. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga akan menerapkan
sistem pola tanam. Pola tanam yang dilakukan ialah penanaman secara bertahap,
dimana penanaman nilam seluas 18 ha akan dibagi menjadi tiga tahap penanaman.
Masing-masing tahap penanaman dilakukan dengan rentan waktu selama satu
bulan. Hal ini bertujuan agar panen nilam dapat dilakukan secara bergilir sehingga
kebutuhan bahan baku nilam setiap bulannya dapat tercukupi secara kontinyu.
Tenaga kerja yang diperlukan PT Panafil Essential Oil dalam usaha
budidaya tanaman nilam hanya menggunakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja
tetap terdiri dari kepala kebun, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga
lapangan. Tenaga kerja lapangan sengaja dipilih sebagai tenaga kerja tetap karena
55
pertimbangan luasan lahan budidaya yang akan dijalankan yang relatir luas, serta
pelaksanaan panen nilam yang akan dilakukan setiap bulan. Gaji tenaga kerja
tetap nilainya berbeda-beda, tergantung pada jabatan dari tenaga kerja tersebut.
Usaha budidaya tanaman nilam ini dijalankan dengan tujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan, sehingga
agar produksi minyak nilam dapat berjalan dengan baik diperlukan bahan baku
nilam yang tersedia sepanjang tahun. Maka untuk mewujudkannya manajemen
budidaya nilam perusahaan yang telah menetapkan rencana kerja budidaya dan
sistem budidaya, agar pengembangan usaha budidaya nilam dapat berjalan lancar,
diperlukan juga koordinasi yang baik antar karyawan.
PT Panafil Essential Oil memiliki struktur organisasi yang pada setiap
bagian memiliki tanggung jawab masing-masing antara lain bagian keuangan,
bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan bahan baku yang
terdiri dari bagian pergudangan dan akan dilengkapi dengan unit usaha budidaya
tanaman nilam. Struktur organisasi tersebut merupakan struktur organisasi
fungsional yang pembagian tugasnya dilakukan berdasarkan spesialisasi
fungsional, sehingga memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap
tanggung jawab dari tugas yang ditetapkan. Struktur organisasi tersebut dapat
dilihat pada lampiran 1.
6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen
Berdasarkan analisis kelayakan pada aspek manajemen dapat disimpulkan
bahwa perencanaan usaha budidaya tanaman nilam ini layak untuk dijalankan. Hal
tersebut dikarenakan PT Panafil Essential Oil telah membangun daya dukung
manajemen dengan menentukan kegiatan budidaya tanaman nilam yaitu berupa
rencana kerja budidaya nilam dan merencana pelaksanaan budidaya nilam dengan
menerapkan sistem pola tanam. Selain itu perusahaan juga telah memiliki struktur
organisasi yang terkoordinasi dengan baik, sehingga pelaksanaan pengembangan
budidaya tanaman nilam dapat berjalan lancar.
56
6.4 Aspek Sosial
Rencana pengembangan budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan
oleh PT Panafil Essential Oil sangat didukung oleh masyarakat sekitar karena
usaha tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar. Dampak positif tersebut antara lain lahan yang pada mulanya merupakan
lahan tidur, dengan adanya usaha budidaya nilam ini akan dapat menjadi lahan
produktif yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan daerah tersebut, dan usaha
ini juga akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga
memberikan kontribusi bagi negara, dalam penyediaan bahan baku produksi
minyak nilam guna meningkatkan kegiatan ekspor minyak nilam secara nasional
yang dapat memberikan kontribusi berupa devisa bagi negara. Berdasarkan hal
tersebut, maka pengembangan usaha budidaya tanaman nilam yang akan
dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dapat dikatakan layak untuk
dijalankan.
6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial
Berdasarkan analisis aspek sosial dapat disimpulkan bahwa perencanaan
usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan, karena dapat memberikan
dampak positif kepada masyarakat sekitar berupa perbaikan kondisi lingkungan,
menciptakan lahan pekerjaan dan dapat memberikan kontribusi terhadap negara
dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nilam guna memperoleh devisa bagi
negara.
57
VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan
dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui
apakah usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga layak untuk dijalankan.
Kelayakan pada aspek finansial diukur dengan perhitungan beberapa kriteria
kelayakan investasi, antara lain NPV, IRR, Net B/C, dan payback period.
Perhitungan tersebut berdasarkan dari cashflow yang dibuat atas dasar informasi
yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan
perusahaan, dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan
rugi laba.
7.1 Arus Masuk
Penerimaan dari usaha budidaya tanaman nilam dalam penelitian ini
berasal dari hasil penjualan jagung, penjualan nilam basah dan nilai sisa. Nilai
sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir.
Sedangkan nilai penjualan jagung dan nilam basah didapat dari hasil perkalian
antara harga jual jagung dan nilam basah per kilogram dengan volume nilam
basah yang dihasilkan. Volume produksi nilam basah yang diperhitungkan
dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang tetap pada setiap panennya yaitu
sebanyak 13 ton. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya
kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi minyak nilam.
Penanaman tanaman nilam pada usaha budidaya yang akan dijalankan
oleh PT Panafil Essential Oil menerapkan sistem pola tanam, dimana penanaman
dilakukan secara bertahap, yaitu sebanyak tiga tahap dengan masing-masing
tahapan seluas enam hektar. Pemanenan nilam dilakukan secara bergilir untuk
masing-masing tahap Jarak dari panen satu ke panen lainnya adalah satu bulan.
