ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL NILAM (Pogostemon gostemon cablin) cab PT PANAFIL ESSENTIAL OIL BANDUNG SKRIPSI SHORAYA INDAH H34076141 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN SHORAYA INDAH. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI). Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009). Salah satu jenis minyak atsiri yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah minyak nilam. Pangsa pasar minyak nilam Indonesia di dunia mencapai 90 persen (Balitro, 2009), dan permintaan minyak nilam di dunia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam (Patchouli Oil) berfungsi sebagai bahan pengikat (fiksasi) yang baik dan sebagai pengendali penerbang untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Serta belum berkembangnya bahan substitusi essensial oil sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetik. Kenaikan permintaan minyak nilam dilihat dari pertumbuhan rata-rata volume ekspor per tahun (tahun 2003-2006) adalah sebesar 39,64 persen (Biro Pusat Statistik 2008) dan permintaan tersebut tidak diiringi dengan suplai minyak nilam yang memadai, sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Rendahnya suplai minyak nilam salah satunya disebabkan oleh semakin menurunkan produksi bahan baku nilam Indonesia. PT Panafil Essential Oil adalah perusahaan yang bergerak pada bidang atsiri, salah satu minyak atsiri yang diproduksinya ialah minyak nilam. Namun dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku nilam, yang mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan berencana melakukan usaha di bidang budidaya nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Padalarang Bandung. Lahan tersebut merupakan lahan milik perusahaan induk dari PT Panafil Essential Oil yang belum dimanfaatkan dan di sekitar lahan juga belum ada petani yang melakukan budidaya nilam. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dari usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil. (3) Menganalisis sentivitas dari kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan penyusutan investasi usaha dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Pengolahan data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial lingkungan, dan finansial. Kriteria kelayakan finansial usaha yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan payback period. Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar dapat dilihat dari peluang pasar yang masih terbuka, serta bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam untuk memperoleh bahan baku yang kontinyu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV sebesar Rp 293.338.047,00, Net B/C sebesar 1,89. IRR sebesar 14 persen per triwulan, payback period sebesar 7,71 triwulan (satu tahun 11 bulan 17 hari). Analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa proyek pengembangan usaha budidaya nilam akan tetap layak sampai terjadi kenaikan pada harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta akan tetap layak apabila terjadi perubahan volume produksi sebesar 23,2431157 persen dan penurunan harga jual nilam basah sebesar 23,2431157 persen. Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka pengembangan unit usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan menerapkan polatanam disarankan untuk membagi setiap tahap menjadi empat blok untuk ditanam dengan jarak waktu satu minggu, agar pemanenan dapat dilakukan setiap minggu guna mengefisienkan biaya penyimpanan nilam kering. Pemeliharaan tanaman nilam sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat perusahaan agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal. ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL BANDUNG SHORAYA INDAH H34076141 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung Nama : Shoraya Indah NIM : H34076141 Menyetujui, Pembimbing Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP. 19630228 199003 2 001 Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2010 Shoraya Indah H34076141 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dari sisi finansial dan non finansial usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku produksi perusahaan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2010 Shoraya Indah RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di daerah Bogor pada tanggal 10 Desember 1985. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwan Susilo dan Ibunda Hj. Solihah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Insan Kamil Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Program Studi Diploma Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan di program ekstensi Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk IPB pada tahun 2007. UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk dari rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator kolokium yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan proposal penelitian. 3. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan pada sidang skripsi telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ayah (H. Iwan S) dan Ibu (Hj. Solihah) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik secara moral maupun material kepada penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Kakak dan adikku tersayang. Mustaqfirin, Ibah, Sofiawati, Humaedi, dan M. Faruq Sanjaya atas semangat, doa, bantuan, dan kasih sayang yang telah diberikan. 7. Seseorang yang sangat berarti bagi penulis, Dani Prawirakusumah Alm atas perhatian, dukungan, bantuan, doa, dan cinta, serta ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan penelitian ini. Semoga ilmu pengetahuan yang telah diberikan pada penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca skripsi ini, dan dapat menjadikan cahaya bagi kehidupan kita semua, Amin. 8. Pihak perusahaan PT Panafil Essential Oil khususnya Bapak Adam S.Hut atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 9. Sahabat-sahabatku Sri Wisdya, Dira, Qiqi (Pembahas Seminar), Dian Nurjanah, dan Fitria Fatimah atas semua bantuan, dukungan serta doa yang telah diberikan. 10. Semua teman-teman AGB Ekstensi angkatan 3, teman-teman seperjuangan AGP 41 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. 11. Seluruh staf pengajar Ekstensi Agribisnis dan seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis atas kesediaannya membantu penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhir kata semoga doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis mendapat berkat dari Allah SWT. Amin. Bogor, Mei 2010 Shoraya Indah DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 1 5 8 8 9 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia ............................................ 2.2 Minyak Nilam ........................................................................ 2.2.1 Mutu Minyak Nilam ..................................................... 2.3 Tanaman Nilam ...................................................................... 2.4 Budidaya Tanaman Nilam ...................................................... 2.5 Penyulingan Nilam ................................................................. 2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 10 10 11 12 13 16 19 KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 22 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1 Konsep Analisis Kelayakan Proyek ............................... 3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan ....................................... 3.1.3 Analisis Sensitivitas ...................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................... 22 22 23 25 27 METODE PENELITIAN .......................................................... 30 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 4.3 Metode Pengolahan Data ........................................................ 4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ........................................ 4.3.1.1 Net Present Value (NPV) .................................. 4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) ............................ 4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ..................... 4.3.1.4 Payback Period (PP) .......................................... 4.3.2 Analisis Sensitivitas ...................................................... 4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) ............................ 4.5 Asumsi Dasar ......................................................................... 30 30 30 31 31 32 33 34 34 35 35 DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL ....................... 37 5.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 5.2 Struktur Organisasi.................................................................. 37 38 I II III IV V xi 5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan ....................... 5.3.1 Proses Penyulingan Nilam ............................................ 5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku ............................................... 5.4 Perencanaan Budidaya .......................................................... 5.4.1 Proses Budidaya Nilam ................................................. 5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya ............................ 5.4.3 Pengendalian Produksi .................................................. 39 39 41 41 42 46 46 ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL .......... 48 6.1 Aspek Pasar ............................................................................ 6.1.1 Potensi Pasar ........................................................... 6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ............................................ 6.1.2.1 Produk (Product) ............................................... 6.1.2.2 Harga (Price) ...................................................... 6.1.2.3 Tempat (Place) .................................................. 6.1.2.4 Promosi (Promotion) ......................................... 6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ............................................ 6.2 Aspek Teknis .......................................................................... 6.2.1 Kesesuaian Kodisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy ........ 6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ........................................ 6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ............................................. 6.2.4 Skala Operasi ................................................................ 6.2.5 Layout Lahan .................................................................. 6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ......................................... 6.3 Aspek Manajemen .................................................................. 6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen ................................. 6.4 Aspek Sosial ........................................................................... 6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial .......................................... 48 48 49 49 50 51 51 51 52 52 53 54 54 54 55 55 56 57 57 ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ................... 58 7.1 Arus Masuk ............................................................................ 7.2 Arus Keluar ............................................................................ 7.2.1 Biaya Investasi ................................................................ 7.2.2 Biaya Operasional ........................................................... 7.2.3 Analisis Rugi Laba.......................................................... 7.3 Kelayakan Finansial Proyek .................................................... 7.4 Analisis Sensitivitas ................................................................. 7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi ........................................ 58 59 59 61 63 64 65 66 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 69 LAMPIRAN ............................................................................................ 71 VI VII VIII xii DAFTAR TABEL Nomor 1. Halaman Daftar Negara Eksportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006 ...................................................................................... 1 2. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006...................... 3 3. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008................ 4 4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003-2006 ........................................................................... 7 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 ..... 12 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam.................. 14 7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Patchouli Alkohol Tiga Varietas Nilam .............................. 15 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafila Essential Oil ............................................................... 59 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil................................................................................................... 60 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ...... 61 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil................................................................................................... 64 13. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ................................................................................... 66 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tiga Varietas Unggul Nilam ........................................................ 15 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ............................................. 29 3. Sistem Penyulingan Uap Tidak Langsung ..................................... 40 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi PT Panafil Essensial Oil ............................... 71 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ............... 72 3. Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ................................................................. 73 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan................................................................................... 74 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil....................................................................... 75 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil....................................................................... 76 7. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,26219 persen. ....................... 77 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen.......... 78 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen....................................... 79 xv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009). Konsumsi dunia terhadap minyak atsiri setiap tahunnya naik sebesar 10 persen, yang disebabkan karena perkembangan kebutuhan industri pangan, kosmetik dan farmasi yang didorong dengan adanya pertumbuhan populasi dan perubahan preferensi konsumen terhadap bahan alami (Balitro 2009). Tabel 1. Daftar Negara Ekportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006 No Negara 2002 Nilai dalam Ekspor US$ 000 2003 2004 2005 2006 Trend (persen) 2 Amerika Serikat Perancis 3 Brazil 78.6 114.385 98.529 105.565 130.637 16,40 4 Inggris 88.529 108.69 107.926 105.465 119.227 4,70 5 China 68.693 62.873 76.644 84.58 107.898 10,01 6 Argentina 67.155 51.182 55.691 96.718 102.511 11,88 7 Jerman 41.361 48.159 63.072 64.555 72.184 15,88 8 Indonesia 51.365 44.194 47.204 64.601 67.324 5,33 9 Italia 40.988 45.763 51.423 49.717 0 0 10 India Total Dunia 66.842 101.997 96.531 0 0 0 1.403.160 1.554.138 1 312.498 293.428 329.193 351.707 368.715 4,44 161.932 191.904 214.485 204.518 216.413 7,70 1.618.910 1.429.121 1768568 4,60 Sumber: UN Comtrade, diacu dalam Balitro 2009. Indonesia sebagai penghasil minyak atsiri mengekspor sekitar 9-12 jenis minyak atsiri dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk beberapa jenis minyak atsiri 1 antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63 persen, dan minyak sereh 15 persen.1 Potensi Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri juga sangat besar, mengingat di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman dari sekitar 150-200 jenis tanaman penghasil minyak atsiri di dunia.2 Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam, yang menghasilkan minyak atsiri yang cukup penting. Tanaman ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif (Mangun 2005), serta teknik budidaya dan pengelolaan tanaman ini pun sederhana sehingga mudah dikembangkan. Minyak nilam Indonesia yang dikenal dengan nama “Patchouli Oil” memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pasar dunia, yaitu sekitar 90 persen dari total kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia (Balitro, 2009). Peluang pasar minyak nilam baik di dalam maupun luar negeri masih sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetik, trend mode dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Terlebih lagi pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor (Mangun 2005). Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan. Minyak ini memiliki komponen utama patchouli alcohol (C15H26O) yang berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk essence atau penambahan rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi, 1 Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisiharian/perdagangan/lid99645.html. [22 September 2009] 2 Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php.[22 September 2009] 2 dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta sebagai kebutuhan industri lainnya. Perkembangan ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2003-2006 meningkat, baik dari segi volume maupun dari segi nilainya (Tabel 2). Peningkatan ekspor minyak nilam dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$ 19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000 disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri parfum, kosmetika, farmasi, dan tren mode yang terus berkembang, serta belum berkembangnya bahan substitusi minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetika. Kebutuhan pasar dunia terhadap minyak nilam setiap tahunnya mencapai 1.200-1.400 ton dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.3 Tabel 2. