Uploaded by User86474

Makalah Kesehatan Reproduksi

advertisement
MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI YANG TEJADI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WANGI-WANGI
DI SUSUN OLEH :
HIKMAH RAHYATIN
201302027
JURUSAN BIDAN PENDIDIK
FAKUKTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. (1) Isu-isu
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi merupakan isu yang sensitif, seperti hak-hak
reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS,
kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan ke lapisan masyarakat
kurang mampu atau mereka yang tersisih.(2) Kesehatan reproduksi remaja merupakan
salah satu komponen dari kesehatan reproduksi. Remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terintergrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau
paling tidak sejajar, Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Secara harfiah, remaja berada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu,
remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” karena remaja masih belum
mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. (3)
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI no 5 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Program kesehatan reproduksi remaja
merupakan salah satu dari sekian banyak program kesehatan rerpoduksi. Hal ini
menyebabkan pelayanan dan perawatan kesehatan reproduksi bagi remaja memiliki
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan remaja yang sehat dan berdaya saing
sehingga mampu menjadi komponen unggul dalam pembangunan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja penyakit menular seksual (PMS) ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Menular Seksual (PMS)
A.Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual atau biasa dikenal dengan infeksi menular seksual
merupakan infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman.
Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. Selain itu,
penyebarannya bisa melalui pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di
antara beberapa orang. Terdapat beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
hubungan seks tidak aman, berikut ini adalah penyakit yang sering terjadi:
1. Sifilis
Silifis adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri treponema pallidum.
Penyakit ini mempunyai gejala seperti munculnya luka pada alat kelamin atau mulut.
Luka ini pada umumnya akan bertahan antara 1-2,5 bulan dengan tidak ada rasa sakit,
tetapi mudah ditularkan. Segera tangani sifilis, karena jika tidak infeksinya akan berlanjut
ke tahap berikutnya yang mirip dengan gejala flu, kerontokan rambut, hingga pitak. Jika
dibiarkan, maka sifilis bisa menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, impotensi dan bahkan
terkena masalah pendengaran serta hilangnya nyawa seseorang.
2. Gonore
Gonore merupakan penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhoeae.
Gonore biasa dikenal dengan kencing nanah karena menyebabkan keluarnya cairan saat
buang air kecil yang menyebabkan rasa nyeri pada penis atau vagina.
3. Klamidia
Klamidia adalah penyakit seksual menular yang paling umum terjadi. Gejalanya memang
tidak akan terasa dan biasanya disebabkan oleh clamidia trachomatis. Namun, klamidia
tetap harus diwaspadai karena penularannya bisa terjadi tanpa disadari oleh orang yang
terinfeksi.
4. Kutil Kelamin
Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus
human papilomavirus di sekitar alat kelamin. Penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit
tetapi biasanya akan muncul rasa gatal dan memerah.
5. HIV
HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan
menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV di awal penyebarannya tidak akan menujukkan
gejala, karena virus akan “tidur” sementara waktu menunggu sistem imun melemah dan
dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat mematikan.
B.Faktor Risiko Penyakit Menular Seksual (PMS)
Berhubungan intim secara oral, vaginal, ataupun anal yang tidak aman merupakan faktor
utama penyakit kelamin. Selain itu, berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan
dapat meningkatkan resiko terkena penyakit menular seksual. Penyebaran penyakit pun
bisa melalui benda, tanpa hubungan intim, seperti berbagi alat suntik, jarum, maupun
melalui transfusi darah.
C.Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual disebabkan oleh beberapa virus dan bakteri yang menyebar
melaluiCairantubuhseperti treponemapallidum (sifilis), neisseriagonorrhoeae (gonore),
clamidiatrachomatis (klamidia), humanpapilomavirus (kutilkelamin), human
immunodeficiencyvirus (HIV).
D.Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)
Pada awalnya, sebagian gejala penyakit menular seksual mungkin tidak diketahui. Meski
begitu, terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, di antaranya:
•
•
Mengalami perubahan pada urine.
Rasa nyeri selama berhubungan seks.
•
•
Sakit panggul atau perut bagian bawah.
•
•
Miss V terasa panas atau gatal.
Keputihan abnormal atau perdarahan vaginal.
•
•
Kutil atau memar.