Waktu panen nilam basah dapat dilakukan pertama kali pada saat usia tanaman
berusia enam bulan. Dan setelah panen pertama tanaman nilam dapat dipanen
setiap bulan.
Nilai penjualan jagung didapatkan hanya satu kali selama umur proyek,
karena tanaman ini hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung pada saat
57
tanaman nilam baru ditanam hingga usia tiga bulan, agar intensitas cahaya
matahari yang diterima tanaman nilam tidak berlebih. Tanaman jagung dapat
dipanen saat tanaman berusia 100 hari atau pada triwulan ke-2. Volume produksi
jagung dalam satu hektar dapat menghasilkan 6 ton dengan harga per kilogram
Rp 1.500,00. Sehingga nilai penjualan dari jagung untuk lahan ini didapat pada
triwulan ke-2 adalah sebesar Rp 162.000.000,00.
Panen nilam baru dapat dilakukan pada triwulan ke-3, sehingga pada
triwulan ke-1 dan ke-2 belum ada nilam basah yang dapat dijual. Pada triwulan
ke-3 tanaman nilam dapat dipanen dua kali, sedangkan pada panen ke-4 dan
seterusnya tanaman nilam dapat dipanen tiga kali dalam satu triwulan, dengan
volume panen per hektar sebanyak 13 ton nilam basah per hektar. Hasil panen
pada setiap tahapan penanaman adalah sebanyak 78 ton nilam basah, dengan
harga per kilogram nilam basah sebesar Rp 900,00. Sehingga hasil panen nilam
basah pada triwulan ke-3 adalah sebanyak 117 ton dengan nilai penjualan
sebesar Rp 105.300.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnya
didapatkan hasil panen sebanyak 234 ton nilam basah dengan nilai penjualan
sebanyak Rp 210.600.000,00.
Selain dari berdasarkan nilai panen nilam, penerimaan usaha budidaya
nilam ini juga berasal dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai dari investasi
usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang pada akhir proyek masih memiliki
umur ekonomis. Nilai ini diperoleh dari perhitungan penyusutan investasi per
tahun dengan menggunakan metode garis lurus yang dikalikan dengan sisa umur
ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa dari investasi usaha budidaya nilam yang
akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dapat dilihat di Tabel 8.
Selain itu, nilai sisa yang diperoleh perusahaan berasal dari nilai sisa
tanaman nilam yang masih dapat dipanen sebanyak empat kali setelah umur
proyek habis. Jumlah nilam basah tersebut adalah 312 ton, dengan nilai sisa
sebesar Rp 280.800.000,00.
58
Tabel 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil
Essential Oil
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
Instalasi Air
Timbangan duduk
Kereta sorong
Komputer
Bangunan
Instalasi Listrik
Umur
Ekonomis
(tahun)
5
5
4
5
10
10
Total
Total (Rp)
Penyusutan per
tahun (Rp)
10.000.000
1.100.000
1.050.000
5.000.000
63.000.000
1.500.000
2.000.000
220.000
262.500
1.000.000
6.300.000
150,000
Nilai Sisa
(Rp)
4.000.000
1.100.000
262.500
2.000.000
44.100.000
1.050.000
52.512.500
7.2 Arus keluar
Outflow atau arus keluar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk kegiatan usaha budidaya yang dijalankan. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal usaha. Sedangkan biaya
opersional adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
7.2.1 Biaya Investasi
Biaya investasi dikeluarkan perusahaan pada periode awal usaha yaitu
triwulan pertama. Biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan pada triwulan pertama usaha budidaya nilam ialah untuk
mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam usaha budidaya nilam, antara
lain:
1. Bibit nilam yang digunakan adalah bibit nilam jenis Nilam Aceh dalam
bentuk polibag yang dibeli dari daerah Subang. Bibit yang dibutuhkan untuk
penanaman seluas 18 ha yaitu sebanyak 198.000 polibag, dimana jumlah
tersebut sudah termasuk bibit untuk penyulaman. Biaya bibit hanya
dilakukan pada tahun pertama karena umur proyek ini adalah tiga tahun yang
didasarkan pada umur ekonomis dari tanaman nilam, sehingga tidak
dilakukan reinvestasi untuk bibit nilam.
59
2. Instalasi air yang dibuat berupa saluran pengairan untuk mengalirkan air
yang berasal dari beberapa titik mata air ke lahan budidaya nilam. serta
dibuat pula sumur bor untuk persediaan air pada musim kemarau.
3. Peralatan pertanian yang terdiri dari cangkul, linggis, sabit, alat semprot,
sepatu boot yang digunakan untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan
tanaman. Serta timbangan duduk yang digunakan untuk menimbang hasil
panen dan kereta sorong yang digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke
lahan serta hasil panen nilam basah ke kendaraan.
4. Bangunan yang terdiri dari kantor dan gudang untuk menyimpan peralatan
pertanian dan pupuk serta pestisida. Luas bangunan tersebut adalah 42 m².
5. Instalasi listrik yang digunakan untuk penerangan kantor dan lahan, serta
kegiatan kantor lainnya.