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006 Nilai Volume Tahun Pertumbuhan US$ Pertumbuhan Ton (%) (000) (%) 1.127 2003 19.165 2.074 84,03 2004 27.137 41,60 2.679 29,17 2005 43.894 61,75 2.832 5,71 2006 43.984 0,21 Rata-rata Pertumbuhan 2.178 39,64 33.545 34,52 Per Tahun (%) Sumber: Biro Pusat Statistik 2008, diolah. Produksi minyak nilam sangat dipengaruhi oleh persediaan bahan baku nilam dan teknologi penyulingan nilam yang digunakan. Pada 2003-2008 produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton (Tabel 3), yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak nilam yang terjadi pada tahun 2003-2006 yang berada dikisaran Rp130.000,00-Rp170.000,00 per kilogram. Kondisi tersebut mengakibatkan para produsen minyak nilam menekan harga beli bahan baku nilam dari petani sehingga petani tidak lagi bersemangat dalam membudidayakan nilam. 3 Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta.http://www.kapanlagi.com/h/00 00199284.html-19k. [5 Oktober 2009] 3 Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan baku nilam, dan suplai minyak nilam Indonesia di pasar internasional menjadi menurun. Pada saat itu, kenaikan harga minyak nilam pada akhir 2007 hingga mencapai Rp 1.000.000,00 per kilogram4, dan harga minyak nilam selama tahun 2008 mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp 1.200.000,00 per kilogram. Namun kenaikan harga tersebut menyebabkan banyak petani yang membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke harga normal yaitu sebesar Rp 250.000,00 per kilogram. Tabel 3. Data Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008 Produksi (ton)/tahun Lokasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008*) 239 121 87 NAD 383 233 178 Sumatera Utara 613 404 396 Sumatera Barat 362 22 23 Riau Jambi 438 42 42 Sumatera Selatan 146 584 286 Bengkulu 45 15 15 Lampung 25 55 180 Jawa Barat 129 234 330 Jawa Tengah D.I Yogyakarta 2 2 1 Jawa Timur 2.382 1.712 1.538 Indonesia Sumber : Departemen Pertanian 2003-20085 Keterangan : *) = angka sementara 88 118 152 20 29 108 297 19 223 424 51 967 2.496 110 98 300 19 23 19 25 155 292 110 1.151 130 116 318 33 48 79 33 181 388 164 1.490 Rata-rata Pertumbuhan Produksi 2003-2008 (%) -33 -95 6 -34 300 24 357 153 96,510 -0,5 Selain teknologi yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di Indonesia masih sederhana, yang mengakibatkan suplai minyak nilam menurun ialah kurangnya bahan baku nilam di Indonesia, sehingga produksi dan mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya fluktuasi pada harga minyak nilam. 4 Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus online.co.id/mod.php?mod =Publisher&op=viewarticle&cid=1&arid=1481. [10 Oktober 2009] 5 Departemen Pertanian, Pencarian Data Berdasarka Indikator. http/database.deptan.go.id/Bdsp/ hasil_ind.asp. [11 Oktober 2009] 4 Sentra produksi tanaman nilam Indonesia salah satunya berada didaerah Jawa Barat. Kondisi lingkungan di Jawa Barat sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman nilam, terlebih lagi nilam termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan dibandingkan tanaman atsiri lainnya. Daerah yang menjadi pusat produksi minyak nilam di Jawa Barat antara lain Cianjur, Majalengka, Garut, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Subang, Purwakarta dan Bandung (Balitro 2009). Salah satu produsen minyak nilam di Bandung yaitu PT Panafil Essential Oil. PT Panafil Essential Oil baru berdiri pada bulan Oktober tahun 2009, dan perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk. Perusahaan ini didirikan karena PT Panasia Indosyntec Tbk yang awalnya hanya bergerak dibidang tekstil, memiliki alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas besar. Kapasitas PLTU yang dimiliki oleh PT Panasia Indosyntec Tbk adalah sebesar 30 Mw, namun daya yang digunakan untuk kebutuhan perusahaan tidak sebesar itu sehingga perusahaan menjual daya sebesar tiga megawatt kepada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali. Selain itu, untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dimiliki, maka perusahaan melakukan pengembangan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. Dan salah satu komoditi yang diproduksi perusahaan adalah minyak nilam karena prospek pasar minyak nilam yang sangat baik. Perusahaan ini telah dilengkapi dengan alat suling modern, yaitu dengan menggunakan teknologi sistem penyulingan tidak langsung sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas dan rendemen tinggi. Alat suling yang dimilliki perusahaan ini dilengkapi dengan dua ketel suling yang berkapasitas masing-masing sebesar 400 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel, dalam sehari perusahaan melakukan satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku total sebanyak 800 kg nilam kering dibutuhkan waktu selama lima sampai enam jam dengan rendemen minyak yang dihasilkan rata-rata sebesar 2,5 persen dari bahan baku nilam kering yaitu sekitar 20 kg minyak nilam yang dihasilkan. PT Panafil Essential Oil dalam melakukan kegiatan produksi minyak nilam pada awalnya memperoleh bahan baku nilam dengan membeli dari daerah sekitar, seperti Garut, Kuningan, Subang dan lain-lain. Namun diantara bahan 5 baku yang dibeli perusahaan, bahan baku yang berasal dari petani yang berada di daerah Subang merupakan bahan baku yang paling baik menurut perusahaan karena rendemen yang dihasilkan dari bahan baku tersebut paling tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari tempat lain, dan kualitas minyak yang dihasilkan juga sangat baik. Persediaan bahan baku nilam basah dari daerah Subang masih sangat terbatas, sehingga baku nilam yang dipasok ke perusahaan jumlahnya tidak mencukupi dari kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat, hingga perusahaan harus menghentikan produksi minyak nilam dan menggantikannya dengan komoditi yang lain. Oleh karena itu, untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal maka PT Panafil Essential bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budidaya nilam. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa potensi pasar minyak nilam masih terbuka lebar, dengan kebutuhan minyak nilam yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan minyak nilam pada industri-industri seperti industri makanan, kosmetika, parfum, farmasi, tren mode yang terus berkembang, dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Serta masih kurangnya jumlah produksi minyak nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia. Kurangnya jumlah produksi minyak nilam dunia salah satunya disebabkan oleh produksi nilam Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2008 dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton, sehingga ketersediaan bahan baku utama minyak nilam menjadi terbatas dan produksi minyak nilam di Indonesia menurun. Penurunan produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam salah satunya disebabkan karena produktivitas nilam di Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2006 (Tabel 4), yang dapat lihat dari jumlah areal lahan yang meningkat namun tidak diiringi dengan jumlah produksi nilamnya. 6 Penurunan produksi tersebut dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi nilam menjadi tidak optimal. Hal tersebut juga berdampak terhadap suplai minyak nilam dunia mengingat Indonesia memiliki pangsa pasar minyak nilam yang sangat besar di dunia yaitu sekitar 85 persen. Oleh karena itu, didukung dengan potensi yang dimiliki perusahaan, PT Panasia Indosyntec tbk mendirikan usaha penyulingan minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun karena keterbatasan bahan baku yang dialami perusahaan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Karena hal tersebut, agar produksi minyak nilam perusahaan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan persediaan bahan baku yang mencukupi secara kontinyu. Oleh sebab itu PT Panafil Essential Oil bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budaya nilam dengan menerapkan pola tanam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan secara kontinyu. Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 20032006 Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 2003 16.354 2.382 2004 20.179 1.712 2005 20.455 1.537 2006 22.498 [4] 1.758 [4] Sumber : Departemen Pertanian 2003-20066. Keterangan : [4] = angka sementara Produktivitas (Kg/Ha) 199,38 103,42 103,11 107,23 [4] Lokasi lahan yang dipilih untuk pengembangan usaha budidaya nilam ini berada di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan lahan milik PT Panasia Indosyntec Tbk yang belum dimanfaatkan sebelumnya. Pada lokasi tersebut sebelumnya juga belum ada yang melakukan budidaya nilam, sehingga untuk melaksanakan pengembangan usaha budidaya nilam ini perusahaan perlu melakukan analisis kelayakan baik secara teknis 6 Departemen Pertanian. Pencarian Data Berdasarkan Indikator. http://database.deptan. go.id /Bdsp/hasil _ind.asp.[10 Oktober 2009] 7 maupun finansial untuk mengetahui dapat tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam menganalisis kelayakan usaha ini perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya nikam yang akan dilakukan perusahaan. Karena usaha yang dianalisis kelayakannya masih dalam tahap perencanaan maka metode yang digunakan dalam menganalisis sentinsitivitas adalah switching value. Adapun variabel yang uji antara lain perubahan dari kenaikan harga pupuk kandang, penurunan volume produksi, dan penurunan harga jual nilam basah. Maka dari perumusan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil? 3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada variabel usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil. 3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada komponen variabel yang dapat mempengaruhi usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil. 8 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian antara lain: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai penerapan studi kelayakan bisnis. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha budidaya tanaman nilam. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai studi kelayakan usaha budidaya nilam, serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial, serta aspek finansial perusahaan. Menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan mengunakan metode analisis switching value. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis switching value adalah kenaikan pada komponen biaya variabel harga bibit nilam dan kenaikan pupuk kandang, serta penurunan volume produksi dan penurunan harga jual nilam basah. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998). Hasil tanaman tersebut berupa terna yang dikeringkan dan diekspor ke Singapura untuk disuling, yang kemudian diekspor ke berbagai negara terutama Perancis, Jerman, dan Amerika. Pada tahun 1920 daerah Tapak Tuan mulai melakukan penyulingan minyak nilam. Setahun kemudian (1921) minyak nilam asal Indonesia mulai di ekspor ke Singapura dan Malaysia disamping mengekspor terna kering Indonesia juga mulai mengekspor minyak nilam (Heyne 1927; Anon 1939, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Pada saat itu budidaya nilam Indonesia telah menyebar ke pulau Jawa salah satunya di daerah Kediri. Indonesia masih mengekspor terna dan minyak nilam ke singapura dan Malaysia sampai pada tahun 1940, dan setelah tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak saja. Namun setelah tahun 1960 posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara pengekspor minyak nilam terbesar digantikan oleh Indonesia (Allen 1969, diacu dalam Dhalimin et al. 1998) Pada tahun 1956 ekspor minyak nilam Indonesia baru mencapai 30 ton dan meningkat menjadi 245 ton pada tahun 1961, dan pada waktu yang sama ekpor minyak nilam Malaysia dan Singapura juga mengalami peningkatan dari 160 ton (1956) menjadi 232 ton (1961), namun produksi minyak nilam Indonesia terus meningkat sedang negara-negara lain seperti Cina, Srilanka, Malaysia dan Brazil tidak begitu pesat perkembangannya. Periode 1960an ekspor minyak nilam Indonesia berkisar antara 250-300 ton tiap tahun (Robbin 1982, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Volume ekspor terus meningkat menjadi 300-500 ton (1970-1980) dan 500-700 ton (1980-1990). Pada tahun 1990 volume ekspor minyak nilam meningkat secara tajam dan mencapai puncaknya pada tahun 1995 (1445 ton) (Dhalimin et al. 1998). 2.2 Minyak Nilam Menurut B S Hieronymus (1990) Minyak nilam diperoleh dengan cara penyulingan uap dan air terhadap herba kering tanaman nilam Pogostemon cablin. 10 Kandungan utama dari minyak nilam adalah Patchuli alcohol. Senyawa inilah yang menyebabkan minyak nilam memiliki bau yang harum. Minyak nilam dapat digunakan secara langsung tanpa diproses lebih lanjut. Namun patculi dapat diubah menjadi ester, patchouli asetat. Senyawa ester mempunyai bau yang harum dan dapat digunakan sebagai bahan pewangi. Patculi alcohol dapat direaksikan dengan asam fosfat mengalami hidrasi dan diperoleh patculena. Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan sebagai bahan fiksatif yang paling baik pada parfum berkualitas baik. Minyak ini digunakan juga dalam pembuatan sabun dan kosmetik, karena dapat diblending secara baik dengan minyak atsiri lainnya seperti minyak cengkeh, geranium, akar wangi dan minyak cassia. Aroma minyak nilam sangat kaya, terkesan rasa manis, hangat dan menyengat (Dhalimin et al. 1998). 2.2.1 Mutu Minyak Nilam Mutu minyak nilam sangat menentukan mampu atau tidaknya minyak nilam tersebut diekspor ke pasar luar negeri, bahkan mutu juga dapat menentukan harga dari minyak nilam yang diproduksi. Menurut Sumangat D dan Risfaheri (1989) senyawa patchouli alcohol merupakan penentu mutu minyak nilam. Minyak nilam yang kadar patchouli alhokolnya lebih tinggi dalam dunia perdagangan mendapatkan harga lebih tinggi, karena mutunya dinilai lebih tinggi. Kadar patchouli alcohol minyak nilam Indonesia berkisar antara 20-45 persen. Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain klon atau varietas, lingkungan tumbuh, teknik budidaya, perilaku pendahuluan, proses peyulingan, pengemasan, serta penyimpanan (Anggraeni et al. 1998). Standar mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-2006. Standar ini meliputi ruang lingkup syarat mutu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan, dan penandaan milik nilam. Berdasarkan Standar ini minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan dari daun tanaman P. cabin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu dengan nama “patchouli oil” Adapun syarat-syarat mutu minyak nilam ditetapkan seperti pada Tabel 3. 11 Tabel 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 No 1 2 3 4 Jenis uji Warna Bobot jenis 25°C/25°C Indeks bias (nD²º) Kelarutan dalam etanol 90% pada suhu 20ºC ±3ºC Satuan - 5 Bilangan asam 6 Bilangan Ester 7 Putaran optic 8 Patchouli alcohol (C15H26O) % 9 Alpha opaene (C15H24) % 10 Kandungan besi (Fe) mg/kg Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006).1 Persyaratan Kuning muda-cokelat kemerahan 0,950-0,975 1,507-1,515 Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10 Maks. 8 Maks. 20 (-40°)-(-65º) Min. 30 Maks. 0,5 Maks. 25 2.3 Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili labiatae, dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0.3-1.3 m. Tanaman ini tumbuh di alam bebas secara tidak teratur dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun di kebun tanaman nilam tumbuhnya tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (B. S. Hieronymus 1990). Tanaman nilam terdiri beberapa jenis dan setiap jenis nilam memiliki kadar dan mutu minyak yang berbeda-beda. Jenis nilam tersebut antara lain Pogostemon cablin Benth, Pagostemon heyneatus, Benth, dan Pogostemon hortensis, Backer (B. S. Hieronymus 1990). a) Pogostemon cablin Benth (Nilam Aceh) Nilam ini memiliki ciri daunnya agak membulat seperti jantung, dibagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat, dan tidak atau jarang berbunga. Kadar minyaknya antara 2,5-5 persen dan komposisi minyaknya bagus. Menurut para ahli, minyak jenis ini terdapat di Filipina, Brazilia, Malaysia, Paraguay, Madagaskar, dan Indonesia. b) Pagostemon heyneatus Benth (Nilam Jawa) Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah atau ditempat yang jarang dijamah oleh manusia, oleh karena itu nilam ini sering disebut nilam hutan. 11 Badan Standarisasi Nasional. Minyak Nilam. http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/ sni/detail_sni/7400. [10 Oktober 2009]. 12 Daunnya lebih tipis dibandingkan daun nilam jenis Pogostemon cablin dan ujung daunnya agak runcing. Spesifikasi nilam ini adalah berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0.5-1.5 persen dari berat daun kering. Komposisi minyaknya jelek. c) Pogostemon hortensis Backer (Nilam Sabun) Nilam jenis ini disebut nilam sabun, karena digunakan sebagai pengganti sabun. Bentuknya hampir sama dengan Pagostemon heyneatus. Daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0.5-1,5 persen dan komposisi minyaknya pun jelek. Berdasarkan ketiga jenis tanaman nilam tersebut, yang layak untuk dikembangkan dan dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku penyulingan minyak nilam adalah pogostemon cablin sebab kadar dan komposisi minyaknya paling bagus diantara jenis lainnya (B S Hieronymus 1990). Selain itu menurut Balitro (2009) Indonesia memiliki varietas tanaman nilam unggulan yang dinamakan berdasarkan nama daerah asalnya yaitu Tapak Tuan, Lhoksemawe dan Sidikalang. 2.4 Budidaya Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan diberbagai jenis lahan seperti pekarangan, sawah, kebun, dan tegalan. Namun untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, tanaman nilam memerlukan lapisan tanah yang dalam, subur, kaya humus, berstruktur gembur, dan drainase yang baik. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil keberhasilan budidaya tanaman nilam antara lain yaitu: A. Kesesuaian Lahan dan Iklim Lahan dan iklim sangat mempengaruhi produksi dan kualitas minyak nilam, terutama ketinggian tempat dan ketersediaan air. Nilam sangat peka terhadap kekeringan (heavy drinker), kemarau panjang setelah panen dapat menyebabkan tanaman mati. Tanaman nilam dapat tumbuh pada ketinggian 01.500 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada tempat dengan ketinggian antara 50-400 m diatas permukaan laut. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar patchouli alkohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar minyak 13 rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi. Jenis tanah yang sesuai dengan tanaman nilam antara lain latosol, andosol, regosol, tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur dengan humus yang tinggi. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman ini adalah 24-25°C. dengan kelembaban lebih dari 70-80 persen (Balitro 2009). Intensitas penyinaran agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal adalah berkisar antara 75-100 persen. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka (B. S. Hieronymus 1990). Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam Tingkat Kesesuaian Parameter Ketinggian Tanah (m, dpl.) Sangat Sesuai Sesuai 100 – 400 Andosol, latosol Baik Lempung > 100 5.5 – 7 2–3 0 – 700 Regosol, podsolik Baik 7. P205 (ppm) 8. K20 (me/100 g) KTK (me/100 g) Iklim 1. Curah hujan (mm) 2. H H/ tahun 3. Bln basah/ tahun 4. Kelembaban udara (%) 5. Temperatur 0C Intensitas cahaya 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis tanah Drainase Tekstur Kedalaman air pH C-organik (%) Kurang Sesuai Tidak Sesuai > 700 > 700 Liat berpasir 75 – 100 5 – 5.5. 3–5 Lainnya Agak baik Lainnya 50 – 75 4.5 – 5 <1 Lainnya Terhambat Pasir < 50 < 4.5 - 16 – 25 > 1.0 > 17 2.300-3.000 190-200 11-Oct 80-90 75-100 10 – 15 0.6 – 1.0 5 – 16 1.750-2.300 3000-3.500 170-180 10-Sep 70-80 > 25 0.2 – 0.4 <5 1.200-1.750 > 3500 < 100 <9 < 60 > 3.500 <8 < 50 - 22-23 - 24-25 - > 25 - - Sumber: Balitro (2009). B. Bahan Tanaman Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif, yaitu dengan mempergunakan potong-potongan cabang. Bibit yang baik untuk ditanam harus 14 berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan dijamin terbebas dari kontaminasi hama dan da penyakit. Upaya paya meningkatkan mutu bibit, telah dikembangkan penggunaan bibit yang telah diakarkan lebih dahulu serta penggunaan setek pendek, pendek dengan penggunaan teknik tersebut pemakaian bahan tanaman lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat dan keberhasilan pertumbuhan di lapangan lebih tinggi (Emmyzar dan Ferry Y. 2004). Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam Sabun. Varietas unggulan tanaman nilam yang menjadi menjadi koleksi Balitro yaitu Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. Tapak Tapak Tuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5). Tabel 7. Produksi roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Patchouli Alkohol 3 Varietas Nilam Varietas Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang Produksi terna kering (ton/ha) Kadar minyak (%) Produksi minyak (kg/ha) Kadar Patchouli alkohol (%) 13,278 11,087 10,902 2,83 3,21 2,89 375,76 355,89 315,06 33,31 32,63 32,95 Sumber: Balitro (2009). Varietas tersebut dapat dibedakan dibedakan dari warna pangkal batang batangnya. Varietas Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhoksemawe lebih ungu dan varietas Sidikalang ikalang paling ungu (Gambar 1). Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam Tapak Tuan Sidikalang Lhokseumawe C. Pola Tanam Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman 15 palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahunan seperti diantara kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya minimum 75 persen. Semua tanaman dapat ditumpangsarikan dengan nilam dengan syarat tidak menimbulkan persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari dan tidak merupakan sumber hama atau penyakit bagi tanaman nilam sebaiknya yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu, waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman pokok dan antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat (Emmyzar dan Ferry Y. 2004). Nilam yang ditanam dibawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan (B. S. Hieronymus 1990). D. Jarak Tanam Jarak tanam akan menentukan populasi tanaman dan luas permukaan daun yang aktif melakukan fotosintesa sehingga akan mempengaruhi kompetisi tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsur hara, kerapatan yang tinggi kompetisi akan tinggi dibandingkan dengan yang lebih jarang. Jarak tanam yang ideal adalah sesuai bagi perkembangan tanaman bagian atas serta tersedianya ruang bagi perkembangan perakaran dalam tanah yaitu antara 75-100 cm antar baris dan 50 – (75 – 100) cm dalam baris. Pada lahan datar dan subur dapat digunakan jarak tanam yang lebih lebar misalnya 100 x 100 cm, sedangkan dilahan miring jarak tanam yag digunakan lebih sempit misalnya 50 x 75 cm atau 75 x 75 cm. Kebutuhan bibit tergantung dengan jarak tanam ini (Emmyzar dan Ferry Y. 2004). 16 E. Pemupukan Menurut Wahid et al, diacu dalam Emmyzar dan Ferry Y. (2004) Tanaman nilam termasuk tanaman yang memerlukan unsur hara cukup tinggi, untuk mempertahankan produksi agar tetap optimal maka pemberian pupuk sangat menentukan, dan rekayasa pemupukan akan mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Emmyzar dan Ferry Y. 2004). F. Pemeliharaan dan Pemanenan Nilam memerlukan pemeliharaan yang intensif terutama pada awal pertumbuhan dan setelah panen. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan, pemupukan dan pemberian mulsa. Pemberian pupuk dan mulsa sangat penting sekali dilakukan terutama setelah panen pertama (umur 6 bulan), tujuannya guna merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru. Tanaman nilam dapat dipanen pertama kali saat umur tanaman 6-8 bulan, dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun. Setelah itu sebaiknya tanaman diremajakan, karena hasilnya sudah makin menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Di samping itu, pada siang hari transpirasi daun berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang. Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan, karena daun yang berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang. Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen dapat menggunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 15-30 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu tanaman tetap tumbuh untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya. 17 G. Penanganan Hasil Panen Hasil pangkasan tanaman nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm kemudian dijemur selama 1-2 hari atau dijemur 5 jam dan dikering anginkan selama 2-3 hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15 persen. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, hingga redemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah. 2.5 Penyulingan Nilam Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan yang akan mempengaruhi mutu minyak nilam yang dihasilkan adalah cara dan waktu penyulingan, kepadatan bahan dalam tangki penyulingan dan perbandingan antara daun dan batang yang disuling. Perbandingan optimal antara tangkai dan daun pada campuran bahan yang disuling adalah 1 banding 0,5. Semakin banyak proporsi tangkai, kadar minyak dan rendemen minyak makin berkurang. Selain mempengaruhi rendemen cara penyulingan juga mempengaruhi kadar patchouli alcohol, serta waktu penyulingan mempengaruhi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar patchouli alcohol (Anggraeni et al. 1989). Sedangkan menurut Mangun (2006) mutu minyak nilam dan rendemen sangat dipengaruhi oleh mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu sanitasi lingkungan, tempat penyulingan, gudang tempat menyimpan daun, dan kedekatan lokasi dengan lahan perkebunan juga berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang tinggi. Sistem penyulingan nilam terdiri dari system penyulingan dengan air, system penyulingan uap langsung dan system penyulingan uap tidak langsung. 1). System penyulingan dengan air merupakan cara penyulingan yang paling sederhana, namun cara ini kurang disukai karena waktu yang dibutuhkan lama dan hasilnya kurang banyak serta mutunya kurang bagus. 2). Sistem penyulingan uap langsung (uap dan air) memiliki kelebihan dalam hasil uap yang selalu dalam kondisi jernih dan tingkat kekosongan minyak lebih terkendali. Namun karena tekanan uap yang dihasilkan dengan sistem ini relatif rendah, sehingga belum 18 dapat menghasilkan minyak dalam waktu yang cepat, yaitu dibutuhkan waktu lebih dari delapan jam untuk memperoleh rendemen minyak yang banyak dan tingkat persentase patchouli alcohol yang tinggi. 3). Sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar penyulingan ini adalah menggunakan uap bertekanan tinggi. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi, serta proses penyulingan berjalan lebih cepat (Mangun 2006). 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya adalah Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Minyak Pala. Penelitian ini dilakukan oleh Naiborhu pada tahun 2004 di PT Pavettia Atsiri Indonesia di Bogor. Dari penelitian tersebut, dilihat dari aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada hasil analisis kriteria kelayakan investasi yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu NPV sebesar Rp.140.235.090, IRR sebesar 36 persen, nilai Gross B/C 1,076 dan payback period selama dua tahun sebelas bulan. Penelitian tentang analisis kelayakan usaha minyak nilam pernah dilakukan dengan judul Analisis Kelayakan dan Peranan Pemerintah dalam Usaha Agroindustri Penyulingan Nilam yang dilaksanakan di Pabrik Mitra Usaha Jaya di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Triwagia pada tahun 2003. Dilihat dari aspek pasar dan teknis, usaha ini dinilai layak karena permintaan terhadap minyak nilam masih tinggi. Dan secara teknis lokasi pabrik telah memenuhi syarat untuk penyulingan minyak nilam, teknologi penyulingan dan peralatan sudah memadai. Dari aspek hukum dan manajemen usaha ini juga layak dilaksanakan, karena Pabrik Mitra Usaha Jaya telah berbadan hukum dan memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan untuk aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan, karena berdasarkan analisis kriteria investasi didapatkan NPV sebesar Rp. 732 880 851, nilai NBCR 1.7086, IRR sebesar 28 persen dam Payback period selama tiga tahun sebelas bulan dengan tingkat diskonto sebesar 16 persen. Berdasarkan analisis switching value menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam sangat peka terhadap perubahan manfaat dan biaya. Secara finansial perubahan maksimal yang toleran terhadap kelayakan 19 investasi adalah penurunan harga hasil produksi maksimal sebesar sebelas persen, kenaikan biaya produksi maksimal 14 persen, dan produktivitas daun nilam kering turun maksimal sebesar 46 persen. Bila perubahan parameter input dan output lebih besar dari persentase tersebut maka investasi akan menjadi tidak layak dilaksanakan. Penelitian berikutnya adalah tentang analisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam pada PT Perkasa Primata Mandiri Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan oleh Siregar pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan dua skenario dalam menganalisis aspek finansialnya, skenario pertama adalah menganalisis usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan sebesar 30 kg. sedangkan skenario kedua ialah dengan menaikkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering (bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya. Hasil penelitian ini dari aspek finansial menunjukkan bahwa usaha minyak nilam yang dilakukan PT Perkasa Primata Mandiri layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil dari tingkat deviden yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV dari analisis kriteria investasi yang didapatkan adalah sebesar Rp 563.632.417, Net B/C sebesar 2,93, IRR sebesar 119,64 persen dan periode pengemblian investasi adalah selama satu tahun 26 hari. Sedangkan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi usaha pennyulingan minyak nilam tersebut layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini lebih sensitive terhadap perubahan harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Penelitian mengenai kelayakan budidaya tanaman nilam pernah dilakukan Wulansari pada tahun 2005, yang berjudul Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Nilam studi kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten 20 Garut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dari penelitian tersebut, usaha ini layak dijalankan karena karakteristik wilayah yang relevan untuk ditanami nilam, meskipun teknik budidaya yang dilakukan oleh petani di daerah ini masih belum mengikuti standar operasionl prosedur budidaya tanaman nilam. Dan secara finansial, didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.180.266,575, IRR sebesar 229,04 persen, Net B/C sebesar 4,137 dengan tingkat diskonto sebesar 12,5 persen. Sedangkan berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, usahatani nilam lebih sensitif terhadap perubahan harga jual output, yaitu pada penurunan sebesar 33 persen maka usahatani nilam tidak layak dijalankan. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha agroindustri minyak atsiri khususnya minyak nilam, dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut sangat menguntungkan untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis kriteria investasi NPV yang dihasilkan sangat tinggi (Naiborhu 2004; Triwagia 2003; Siregar 2009). Sedangkan untuk usaha budidaya tanaman nilam menurut Wulansari (2005) tingkat keuntungan yang didapat relatif kecil dibandingkan dengan usaha penyulingan nilam. Semua penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha tersebut, menggunakan pertimbangan kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Hanya pada analisis kelayakan budidaya tanaman nilam saja yang tidak mencantumkan payback period, sehingga tidak diketahui waktu pengembalian investasi yang telah dilakukan pertani nilam di Desa Jatiwangi. 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value. 3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Proyek Menurut Soeharto (2002) proyek merupakan kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya yang tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) merupakan kegiatan investasi yang merubah sumber-sumber pertanian menjadi bahan kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Suatu proyek apabila telah dilaksanakan maka manfaat dari perolehan usaha tersebut pada umumnya tidak dapat langsung dinikmati, sehingga butuh beberapa waktu untuk dapat menikmati hasilnya tergantung pada jenis proyek yang dijalankan. Studi kelayakan proyek merupakan studi untuk menilai suatu proyek yang akan dikerjakan dimasa mendatang (Suratman 2002) atau dalam kata lain, untuk menentukan alternatif proyek yang akan dipilih. Menurut Soeharto (2002), kelayakan ini berkaitan dengan kemungkinan tingkat keberhasilan yang hendak diraih. Sehingga studi ini memberikan rekomendasi apakah proyek yang bersangkutan layak dikerjakan atau sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Mengingat kondisi dimasa mendatang penuh dengan ketidakpastian, maka studi kelayakan yang dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan membutuhkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu proyek, studi kelayakan dilakukan dengan tujuan yang berbeda. Bagi investor atau pihak yang menanamkan dananya pada suatu proyek, studi kelayakan proyek bertujuan untuk mengetahui prospek usaha atau proyek yang akan dijalankan. Bagi kreditor (Bank) studi ini ditujukan untuk melihat dari segi keamaan dana yang 22 dipinjamkan dan untuk mengetahui periode pengembalian pinjaman. Bagi pemerintah studi kelayakan proyek bertujuan untuk mengetahui manfaat proyek bagi perekonomian nasional. Penyelenggaraan suatu proyek dapat dilaksanakan oleh institusi pemerintah, badan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun perorangan. Proyek tersebut dapat berupa proyek investasi yang berorienntasi laba dan proyek investasi yang tidak berorientasi laba. Jika suatu proyek investasi berorientasi laba, maka studi kelayakan proyek dilakukan dalam rangka menilai layak tidaknya proyek investasi yang bersangkutan dengan berhasil dan menguntungkan secara ekonomis. Sedangkan jika proyek yang dilakukan merupakan proyek investasi yang tidak berorientasi laba, maka studi kelayakan dilakukan tanpa mempertimbangkan keuntungan secara ekonomis. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini proyek yang dikaji merupakan proyek yang berorientasi laba. 3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Analisis kelayakan suatu proyek harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan proyek tersebut. Aspek-aspek tersebut secara bersamasama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi (Gittinger 1999). Pada umumnya aspek yang dikaji dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum dan sosial, serta aspek keuangan (Husnan dan Suwarsono 1999). Dalam penelitian ini aspek yang dianalisis adalah aspek keuangan dari investasi yang akan dilakukan perusahaan dalam proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam. 1. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang paling utama dan pertama dilakukan dalam menganalisis kelayakan proyek. Karena tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dijalankan jika tidak ada pasar yang menerima produk yang dihasilkan dari proyek tersebut. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek pasar mengkaji: 1) Permintaan Lipsey (1995) mengatakan bahwa komoditi total yang diinginkan pembeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut. 23 Variabel penting yang mempengaruhi permintaan yatu harga komoditi itu sendiri, harga komoditi yang berkaitan, pendapat, selera, dan besarnya populasi. 2) Penawaran Penawaran merupakan jumlah yang akan dijual perusahaan (Lipsey 1995). Jumlah komoditi yang tersedia diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan untuk dijual dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain harga komoditi itu sendiri, harga input, tujuan perusahaan dan perkembangan teknologi. 