Keluar cairan dari Mr P.
Buang air kecil terasa menyakitkan atau panas
E.Diagnosis Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual dapat didiagnosis dengan melakukan tes laboratorium seperti
tes darah untuk mengetahui terdapat virus HIV atau tidak, mengambil contoh urine
karena sebagian PMS dapat diketahui dari urine, atau mengambil contoh cairan dari luka
genital terbuka untuk mendiagnosis jenis infeksi.
F.Komplikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)
Karena pada tahap awal terkena penyakit menular seksual tidak mengalami gejala dapat
menyebabkan komplikasi termasuk:
•
•
Nyeri panggul.
Komplikasi kehamilan.
•
Peradangan mata.
•
•
Radang sendi.
Penyakit radang panggul.
•
•
Infertilitas.
Penyakit jantung.
•
Kangker servik.
•
Kangker dubur.
Pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Biasanya, dokter akan menyarankan dua jenis pengobatan saat telah terdiagnosis penyakit
menular seksual. Di antaranya adalah pengobatan menggunakan antibiotik dan konsumsin
obat anti virus. Antibiotik berfungsi untuk menyembuhkan infeksi menular seksual
karena bakteri dan parasit, termasuk gonore, sifilis, klamidia, dan trichomoniasis.
Sementara itu, mengonsumsi obat antivirus setiap hari mampu mengurangi risiko infeksi.
Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Mencegah penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:
•
Hindari melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang.
•
Rutin menjaga kebersihan vagina.
•
Selalu gunakan alat pengaman.
•
Vaksinasi.
Adapun pencegahan promotif dan preventif yang dapat dilakukan diantaranya:
1 . Melakukan penyuluhan terhadap remaja disekolah yg bertujuan mengedukasi siswa
tentang
PMS,dengan cara:
1) menjelaskan tentang struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan
2) menjelaskan cara menjaga organ reproduksi laki-laki dan perempuan
3) menjelaskan tentang kelainan pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan
4) menjelaskan tentang proses gametogenesis
5) menjelaskan tentang proses gametogenesis
6) menjelaskan tentang siklus normal menstruasi
7) menjelaskan tentang gangguan saat menstruasi
8) memberikan informasi tentang memilih pembalut yang sehat
9) mengajak siswa memilih pembalut yang sehat
10) mengajak siswa perempuan untuk mengganti pembalut sesering mungkin saat
menstruasi
11) melarang siswa melakukan seks pranikah
12) menjelaskan tentang metoda kontrasepsi
13) menjelaskan kegunaan alat-alat kontrasepsi
14) menyajikan materi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)
15) Menjelaskan tentang penyebab PMS
16) menjelaskan penularan PMS
17) menjelaskan tentang proses sebelum dan sesudah kelahiran
2.Melakukan penyuluhan trhadap masyarakat pasangan usia subur tentang penyakit
menular seksual(PMS). Baik dari segi pencegahan dan penularanya.
3. Mengajak masyarakat Wanita Usia Subur (WUS) untuk memberikan perlindungan
terhadap organ reproduksinya.
2.2 POHON MASALAH
Definisi Pohon Masalah Pohon masalah (problem tree)
merupakan sebuah pendekatan/ metode yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu
masalah. Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih
terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas masalah.
Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang. Batang pohon
menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab masalah inti, sedangkan
cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan
perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena komponen sebab akibat dalam pohon masalah
akan mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.
1) Contoh Kasus Dipuskesmas Wangi wangi
NY.’’A’’ datang ke puskesmas dengan keluhan pada daerah genitalianya,setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter di puskesmas,diketahui bahwa ibu tersebut menderita
penyakit menular seksual (PMS) yaitu Gonorhoe.Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang PMS.
2).Pohon Masalah
RADANG PANGGUL
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ
reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab paling sering
dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual.
Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang aktif berhubungan
seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul atau perut bagian bawah.
Kondisi ini perlu mendapat penanganan untuk mencegah terjadinya komplikasi, seperti
kehamilan di luar kandungan (ektopik) atau kemandulan (infertilitas).