6. Komputer dan perlengkapan kantor yang digunakan untuk keperluan kantor.
Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
No
Uraian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bibit
Instalasi Air
Cangkul
Golok
Linggis
Sabit
Alat semprot
Timbangan duduk
Sepatu Boot
Kereta sorong
Komputer dan
printer
Bangunan
Instalasi Listrik
Perlengkapan
Kantor
11
12
13
14
Umur
Ekonomis
(tahun)
3
5
3
3
3
3
3
5
1
4
Total (Rp)
9
9
9
9
9
1
36
3
500
10.000.000
25.000
15.000
20.000
15.000
80.000
1.100.000
35.000
350.000
99.000.000
10.000.000
225.000
135.000
180.000
135.000
720.000
1.100.000
1.260.000
1.050.000
1
42
1
5.000.000
1.500.000
1.500.000
5.000.000
63.000.000
1.500.000
-
1.000.000
1.000.000
184.305.000
Jumlah
Polibag
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
pasang
Unit
198.000
5
10
10
Unit
Meter²
3
-
Unit
Total
Harga
(Rp)
Satuan
-
60
Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya
reinvestasi untuk beberapa fasilitas yang umur ekonomisnya kurang dari umur
proyek usaha tersebut. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan untuk budidaya
nilam ini hanya dilakukan untuk mengganti sepatu boot yang umur ekonomisnya
hanya satu tahun, sehingga dilakukan setiap tahun reinvestasi sebesar Rp
1.260.000,00 yaitu pada triwulan ke-5 dan ke-9.
7.2.2 Biaya Operasional
Biaya operasional dikeluarkan perusahaan untuk kelangsungan usaha
budidaya nilam yang akan dijalankan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sewa
lahan sebesar Rp 2.000.000,00 per ha per tahun, sehingga biaya sewa lahan
untuk lahan seluas 18 ha dalam sebulan adalah Rp 3.000.000,00. Biaya sewa
lahan ini dikeluarkan oleh perusahaan bertujuan untuk mempertegas batasan
usaha antara PT Panfil Essential Oil dan PT Panasia Indosyntec. Selain itu, biaya
tetap ini terdiri dari biaya listrik, gaji tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian
tetap, biaya komunikasi, biaya administrasi dan umum, serta biaya transportasi.
Dan rincian biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya nilam ini dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil.
18
-
Biaya Per
Bulan (Rp)
3.000.000
100.000
Biaya Per
Triwulan (Rp)
9.000.000
300.000
1
1
36
3
-
4.000.000
900.000
22.500.000
3.000.000
500.000
500.000
1,000.000
12.000.000
2.700.000
67.500.000
9.000.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
No
Uraian
Satuan
Volume
1
2
3
Sewa Lahan
Listrik
Gaji Tenaga Kerja
a. Kepala Kebun
b. T.K Administrasi
c. Tenaga Kerja Lapang
d. T.K Keamanan
Administrasi dan umum
Komunikasi
Transportasi
Ha
-
4
5
6
Orang
Orang
Orang
Orang
Total
Selain biaya tetap, dalam kegiatan usaha budidaya nilam juga terdapat
biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi
oleh volume produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi bahan-bahan yang
61
dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk kandang, pupuk pendukung,
pestisida, kapur pertanian dan bibit jagung manis. Biaya pupuk kandang dan
pupuk pendukung pada setiap triwulan jumlahnya berbeda. Hal tersebut
dikarenakan budidaya yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem pola
tanam.
Biaya pupuk kandang pada usaha budidaya nilam PT Panafil Essential
Oil pada triwulan pertama adalah sebanyak Rp 21.600.000,00, pada triwulan ke2 dan ke-3 adalah sebanyak Rp 7.200.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan
seterusnnya yaitu sebanyak Rp 10.800.000,00. Biaya pupuk kandang merupakan
biaya variabel yang jumlahnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pupuk
kandang ini sangat diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga
tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Selain
itu pemupukan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rendemen minyak nilam
yang dihasilkan dari daun nilam hasil budidaya. Kebutuhan pupuk kandang per
hektar pada triwulan pertama adalah 5 ton per hektar. Hal tersebut dikarenakan
pada triwulan pertama pemupukan tidak hanya dilakukan untuk tanaman nilam
saja, tetapi juga untuk kebutuhan tanaman jagung sebagai tanaman pelindung
dari nilam. Sedangkan pada triwulan ke-2 kebutuhan pupuk kandang adalah
sebesar 2,5 ton per hektar. Harga pupuk kandang per karung adalah Rp 6.000,00
dengan jumlah per karung sebanyak 25 kg.
Selain pupuk kandang, digunakan juga pupuk perangsang atau penyubur
yang terdiri dari tiga jenis N, P, dan K. Biaya pupuk penyubur yang dibutuhkan
untuk masing-masing jenis sebanyak dua kilogram per hektar per satu kali
pemupukan, sehingga untuk lahan seluas enam hektar dibutuhkan sebanyak 12
kg pupuk pendukung, dengan harga satuan sebesar Rp 40.000,00. Biaya pupuk
penyubur pada tiap triwulan berbeda tergantung pada jadwal kerja budidaya
yang telah ditetapkan perusahaan (Lampiran 2).
Biaya variabel lain yang dibutuhkan untuk budidaya nilam antara lain
pestisida, kapur pertanian dan benih jagung manis yang hanya dilakukan pada
triwulan pertama saja. Biaya pestisida dibutuhkan dalam budidaya nilam ini
sebanyak satu liter per hektar lahan. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap
tiga bulan sekali untuk mencegah tanaman terkena hama dan penyakit. Kapur
62
pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan kadar keasaman tanah yaitu
sebanyak 1 ton per hektar. Benih jagung manis yang dibutuhkan per hektar
adalah 4 kilogram. tanaman pelindung hanya dilakukan pada triwulan pertama.