3) Program Pemasaran Menurut Kotler (2005) program pemasaran yang sering disebut bauran pemasaran (marketing-mix) terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribution (distribution) dan promosi (promotion). 4) Pangsa Pasar yang Dikuasai Perusahaan Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi (sebagian) dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada satu periode dibawah pengaruh kondisi tertentu. 2. Aspek Teknis Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek teknis dapat tercermin dalam perhitungan benefit dan biaya. Namun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis dapat diputuskan apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak. 3. Aspek Manajemen Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang professional mulai dari perencanaan, 24 melaksanakan, hingga pengendalian agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih, harus menggunakan harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek. Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini, antara lain: 1) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek Manajemen proyek merupakan sistem yang merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumberdaya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukann studi masing-masing aspek. 2) Manajemen dan Operasi Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota redaksi, serta tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang digunakan. 4. Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek ini didasarkan atas landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara menyeluruh karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial masyarakat atau masyarakat yang akan disosialisasikan dengan kepentingan suatu kepentingan suatu negara (Soeharto 2002). Pengkajian meliputi proyek terhadap penambahan kesempatan kerja, pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap industri lain, dan pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial dan lingkungan di lokasi pembangunan proyek. 5. Aspek Keuangan (Finansial) Aspek keuangan mempelajari kebutuhan dan sumber dana meliputi bagaiman menghitung dana, baik untuk aktivitas tetap maupan dana untuk modal 25 (Husnan dan Muhammad 2000). Kemudian juga melihat seberapa besar dana yang akan diterima jika proyek dijalankan, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat bunga yang berlaku. Mempertimbangkan penilaian investasi harus mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money). Konsep nilai waktu dari uang sangat penting mengingat semakin lama waktu berjalan nilai uang semakin turun. Kriteria penilaian investasi yang digunakan dalam aspek keuangan pada penelitian ini antara lain: 1). NPV (Net Present Value), Net Present Value merupakan manfaat tambahan (nilai kini bersih) yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu. NPV ini menunjukkan selisih antara manfaat (benefit) dan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih atau layak apabila nilai NPV lebih dari nol (positif). 2). Net Benefit Per Cost Net B/C adalah manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan. Net B/C merupakan perbandingan antara present value positif dengan jumlah present value negatif. Berdasarkan kriteria ini, suatu proyek akan dipilih atau layak apabila nilai Net B/C bernilai lebih dari satu. 3). IRR (Internal Rate of Return) IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return. IRR ini adalah tingkat discount rate yang membuat NPV proyek bernilai nol. Suatu proyek akan dipilih atau dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. 4). Payback Period Payback period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Indikator kriteria ini adalah semakin cepat kemampuan suatu proyek mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka semakin layak proyek tersebut dijalankan. 26 3.1.4 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dalam suatu proyek perlu dilakukan, karena setiap proyek pasti akan menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahanperubahan, baik dari sisi penerimaaan maupun pengeluaran. Analisis sensitivitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode switching value untuk mengetahui sejauh mana perubahan unsur-unsur yang dikaji dalam aspek finansial dapat ditoleransi agar proyek tetap layak dilaksanakan. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi arus kas perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan dari suatu proyek. Beberapa hal yang dapat mengalami perubahan antara lain perubahan harga jual produk, biaya tetap dan biaya variabel proyek, dan produktivitas tanaman nilam yang dihasilkan. Perubahan tersebut dinilai berdasarkan pada asumsi yang digunakan pada studi kelayakan proyek. Asumsi-asumsi yang digunakan merupakan alternatif yang dianggap terbaik berdasarkan data dan perkiraan pada saat tertentu, sehingga dengan menggunakan asumsi yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PT Panafil Essential Oil merupakan perusahaan yang baru bergerak dibidang minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun perusahaan dalam menjalankan usaha mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku nilam, hingga produksi minyak nilam perusahaan terhambat. Oleh karena itu dengan potensi yang dimiliki maka perusahaan bermaksud mengembangkan usahanya dibidang budidaya nilam untuk memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan. Pengembangan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan memerlukan biaya yang relatif besar, dan di sekitar lokasi yang akan digunakan sebagai lahan budidaya nilam sebelumnya belum ada yang melakukan usaha budidaya nilam. Sehingga untuk melakukan usaha tersebut diperlukan perencanaan yang matang yaitu salah satunya dengan menganalisis kelayakan finansial, untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dijalankan dan mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 27 Analisis kelayakan usaha yang dilakukan meliputi aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Analisis aspek pasar dilakukan dengan menganalisis potensi pasar dari minyak nilam, dan strategi pemasaran yang menyangkut bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi). Aspek teknis yang terdiri dari lokasi proyek usaha, skala operasi, proses produksi, dan pemilihan jenis teknologi yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis kelayakan suatu usaha dari aspek manajemen dan sosial. Aspek finansial dikaji terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Menganalisis kelayakan dari aspek finansial ini dilakukan dengan menghitung jumlah penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan perusahaan terkait usaha budidaya tanaman nilam yang dilihat dari aspek teknis kegiatan budidaya tersebut. Kemudian hasilnya dikelompokan dalam sebuah cashflow, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi dari suatu usaha. Kriteria kelayakan investasi yang dilakukan mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money) dan menggambarkan arus kas (cashflow). Sehingga dalam menilai kelayakan usaha ini aspek mengacu pada parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Aspek finansial yang telah dianalisis, selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi kenaikan harga bibit nilam dan harga pupuk kandang yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya nilam, serta penurunan volume produksi tanaman nilam dan harga nilam basah yang akan dihasilkan perusahaan. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. 28 PT Panafil Essential Oil ï‚· Prospek Pasar : Peningkatan ekspor yang disebabkan oleh permintaan minyak nilam dari industri-industri parfum, kosmetika, dan farmasi, serta penurunan suplai minyak nilam dunia. ï‚· Potensi Perusahaan: Teknologi penyulingan yang baik yang dapat menghasilkan minyak yang berkualitas dan rendemen yang tinggi. ï‚· Kendala : Keterbatasan Bahan Baku ysng mengakibatkan produksi minyak nilam terhambat. Perencanaan Usaha Budidaya Nilam Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial terdiri dari: 1. Analisis Aspek Pasar 2. Analisis Aspek Teknis 3. Analisis Aspek Manajemen 4. Analisis Aspek Sosial Aspek Finansial Kriteria kelayakan Investasi: 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. Payback Period Layak Analisis Sensitivitas dengan metode Switching value: 1. Kenaikan harga bibit nilam 2. Kenaikan harga pupuk kandang 3. Penurunan volume produksi nilam basah 4. Penurunan harga nilam basah Tidak Layak Rekomendasi Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Keterangan: Pembahasan tidak dilakukan secara mendalam 29 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Panafil Essential Oil. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini berencana untuk melakukan usaha dibidang budidaya tanaman nilam. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Moch. Toha Km 6,8 Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung. Lokasi yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha budidaya nilam terletak di Desa Ciburuy, Kelurahan Padalarang, Kabupaten Bandung. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, dan para pekerja mengenai data yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya opersional, biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga dan sumber modal, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Balitro, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran internet, buku, jurnal dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Sedangkan metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan. Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan kalkulator, komputer dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mempermudah proses analisis 30 data. Dari berbagai data yang telah didapat akan diperoleh arus kas tunai, biaya investasi, biaya operasional, harga jual dan harga beli yang selanjutnya dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Setelah kriteria investasi tersebut didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai layak atau tidaknya usaha budidaya nilam tersebut dijalankan. Apabila hasil yang didapatkan menyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya nilam ini apabila terjadi kenaikan harga pada variabel pupuk kandang, pupuk pendukung, dan bibit nilam, serta jika terjadi penurunan pada volume produksi dan penurunan harga nilam basah. 4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi Tingkat kelayakan usaha budidaya nilam dapat diketahui dengan menggunakan kriteria investasi usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). 4.3.1.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) yaitu manfaat bersih sekarang (present value) yang diperoleh selama umur bisnis. Maka NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol (positif), sedangkan jika proyek menghasilkan NPV kurang dari nol (negatif) maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger 1986) adalah sebagai berikut: NPV = Bt − Ct (1 + ) 31 Keterangan : Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang merupakan perkalian antara harga jagung dan nilam basah dengan jumlah yang dihasilkan pada triwulan ke-t Ct = Biaya usaha budidaya nilam pada triwulan ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan. i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen). Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu: a) NPV > nol, berarti usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. b) NPV = nol, berarti usaha budiaya nilam ini memperoleh pengembalian yang besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. c) NPV < nol, berarti usaha budidaya nilam tidak layak dilaksanakan karena usaha tersebut hanya akan mendatangkan kerugian. 4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. Atau dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Pada umumnya menghitung tingkat IRR dilakukan dengan metode interpolasi diantara tingkat suku bunga yang lebih rendah (yang menghasilan NPV positif) dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Suatu dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate, maka usahanya tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986): IRR = + ( − ) ( − ) 32 Keterangan : i1 = Discount rate untuk menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate untuk menghasilkan NPV negatif NPV1= NPV yang bernilai positif NPV2= NPV yang bernilai negatif 4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger 1986) : n Net B/C  Bt ï€ C t  (1  i ) t 1 n Bt ï€ C t  (1  i ) t 1 t t untuk ( Bt ï€ C t )  0 untuk ( Bt ï€ C t )  0 Keterangan : Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang diterima pada triwulan ke-t Ct = Biaya usaha budidaya nilam yang dikeluarkan pada triwulan ke-t n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan. i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen) Jika : a) Net B / C > 1, maka investasi usaha budidaya nilam menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan b) Net B / C = 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan. c) Net B / C < 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian. 33 4.3.1.4 Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali pengeluaran investasi suatu usaha. Semakin cepat kemampuan suatu usaha mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha maka usaha tersebut semakin layak. Rumus yang digunakan adalah : PP = I / Ab Keterangan: I = besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya nilam. Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh dari usaha budidaya nilam setiap triwulannya. 4.3.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam adalah dengan analisis nilai pengganti (switching value analysis). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen arus masuk (penurunan harga nilam basah dan penurunan hasil produksi nilam basah) atau komponen arus keluar (kenaikan harga pupuk kandang dan harga bibit nilam polibag) yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam masih tetap layak. Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah besarnya perubahan pada analisis sensitivitas sudah diketahui secara empiris, sedangkan pada perhitungan switching value besarnya perubahan tersebut dicari hingga mendapat perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba hingga mendapat perubahan maksimum yang boleh terjadi. 34 4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk per unit. Perhitungan HPP pada umumnya dilakukan untuk menentukan harga jual suatu produk. Adapun perhitungan HPP yaitu: TR = TC TR = TVC + TFC P . Q = TVC + TFC P = TVC + TFC Q Keterangan: TR = Penerimaan Total TC = Pengeluaran Total TVC = Biaya Variabel Total TFC = Biaya Tetap Total P = Harga Pokok Per Unit Q = Jumlah Unit 4.5 Asumsi Dasar Dalam penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:. 1. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 17 persen per tahun, yang merupakan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). 2. Umur dari proyek usaha budidaya tanaman nilam ini adalah selama tiga tahun, yang diasumsikan dari umur maksimum tanaman nilam yang dibudidayakan. 3. Hari kerja untuk memproduksi minyak nilam yang ditargetkan perusahaan dalam sebulan adalah 24 hari. 4. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. 35 5. Harga input dan output yang digunakan adalah harga aktual yang diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek. 6. Arus masuk dan arus keluar merupakan proyeksi berdasarkan pada informasi biaya yang didapatkan dari perusahaan. 7. Kebutuhan bibit untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 100 x 100 cm adalah 10.000 bibit. Dan untuk mengantisipasi terjadinya kematian maka persediaan bibit nilam ditambah sebanyak 10 persen, sehingga kebutuhan total bibit per hektar adalah 11.000 bibit. 8. Jenis nilam yang digunakan adalah Nilam Aceh (Pogostemon cablin, Benth) dengan umur ekonomis selama tiga tahun. Bibit nilam yang digunakan perusahaan merupakan bibit nilam polibag yang dibeli dari daerah Subang. Volume produksi nilam basah yang digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan penelitian ini adalah 13 ton untuk menghindari kekurangan bahan baku perusahaan dalam memproduksi minyak nilam. 9. Panen pertama dilakukan pada saat nilam berusia enam bulan sejak penanaman, sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap tiga bulan. Namun karena budidaya nilam yang akan dijalankan menggunakan pola tanam yaitu dengan tiga tahap penanaman, maka pemanenan nilam dapat dilakukan setiap bulan setelah tanaman nilam pada penanaman tahap pertama berusia enam bulan. 10. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan UU pasal 17 nomor 36 tahun 2008 dan pasal 31, yang baru disahkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu: a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan pajak sebesar 28 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan selanjutnya dikenakan pajak sebesar 25 persen. b. Wajib pajak perseroan terbatas yang 40 persen sahamnya diperdagangkan dibursa efek, dikenakan pajak lima persen lebih rendah dari yang seharusnya. c. Wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan 50.000.000.000, dikenakan pengurangan pajak sebesar 50 persen dari yang seharusnya. 