LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ISPA A. Konsep Dasar ISPA 1. Pengertian ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atau maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun rietsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. (Alsagaff & Mukty, 2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Widoyono,2011). 2. Etiologi ISPA Ispa disebabkan beberapa hal : a. Bakteri meliputi Streptacoccus Diplococcus pyogenes, pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenze, dan lain – lain. b. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, dan lain – lain. c. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus, Metamyxovirus, Adenovirus, dan lain-lain d. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai peradangan parenkim. (Alsagaff & Mukty, 2010). 3. Patofisiologi Ispa Bakteri Virus (Streptococcus) (Mikrovirus, Adnovirus) Jamur ISPA Silia yang terdapat pada saluran pernapasan bergerak ke atas Reaksi Antibodi Antigen permukaan Radang pada saluran pernapasan atas Peningkatan produksi mukus Virus masuk ke faring Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Infeksi Tubuh mengigil dan demam Merusak lapisan epitel & mukosa saluran pernapsan Sakit saat mengunyah Iritasi Anoreksia Peningkatan Suhu Tubuh Peradangan Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh Batuk kering Nyeri Akut 4. menuhan Kebutuhan Oksigenasi a. Pengertian Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. (Sulistyo Andarmoyo, 2012). Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti: pergerakkan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang. b. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan 1) Hiperventilasi Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang daripada yang dihasilkan. 2) Hipoventilasi Hipoventilasi adalah penurunan pergerakkan udara masuk dan keluar dari paru. Denga hipoventilasi, CO2 sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia (hiperkapnia). 3) Hipoksia Hipoksia adalah suatu kondisi ketidak cukupan oksigen ditempat manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua bagian dalam proses tersebut. (Kozier, 2010). 5. anifestasi Klinis Ispa Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: a. Retinitis b. Nyeri tenggorakan c. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putih kental. d. Nyeri retrostenal dan konjungtivitis. e. Suhu badan meningkat antara 4 – 7 hari f. Malaise g. Mialgia, nyeri kepala h. Anoreksia, mual i. Muntah – muntah dan insomnia. j. Kadang – kadang dapat juga terjadi diare k. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan bahwa penyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010). 6. Penatalaksanaan Ispa a. Penatalaksanaan Medis 1) Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol, Metampiron Antitusif Noskapin Antibiotik 2) Vitamin C : Kodein – HCL, b. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Kompres air hangat/dingin 2) Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu 3) Inhalasi buatan 4) Fisioterapi dada 7. Pemeriksaan penunjang Ispa Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan, yaitu : a. Biakan Virus Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB). b. eaksi Serologis Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA. c. Diagnostik Virus secara langsung Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat didentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia, mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010). 8. Komplikasi Ispa Komplikasi yang sering terjadi antara lain : a. Otitis media. b. Sinusitis. c. Bronchitis. d. Bronkopneumonia. e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010). 9. Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain : a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningat, sehingga dapat mencegah vius / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. b. Imunisasi Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak – anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus / bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri diudara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang diudara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Konsep dasar keluarga a. Pengertian Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. (Allender dan Spradley, 2001). Keluarga adalah dua atau lebih indvidu yang berasal dari sekelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikaatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya. (Stanhope dan Lancester, 1996) Jadi kesimpulannya keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, ikatan emosional yang mempunyai peran masing – masing dalam keluarga. b. Tipe Keluarga Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2013). 1) Tradisional a) The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. b) The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah. c) Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dan anak sudah memisahkan diri. d) The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir / pendidikan yang terjadi pada wanita. e) The extended family Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek), keponakan. f) The single – parent family Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini yang terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan). g) Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu – waktu tertentu. h) Multigenerational family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. i) Kin – network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televii, telepone, dan lain – lain. j) Blended family Duda atau janda (karena perceraian) yang menikh kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya. k) The single adult living alone / single – adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian, atau ditinggal mati. 2) Non Tradisional a) The un maried teenage mother Kelurga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)dengan anak dari hubungan tanpa nikah. b) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri. c) Commune family. Bebrapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman, yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama. d) The nonmarital heterosexual cohabiting family. Keluarga yang hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melaui pernikahan. e) Gay and lesbian familes Seseoarng yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagimana ‘marital partners’. f) Cohabitating family Orang deawas yang hidup bersama diluarg ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. g) Group - marriage family Beberapa orang deawasa yang menggunakan alat – lat rumah tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai seuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya. Group network family. h) Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai – nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya. i) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga / saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. j) Homeless family. Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis peronal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. k) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang muda yang mencarai ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. c. Fungsi Keluarga 1) Friedman (1998) Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut : a) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lan. b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi keutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. 2) UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994 Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut : a) Fungsi keagamaan (1) Membina norma ajaran – ajaran agama sebagai dasar tujuan hidup seluruh anggota keluarga. (2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari – hari kepada seluruh anggota keluarga. (3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari – hari dalam pengalaman dari ajaran agama. (4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat. (5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. b) Fungsi budaya (1) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma – norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. (2) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (3) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia. (4) Membina tugas – tugas keluarga sebagai lembaga yang baik sesuai dengan norma bangsa indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera. c) Fungsi cinta kasih (1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga kedalam simbol – simbol nyata secara optimal dan terus-menerus. (2) Membina tingkah laku saling menyangani baik antar anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif. (3) Membina pratik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang. (4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. d) Fungsi perlindungan (1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga. (2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. (3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. e) Fungsi reproduksi (1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya. (2) Membina contoh pengalaman kaidah – kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental. (3) Mengamalkan kaidah – kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. (4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. f) Fungsi sosialisasi (1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama. (2) Menyadari, merencanakan dan mencipatakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. (3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal – hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedawasaan (fisik dan mental), yang tidak kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat. (4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. g) Fungsi ekonomi (1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. (2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. (3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. (4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. h) Fungsi pelestarian lingkungan (1) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga. (2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan eksternal keluarga. (3) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (4) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. 3) Effendy (2012 : 36) Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah : a) Asih, adalah memberikan kash sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. b) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. c) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. d. Struktur keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantaranya adalah : 1) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. 4) Keluarga kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. e. Peran Keluarga Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain adalah : 1) Ayah Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. 2) Ibu Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. 3) Anak Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual. f. Tahap Perkembangan Keluarga 1) Duvall (1985) Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu : a) Keluarga baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah : (1) Membina hubungan intim yang memuaskan. (2) Menetapkan tujuan bersama. (3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. (4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB. (5) Persiapan menjadi orang tua. (6) Memahami prenatal care (pengerian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua). b) Keluarga dengan anak pertama < 30 bln (Child Bearing) Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan meniimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah : (1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan). (2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. (3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan. (4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan perkembangan anak. (5) Konseling KB post partum 6 minggu. (6) Biaya / dana Child Bearing. dan (7) Memfasilitasi role learing anggota keluarga. (8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. c) Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. (2) Membantu anak bersosialisasi. (3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi. (4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun diluar keluarga. (5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak. (6) Pembagian tanggung jawab. (7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak. d) Keluarga dengan anak usia sekolah (6 – 13 th) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas. (2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual. (3) Menyediakan aktifitas untuk anak. (4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak. (5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. e) eluarga dengan anak remaja (13 – 20 th) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi). (2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah pergaulan komunikasi). (3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga. (4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. f) Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. (2) Mempertahankan keintiman. (3) Membantu orang tua memasuki masa tua (4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat (5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga g) Keluarga usia pertengahan (Midle age family) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu santai. (2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua. (3) Keakrapan dengan pasangan. (4) Memelihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga. (5) Persiapan masa tua / pensiun h) Keluarga lanjut usia Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : (1) Penyesuian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup. (2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan n. (3) Mempersiapkan kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian. (4) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat. (5) Melakukan life review masa lalu. 2) Carter & Mc Goldrick (1989) Membagi keluarga dalam 5 tahap perkembangan, yaitu : a) Keluarga antara (masa bebas / pacaran) dengan usia dewasa muda. b) Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan. c) Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah). d) Keluarga yang memiliki anak dewasa. e) Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah. f) Keluarga lansia C. Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap pengakajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga. (Setiadi, 2008). Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan : a. Wawancara Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan komunikasi / wawancara disini adalah : 1) Mendapatkan informasi yang diperlukan 2) Meningkatkan hubungan perawat – keluarga dalam komunikasi. 3) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. b. awancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungannya dengan kejadian – kejadian pada waktu lalu dan sekarang: 1) Pengamatan Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal – hal yang tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan). 2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan. 3) Pengkajian asuhan keperawata keluarga menurut teori / model Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu : a) Data Umum (1) Identitas kepala keluarga : (a) Nama kepala keluarga (KK) : (b) Umur (KK) : (c) Pekerjaan kepala keluarga (KK : (d) Pendidikan kepala keluarga (KK) : (e) Alamat dan nomor telepone (2) Komposisi anggota keluarga : : (3) Genogram Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbol berbeda (Friedman, 1998) seperti: Laki – laki : Perempuan : Meninggal dunia : Tinggal serumah : ...................... Pasien yang di dentifikasi : Kawin: Cerai : Anak adopsi : Aborsi / keguguran : (4) Tipe keluarga : (5) Suku bangsa : (a) Asal suku bangsa keluarga. (b) Bahasa yang dipakai keluarga. (c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan. (6) Agama : (a) Agama yang dianut keluarga. (b) Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga. (7) Status sosial ekonomi keluarga : (a) Rata – rata penghasilan seluruh anggota keluarga. (b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan. (c) Tabungan khusus kesehatan. (d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi). (e) Aktifitas rekreasi keluarga. b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. (1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan anak tertua). (2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. (3) Riwayat keluarga saat ini : (a) Riwayat terbentuknya keluarga inti. (b) Penyakit yang diderita keluarga prang tua (adanya penyakit menular atau penyakit menular di keluarga). (4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) : (a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga. (b) Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan. c) Lingkungan : (1) Karasteristik rumah. (2) Ukuran rumah (luas rumah). (3) Kondisi dalam dan luar rumah : (a) Kebersihan rumah. (b) Ventilasi rumah. (c) Saluran pembuangan (d) Air bersih. air limbah (SPAL). (e) Pengelolaan sampah. (f) Kepemilikan rumah. (g) Kamar mandi / WC. (h) Denah rumah. (4) Karasteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal: (a) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja. (b) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat. (c) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. (d) Mobilitas geografis keluarga : (e) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. (f) Sistem pendukung keluarga Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah. d) Struktur keluarga (1) Pola komunikasi keluarga : (a) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga. (b) Cara keluarga memecahkan keluarga. (2) Struktur kekuatan keluarga : (a) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah. (b) Power yang dgunakan keluarga. (3) Struktur peran (formal dan informal) (a) Peran seluruh anggota keluarga (b) Nilai dan norma keluarga (4) Fungsi keluarga (a) Fungsi afektif (b) Fungsi sosialisasi (5) Fungsi perawatan keluarga (a) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota (bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi / promosi). (b) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan tahap II (berdasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan). (6) Stress dan koping keluarga (a) Stressor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan keluarga. (b) Respon keluarga terhadap stress. (c) Strategi koping yang digunakan. (d) Strategi adaptasi yang disfungsional: (e) Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif. (7) Pemeriksaan fisik (head to toe) (a) Tanggal pemeriksaan fisik yang dilakukan. (b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga. (c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT, leher, thoraks, abdomen, ekstrimitas atas dan bawah, sistem genetilia. (8) Harapan keluarga (a) Terhadap masalah kesehatan keluarga. (b) Terhadap petugas kesehatan yang ada. Pedoman Pengakajian Tahap II 1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah, seperti : a) Persepsi terhadap keparahan penyakit. b) Pengertian. c) Tanda dan gejala. d) Faktor penyebab. e) Persepsi keluarga terhadap masalah. 2) Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. b) Masalah dirasakan keluarga. c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami. d) Sikap negatif terhadap e) Kurang percaya f) Informasi yang salah. terhadap masalah kesehatan. tenaga kesehatan. 3) Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi : a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit. b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. c) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga. d) Sikap keluarga terhadap yang sakit. 4) Ketidak mampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi: a) Keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan. b) Pentingnya hygiene sanitasi. c) Upaya pencegahan penyakit. 5) Ketidak mampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi : a) Keberadaan fasilitas kesehatan. b) Keutungan yang didapat. c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan. d) Pengalaman keluarga yang kurang baik. e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga. 2. Diagnosa Keperawatan (menjelaskan jenis diagnosa keperawatan aktual, risiko, dan potensial / sejahtera). Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain.: a. Analisa data Setelah data terkempul maka selanjutnya dilakukan analisa data, yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara menganalisa data adalah : 1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian. 2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual. 3) Mengembangkan standart. 4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan. 5) Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu : a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang meliputi : (1) Keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial anggota keluarga. (2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga. (3) Keadaan gizi anggota keluarga. (4) Status imunisasi anggota keluarga. (5) Kehamilan dan KB. b) Keadaan rumah dan saritasi lingkungan, yang meliputi : (1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya. (2) Sumber air minum. (3) Jamban keluarga. (4) Tempat pembuangan air limbah. (5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya. c) Karakteristik keluarga, yang meliputi : (1) Sifat-sifat keluarga. (2) Dinamika dalam keluarga. (3) Komunikasi dalam keluarga. (4) Interaksi antar anggota keluarga (5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga (6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga Dalam proses analisa, data dikelompokka menjadi 2 yaitu data subyektif dan objektif NO DATA ETIOLOGI MASALAH Data subyektif : Data objektif : Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton. b. Masalah (problem) Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan 1sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam setiadi (2008) adalah sebagai berikut : 1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis lingkungan) (1) Resiko terhadap cidera (2) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit) 2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi a) Komunikasi keluarga disfungsional (1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran (a) Berduka dan diantisipasi (b) Berduka disfungsional (c) Isolasi sosial (d) Perubahan dalam proses keluarga (e) Potensial peningkatan menjadi orang tua (f) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua) (g) Perubahan penampilan peran (h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (i) Gangguan citra tubuh (2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif (a) Perubahan proses keluarga (b) Perubahan menjadi orang tua (c) Potensial peningkatan menjadi orang tua (d) Berduka yang diantisipasi (e) Koping keluarga tidak efektif, menurun (f) Resiko terhadap tindakan kekerasan (3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial (a) Perubahan proses keluarga (b) Perilaku mencari bantuan kesehatan (c) Konflik peran orang tua (d) Perubahan menjadi orang tua (e) Potensial peningkatan menjadi orang tua (f) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan (g) Perubahan pemeliharaan kesehatan (h) Kurang pengetahuan (i) Ketidakpatuhan (j) Gangguan identitas pribadi (4) Diagnosa keperawatan keluarga pada fungsi keperawatan keluarga (a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan (b) Perilaku mencari pertolongan kesehatan (c) Resiko terhadap penularan penyakit (5) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping (a) Potensial peningkatan koping keluarga (b) Koping keluarga tidak efektif. c. Penyebab (etiologi) Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga, yaitu : 1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat 3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda 4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada) d. Tanda (sign) Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang dimanifestasikan dengan”. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu : 1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan ciri dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem, etiologi dan simpton. 2) Resiko (ancaman kesehatan) Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah problem dan etiologi. Ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. 3) Wellnes (keadaan sejahtera) Keputusan klinik tentang keadaan keluarga dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Ada 2 kunci yang harus ada dalam diagnosa ini, yaitu : (1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi (2) Adanya status dan fungsi yang efektif 4) Sindrom Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu. Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu : a) Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome) Pada kelompok ini menunjukan adanya tanda dan gejala, seperti cemas, takut, sedih, gangguan tidur dan lain-lain. b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome) Misalnya resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain. e. Perioritas Masalah Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut: 1) Tentukan skor untuk tiap kriteria. 2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot. Skor X Bobot Angka tertinggi 3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria. 4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot. Kriteria Bobot Skor Sifat Masalah 1 Aktual: 3 Risiko : 2 Potensial: 1 Kemungkinan 2 masalah Mudah: 2 Sebagian: untuk 1 dipecahkan Tidak dapat:0 Potensi 1 Tinggi : 3 masalah Cukup : 2 untuk dicegah Rendah:1 Manonjolnya masalah 1 Segera diatasi : 2 Tidak segera diatasi : 1 Tidak dirasakan adanya masalah:0 3. Perencanaan Keperawatan (dimulai dari penapisan dan perencanaan keperawatan) Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang / pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. a. Tujuan jangka panjang Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari. Pencantuman jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Bapak A dapat merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit. b. Tujuan jangka pendek Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan. Contoh : 1) Keluarga Bapak A dapat mengenal dampak permasalahan penyakit Ibu A tidak segera diobati. 2) Bayi yang belum diimunisasi dari keluarga tersebut harus segera diberi imunisasi BCG, DPT dan Polio. 3) Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah: a) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai. c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak (keluarga dan perawat). d) Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi. c. Penetapan Kriteria dan Standar Merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor – faktor yang dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Bentuk dari standar dan kriteria ini adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor. Tabel 2.3 Kriteria dan Standart dalam rencana keperawatan keluarga N Kriteria Pengetahuan Pengetahuan a. Keluarga o 1 mampu menyatakan pengertian hipertensi secara umum b. Keluarga mampu menyebutkan jenis makanan yang dapat menurunkan hipertensi dan juga meningkatkan tekanan darah c. Keluarga dapat menyebutkan akibat jika tekanan darah tidak terkontrol secara rutin. d. Keluarga mampu melakukan pemeriksaan tekanan darah sendiri. 