Rincian biaya variabel tersebut dapat dilakukan pada Lampiran 4.
7.2.3 Analisis Rugi Laba
Laporan rugi laba merupakan laporan yang berisi tentang penerimaan dan
pengeluaran atau kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode akuntansi (triwulan). Laporan ini digunakan perusahaan untuk
menentukan besarnya aliran kas triwulan yang diperoleh perusahaan. Komponen
laporan rugi laba antara lain penerimaan dari penjualan nilam basah dan jagung
hasil panen, biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya
nilam, serta beban keuangan dalam menjalankan usaha yaitu berupa pajak
penghasilan, penyusutan dan lainnya.
Berdasarkan laporan rugi laba (Lampiran 4), usaha budidaya nilam yang
akan dijalankan PT Panafil Essential Oil pada triwulan belum mendapatkan
keuntungan. Hal tersebut dikarenakan usaha ini pada triwulan pertama belum
melakukan kegiatan pemanenan dan penjualan hasil panen sehingga penerimaan
perusahaan belum ada. Penerimaan baru ada pada triwulan ke-2 yaitu dari hasil
penjualan hasil panen jagung sebesar Rp 162.000.000,00 yang hanya dihasilkan
pada triwulan ke-2 saja. Sedangkan pada triwulan ke-3 dan seterusnya
penerimaan perusahaan hanya berasal dari penjualan hasil panen nilam basah.
Besarnya penerimaan perusahaan pada triwulan ke-3 adalah Rp 105.300.000,00,
dan pada triwulan ke-4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 210.000.000,00.
Rugi laba yang diperoleh perusahaan setiap triwulannya berbeda, dan
usaha ini hanya dikenakan biaya pajak saja sedangkan biaya bunga dikenakan
karena modal yang digunakan perusahaan merupakan modal sendiri. Dan
besarnya pajak yang diperhitungkan dalam usaha ini adalah sebesar 25 persen.
Pada triwulan pertama dan ke-3 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp
147.030.000,00 dan Rp 12.390.000,00 yang dikarenakan belum adanya
penerimaan perusahaan (pada triwulan 1) dan produksi nilam yang hanya baru
mencapai 117 ton nilam basah (triwulan 3). Sedangkan untuk triwulan ke-2 laba
63
yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 32.512.500,00, dan laba pada triwulan ke4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 66.262.500,00.
7.3 Kelayakan Finansial Proyek
Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha budidaya
tanaman nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil antara lain dilihat
dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Parameter tersebut diukur pada
tingkat suku bunga kredit sebesar 4,25 persen per triwulan.
Tabel 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
No
1
2
3
4
Kriteria Investasi
NPV
Net B/C
IRR
Payback Period
Satuan
Nilai Kriteria Investasi
Rp
Persen
Triwulan
293.338.047
1,89
14
7,71
Berdasarkan hasil analisis finansial usaha budidaya nilam yang
direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut
dilihat dari tingkat NPV yang diperoleh dari perhitungan kelayakan usaha
budidaya ini lebih dari nol, yang berarti jika usaha ini dijalankan dapat
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. NPV yang diperoleh adalah sebesar
Rp 293.338.047,00 yang menunjukkan bahwa selama umur proyek usaha
budidaya nilam akan memberikan manfaat bagi perusahaan sebesar Rp
293.338.047,00.
Kriteria kedua dari analisis kelayakan usaha ini adalah Net B/C. Net B/C
yang dihasilkan dari rencana usaha budidaya nilam ini adalah 1,89. Berdasarkan
hal tersebut usaha ini dapat dinyatakan layak, karena nilai Net B/C yang didapat
lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,89 berarti bahwa setiap satu satuan
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk usaha budidaya nilam ini maka
perusahaan akan memperoleh manfaat sebanyak 1,89 kali.
Selanjutnya kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah IRR.
Besarnya IRR yang diperoleh dari perhitungan kriteria investasi yang dilakukan
perusahaan dari rencana usaha budidaya nilam yaitu 14 persen per triwulan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan, karena nilai IRR yang
dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito triwulan yang sedang
64
berjalan yaitu 4,25 persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini
mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 14 persen,
dengan kata lain perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimiliki
pada usaha budidaya nilam dibandingkan menyimpan uangnya dalam bentuk
deposito di bank.
Kriteria investasi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah
payback period. Payback period yang dihasilkan dalam perhitungan adalah
selama 7,71 triwulan, yang berarti modal yang digunakan perusahaan untuk
usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil
akan kembali dalam waktu 7,71 triwulan atau satu tahun 11 bulan 17 hari.
Berdasarkan kriteria tersebut maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan
karena waktu pengembalian investasi yang dilakukan perusahaan kurang dari
umur proyek yang akan dijalankan.
7.4 Analisis Sensitivitas
Menurut Gittinger (1986) analisis sensitivitas merupakan salah satu
perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa
yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Analisis ini
digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha atau
bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau
manfaat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam menjalankan usaha menurut
Nurmalina R. et al. (2009) umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan
pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil produksi.