36 37 V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil yang telah berdiri sejak 6 April 1973. Sejak tahun 1975 perusahaan ini berlokasi di Moch. Toha Km. 6,8 Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung yang merupakan pusat tekstil Indonesia. Perusahaan ini memilki pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara dengan kapasitas daya sebesar 30 Mw. Sedangkan kapasitas daya listrik yang dimiliki perusahaan melebihi dari kebutuhan listrik perusahaan, sehingga pada bulan Desember 2009 PT Panasia menjual listrik pada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali sebanyak 3 Mw. Selain itu, untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dihasilkan mesin pembangkit tersebut maka PT Panasia Indosyntec Tbk mengembangkan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. PT Panafil Essential Oil dilengkapi dengan alat suling dengan kapasitas total alat sebesar 800 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel. Teknologi penyulingan yang digunakan pabrik ini adalah sistem penyulingan tidak langsung. Perusahaan melakukan satu kali kegiatan penyulingan minyak nilam per hari, dengan waktu penyulingan selama lima sampai enam jam. Rendemen minyak nilam yang dihasilkan perusahaan rata-rata sebesar 2,5 persen sehingga perusahaan dapat menghasilkan minyak nilam sebanyak 20 kg per hari. Banyaknya hari kerja PT Panafil Essential Oil dalam sebulan adalah sebanyak 24 hari. Minyak atsiri yang telah diproduksi PT Panafil Essential Oil salah satunya adalah minyak nilam, namun karena bahan baku minyak nilam yang terbatas dan sulit didapatkan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Berdasarkan hal tersebut untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal, maka perusahaan berencana untuk melakukan usaha budidaya nilam dengan menerapkan system pola tanam agar kebutuhan bahan baku nilam perusahaan dapat terpenuhi secara kontinyu. Usaha budidaya nilam akan dilakukan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Lokasi tersebut dipilih 37 karena perusahaan memiliki yang belum dimanfaatkan seluas 120 ha dan luas lahan yang rencananya akan digunakan untuk budidaya nilam adalah seluas 18 ha. Pemasaran minyak nilam dilakukan perusahaan dengan menjual minyak secara langsung kepada agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir minyak nilam. Umumnya agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir yang akan membeli minyak nilam kepada perusahaan ini mendatangi langsung pabrik nilam tersebut. Setelah agen-agen pengumpul atau eksportir tersebut menyetujui kualitas minyak nilam tersebut maka kemudian dilakukan transaksi pembelian atau bahkan melakukan kontrak kerjasama untuk jangka waktu tertentu. Kuota minimal agen pengumpul membelian minyak nilam dari perusahaan adalah sebanyak 400 kg. 5.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi yang dimiliki PT Panafil Essential Oil sederhana, mengingat jenis usaha penyulingan minyak nilam ini hanya membutuhkan tenaga kerja yang relatif sedikit. Pembagian kerja yang dilakukan perusahaan ini terdiri atas empat bagian yaitu bagian keuangan, bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan bahan baku. Pembagian kerja tersebut telah miliki tugas masing-masing antara lain: 1. Bagian Keuangan, bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan laporan laba rugi dan pencatatan arus kas. 2. Bagian Produksi, bertugas membuat rencana kegiatan produksi (penyulingan), mengontrol kegiatan penyulingan dan hasil produksi minyak, bertanggung jawab atas laporan hasil produksi. 3. Bagian Pemasaran, bertugas memperluas jaringan pemasaran serta bertanggung jawab atas kegiatan penjualan minyak yang dihasilkan perusahaan. 4. Bagian Pengadaan Bahan Baku, bertanggung jawab atas ketersediaan dan kualitas bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan. Pada bagian ini terdapat bagian gudang yang bertanggung jawab atas penyimpanan bahan baku, dan selanjutnya akan dilengkapi dengan bagian 38 budidaya nilam yang bertanggung jawab atas rangkaian kegiatan budidaya dari mulai pembibitan, penyemaian, perawatan sampai panen. 5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan 5.3.1 Proses Penyulingan Nilam Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masingmasing komponen tersebut. Sistem penyulingan minyak nilam yang digunakan PT Panafil Essential Oil adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar sistem penyulingan ini yaitu penggunaan uap bertekanan tinggi. Menurut Mangun (2005) metode penyulingan uap tidak langsung merupakan metode yang paling baik, karena dapat menghasilkan minyak berkualitas dan rendemen yang tinggi. Selain itu proses penyulingannya berjalan relatif lebih cepat. Adapun tahapan proses penyulingan minyak nilam ini antara lain: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku daun nilam. Daun nilam basah yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang yang berasal dari lahan budidaya terlebih dahulu dilakukan pemotongan atau dirajang sepanjang 10-15 cm. Pemotongan daun nilam bertujuan agar kadar minyak nilam yang dihasilkan lebih tinggi. Daun nilam yang telah dirajang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari hingga daun menjadi layu. Daun yang telah layu selanjutnya diangin-anginkan, dengan cara dihamparkan diatas rak-rak bambu yang berada digudang dan dibolak-balikkan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Lama pengeringan biasanya membutuhkan waktu selama 2-3 hari. Proses pengeringan yang dilakukan menghasilkan daun nilam kering dengan perbandingan daun kering dan basah satu banding empat. 2. Tahap Destilasi Pada tahap ini, daun nilam kering dimasukkan kedalam ketel penyulingan, pengisian ketel dilakukan sesuai kapasitas ketel suling dan secara merata pada seluruh bagian, agar uap air dalam ketel dapat menyebar secara merata. Selanjutnya dilakukan penembakan tekanan uap dalam ketel tersebut yang 39 bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air. 3. Tahap Pendinginan Proses ini bertujuan untuk pengembunan campuran uap air dan minyak, serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 300C sehingga minyak dan air menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan uap air dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin pendingin ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan ditampung dalam sebuah tangki pemisah. 4. Tahap Pemisahan Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air. Minyak dan air dipisahkan dalam alat bernama separator (Florentine ( flask). ). Minyak nilam memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak akan akan berada diatas permukaan air. 5. Tahap Pengemasan Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan dikemas dalam botol kaca gelap dan drum--drum drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan. Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung 40 5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku Nilam PT Panafil Essential Oil memiliki target produksi minyak nilam sebanyak 480 kilogram per bulan, dengan kapasitas bahan baku daun nilam kering yang dibutuhkan sebanyak 800 kilogram per hari atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah per hari, dengan kadar kekeringan sebesar 25 persen. Perusahaan untuk dapat menghasilkan minyak nilam yang berkualitas baik dan dapat memenuhi target produksi maka dibutuhkan bahan baku yang baik. Bahan baku yang baik tergantung pada pemilihan bibit unggul, pemeliharaan, pengelolaan, pola tanam, serta tingkat kesuburan tanah yang dimiliki. Bibit tanaman nilam yang digunakan dalam budidaya nilam ini adalah jenis Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth). Nilam jenis ini memiliki rendemen minyak nilam yang tinggi yaitu 2,5 sampai lima persen dibandingkan jenis nilam lainnya. Kelancaran persediaan dan mutu bahan baku nilam merupakan hal yang cukup penting untuk menjaga kontinuitas produksi serta kualitas produk yang dihasilkan. Karena itu perusahaan berencana memanfaatkan lahan yang dimilikinya yang belum dimanfaatkan untuk budidaya tanaman nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku minyak nilam dengan menerapkan sistem pola tanam. 5.4 Perencanaan Budidaya Luasan budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan PT Panasia disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku daun nilam untuk kegiatan produksi. Kebutuhan bahan baku nilam dalam sehari adalah sebanyak 800 kilogram daun nilam kering atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah, sehingga kebutuhan daun nilam basah dalam satu bulan dengan jumlah hari kerja sebanyak 24 hari adalah sebesar 76,8 ton. Produksi daun nilam dalam satu kali panen diasumsikan sebanyak 13 ton daun nilam basah per ha. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam per bulan dibutuhkan lahan seluas 5,908 ha atau 6 ha. Nilam dapat dipanen pertama kali setelah tanaman berusia enam bulan setelah waktu penanaman, sedangkan untuk panen berikutnya dibutuhkan selang waktu selama tiga bulan dari panen pertama. 41 Pengembangan unit usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam setiap bulan secara kotinyu, maka perusahaan akan menerapkan sistem pola tanam dengan melakukan tiga tahap penanaman sehingga waktu panen dilakukan setiap bulan. Hal tersebut mengakibatkan luasan lahan yang dibutuhkan menjadi tiga kali lipat yaitu seluas 18 ha. 5.4.1 Proses Budidaya Nilam Proses budidaya tanaman nilam memiliki beberapa tahap, tahapan tersebut terdiri dari: 1. Persiapan Lahan Tahap persiapan lahan untuk usaha budidaya nilam antara lain land clearing, pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, serta pemupukan lahan. Land clearing merupakan kegiatan membersihkan lahan dari rumput dan tanaman yang sebelumnya telah ada dilahan tersebut. Namun karena lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam di Desa Ciburuy ini sudah tidak terdapat tanaman dan pepohonan, maka tahapan land clearing tidak perlu dilakukan. Dan langsung pada tahap pengolahan lahan. Pengolahan lahan merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan, karena dapat menentukan keberhasilan budidaya. Dalam tahapan ini, tanah terlebih dahulu melalui proses penggemuran dengan cara dicangkul. Kedalaman galian ini sekitar 30 cm, yang kemudian dilakukan pembalikan tanah yang berada dipermukaan. Setelah itu, didiamkan selama tiga hari agar terjadi proses penguapan dari tanah yang diolah. Tanah yang telah gembur lalu dibuat bedengan, setiap bedengan diberi jarak selebar 30 cm sebagai penampung air, sekaligus sebagai sarana jalan untuk mengontrol tanaman dengan kedalaman sekitar 15-25 cm. Bedengan tersebut dilubangi dengan jarak tanam 100 x 100 cm untuk ditanami nilam, sedangkan untuk tanaman jagung sebagai tanaman naungan jarak tanamnya adalah 100 x 100 cm. Setelah itu lahan tersebut diberi pupuk kandang. Tahapan ini membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Kemudian lahan didiamkan selama satu minggu sebelum dilakukan proses penanaman. 42 2. Penanaman Lahan yang telah didiamkan selama satu minggu, dapat ditanami bibit jagung. Setelah tanaman jagung berusia satu bulan, kemudian bibit nilam ditanam pada lahan tersebut. Proses penanaman bibit nilam sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal tersebut agar tanaman tidak layu dan proses adaptasi tanaman terhadap lingkungan lahan budidaya tidak mengalami hambatan (Mangun 2005). Budidaya nilam yang akan dijalankan ini menerapkan sistem pola tanam sehingga penanaman akan dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak tiga tahap penanaman. Setiap tahapan penanaman dilakukan penanaman jagung yang berfungsi sebagai tanaman pelindung, dan setelah tanaman jagung berusia satu bulan lalu dilakukan penanaman nilam. Interval waktu penanaman dari masingmasing tahapan adalah satu bulan dengan luasan lahan pada masing-masing tahapan penanaman adalah enam hektar. 3. Pemeliharaan Tanaman Hasil produksi yang optimal sangat tergantung pada tata cara serta mekanisme pemeliharaan dan perawatan tanaman. Pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur tanaman hingga diatas 3 tahun, serta dapat meningkatkan kandungan minyak atsiri dan rendemen yang dimiliki tanaman (Mangun 2006). Pemeliharaan tanaman nilam terdiri atas pemupukan, penyulaman, penyiangan, pemangkasan, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit. a. Pemupukan Pemupukan pada tanaman nilam harus dilakukan secara tepat baik jenis, jumlah, waktu, dan cara. Jenis pupuk yang sesuai dengan tanaman nilam yaitu pupuk kandang dari domba dan ayam, dan pupuk penyubur tanaman (CPT) dengan jumlah pemberian pupuk disesuaikan dengan luasan lahan budidaya. Pupuk kandang dapat digunakan untuk merangsang terjadinya proses pertumbuhan daun agar lebih cepat dalam jumlah banyak. Jenis pupuk penyubur (perangsang) yang digunakan terdiri dari growmore N, P dan K. Waktu pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan pada saat awal proses penanaman dan saat pertumbuhan memasuki umur tiga bulan. Selain itu pada saat usia tanaman memasuki umur dua bulan diberi pupuk perangsang daun (growmore N). Pada umur tiga bulan diberi pupuk perangsang growmore P dan K, 43 untuk merangsang pembentukan minyak dan penyuburan tanah. Pemupukan pasca panen diberikan satu minggu setelah panen. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman lebih optimal. b. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau layu agar jumlah tanaman sesuai target yang diinginkan. Tingkat mortalitas dari tanaman nilam ini diperkirakan sebesar 10 persen, sehingga persediaan bibit untuk kegiatan penyulaman tanaman sebanyak 1.000 bibit per hektar. Penyulaman nilam dilakukan setiap minggu agar pertumbuhan tanaman seragam dan jadwal panen dilakukan sesuai target waktu pada awal penanam. c. Penyiangan Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur sekitar dua bulan, yang terdiri dari dua cara, yaitu cara mekanis dan cara kimiawi. Penyiangan dengan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum berupa cangkul atau sabit. Sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dosis berdasarkan pertimbangan jarak tanam dan waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari. d. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, yaitu setelah terbentuk perdu yang saling menutupi satu sama lain diantara pohon atau tanaman. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas terhadap tanaman. Salah satu tujuan yang diinginkan dari pemangkasan atau penjarangan agar proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga kadar minyak nilam yang terkandung dalam daun, ranting, serta dahan dan batang menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan sinar matahari dapat leluasa masuk menyinari bagian-bagian tanaman. e. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan setelah proses panen selesai. Cabang dan dahan serta ranting yang ditinggalkan sesudah panen yang letaknya dekat dengan tanah 44 ditimbun setinggi 10 – 15 cm. Cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan bagian ujungnya dan bagian yang patah ditimbun dengan tanah. Pembumbunan ini bertujuan agar diperoleh tunas dan dahan yang lebih banyak untuk pertumbuhan berikutnya. f. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor penting yang harus ditangani dalam usaha budidaya tanaman. Berdasarkan informasi dari petani nilam di daerah Subang, tanaman ini jarang sekali terkena penyakit sedangkan hama yang sering menyerang tanaman ini adalah ulat. Oleh karena itu untuk pengendalian hama dan penyakit, hal yang perlu dilakukan perusahaan antara lain dengan: • Menggunakan bibit tanaman nilam yang sehat dan bebas penyakit. • Melakukan sortasi bibit sebelum penanaman, untuk menyakinkan bibit sehat dan bebas penyakit. • Melakukan teknis budidaya yang baik (khususnya pengolahan lahan, drainase). • Melakukan monitoring penyakit sehingga diketahui lebih dini gejala awal penyakit. • Bila tanaman sudah terserang, lakukan pencabutan dan pembakaran. • Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida atau pestisida. • Pemberian pestisida pada tanaman setelah dilakukan pemanenan 4. Pemanenan Nilam dapat dipanen pada saat tanaman berumur enam bulan dan panen selanjutnya dapat dilakukan setiap bulan karena penanaman yang dilakukan menerapkan pola tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong ranting dan daun dengan menyisakan cabang dan daun setinggi minimal 15 cm. Pemotongan ranting dapat menumbuhkan tunas baru. Waktu pemanenan atau pemetikan daun nilam dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Karena jika pemetikan daun dilakukan siang hari dikhawatirkan sel-sel daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Selain itu, pemanenan dilakukan sebelum daun nilam berwarna kecoklatan, sebab daun nilam yang sudah 45 berwarna coklat minyak nilam yang dikandungnya sudah berkurang. Sebagian besar bagian nilam mengandung minyak seperti akar, batang, dan daun. Namun kandungan minyak yang lebih banyak berada di bagian daunnya dibandingkan bagian lainnya. 5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya Input produksi yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran perusahaan dalam melakukan budidaya tanaman nilam adalah: 1. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam seluas 18 ha, yang disewa dari perusahaan induk yaitu PT Panasia Indosyntec Tbk. 2. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam ini terdiri dari sembilan unit cangkul, sembilan unit garpu, sembilan unit golok, sembilan unit sabit, sembilan alat semprot, satu unit timbangan duduk, 36 unit sepatu boot, dan tiga unit kereta sorong. 3. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam terdiri dari 11.000 bibit nilam polibag per hektar termasuk untuk penyulaman tanaman yang layu dan mati, 3,5 kg bibit tanaman pelindung (bibit jagung) per hektar, 2.500 kg pupuk kandang per hektar per satu kali pemupukan, pupuk penyubur tanaman (CPT) yang terdiri dari tiga jenis growmore N, P dan K dengan kebutuhan masing sebanyak 2 kg per hektar per satu kali pemupukan, 18.000 kg kapur pertanian per hektar, dan 18 liter pestisida per triwulan. 4. Tenaga Kerja yang dibutuhkan terdiri dari seorang kepala kebun, seorang tenaga administrasi, tiga orang tenaga keamanan, dan 36 orang tenaga lapangan untuk proses budidaya yang kegiatannya antara lain land clearing, pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, penanaman, penyulaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. 5. Instalasi listrik berasal dari PLN dan sumber air yang berasal dari mata air di sekitar lahan dan sumur bor buatan. 5.4.3 Pengendalian Produksi Pengendalian produksi ditujukan untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas usaha budidaya nilam. Dalam melaksanakan budidaya nilam pengendalian 46 produksi dilakukan dengan menjalankan budidaya nilam sesuai jalur yang telah direncanakan, baik berupa ketetapan teknik budidaya ataupun dengan mengikuti jadwal perencanaan kegiatan budidaya. Jadwal perencanaan budidaya dapat dilihat pada Lampiran 1. 47 VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi permintaan, penawaran, harga yang berlaku, serta strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk, harga tempat, dan promosi. 6.1.1 Potensi Pasar Potensi pasar minyak nilam terbentuk dari permintaan dan penawaran minyak nilam. Permintaan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, makanan dan minuman, serta farmasi masih terus meningkat seiring dengan perkembangan industri-industri yang menggunakan minyak nilam sebagai bahan baku produknya. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor minyak nilam tahun 2003-2006 yang mengalami peningkatan sebesar 39,64 persen dan 34,52 persen per tahun (Tabel 2). Penawaran minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain teknologi yang digunakan oleh produsen minyak nilam dalam memproduksi dan persediaan bahan baku nilam. Penawaran minyak nilam di Indonesia masih sangat rendah karena masih kurang populernya usaha ini di Indonesia sehingga perusahaan yang mengusahakan penyulingan masih sangat sedikit Peningkatan permintaan minyak nilam tentunya berpengaruh terhadap permintaan daun nilam sebagai bahan baku utama dari industri minyak nilam. Namun persediaan bahan baku nilam di Indonesia masih sangat terbatas, yang salah satunya disebabkan produktivitas perkebunan nilam di Indonesia yang menurun (Tabel 4). Hal ini dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi nilam menjadi tidak optimal, dan dilihat dari rata-rata pertumbuhan produksi nilam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 0,5 persen (Tabel 3). 48 Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tersebut merupakan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha minyak nilam. Salah satunya dengan mengembangkan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku penyulingan, sehingga produksi minyak nilam perusahaan dapat optimal dan minyak nilam yang diproduksi perusahaan dapat diserap oleh pasar. 6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler (2002) merupakan campuran variabelvariabel pemasaran yang dapat yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen antara lain produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 6.1.2.1 Produk (Product) Produk yang dihasilkan dalam usaha budidaya nilam adalah daun nilam yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi minyak nilam PT Panafil Essential Oil. Perusahaan untuk dapat menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang baik dan dapat diterima pasar, maka dibutuhkan bahan baku nilam dengan kualitas yang baik juga. Faktor yang mempengaruhi kualitas minyak nilam salah satunya adalah varietas tanaman dan teknik budidaya yang diterapkan. Varietas tanaman nilam yang digunakan dalam usaha budidaya nilam ini adalah jenis Nilam Aceh (Pogostemon Cablin, Benth). Jenis nilam ini memiliki keunggulan antara lain: ï‚· Daya adaptasi yang luas. ï‚· Memiliki PA (Patchouli alcohol) yang cukup tinggi yaitu sekitar 35 persen ï‚· Memiliki rendemen minyak antara 2,5 – 5 persen. ï‚· Warna minyak nilam coklat kemerahan dan memiliki aroma yang khas. ï‚· Dilengkapi dengan alat suling yang terbuat dari stainless steel dengan menggunakan sistem pemanasan tidak langsung sehingga minyak yang dihasilkan lebih jernih. 49 6.1.2.2 Harga (Price) Harga merupakan variabel yang berkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan. Variabel harga antara lain ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, persaingan pasar, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang produk yang dihasilkan. Mengingat usaha budidaya nilam ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan saja, maka persaingan pasar dan pembentukan persepsi pelanggan tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan harga. Harga nilam basah sebagai bahan baku utama pembuatan minyak nilam sangat tergantung pada harga pasaran minyak nilam. Harga pasaran minyak nilam sangat berfluktuasi, dari harga yang terendah sebesar Rp 130.000,00 per kilogram hingga harga tertinggi mencapai Rp 1.200.000,00 per kilogram. Fluktuasi harga tersebut umumnya dipengaruhi oleh permintaan minyak nilam dan suplai minyak nilam. Suplai minyak nilam ini salah satunya dipengaruhi dengan persediaan bahan baku nilam. Pada saat permintaan minyak nilam meningkat dengan persediaan bahan baku yang terbatas atau langka maka harga minyak nilam meningkat. Saat harga minyak nilam meningkat banyak petani yang beralih pada usaha budidaya nilam sehingga pada saat panen terjadi kelebihan suplai bahan baku yang mengakibatkan harga minyak nilam turun. Namun harga minyak nilam menurut Ketua The Indonesia Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R Manurung dalam Bisnis Indonesia pada tahun 2009 relatif stabil pada kisaran harga sebesar Rp 250.000,00 per kilogram. Berdasarkan hasil wawancara dengan manager perusahaan harga minyak nilam ditetapkan berdasarkan harga yang berlaku dipasar. Harga minyak nilam pada bulan Maret 2010 sebesar Rp 320.000,00 per kilogram. Harga daun nilam sangat dipengaruhi oleh harga minyak nilam. Pada umumnya apabila harga minyak nilam turun maka produsen minyak nilam akan menekan harga beli nilam basah dari petani, sebaliknya jika harga minyak nilam meningkat maka harga beli nilam basah dari petani juga meningkat. Berdasarkan hasil wawancara harga nilam basah pada bulan Maret 2010 adalah Rp 900,00 per kilogram. 50 6.1.2.3 Tempat (Place) Daun nilam hasil budidaya yang dilakukan perusahaan seluruhnya akan diserap oleh pabrik penyulingan PT Panafil Essential Oil sebagai bahan baku produksi minyak nilam. Oleh karena itu, pada saat panen nilam tersebut akan dibawa ke gudang tempat pengeringan nilam yang letaknya berdekatan dengan tempat penyulingan. Lokasi budidaya tanaman nilam berada tidak jauh dari tempat penyulingan nilam yang berada di Jl. Moch. Toha 6,8 Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung yaitu sekitar 20 km dari lokasi budidaya dan dibutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke tempat tersebut. Hal tersebut mengakibatkan usaha penyulingan PT Panafil Essential Oil dapat mengambil bahan baku dari lahan budidaya dengan mudah dan relatif murah. Selain itu, lokasi budidaya nilam juga mudah dijangkau oleh kendaraan sehingga waktu pendistribusian nilam basah dari lahan perkebunan ke gudang pengeringan dapat dilakukan dengan efisien dan cepat, sehingga nilam basah yang dibawa dapat dengan segera dilakukan proses pengeringan untuk menghindari timbulnya jamur yang akan merusak kualitas dari minyak nilam yang dihasilkan. 6.1.2.4 Promosi (Promotion) Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan produk kepada konsumen yang bertujuan agar konsumen mengetahui produk serta mendorong untuk melakukan pembelian. Promosi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti iklan di media massa, pameran, brosur, pamflet, dan internet. Promosi dalam usaha budidaya nilam yang akan dilakukan oleh PT Panafil Essential Oil tidak perlu dilakukan, mengingat hasil panen nilam seluruhnya akan diserap oleh perusahaan sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam 6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan hasil analisis aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya permintaan minyak nilam yang terus meningkat disamping persediaan bahan baku nilam yang masih terbatas, sehingga mengakibatkan kebutuhan bahan baku nilam menjadi semakin meningkat. Selain 51 itu, harga jual minyak nilam yang tinggi dan cukup stabil pada saat ini mengakibatkan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan dapat menjadi penunjang bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. 6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang mengkaji kelayakan usaha budidaya nilam secara teknis. Hal yang perlu diperhatikan dalam .aspek teknis antara lain kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, skala operasi usaha, dan layout lahan budidaya. 6.2.1 Kesesuaian Kondisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy Menurut Mangun (2005) Tanaman nilam merupakan jenis tanaman atsiri yang mudah dibudidayakan. Tanaman nilam dapat tumbuh pada lahan antara dataran yang paling rendah hingga dataran yang cukup tinggi mencapai 2000 m diatas permukaan laut. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman ini adalah 22-28°C dengan kelembapan diatas 75 persen. Hal tersebut berarti tanaman ini membutuhkan kondisi iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan banyak air. Lahan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung yang akan digunakan sebagai lokasi budidaya nilam merupakan lahan tidur yang telah lama tidak dimanfaatkan. Daerah tersebut berada pada ketinggian 686 m diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 26°C. Curah hujan yang dimiliki daerah ini berada antara 1.500-4.000 mm per tahun. Tanaman nilam adalah tanaman yang dapat beradaptasi secara luas. Bahkan tanaman ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan persediaan air di daerah ini tercukupi, sehingga sangat baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman nilam terutama pada saat periode awal budidaya nilam yang sangat membutuhkan air. 52 Jenis tanah di Desa Ciburuy adalah jenis tanah vulkanik latosol dengan solum laksolid merah. Jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah yang sesuai untuk ditanami tanaman nilam. Selain itu, tanah di desa ini juga memiliki kadar kadar keasaman tanah yang tinggi hingga mencapai pH 4. Kondisi tersebut tidak dikehendaki oleh tanaman nilam karena tanaman ini rentan terhadap tanah yang masam. Sedangkan keasaman lahan yang dikehendaki tanaman ini adalah 5,5 - 6,5 (Mangun 2005). Oleh karena itu untuk mengurangi kadar keasaman tanah tersebut, maka dalam penggarapan lahan dilakukan pemberian kapur pertanian agar tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan tersebut. 6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi Sarana produksi yang akan diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman nilam seperti bibit dibeli perusahaan dari daerah Subang, dengan pertimbangan nilam yang berasal dari petani tersebut memiliki kualitas yang baik dan rendemen yang tinggi untuk menghasilkan minyak nilam. Sedangkan persediaan pupuk, kapur, pestisida dan alat pertanian lainnya dibeli perusahaan dari toko pertanian yang berada di Padalarang. Sarana lain yang juga sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya tanaman nilam adalah tenaga air dan listrik. Pada Lokasi budidaya tanaman nilam terdapat tiga titik mata air yang kemudian dibuat saluran untuk digunakan sebagai irigasi kebun, dan lokasi budidaya juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga ketersediaan air cukup banyak, namun untuk mencegah terjadinya kekeringan pada waktu musim kemarau perusahaan membuat sumur bor untuk persediaan air dan instalasi air untuk mempermudah dalam melakukan penyiraman. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kondisi curah hujan yang tidak mencukupi. Instalasi air yang dibuat perusahaan adalah berupa sumur buatan dengan menggunakan pompa listrik, sehingga biaya air digabung biaya listrik. Sedangkan untuk sumber listrik diperoleh dari PLN, perusahaan melakukan pemasangan listrik untuk keperluan kantor serta instalasi listrik juga digunakan untuk penerangan kebun. 53 6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja Desa Ciburuy merupakan desa dengan mata pencaharian penduduk terbesar sebagai buruh tani, yaitu sebesar 40 persen. Hal tersebut didasari karena kondisi iklim desa yang sangat sesuai sebagai lahan budidaya dan tingkat pendidikan penduduk yang sebagian besar tidak tamat SD. Berdasarkan keterangan tersedianya tenaga kerja sebagai buruh tani dan pengalaman yang mereka miliki, maka dari segi ketersediaan tenaga kerja untuk tenaga lapangan desa ini memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk usaha budidaya tanaman nilam. Sedangkan tenaga kerja pada bagian kepala kebun memiliki pendidikan sarjana yang berasal dari daerah Bogor, tenaga administrasi dan keamanan berpendidikan SMA yang masih berasal dari daerah sekitar. 6.2.4 Skala Operasi Skala operasi usaha budidaya tanaman nilam yang sedang direncanakan perusahaan adalah seluas 18 ha. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan minyak nilam perusahaan. Kebutuhan bahan baku nilam tersebut dilihat dari kapasitas alat suling yang dimiliki perusahaan yaitu berkapasitas total sebanyak 800 kg nilam kering atau sebanyak 3,2 ton nilam basah per hari. Dan dalam satu bulan nilam basah yang diperlukan perusahaan adalah sebanyak 76,8 ton. Perkiraan volume panen nilam basah dari usaha budidaya nilam yang direncanakan ini dalam satu hektar adalah sebanyak 13 ton. Maka dalam satu bulan dengan hari kerja usaha penyulingan sebanyak 24 hari dibutuhkan luasan lahan sebanyak 6 ha. Selang waktu panen nilam setelah panen pertama adalah selama tiga bulan maka untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku setiap bulannya maka lahan yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 ha dengan penanaman secara bertahap sebanyak tiga tahap. 6.2.5 Layout Lahan Pada lahan yang akan direncanakan untuk menjadi lokasi budidaya nilam, akan terdapat bangunan untuk kantor dan gudang alat pertanian dengan luas 42 m². Lahan yang direncanakan untuk budidaya nilam tersebut tidak berbatasan 54 dengan kebun lainnya, tetapi lebih berbatasan dengan lahan permukiman warga Desa Ciburuy dan jalan, sehingga akan lebih mudah dalam mendistribusikan bahan baku yang dibutuhkan dalam budidaya nilam dan hasil nilam basah menuju gudang bahan baku PT Panafil Essential Oil. Selain itu di area lahan tersebut juga terdapat tiga titik mata air yang dapat menjadi sumber air untuk irigasi lahan budidaya nilam yang akan dijalankan. 6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan analisis aspek teknis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya tanaman nilam layak dilakukan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung. Hal tersebut dikarenakan iklim di Desa tersebut sesuai untuk ditanami nilam. Ketersediaan sarana produksi, tenaga listrik, air dan tenaga kerja sebagai penunjung kegiatan budidaya dapat dengan mudah diperoleh, serta skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan produksi perusahaan dan layout lahan yang dapat mendukung kelangsungan kegiatan budidaya nilam. 6.3 Aspek Manajemen Proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam akan dilakukan sendiri oleh PT Panafil Essential Oil. Perusahaan dalam melakukan kegiatan budidaya nilam telah menetapkan rencana kerja, sehingga budidaya nilam yang akan dilakukan sesuai dengan standar prosedur perusahaan dan dapat dengan mudah dikontrol. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga akan menerapkan sistem pola tanam. Pola tanam yang dilakukan ialah penanaman secara bertahap, dimana penanaman nilam seluas 18 ha akan dibagi menjadi tiga tahap penanaman. Masing-masing tahap penanaman dilakukan dengan rentan waktu selama satu bulan. Hal ini bertujuan agar panen nilam dapat dilakukan secara bergilir sehingga kebutuhan bahan baku nilam setiap bulannya dapat tercukupi secara kontinyu. Tenaga kerja yang diperlukan PT Panafil Essential Oil dalam usaha budidaya tanaman nilam hanya menggunakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari kepala kebun, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga lapangan. Tenaga kerja lapangan sengaja dipilih sebagai tenaga kerja tetap karena 55 pertimbangan luasan lahan budidaya yang akan dijalankan yang relatir luas, serta pelaksanaan panen nilam yang akan dilakukan setiap bulan. Gaji tenaga kerja tetap nilainya berbeda-beda, tergantung pada jabatan dari tenaga kerja tersebut. Usaha budidaya tanaman nilam ini dijalankan dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan, sehingga agar produksi minyak nilam dapat berjalan dengan baik diperlukan bahan baku nilam yang tersedia sepanjang tahun. Maka untuk mewujudkannya manajemen budidaya nilam perusahaan yang telah menetapkan rencana kerja budidaya dan sistem budidaya, agar pengembangan usaha budidaya nilam dapat berjalan lancar, diperlukan juga koordinasi yang baik antar karyawan. PT Panafil Essential Oil memiliki struktur organisasi yang pada setiap bagian memiliki tanggung jawab masing-masing antara lain bagian keuangan, bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan bahan baku yang terdiri dari bagian pergudangan dan akan dilengkapi dengan unit usaha budidaya tanaman nilam. Struktur organisasi tersebut merupakan struktur organisasi fungsional yang pembagian tugasnya dilakukan berdasarkan spesialisasi fungsional, sehingga memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap tanggung jawab dari tugas yang ditetapkan. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. 6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen Berdasarkan analisis kelayakan pada aspek manajemen dapat disimpulkan bahwa perencanaan usaha budidaya tanaman nilam ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut dikarenakan PT Panafil Essential Oil telah membangun daya dukung manajemen dengan menentukan kegiatan budidaya tanaman nilam yaitu berupa rencana kerja budidaya nilam dan merencana pelaksanaan budidaya nilam dengan menerapkan sistem pola tanam. Selain itu perusahaan juga telah memiliki struktur organisasi yang terkoordinasi dengan baik, sehingga pelaksanaan pengembangan budidaya tanaman nilam dapat berjalan lancar. 56 6.4 Aspek Sosial Rencana pengembangan budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil sangat didukung oleh masyarakat sekitar karena usaha tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dampak positif tersebut antara lain lahan yang pada mulanya merupakan lahan tidur, dengan adanya usaha budidaya nilam ini akan dapat menjadi lahan produktif yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan daerah tersebut, dan usaha ini juga akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga memberikan kontribusi bagi negara, dalam penyediaan bahan baku produksi minyak nilam guna meningkatkan kegiatan ekspor minyak nilam secara nasional yang dapat memberikan kontribusi berupa devisa bagi negara. Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dapat dikatakan layak untuk dijalankan. 6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial Berdasarkan analisis aspek sosial dapat disimpulkan bahwa perencanaan usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan, karena dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar berupa perbaikan kondisi lingkungan, menciptakan lahan pekerjaan dan dapat memberikan kontribusi terhadap negara dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nilam guna memperoleh devisa bagi negara. 