2 Sikap a. Keluarga memutuskan mampu untuk membuat rencana kontrol setiap 2 minggu sekali ke puskesmas. b. Keluarga mampu membuat rencana membeli tensi sendiri. Psikomotor a. Keluarga menyediakan 3 mengurangi jenis makanan yang dapat darah tinggi. b. Keluarga dapat mengolah makanan yang mengurangi darah tinggi. c. Keluarga mampu melakukan pengukuran tekanan darah sendiri. d. Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang bertujuan : Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: 1) Memberi informasi yang tepat. 2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan. 3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan masalah. e. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat, dengan cara : 1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan. 2) Mengidentifikasi sumber – sumber yang dimilki keluarga. 3) Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan f. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit, dengan cara : 1) Mendemontrasikan cara perawatan. 2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah. 3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan. g. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara : h. 1) Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga. 2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. Memotivasi keluarga untuk memanfaaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara : 1) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 2) Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat. 4. Tindakan Keperawatan Keluarga Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan tim perawatan kesehatan di rumah. Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu: a. Tahap 1 : Persiapan Persiapan ini meliputi kegiatan – kegiatan : 1) Kontrak dengan keluarga (kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya, materi yang akan di diskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapatkan informasi). 2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan. 3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif. 4) Mengidentifikasi aspek – aspek hukum dan etik. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. b. Tahap 2 : Intervensi Tindakan keperawatan keluarga berdasrkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional adalah : 1) Independent Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan independent keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu : a) Tindakan diagnostik (1) Wawancara dengan klien. (2) Observasi dan pemeriksaan fisik. (3) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb) dan membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut. b) Tindakan terapeutik Tindakan untuk mencegah mengurangi, dan mengatasi masalah klien. Misalnya : Untuk mencegah gangguan integritas kulit dengan melakukan mobilisasi dan memberikan bantal air pada bagian tubuh yang tertekan. Contoh penulisian : 11/10/2014 Lakukan mobilisasi klien tiap 2 jam dan beri bantal air pada bagian tubuh yang tertekan. c) Tindakan edukatif Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien. Misalnya : Perawat mengajarkan kepada klien cara injeksi insulin. Contoh penulisan : 11/10/2019 mengajarkan klien cara injeksi insulin. d) Tindakan merujuk Tindakan kerja sama denga tim kesehatan lainnya. Contoh penulisan : 11/10/2019 Konsul dengan ahli terapi fisik mengenai kemajuan klien menggunakan walker pada tanggal 12/10/2009. 2) Interdependent Adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter dan yang lainnya. Misalnya dalam hal : Pemberian obat – obatan sesuai dengan terapi dokter. Jadi jenis, dosis, efek samping menjadi tanggung jawab dokter, tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi tanggung jawab rencana tindakan medis. perawat.Dependent Adalah pelaksanaan Misalnya dokter menuliskan “perawatan kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari klien. c. Tahap 3 : Dokumentasi Pelaksanaan tindakan kepearwatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. 5. Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetaptakan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan. a. Tahap Evaluasi Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan sumatif (dilakukan selama keperawatan) dan proses auhan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. 1) Evaluasi Berjalan (Sumatif) Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasikan kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP. 2) Evaluasi Akhir (Formatif) Eveluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu di tinjau kembali, agar didapat data – data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi b. Metode evaluasi Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah : c. 1) Observasi langsung 2) Wawancara 3) Memeriksa laporan 4) Latihan stimulasi Mengukur pencapaian tujuan keluarga Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi : 1) Kognitif (pengetahuan) Lingkup evaluasi pada kognitif adalah : a) Pengetahuan keluarga penyakitnya. b) Mengontrol gejala – gejalanya. c) Pengobatan. mengenai d) Diet, aktifitas, persediaan alat – alat. e) Risiko komplikasi. f) Gejala yang harus dilaporakan. g) Pencegahan. Informasi ini dapat diperoleh dengan cara : a) Interview, dengan cara : (1) Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang sudah diajarkan. (2) Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi yang spesifik dengan kata – kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri). (3) Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tindakan yang tepat terhadap apa yang ditanyakan. b) Kertas dan pensil Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi pengetahuan keluarga terhadap hal – hal yang telah diajarkan. 2) Afektif (status emosional) Dengan cara observasi secara langsung, yaitu dengan cara observasi eksperesi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada waktu melakukan wawancara. 3) Psikomotor Adalah dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan yang diharapkan. d. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu : a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga rencana mungkin dihentikan. b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan berhasil. c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga perlu : a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat. b) Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realitis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh perawat. c) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan sebelmnya.