Analisis sensitivitas usaha budidaya nilam ini menggunakan metode nilai
pengganti (switching value), karena usaha ini baru dalam tahap perencanaan
sehingga perubahan pada komponen pendukungnya belum dapat diketahui
secara empiris. Analisis switching value dilakukan untuk mengukur perubahan
maksimum dari komponen arus masuk dan arus keluar yang masih dapat
ditoleransi agar usaha budidaya nilam tetap layak. Variabel-variabel yang
digunakan untuk melakukan uji switching value adalah kenaikan harga pupuk
65
kandang, penurunan volume penjualan, dan harga jual nilam basah. Hasil
analisis switching value dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential
Oil
Uraian
Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Rp/kg)
Penurunan Volume Produksi (kg/ha)
Penurunan Harga Nilam Basah (kg)
Persentase
342,262191
23,2431157
23,2431157
Nilai
Aktual
(Rp)
240
13.000
900
Nilai
Switching
Value (Rp)
1.061
9.978
691
Berdasarkan analisis switching value usaha budidaya nilam tersebut,
usaha ini akan tetap layak dijalankan hingga terjadi kenaikan harga pupuk
kandang sebesar 342,262191 persen. Harga pupuk kandang yang telah naik dari
Rp 240 per kg menjadi Rp 1.061,00 per kg. Variabel lain yang dilakukan uji
switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji
menunjukkan bahwa usaha budidaya nilam direncanakan PT Panafil Essenetial
Oil ini akan tetap layak apabila terjadi penurunan volume produksi sebesar
23,2431157 persen. Penurunan volume produksi tersebut yaitu dari 13.000,00 kg
per hektar menjadi 9.978 kg nilam basah per per hektar.
Selain penurunan volume produksi, penurunan harga nilam basah dari
hasil analisis switching value yang dilakukan, didapatkan bahwa penurunan
harga jual nilam basah hasil panen sebesar 23,2431157 persen tidak akan
mengubah kelayakan dari usaha tersebut. Besarnya harga berdasarkan persentase
tersebut yaitu apabila terjadi penurunan harga nilam basah dari Rp 900,00 per kg
menjadi Rp 691,00 per kg.
7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk. Hasil perhitungan dari usaha budidaya nilam yang
akan dijalankan PT Panafil Essential Oil didapatkan Harga Pokok Produksi
sebesar Rp 667,40 per kg nilam basah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan lebih baik membudidayakan tanaman nilam
untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan membeli nilam basah dengan
harga pasaran sebesar Rp 900,00 per kg.
66
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis penelitian dari aspek pasar, teknis, manajemen,
dan sosial proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang akan
dijalankan PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut
dapat
dilihat
dari
aspek
pasar
yang
menunjukkan
adanya
ketidakseimbangan antara permintaan minyak nilam terus meningkat dan
suplainya yang menurun yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan
bahan baku nilam, sehingga hal tersebut menjadi peluang untuk usaha ini.
Dan bauran pemasaran yang akan digunakan perusahaan mampu
mendukung kelangsungan proyek tersebut. Daya dukung aspek teknis
seperti kesesuaian kondisi iklim dan tanah di Desa Ciburuy dengan yang
dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga
kerja, dan skala operasi. Serta daya dukung aspek manajemen yang dapat
dilihat dengan adanya rencana kerja budidaya dan penerapan sistem pola
tanaman yang akan memperlancar persediaan bahan baku nilam dan
koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. selain itu, dari aspek sosial
daya dukungnya dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara
langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya
perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat sekitar.
2. Kelayakan aspek finansial berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan
yaitu NPV sebesar Rp 293.338.047,00, IRR sebesar 1,89, Net B/C 14
persen dan payback period selama 7,71 triwulan, proyek pengembangan
usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan.
3. Proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT
Panafi Essential Oil berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan
metode switching value akan tetap layak dijalankan sampai terjadi
kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta
penurunan produksi nilam basah sebesar 23,2431157 persen dan harga jual
nilam basah sebesar 23,2431157 persen. Berdasarkan hasil analisis
switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan harga jual
67
nilam basah dan volume produksi nilam basah merupakan komponen yang
paling sensitif terhadap perubahan.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka saran yang
dapat diajukan pada proyek pengembangan usaha budidaya nilam PT Panafil
Essential Oil antara lain:
1. Budidaya nilam akan lebih sebaik jika sistem pola tanam yang diterapkan
membagi satu tahap menjadi empat blok dengan jarak waktu tanam satu
minggu, sehingga panen nilam basah dapat dilakukan setiap minggu, agar
biaya penyimpanan nilam lebih efisien dan kebutuhan bahan baku nilam
dapat terpenuhi sepanjang tahun, serta produksi minyak nilam dapat
dilakukan secara optimal.
2. Pemeliharaan budidaya nilam sebaiknya dilakukan secara intensif dengan
menerapkan jadwal kerja budidaya agar tanaman nilam dapat berproduksi
secara optimal.