57 VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga layak untuk dijalankan. Kelayakan pada aspek finansial diukur dengan perhitungan beberapa kriteria kelayakan investasi, antara lain NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Perhitungan tersebut berdasarkan dari cashflow yang dibuat atas dasar informasi yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan perusahaan, dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan rugi laba. 7.1 Arus Masuk Penerimaan dari usaha budidaya tanaman nilam dalam penelitian ini berasal dari hasil penjualan jagung, penjualan nilam basah dan nilai sisa. Nilai sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir. Sedangkan nilai penjualan jagung dan nilam basah didapat dari hasil perkalian antara harga jual jagung dan nilam basah per kilogram dengan volume nilam basah yang dihasilkan. Volume produksi nilam basah yang diperhitungkan dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang tetap pada setiap panennya yaitu sebanyak 13 ton. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi minyak nilam. Penanaman tanaman nilam pada usaha budidaya yang akan dijalankan oleh PT Panafil Essential Oil menerapkan sistem pola tanam, dimana penanaman dilakukan secara bertahap, yaitu sebanyak tiga tahap dengan masing-masing tahapan seluas enam hektar. Pemanenan nilam dilakukan secara bergilir untuk masing-masing tahap Jarak dari panen satu ke panen lainnya adalah satu bulan. Waktu panen nilam basah dapat dilakukan pertama kali pada saat usia tanaman berusia enam bulan. Dan setelah panen pertama tanaman nilam dapat dipanen setiap bulan. Nilai penjualan jagung didapatkan hanya satu kali selama umur proyek, karena tanaman ini hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung pada saat 57 tanaman nilam baru ditanam hingga usia tiga bulan, agar intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman nilam tidak berlebih. Tanaman jagung dapat dipanen saat tanaman berusia 100 hari atau pada triwulan ke-2. Volume produksi jagung dalam satu hektar dapat menghasilkan 6 ton dengan harga per kilogram Rp 1.500,00. Sehingga nilai penjualan dari jagung untuk lahan ini didapat pada triwulan ke-2 adalah sebesar Rp 162.000.000,00. Panen nilam baru dapat dilakukan pada triwulan ke-3, sehingga pada triwulan ke-1 dan ke-2 belum ada nilam basah yang dapat dijual. Pada triwulan ke-3 tanaman nilam dapat dipanen dua kali, sedangkan pada panen ke-4 dan seterusnya tanaman nilam dapat dipanen tiga kali dalam satu triwulan, dengan volume panen per hektar sebanyak 13 ton nilam basah per hektar. Hasil panen pada setiap tahapan penanaman adalah sebanyak 78 ton nilam basah, dengan harga per kilogram nilam basah sebesar Rp 900,00. Sehingga hasil panen nilam basah pada triwulan ke-3 adalah sebanyak 117 ton dengan nilai penjualan sebesar Rp 105.300.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnya didapatkan hasil panen sebanyak 234 ton nilam basah dengan nilai penjualan sebanyak Rp 210.600.000,00. Selain dari berdasarkan nilai panen nilam, penerimaan usaha budidaya nilam ini juga berasal dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai dari investasi usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang pada akhir proyek masih memiliki umur ekonomis. Nilai ini diperoleh dari perhitungan penyusutan investasi per tahun dengan menggunakan metode garis lurus yang dikalikan dengan sisa umur ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa dari investasi usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dapat dilihat di Tabel 8. Selain itu, nilai sisa yang diperoleh perusahaan berasal dari nilai sisa tanaman nilam yang masih dapat dipanen sebanyak empat kali setelah umur proyek habis. Jumlah nilam basah tersebut adalah 312 ton, dengan nilai sisa sebesar Rp 280.800.000,00. 58 Tabel 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No 1 2 3 4 5 6 Uraian Instalasi Air Timbangan duduk Kereta sorong Komputer Bangunan Instalasi Listrik Umur Ekonomis (tahun) 5 5 4 5 10 10 Total Total (Rp) Penyusutan per tahun (Rp) 10.000.000 1.100.000 1.050.000 5.000.000 63.000.000 1.500.000 2.000.000 220.000 262.500 1.000.000 6.300.000 150,000 Nilai Sisa (Rp) 4.000.000 1.100.000 262.500 2.000.000 44.100.000 1.050.000 52.512.500 7.2 Arus keluar Outflow atau arus keluar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan usaha budidaya yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal usaha. Sedangkan biaya opersional adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 7.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi dikeluarkan perusahaan pada periode awal usaha yaitu triwulan pertama. Biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan perusahaan pada triwulan pertama usaha budidaya nilam ialah untuk mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam usaha budidaya nilam, antara lain: 1. Bibit nilam yang digunakan adalah bibit nilam jenis Nilam Aceh dalam bentuk polibag yang dibeli dari daerah Subang. Bibit yang dibutuhkan untuk penanaman seluas 18 ha yaitu sebanyak 198.000 polibag, dimana jumlah tersebut sudah termasuk bibit untuk penyulaman. Biaya bibit hanya dilakukan pada tahun pertama karena umur proyek ini adalah tiga tahun yang didasarkan pada umur ekonomis dari tanaman nilam, sehingga tidak dilakukan reinvestasi untuk bibit nilam. 59 2. Instalasi air yang dibuat berupa saluran pengairan untuk mengalirkan air yang berasal dari beberapa titik mata air ke lahan budidaya nilam. serta dibuat pula sumur bor untuk persediaan air pada musim kemarau. 3. Peralatan pertanian yang terdiri dari cangkul, linggis, sabit, alat semprot, sepatu boot yang digunakan untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman. Serta timbangan duduk yang digunakan untuk menimbang hasil panen dan kereta sorong yang digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke lahan serta hasil panen nilam basah ke kendaraan. 4. Bangunan yang terdiri dari kantor dan gudang untuk menyimpan peralatan pertanian dan pupuk serta pestisida. Luas bangunan tersebut adalah 42 m². 5. Instalasi listrik yang digunakan untuk penerangan kantor dan lahan, serta kegiatan kantor lainnya. 6. Komputer dan perlengkapan kantor yang digunakan untuk keperluan kantor. Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bibit Instalasi Air Cangkul Golok Linggis Sabit Alat semprot Timbangan duduk Sepatu Boot Kereta sorong Komputer dan printer Bangunan Instalasi Listrik Perlengkapan Kantor 11 12 13 14 Umur Ekonomis (tahun) 3 5 3 3 3 3 3 5 1 4 Total (Rp) 9 9 9 9 9 1 36 3 500 10.000.000 25.000 15.000 20.000 15.000 80.000 1.100.000 35.000 350.000 99.000.000 10.000.000 225.000 135.000 180.000 135.000 720.000 1.100.000 1.260.000 1.050.000 1 42 1 5.000.000 1.500.000 1.500.000 5.000.000 63.000.000 1.500.000 - 1.000.000 1.000.000 184.305.000 Jumlah Polibag Unit Unit Unit Unit Unit Unit pasang Unit 198.000 5 10 10 Unit Meter² 3 - Unit Total Harga (Rp) Satuan - 60 Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya reinvestasi untuk beberapa fasilitas yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek usaha tersebut. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan untuk budidaya nilam ini hanya dilakukan untuk mengganti sepatu boot yang umur ekonomisnya hanya satu tahun, sehingga dilakukan setiap tahun reinvestasi sebesar Rp 1.260.000,00 yaitu pada triwulan ke-5 dan ke-9. 7.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional dikeluarkan perusahaan untuk kelangsungan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sewa lahan sebesar Rp 2.000.000,00 per ha per tahun, sehingga biaya sewa lahan untuk lahan seluas 18 ha dalam sebulan adalah Rp 3.000.000,00. Biaya sewa lahan ini dikeluarkan oleh perusahaan bertujuan untuk mempertegas batasan usaha antara PT Panfil Essential Oil dan PT Panasia Indosyntec. Selain itu, biaya tetap ini terdiri dari biaya listrik, gaji tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian tetap, biaya komunikasi, biaya administrasi dan umum, serta biaya transportasi. Dan rincian biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya nilam ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil. 18 - Biaya Per Bulan (Rp) 3.000.000 100.000 Biaya Per Triwulan (Rp) 9.000.000 300.000 1 1 36 3 - 4.000.000 900.000 22.500.000 3.000.000 500.000 500.000 1,000.000 12.000.000 2.700.000 67.500.000 9.000.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 No Uraian Satuan Volume 1 2 3 Sewa Lahan Listrik Gaji Tenaga Kerja a. Kepala Kebun b. T.K Administrasi c. Tenaga Kerja Lapang d. T.K Keamanan Administrasi dan umum Komunikasi Transportasi Ha - 4 5 6 Orang Orang Orang Orang Total Selain biaya tetap, dalam kegiatan usaha budidaya nilam juga terdapat biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi bahan-bahan yang 61 dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk kandang, pupuk pendukung, pestisida, kapur pertanian dan bibit jagung manis. Biaya pupuk kandang dan pupuk pendukung pada setiap triwulan jumlahnya berbeda. Hal tersebut dikarenakan budidaya yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem pola tanam. Biaya pupuk kandang pada usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil pada triwulan pertama adalah sebanyak Rp 21.600.000,00, pada triwulan ke2 dan ke-3 adalah sebanyak Rp 7.200.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnnya yaitu sebanyak Rp 10.800.000,00. Biaya pupuk kandang merupakan biaya variabel yang jumlahnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang ini sangat diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu pemupukan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rendemen minyak nilam yang dihasilkan dari daun nilam hasil budidaya. Kebutuhan pupuk kandang per hektar pada triwulan pertama adalah 5 ton per hektar. Hal tersebut dikarenakan pada triwulan pertama pemupukan tidak hanya dilakukan untuk tanaman nilam saja, tetapi juga untuk kebutuhan tanaman jagung sebagai tanaman pelindung dari nilam. Sedangkan pada triwulan ke-2 kebutuhan pupuk kandang adalah sebesar 2,5 ton per hektar. Harga pupuk kandang per karung adalah Rp 6.000,00 dengan jumlah per karung sebanyak 25 kg. Selain pupuk kandang, digunakan juga pupuk perangsang atau penyubur yang terdiri dari tiga jenis N, P, dan K. Biaya pupuk penyubur yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis sebanyak dua kilogram per hektar per satu kali pemupukan, sehingga untuk lahan seluas enam hektar dibutuhkan sebanyak 12 kg pupuk pendukung, dengan harga satuan sebesar Rp 40.000,00. Biaya pupuk penyubur pada tiap triwulan berbeda tergantung pada jadwal kerja budidaya yang telah ditetapkan perusahaan (Lampiran 2). Biaya variabel lain yang dibutuhkan untuk budidaya nilam antara lain pestisida, kapur pertanian dan benih jagung manis yang hanya dilakukan pada triwulan pertama saja. Biaya pestisida dibutuhkan dalam budidaya nilam ini sebanyak satu liter per hektar lahan. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk mencegah tanaman terkena hama dan penyakit. Kapur 62 pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan kadar keasaman tanah yaitu sebanyak 1 ton per hektar. Benih jagung manis yang dibutuhkan per hektar adalah 4 kilogram. tanaman pelindung hanya dilakukan pada triwulan pertama. Rincian biaya variabel tersebut dapat dilakukan pada Lampiran 4. 7.2.3 Analisis Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan laporan yang berisi tentang penerimaan dan pengeluaran atau kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (triwulan). Laporan ini digunakan perusahaan untuk menentukan besarnya aliran kas triwulan yang diperoleh perusahaan. Komponen laporan rugi laba antara lain penerimaan dari penjualan nilam basah dan jagung hasil panen, biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya nilam, serta beban keuangan dalam menjalankan usaha yaitu berupa pajak penghasilan, penyusutan dan lainnya. Berdasarkan laporan rugi laba (Lampiran 4), usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil pada triwulan belum mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dikarenakan usaha ini pada triwulan pertama belum melakukan kegiatan pemanenan dan penjualan hasil panen sehingga penerimaan perusahaan belum ada. Penerimaan baru ada pada triwulan ke-2 yaitu dari hasil penjualan hasil panen jagung sebesar Rp 162.000.000,00 yang hanya dihasilkan pada triwulan ke-2 saja. Sedangkan pada triwulan ke-3 dan seterusnya penerimaan perusahaan hanya berasal dari penjualan hasil panen nilam basah. Besarnya penerimaan perusahaan pada triwulan ke-3 adalah Rp 105.300.000,00, dan pada triwulan ke-4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 210.000.000,00. Rugi laba yang diperoleh perusahaan setiap triwulannya berbeda, dan usaha ini hanya dikenakan biaya pajak saja sedangkan biaya bunga dikenakan karena modal yang digunakan perusahaan merupakan modal sendiri. Dan besarnya pajak yang diperhitungkan dalam usaha ini adalah sebesar 25 persen. Pada triwulan pertama dan ke-3 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 147.030.000,00 dan Rp 12.390.000,00 yang dikarenakan belum adanya penerimaan perusahaan (pada triwulan 1) dan produksi nilam yang hanya baru mencapai 117 ton nilam basah (triwulan 3). Sedangkan untuk triwulan ke-2 laba 63 yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 32.512.500,00, dan laba pada triwulan ke4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 66.262.500,00. 7.3 Kelayakan Finansial Proyek Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil antara lain dilihat dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Parameter tersebut diukur pada tingkat suku bunga kredit sebesar 4,25 persen per triwulan. Tabel 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No 1 2 3 4 Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR Payback Period Satuan Nilai Kriteria Investasi Rp Persen Triwulan 293.338.047 1,89 14 7,71 Berdasarkan hasil analisis finansial usaha budidaya nilam yang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dilihat dari tingkat NPV yang diperoleh dari perhitungan kelayakan usaha budidaya ini lebih dari nol, yang berarti jika usaha ini dijalankan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 293.338.047,00 yang menunjukkan bahwa selama umur proyek usaha budidaya nilam akan memberikan manfaat bagi perusahaan sebesar Rp 293.338.047,00. Kriteria kedua dari analisis kelayakan usaha ini adalah Net B/C. Net B/C yang dihasilkan dari rencana usaha budidaya nilam ini adalah 1,89. Berdasarkan hal tersebut usaha ini dapat dinyatakan layak, karena nilai Net B/C yang didapat lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,89 berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk usaha budidaya nilam ini maka perusahaan akan memperoleh manfaat sebanyak 1,89 kali. Selanjutnya kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah IRR. Besarnya IRR yang diperoleh dari perhitungan kriteria investasi yang dilakukan perusahaan dari rencana usaha budidaya nilam yaitu 14 persen per triwulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan, karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito triwulan yang sedang 64 berjalan yaitu 4,25 persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 14 persen, dengan kata lain perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimiliki pada usaha budidaya nilam dibandingkan menyimpan uangnya dalam bentuk deposito di bank. Kriteria investasi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah payback period. Payback period yang dihasilkan dalam perhitungan adalah selama 7,71 triwulan, yang berarti modal yang digunakan perusahaan untuk usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil akan kembali dalam waktu 7,71 triwulan atau satu tahun 11 bulan 17 hari. Berdasarkan kriteria tersebut maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan karena waktu pengembalian investasi yang dilakukan perusahaan kurang dari umur proyek yang akan dijalankan. 7.4 Analisis Sensitivitas Menurut Gittinger (1986) analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Analisis ini digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha atau bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam menjalankan usaha menurut Nurmalina R. et al. (2009) umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil produksi. Analisis sensitivitas usaha budidaya nilam ini menggunakan metode nilai pengganti (switching value), karena usaha ini baru dalam tahap perencanaan sehingga perubahan pada komponen pendukungnya belum dapat diketahui secara empiris. Analisis switching value dilakukan untuk mengukur perubahan maksimum dari komponen arus masuk dan arus keluar yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam tetap layak. Variabel-variabel yang digunakan untuk melakukan uji switching value adalah kenaikan harga pupuk 65 kandang, penurunan volume penjualan, dan harga jual nilam basah. Hasil analisis switching value dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Uraian Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Rp/kg) Penurunan Volume Produksi (kg/ha) Penurunan Harga Nilam Basah (kg) Persentase 342,262191 23,2431157 23,2431157 Nilai Aktual (Rp) 240 13.000 900 Nilai Switching Value (Rp) 1.061 9.978 691 Berdasarkan analisis switching value usaha budidaya nilam tersebut, usaha ini akan tetap layak dijalankan hingga terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Harga pupuk kandang yang telah naik dari Rp 240 per kg menjadi Rp 1.061,00 per kg. Variabel lain yang dilakukan uji switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji menunjukkan bahwa usaha budidaya nilam direncanakan PT Panafil Essenetial Oil ini akan tetap layak apabila terjadi penurunan volume produksi sebesar 23,2431157 persen. Penurunan volume produksi tersebut yaitu dari 13.000,00 kg per hektar menjadi 9.978 kg nilam basah per per hektar. Selain penurunan volume produksi, penurunan harga nilam basah dari hasil analisis switching value yang dilakukan, didapatkan bahwa penurunan harga jual nilam basah hasil panen sebesar 23,2431157 persen tidak akan mengubah kelayakan dari usaha tersebut. Besarnya harga berdasarkan persentase tersebut yaitu apabila terjadi penurunan harga nilam basah dari Rp 900,00 per kg menjadi Rp 691,00 per kg. 7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Hasil perhitungan dari usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil didapatkan Harga Pokok Produksi sebesar Rp 667,40 per kg nilam basah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih baik membudidayakan tanaman nilam untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan membeli nilam basah dengan harga pasaran sebesar Rp 900,00 per kg. 66 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis penelitian dari aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek pasar yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan minyak nilam terus meningkat dan suplainya yang menurun yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan bahan baku nilam, sehingga hal tersebut menjadi peluang untuk usaha ini. Dan bauran pemasaran yang akan digunakan perusahaan mampu mendukung kelangsungan proyek tersebut. Daya dukung aspek teknis seperti kesesuaian kondisi iklim dan tanah di Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi. Serta daya dukung aspek manajemen yang dapat dilihat dengan adanya rencana kerja budidaya dan penerapan sistem pola tanaman yang akan memperlancar persediaan bahan baku nilam dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. selain itu, dari aspek sosial daya dukungnya dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. 