Penyebab Radang Panggul
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari vagina
atau serviks (leher rahim) ke organ reproduksi yang lebih dalam, seperti rahim, tuba
falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung telur).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri penyebab infeksi
menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain
bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan oleh infeksi patogen lain, seperti
Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, Garnella vaginalis, atau Herpes simplex
virus 2 (HSV-2).
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami radang
panggul, yaitu:
•
•
Berusia 15–25 tahun dan aktif secara seksual
Pernah mengalami radang panggul atau infeksi menular seksual
•
Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
•
Berhubungan seksual tanpa kondom
•
Kerusakan pada serviks
Baru menjalani prosedur medis yang melibatkan proses pembukaan serviks, seperti
memasukkan alat kontrasepsi ke dalam rahim atau spiral
A. Gejala Radang Panggul
Pada tahap awal, umumnya radang panggul tidak menimbulkan gejala, sehingga sebagian
penderita tidak langsung menyadarinya. Seiring dengan perkembangan penyakit, akan
muncul gejala-gejala berikut:
•
Nyeri panggul atau perut bagian bawah
•
•
•
Nyeri ketika buang air kecil
Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
Keluar perdarahan di luar menstruasi atau setelah berhubungan seksual
•
Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih lama (menorrhagia)
•
Mual dan muntah
•
•
•
Demam
Mudah merasa lelah atau tidak enak badan
Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap, serta berubah warna menjadi
kekuningan atau kehijauan
B. Cara Pemeriksaan Radang Panggul
Pengambilan sampel cairan melalui tes usap (swab) pada vagina atau serviks dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri dan jenis bakteri dari sampel yang
diambil. Meski demikian, hasil positif dari tes ini tidak selalu menandakan seseorang
menderita radang panggul.
Oleh karena itu, dokter perlu melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang lain agar dapat
memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut meliputi:
•
•
Tes darah, untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi di dalam tubuh
Tes urine, untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi di saluran kemih, termasuk infeksi
menular seksual
•
Ultrasonografi (USG), untuk menilai ada tidaknya kelainan pada organ reproduksi
•
Laparoskopi, untuk melihat kondisi organ reproduksi bagian dalam dengan
memasukkan kamera mikro lewat pembedahan kecil pada perut
•
Biopsi rahim, untuk mendeteksi ketidaknormalan pada sampel jaringan dinding rahim
Pengobatan Radang Panggul
Pengobatan radang panggul bertujuan untuk mengatasi infeksi, meringankan gejala, serta
mencegah penyebaran infeksi, dan mencegah komplikasi. Berikut adalah langkah-langkah
pengobatan yang dapat dilakukan:
Komplikasi Radang Panggul
Jika tidak segera ditangani, radang panggul dapat menyebabkan beragam komplikasi,
antara lain:
•
Infertilitas atau kemandulan
•
•
Kehamilan ektopik
Terjadi abses pada ovarium atau tuba falopi
•
Nyeri panggul kronis
•
Sepsis
Pencegahan Radang Panggul
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya radang panggul, yaitu:
•
Jangan berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
•
•
•
Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
Periksa kesehatan rutin jika memiliki risiko tertular infeksi menular seksual.
Konsultasikan pilihan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi dengan dokter.
•
Bersihkan area kemaluan dari depan ke belakang dan jangan sebaliknya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dikalangan ibu2 dan anak
remaja. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi remaja tentang kesehatan
reproduksi dengan mengetahui kesehatan reproduksi remaja sedangkan arah
hubungan antara variabel searah yang berarti semakin baik persepsi tentang kesehatan
reproduksi maka semakin baik pula kesehatan reproduksinya. Jika di perkirakan
Pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukan penyuluhan
hanya dalam kategori kurang dan cukup yaitu masing-masing sebanyak 22 responden
(50,0%)\ dan tidak ditemukan responden dalam kategori baik. Pengetahuan
responden tentang kesehatan reproduksi setelah dilakukan penyuluhan terbanyak
adalah pada kategori pengetahuan baik yaitu sebesar 37 responden (84.1%).
Sedangkan sisanya sebanyak 7 responden (15,9%) dengan kategori pengetahuan
cukup dan tidak ditemukan pengetahuan dalam kategori kurang.. Ada perbedaan yang
bermakna antara pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi sebelum dan
setelah dilakukan penyuluhan dengan nilai p sebesar 0,000.
Download