68
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Panafil Essential Oil
Pimpinan Perusahaan
Bagian Produksi
Bagian Gudang
Keterangan:
: garis komando
: garis koordinasi
Bagian Pengadaan
Bahan Baku
Bagian Keuangan
Bagian Budidaya Nilam
Bagian Pemasaran
Lampiran
Lampiran 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
No
KEGIATAN
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
Persiapan Lahan
Penanaman Jagung
Penanaman Nilam
Pemupukan Pendukung - P
Pemupukan Pendukung - N
Pemupukan Pendukung - K
Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen
Pemeliharaan Tanaman
Panen Jagung
Panen nilam
KEGIATAN
19
20
21
22
23
24
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Persiapan Lahan
Penanaman Jagung
Penanaman Nilam
Pemupukan Pendukung - P
Pemupukan Pendukung - N
Pemupukan Pendukung - K
Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen
Pemeliharaan Tanaman
Panen Jagung
Panen Nilam
Keterangan :
: Tahap 1
: Tahap 2
: Tahap 3
: Semua Tahap
8
Bulan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bulan
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Lampiran 3 . Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Uraian
Bibit
Instalasi Air
Cangkul
Golok
Garpu
Sabit
Alat semprot
Timbangan duduk
Sepatu Boot
Kereta sorong
Komputer&printer
Bangunan
Instalasi Listrik
Perlengkapan Kantor
Umur
Ekonomis
(tahun)
Satuan
3
5
3
3
3
3
3
5
1
4
5
10
10
3
Polybag
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
pasang
unit
Unit
Meter²
Unit
-
Jumlah
198.000
9
9
9
9
9
1
36
3
1
42
1
-
Harga
500
10.000.000
25.000
15.000
20.000
15.000
80.000
1.100.000
35.000
350.000
5.000.000
1.500.000
1.500.000
1.000.000
Total
Keterangan:
Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sabagai berikut:
Total
99.000.000
10.000.000
225.000
135.000
180.000
135.000
720.000
1.100.000
1.260.000
1.050.000
5.000.000
63.000.000
1.500.000
1.000.000
184.305.000
l Essential Oil
Penyusutan per Penyusutan per
tahun
triwulan
33.000.000
2.000.000
75.000
45.000
60.000
45.000
240.000
220.000
1.260.000
262.500
1.000.000
6.300.000
150.000
333.333
44.990.833
8.250.000
500.000
18.750
11.250
15.000
11.250
60.000
55.000
315.000
65.625
250.000
1.575.000
37.500
83.333
11.247.708
Nilai Sisa
4.000.000
1.100.000
262.500
2.000.000
44.100.000
1.050.000
52.512.500
II. Biaya Tetap
No
Uraian
Satuan Jumlah Biaya Per Unit (Rp)
1 Sewa Lahan (18 Ha)
2 Listrik
3 Tenaga Kerja
a. Kepala Kebun (1 Orang)
b. T.K Administrasi (1 orang)
c. Tenaga Kerja Lapang (36 orang)
d. Tenaga Kerja Keamanan (3 orang)
Total Biaya Tenaga Kerja
4 Administrasi dan umum
5 Komunikasi
6 Transportasi
Tahun
Bulan
3
-
2.000.000
100.000
Orang
Orang
Orang
Orang
1
1
36
3
4.000.000
900.000
625.000
1.000.000
Bulan
Bulan
Bulan
500.000
500.000
1.000.000
Total
III. Biaya Variabel
No
Uraian
1 Pupuk Kandang
Triwulan 1
Triwulan 2, 3
Triwulan 4dst
2 Pupuk Pendukung Organik (tiga jenis)
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4 dst
3 Pestisida
4 Kapur Pertanian
5 Bibit jagung
Satuan Jumlah
Kg
Kg
Kg
90.000
30.000
45.000
Kg
Kg
Kg
Kg
Liter
Kg
Kg
12
108
84
108
18
18.000
72
Harga satuan (Rp)
240
40.000
35.000
750
60.000
Keterangan:
1. Kebutuhan pupuk kandang per ha adalah sebanyak 2.500 kg
2. Kebutuhan pupuk pendukung organik per ha adalah 2 kg/ha
3. Kebutuhan pestisida adalah 1 liter/ha
4. Kebutuhan kapur pertanian per ha adalah 1 ton, dan hanya dilakukan sekali saja pada saat pengolahan tanah
5. Tanaman pelindung berupa jagung manis, dengan jarak tanam 100x50cm dalam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit
Biaya Per Triwulan
(Rp)
9.000.000
300.000
12.000.000
2.700.000
67.500.000
9.000.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
Total (Rp)
21.600.000
7.200.000
10.800.000
480.000
4.320.000
3.360.000
4.320.000
630.000
13.500.000
4.320.000
saja pada saat pengolahan tanah
lam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit
Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan
No
1
2
3
4
5
Uraian
Pupuk Kandang
Pupuk penyubur ( (tiga jenis)
Pestisida (Triwulan 1)
Kapur Pertanian (triwulan 1)
Bibit jagung (Triwulan 1)
Total
1
10.800.000,00
480.000,00
630.000,00
13.500.000,00
4.320.000,00
29.730.000,00
2
7.200.000,00
4.320.000,00
630.000,00
12.150.000,00
ial Oil Per Triwulan
3
7.200.000,00
3.360.000,00
630.000,00
4
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
5
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
Triwulan (Rp)
6
7
10.800.000,00
10.800.000,00
4.320.000,00
4.320.000,00
630.000,00
630.000,00
11.190.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
8
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
9
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
10
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
11
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
12
10.800.000,00
4.320.000,00
630.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
15.750.000,00
IV Penerimaan Proyek Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
No
Uraian
1 Jagung manis
2 Nilam (T-4 dst)
T-3
3 Nilai Sisa Panen Nilam Basah
Satuan
Kg
Kg
Kg
Kg
Jumlah
108.000
234.000
117.000
312.000
Harga Satuan
(Rp)
1.500
900
900
900
Keterangan:
1. Panen jagung hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman ini berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2
2. Panen nilam mulai dilakukan pada triwulan ke-3 dengan jml yang sama sepanjang tahun.
Total Penerimaan Per
Triwulan (Rp)
162.000.000
210.600.000
105.300.000
280.800.000
ni berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2.
sama sepanjang tahun.