2. Kelayakan aspek finansial berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan yaitu NPV sebesar Rp 293.338.047,00, IRR sebesar 1,89, Net B/C 14 persen dan payback period selama 7,71 triwulan, proyek pengembangan usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan. 3. Proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT Panafi Essential Oil berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value akan tetap layak dijalankan sampai terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta penurunan produksi nilam basah sebesar 23,2431157 persen dan harga jual nilam basah sebesar 23,2431157 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan harga jual 67 nilam basah dan volume produksi nilam basah merupakan komponen yang paling sensitif terhadap perubahan. 8.2 Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diajukan pada proyek pengembangan usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil antara lain: 1. Budidaya nilam akan lebih sebaik jika sistem pola tanam yang diterapkan membagi satu tahap menjadi empat blok dengan jarak waktu tanam satu minggu, sehingga panen nilam basah dapat dilakukan setiap minggu, agar biaya penyimpanan nilam lebih efisien dan kebutuhan bahan baku nilam dapat terpenuhi sepanjang tahun, serta produksi minyak nilam dapat dilakukan secara optimal. 2. Pemeliharaan budidaya nilam sebaiknya dilakukan secara intensif dengan menerapkan jadwal kerja budidaya agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal. 68 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Panafil Essential Oil Pimpinan Perusahaan Bagian Produksi Bagian Gudang Keterangan: : garis komando : garis koordinasi Bagian Pengadaan Bahan Baku Bagian Keuangan Bagian Budidaya Nilam Bagian Pemasaran Lampiran Lampiran 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No Persiapan Lahan Penanaman Jagung Penanaman Nilam Pemupukan Pendukung - P Pemupukan Pendukung - N Pemupukan Pendukung - K Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen Pemeliharaan Tanaman Panen Jagung Panen nilam KEGIATAN 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persiapan Lahan Penanaman Jagung Penanaman Nilam Pemupukan Pendukung - P Pemupukan Pendukung - N Pemupukan Pendukung - K Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen Pemeliharaan Tanaman Panen Jagung Panen Nilam Keterangan : : Tahap 1 : Tahap 2 : Tahap 3 : Semua Tahap 8 Bulan 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Bulan 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Lampiran 3 . Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Uraian Bibit Instalasi Air Cangkul Golok Garpu Sabit Alat semprot Timbangan duduk Sepatu Boot Kereta sorong Komputer&printer Bangunan Instalasi Listrik Perlengkapan Kantor Umur Ekonomis (tahun) Satuan 3 5 3 3 3 3 3 5 1 4 5 10 10 3 Polybag Unit Unit Unit Unit Unit Unit pasang unit Unit Meter² Unit - Jumlah 198.000 9 9 9 9 9 1 36 3 1 42 1 - Harga 500 10.000.000 25.000 15.000 20.000 15.000 80.000 1.100.000 35.000 350.000 5.000.000 1.500.000 1.500.000 1.000.000 Total Keterangan: Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sabagai berikut: Total 99.000.000 10.000.000 225.000 135.000 180.000 135.000 720.000 1.100.000 1.260.000 1.050.000 5.000.000 63.000.000 1.500.000 1.000.000 184.305.000 l Essential Oil Penyusutan per Penyusutan per tahun triwulan 33.000.000 2.000.000 75.000 45.000 60.000 45.000 240.000 220.000 1.260.000 262.500 1.000.000 6.300.000 150.000 333.333 44.990.833 8.250.000 500.000 18.750 11.250 15.000 11.250 60.000 55.000 315.000 65.625 250.000 1.575.000 37.500 83.333 11.247.708 Nilai Sisa 4.000.000 1.100.000 262.500 2.000.000 44.100.000 1.050.000 52.512.500 II. Biaya Tetap No Uraian Satuan Jumlah Biaya Per Unit (Rp) 1 Sewa Lahan (18 Ha) 2 Listrik 3 Tenaga Kerja a. Kepala Kebun (1 Orang) b. T.K Administrasi (1 orang) c. Tenaga Kerja Lapang (36 orang) d. Tenaga Kerja Keamanan (3 orang) Total Biaya Tenaga Kerja 4 Administrasi dan umum 5 Komunikasi 6 Transportasi Tahun Bulan 3 - 2.000.000 100.000 Orang Orang Orang Orang 1 1 36 3 4.000.000 900.000 625.000 1.000.000 Bulan Bulan Bulan 500.000 500.000 1.000.000 Total III. Biaya Variabel No Uraian 1 Pupuk Kandang Triwulan 1 Triwulan 2, 3 Triwulan 4dst 2 Pupuk Pendukung Organik (tiga jenis) Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 dst 3 Pestisida 4 Kapur Pertanian 5 Bibit jagung Satuan Jumlah Kg Kg Kg 90.000 30.000 45.000 Kg Kg Kg Kg Liter Kg Kg 12 108 84 108 18 18.000 72 Harga satuan (Rp) 240 40.000 35.000 750 60.000 Keterangan: 1. Kebutuhan pupuk kandang per ha adalah sebanyak 2.500 kg 2. Kebutuhan pupuk pendukung organik per ha adalah 2 kg/ha 3. Kebutuhan pestisida adalah 1 liter/ha 4. Kebutuhan kapur pertanian per ha adalah 1 ton, dan hanya dilakukan sekali saja pada saat pengolahan tanah 5. Tanaman pelindung berupa jagung manis, dengan jarak tanam 100x50cm dalam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit Biaya Per Triwulan (Rp) 9.000.000 300.000 12.000.000 2.700.000 67.500.000 9.000.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 Total (Rp) 21.600.000 7.200.000 10.800.000 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 630.000 13.500.000 4.320.000 saja pada saat pengolahan tanah lam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan No 1 2 3 4 5 Uraian Pupuk Kandang Pupuk penyubur ( (tiga jenis) Pestisida (Triwulan 1) Kapur Pertanian (triwulan 1) Bibit jagung (Triwulan 1) Total 1 10.800.000,00 480.000,00 630.000,00 13.500.000,00 4.320.000,00 29.730.000,00 2 7.200.000,00 4.320.000,00 630.000,00 12.150.000,00 ial Oil Per Triwulan 3 7.200.000,00 3.360.000,00 630.000,00 4 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 5 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 Triwulan (Rp) 6 7 10.800.000,00 10.800.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 630.000,00 630.000,00 11.190.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 8 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 9 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 10 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 11 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 12 10.800.000,00 4.320.000,00 630.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 IV Penerimaan Proyek Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil No Uraian 1 Jagung manis 2 Nilam (T-4 dst) T-3 3 Nilai Sisa Panen Nilam Basah Satuan Kg Kg Kg Kg Jumlah 108.000 234.000 117.000 312.000 Harga Satuan (Rp) 1.500 900 900 900 Keterangan: 1. Panen jagung hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman ini berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2 2. Panen nilam mulai dilakukan pada triwulan ke-3 dengan jml yang sama sepanjang tahun. Total Penerimaan Per Triwulan (Rp) 162.000.000 210.600.000 105.300.000 280.800.000 ni berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2. sama sepanjang tahun. Lampiran 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Uraian A. INFLOW 1. Penjualan: a. Jagung Manis b. Nilam basah 2. Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 2. Biaya Operasional a. Biaya Tetap b. Biaya Variabel 1. Pupuk Kandang 2. Pupuk Pendukung 3. Pestisida 4. Kapur Pertanian 5. Tanaman Pelindung 6. Penyusutan investasi Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan Rugi/Laba 1 2 3 4 105.300.000 210.600.000 162.000.000 - 162.000.000 105.300.000 210.600.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 7.200.000 4.320.000 630.000 7.200.000 3.360.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 21.600.000 480.000 630.000 13.500.000 4.320.000 11.247.708 147.030.000 (147.030.000) (147.030.000) (147.030.000) 11.247.708 118.650.000 43.350.000 43.350.000 10.837.500 32.512.500 11.247.708 117.690.000 (12.390.000) (12.390.000) (12.390.000) 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 ntial Oil Bandung Triwulan 5 6 7 8 9 10 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11 12 210.600.000 210.600.000 210.600.000 52.512.500 263.112.500 106.500.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 11.247.708 122.250.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 11.247.708 122.250.000 140.862.500 140.862.500 35.215.625 105.646.875 Lampiran 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Uraian A. INFLOW 1. Penjualan a. Jagung Manis b. Nilam basah 2. Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi/reinvestasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Biaya Listrik 3. Biaya Tenaga Kerja 4. Administrasi dan Umum 5. Komunikasi 6. Transportasi Total Biaya Tetap b. Biaya Variabel 1. Pupuk Kandang 2. Pupuk Pendukung 3. Pestisida 4. Kapur Pertanian 5. Bibit jagung Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Before Tax Tax (25%) Net Benefit After Tax Discount Factor (i = 4,250%) PV PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR PP 1 2 3 4 105.300.000 210.600.000 162.000.000 105.300.000 210.600.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 7.200.000 4.320.000 630.000 7.200.000 3.360.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 162.000.000 184.305.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 21.600.000 480.000 630.000 13.500.000 4.320.000 40.530.000 147.030.000 331.335.000 -331.335.000 0 -331.335.000 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 14% 7,71 12.150.000 118.650.000 118.650.000 43.350.000 10.837.500 32.512.500 #REF! #REF! 11.190.000 117.690.000 117.690.000 (12.390.000) (12.390.000) #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! tial Oil Bandung Triwulan 5 6 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 7 8 9 10 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 1.260.000 1.260.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 123.510.000 87.090.000 21.772.500 65.317.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 123.510.000 87.090.000 21.772.500 65.317.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! 11 12 210.600.000 210.600.000 210.600.000 333.312.500 543.912.500 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 22.087.500 66.262.500 #REF! #REF! 15.750.000 122.250.000 122.250.000 421.662.500 105.415.625 316.246.875 #REF! #REF! Lampiran 7.A1 Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oi Uraian A. INFLOW 1. Penjualan a. Jagung Manis b. Nilam basah 2. Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi/reinvestasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Biaya Listrik 3. Biaya Tenaga Kerja 4. Administrasi dan Umum 5. Komunikasi 6. Transportasi Total Biaya Tetap b. Biaya Variabel 1. Pupuk Kandang 2. Pupuk Pendukung Organik 3. Pestisida 4. Kapur Pertanian 5. Tanaman Pelindung Total Biaya Variabel Total Outflow Net Benefit Before Tax Tax (25%) Net Benefit After Tax Discount Factor (i =4,250%) PV PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C 1 2 3 4 105.300.000 210.600.000 162.000.000 105.300.000 210.600.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 95.528.633 480.000 630.000 13.500.000 4.320.000 114.458.633 405.263.633 -405.263.633 0 -405.263.633 0,95923 -388.742.094 388.742.094 -413.256.453 0 4,250% 1,00 31.842.878 4.320.000 630.000 31.842.878 3.360.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 36.792.878 143.292.878 18.707.122 4.676.781 14.030.342 0,92013 12.909.699 35.832.878 142.332.878 (37.032.878) (9.258.219) (27.774.658) 0,88262 (24.514.359) 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,84663 32.628.653 162.000.000 184.305.000 m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,262191 persen. Triwulan 5 6 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 7 8 9 10 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 1.260.000 1.260.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 52.714.317 160.474.317 50.125.683 12.531.421 37.594.263 0,81212 30.531.016 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,77901 30.022.511 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,74725 28.798.572 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,71679 27.624.530 52.714.317 160.474.317 50.125.683 12.531.421 37.594.263 0,68757 25.848.598 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,65954 25.418.081 11 12 210.600.000 210.600.000 210.600.000 333.312.500 543.912.500 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 47.764.317 4.320.000 630.000 47.764.317 4.320.000 630.000 52.714.317 159.214.317 51.385.683 12.846.421 38.539.263 0,63265 24.381.853 52.714.317 159.214.317 384.698.183 96.174.546 288.523.638 0,60686 175.092.940 Lampiran 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil B Uraian A. INFLOW 1. Penjualan a. Jagung Manis b. Nilam basah 2. Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi/reinvestasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Biaya Listrik 3. Biaya Tenaga Kerja 4. Administrasi dan Umum 5. Komunikasi 6. Transportasi Total Biaya Tetap b. Biaya Variabel 1. Pupuk Kandang 2. Pupuk Pendukung 3. Pestisida 4. Kapur Pertanian 5. Tanaman Pelindung Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Before Tax Tax (25%) Net Benefit After Tax Discount Factor PV PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C 1 2 3 4 162.000.000 - 162.000.000 80.824.999 80.824.999 161.649.998 161.649.998 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 7.200.000 4.320.000 630.000 7.200.000 3.360.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 184.305.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 21.600.000 480.000 630.000 13.500.000 4.320.000 40.530.000 147.030.000 331.335.000 -331.335.000 0 -331.335.000 0,95923 -317.827.338 317.827.338 -342.230.569 0 4,250% 1,00 12.150.000 118.650.000 118.650.000 43.350.000 10.837.500 32.512.500 0,92013 29.915.636 11.190.000 117.690.000 117.690.000 (36.865.001) (9.216.250) (27.648.751) 0,88262 (24.403.230) 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,84663 25.018.036 m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23,2431157 Persen. 5 161.649.998 161.649.998 Triwulan 6 161.649.998 161.649.998 7 161.649.998 161.649.998 8 161.649.998 161.649.998 1.260.000 9 161.649.998 161.649.998 10 161.649.998 161.649.998 1.260.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 123.510.000 38.139.998 9.535.000 28.604.999 0,81212 23.230.664 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,77901 23.019.776 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,74725 22.081.319 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,71679 21.181.122 15.750.000 122.250.000 123.510.000 38.139.998 9.535.000 28.604.999 0,68757 19.667.871 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,65954 19.489.326 3,2431157 Persen. 11 12 161.649.998 161.649.998 161.649.998 268.045.831 429.695.829 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,63265 18.694.798 15.750.000 122.250.000 122.250.000 307.445.829 76.861.457 230.584.372 0,60686 139.932.021 Lampiran 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil B Uraian A. INFLOW 1. Penjualan a. Jagung Manis b. Nilam basah 2. Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi/reinvestasi 2. Biaya Operasional a. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Biaya Listrik 3. Biaya Tenaga Kerja 4. Administrasi dan Umum 5. Komunikasi 6. Transportasi Total Biaya Tetap b. Biaya Variabel 1. Pupuk Kandang 2. Pupuk Pendukung 3. Pestisida 4. Kapur Pertanian 5. Tanaman Pelindung Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Total Outflow Net Benefit Before Tax Tax (25%) Net Benefit After Tax Discount Factor PV PV Positif PV Negatif NPV IRR Net B/C 1 2 3 4 162.000.000 - 162.000.000 80.824.999 80.824.999 161.649.998 161.649.998 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 7.200.000 4.320.000 630.000 7.200.000 3.360.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 184.305.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 21.600.000 480.000 630.000 13.500.000 4.320.000 40.530.000 147.030.000 331.335.000 -331.335.000 0 -331.335.000 0,95923 -317.827.338 317.827.338 -342.230.569 0 4,250% 1,00 12.150.000 118.650.000 118.650.000 43.350.000 10.837.500 32.512.500 0,92013 29.915.636 11.190.000 117.690.000 117.690.000 (36.865.001) (9.216.250) (27.648.751) 0,88262 (24.403.230) 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,84663 25.018.036 m PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157 Persen. 5 161.649.998 161.649.998 Triwulan 6 161.649.998 161.649.998 7 161.649.998 161.649.998 8 161.649.998 161.649.998 1.260.000 9 161.649.998 161.649.998 10 161.649.998 161.649.998 1.260.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 123.510.000 38.139.998 9.535.000 28.604.999 0,81212 23.230.664 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,77901 23.019.776 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,74725 22.081.319 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,71679 21.181.122 15.750.000 122.250.000 123.510.000 38.139.998 9.535.000 28.604.999 0,68757 19.667.871 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,65954 19.489.326 11 12 161.649.998 161.649.998 161.649.998 268.045.831 429.695.829 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 9.000.000 300.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 106.500.000 10.800.000 4.320.000 630.000 10.800.000 4.320.000 630.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 9.850.000 29.549.999 0,63265 18.694.798 15.750.000 122.250.000 122.250.000 307.445.829 76.861.457 230.584.372 0,60686 139.932.021