Lampiran 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung
Uraian
A. INFLOW
1. Penjualan:
a. Jagung Manis
b. Nilam basah
2. Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
1. Pupuk Kandang
2. Pupuk Pendukung
3. Pestisida
4. Kapur Pertanian
5. Tanaman Pelindung
6. Penyusutan investasi
Total Outflow
EBIT
Biaya Bunga
EBT
Pajak Penghasilan
Rugi/Laba
1
2
3
4
105.300.000
210.600.000
162.000.000
-
162.000.000
105.300.000
210.600.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
7.200.000
4.320.000
630.000
7.200.000
3.360.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
21.600.000
480.000
630.000
13.500.000
4.320.000
11.247.708
147.030.000
(147.030.000)
(147.030.000)
(147.030.000)
11.247.708
118.650.000
43.350.000
43.350.000
10.837.500
32.512.500
11.247.708
117.690.000
(12.390.000)
(12.390.000)
(12.390.000)
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
ntial Oil Bandung
Triwulan
5
6
7
8
9
10
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11
12
210.600.000
210.600.000
210.600.000
52.512.500
263.112.500
106.500.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
11.247.708
122.250.000
88.350.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
11.247.708
122.250.000
140.862.500
140.862.500
35.215.625
105.646.875
Lampiran 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung
Uraian
A. INFLOW
1. Penjualan
a. Jagung Manis
b. Nilam basah
2. Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
1. Biaya Investasi/reinvestasi
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
1. Sewa Lahan
2. Biaya Listrik
3. Biaya Tenaga Kerja
4. Administrasi dan Umum
5. Komunikasi
6. Transportasi
Total Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
1. Pupuk Kandang
2. Pupuk Pendukung
3. Pestisida
4. Kapur Pertanian
5. Bibit jagung
Total Biaya Variabel
Total Biaya Operasional
Total Outflow
Net Benefit Before Tax
Tax (25%)
Net Benefit After Tax
Discount Factor (i = 4,250%)
PV
PV Positif
PV Negatif
NPV
Net B/C
IRR
PP
1
2
3
4
105.300.000
210.600.000
162.000.000
105.300.000
210.600.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
7.200.000
4.320.000
630.000
7.200.000
3.360.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
162.000.000
184.305.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
21.600.000
480.000
630.000
13.500.000
4.320.000
40.530.000
147.030.000
331.335.000
-331.335.000
0
-331.335.000
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
#REF!
14%
7,71
12.150.000
118.650.000
118.650.000
43.350.000
10.837.500
32.512.500
#REF!
#REF!
11.190.000
117.690.000
117.690.000
(12.390.000)
(12.390.000)
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
tial Oil Bandung
Triwulan
5
6
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
7
8
9
10
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
1.260.000
1.260.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
123.510.000
87.090.000
21.772.500
65.317.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
123.510.000
87.090.000
21.772.500
65.317.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
11
12
210.600.000
210.600.000
210.600.000
333.312.500
543.912.500
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
122.250.000
88.350.000
22.087.500
66.262.500
#REF!
#REF!
15.750.000
122.250.000
122.250.000
421.662.500
105.415.625
316.246.875
#REF!
#REF!
Lampiran 7.A1 Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oi
Uraian
A. INFLOW
1. Penjualan
a. Jagung Manis
b. Nilam basah
2. Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
1. Biaya Investasi/reinvestasi
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
1. Sewa Lahan
2. Biaya Listrik
3. Biaya Tenaga Kerja
4. Administrasi dan Umum
5. Komunikasi
6. Transportasi
Total Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
1. Pupuk Kandang
2. Pupuk Pendukung Organik
3. Pestisida
4. Kapur Pertanian
5. Tanaman Pelindung
Total Biaya Variabel
Total Outflow
Net Benefit Before Tax
Tax (25%)
Net Benefit After Tax
Discount Factor (i =4,250%)
PV
PV Positif
PV Negatif
NPV
IRR
Net B/C
1
2
3
4
105.300.000
210.600.000
162.000.000
105.300.000
210.600.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
95.528.633
480.000
630.000
13.500.000
4.320.000
114.458.633
405.263.633
-405.263.633
0
-405.263.633
0,95923
-388.742.094
388.742.094
-413.256.453
0
4,250%
1,00
31.842.878
4.320.000
630.000
31.842.878
3.360.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
36.792.878
143.292.878
18.707.122
4.676.781
14.030.342
0,92013
12.909.699
35.832.878
142.332.878
(37.032.878)
(9.258.219)
(27.774.658)
0,88262
(24.514.359)
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,84663
32.628.653
162.000.000
184.305.000
m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,262191 persen.
Triwulan
5
6
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
7
8
9
10
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
210.600.000
1.260.000
1.260.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
52.714.317
160.474.317
50.125.683
12.531.421
37.594.263
0,81212
30.531.016
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,77901
30.022.511
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,74725
28.798.572
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,71679
27.624.530
52.714.317
160.474.317
50.125.683
12.531.421
37.594.263
0,68757
25.848.598
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,65954
25.418.081
11
12
210.600.000
210.600.000
210.600.000
333.312.500
543.912.500
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
47.764.317
4.320.000
630.000
47.764.317
4.320.000
630.000
52.714.317
159.214.317
51.385.683
12.846.421
38.539.263
0,63265
24.381.853
52.714.317
159.214.317
384.698.183
96.174.546
288.523.638
0,60686
175.092.940
Lampiran 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil B
Uraian
A. INFLOW
1. Penjualan
a. Jagung Manis
b. Nilam basah
2. Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
1. Biaya Investasi/reinvestasi
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
1. Sewa Lahan
2. Biaya Listrik
3. Biaya Tenaga Kerja
4. Administrasi dan Umum
5. Komunikasi
6. Transportasi
Total Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
1. Pupuk Kandang
2. Pupuk Pendukung
3. Pestisida
4. Kapur Pertanian
5. Tanaman Pelindung
Total Biaya Variabel
Total Biaya Operasional
Total Outflow
Net Benefit Before Tax
Tax (25%)
Net Benefit After Tax
Discount Factor
PV
PV Positif
PV Negatif
NPV
IRR
Net B/C
1
2
3
4
162.000.000
-
162.000.000
80.824.999
80.824.999
161.649.998
161.649.998
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
7.200.000
4.320.000
630.000
7.200.000
3.360.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
184.305.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
21.600.000
480.000
630.000
13.500.000
4.320.000
40.530.000
147.030.000
331.335.000
-331.335.000
0
-331.335.000
0,95923
-317.827.338
317.827.338
-342.230.569
0
4,250%
1,00
12.150.000
118.650.000
118.650.000
43.350.000
10.837.500
32.512.500
0,92013
29.915.636
11.190.000
117.690.000
117.690.000
(36.865.001)
(9.216.250)
(27.648.751)
0,88262
(24.403.230)
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,84663
25.018.036
m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23,2431157 Persen.
5
161.649.998
161.649.998
Triwulan
6
161.649.998
161.649.998
7
161.649.998
161.649.998
8
161.649.998
161.649.998
1.260.000
9
161.649.998
161.649.998
10
161.649.998
161.649.998
1.260.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
123.510.000
38.139.998
9.535.000
28.604.999
0,81212
23.230.664
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,77901
23.019.776
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,74725
22.081.319
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,71679
21.181.122
15.750.000
122.250.000
123.510.000
38.139.998
9.535.000
28.604.999
0,68757
19.667.871
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,65954
19.489.326
3,2431157 Persen.
11
12
161.649.998
161.649.998
161.649.998
268.045.831
429.695.829
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,63265
18.694.798
15.750.000
122.250.000
122.250.000
307.445.829
76.861.457
230.584.372
0,60686
139.932.021
Lampiran 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil B
Uraian
A. INFLOW
1. Penjualan
a. Jagung Manis
b. Nilam basah
2. Nilai Sisa
Total Inflow
B. OUTFLOW
1. Biaya Investasi/reinvestasi
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tetap
1. Sewa Lahan
2. Biaya Listrik
3. Biaya Tenaga Kerja
4. Administrasi dan Umum
5. Komunikasi
6. Transportasi
Total Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
1. Pupuk Kandang
2. Pupuk Pendukung
3. Pestisida
4. Kapur Pertanian
5. Tanaman Pelindung
Total Biaya Variabel
Total Biaya Operasional
Total Outflow
Net Benefit Before Tax
Tax (25%)
Net Benefit After Tax
Discount Factor
PV
PV Positif
PV Negatif
NPV
IRR
Net B/C
1
2
3
4
162.000.000
-
162.000.000
80.824.999
80.824.999
161.649.998
161.649.998
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
7.200.000
4.320.000
630.000
7.200.000
3.360.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
184.305.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
21.600.000
480.000
630.000
13.500.000
4.320.000
40.530.000
147.030.000
331.335.000
-331.335.000
0
-331.335.000
0,95923
-317.827.338
317.827.338
-342.230.569
0
4,250%
1,00
12.150.000
118.650.000
118.650.000
43.350.000
10.837.500
32.512.500
0,92013
29.915.636
11.190.000
117.690.000
117.690.000
(36.865.001)
(9.216.250)
(27.648.751)
0,88262
(24.403.230)
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,84663
25.018.036
m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157 Persen.
5
161.649.998
161.649.998
Triwulan
6
161.649.998
161.649.998
7
161.649.998
161.649.998
8
161.649.998
161.649.998
1.260.000
9
161.649.998
161.649.998
10
161.649.998
161.649.998
1.260.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
123.510.000
38.139.998
9.535.000
28.604.999
0,81212
23.230.664
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,77901
23.019.776
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,74725
22.081.319
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,71679
21.181.122
15.750.000
122.250.000
123.510.000
38.139.998
9.535.000
28.604.999
0,68757
19.667.871
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,65954
19.489.326
11
12
161.649.998
161.649.998
161.649.998
268.045.831
429.695.829
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
9.000.000
300.000
91.200.000
1.500.000
1.500.000
3.000.000
106.500.000
10.800.000
4.320.000
630.000
10.800.000
4.320.000
630.000
15.750.000
122.250.000
122.250.000
39.399.998
9.850.000
29.549.999
0,63265
18.694.798
15.750.000
122.250.000
122.250.000
307.445.829
76.861.457
230.584.372
0,60686
139.932.021
Download