Mereka yang Sering Terlupakan Kristoforus Bimo Rosarian/0255303219 i. ii. iii. Sasaran: Ibu-ibu WKRI Cabang Paroki Kelapa Gading Tempat: Webinar Online via zoom Meeting Waktu Pelaksanaan: Jumat, 18 Desember 2020 (Pukul 10.00-12.00) A. Gagasan Pokok Setiap tanggal 3 Desember, dunia internasional mempertingati Hari disabilitas Internasional. Adapun peringatan ini ingin menegaskan kembali hak-hak yang seharusnya didapatkan para penyandang disabilitas. Sejalan dengan hari disabilitas internasional ini berita yang akan dilampirkan mengajak kaum disabilitas untuk terlibat aktif dalam masyarakat. Hal ini rasanya perlu dikritisi bersama, sebab masalah utama bagi kaum disabilitas bukan terletak pada hal tersebut. Masalah utama terletak pada minimnya fasilitas dan juga stifma negatif atau perilaku diskrimintatif dari masyarakat sekitar. Sebagai suatu contoh Kota Jakarta yang adalah Kota yang begitu besar, bisa dibilang kurang memadai dalam hal fasilitas bagi kaum disabilitas maupun kaum difabel. Hal ini diperparah lagi dengan perilaku diskriminatif yang tercermin dari masyarakat sekitar yang kurang paham akan fasilitas untuk kaum disabilitas. Trotoar di jalan raya misalnya memang sudah memiliki jalan khusus bagi mereka yang tuna netra, namun faktanya sering terlihat sepeda motor yang menggunakannya. Hal tersebut dapat merusak fasilitas bagi kaum disabilitas itu. Ada juga, kesulitan untuk mendapat pendidikan bagi kaum disabilitas. Mereka yang mengalami gangguan mental ataupun fisik cenderung memperoleh diskriminasi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Berdasar fakta dari permasalahan yang ditawarkan diskriminasi dan juga minimnya fasilitas mencerimnkan kurang pekanya rasa kemanusiaan kita sebagai sesama manusia. Egoisme yang membuat banyak orang cenderung repot pada diri sendiri membuat kita melupakan kaum disabilitas yang perlu disapa dan diperhatikan. Oleh karena itu kita diajak untuk kembali merenungkan Injil Markus 2:1-12. Perikop “Orang lumpuh disembuhkan” mengajak kita unutk merefleksikan salah satu inti dari iman kita. Rasa solidaritas tergambar sangat jelas dalam perikop tersebut. Hal ini yang cenderung dilupakan oleh manusia zaman sekarang. Kedatangan Yesus di Kapernaum sungguh membawa sukacita bagi semua, akan tetapi mereka tidak pernah melupakan sesama mereka yang sedang sakit. Hal itu terlihat dari empat orang yang menggotong seorang yang lumpuh (Markus 2: 3). Kehadiran Yesus mengobarkan semangat bela rasa dalam hati empat orang tersebut. Rasa bela rasa itu tumbuh dalam harapan agar sesama mereka ini sembuh. Rasa bela rasa inilah yang membuat mereka berani bertindak nekat dengan membuka atap dan menurunkan orang lumpuh ini kehadapan Yesus. Rasa bela rasa inilah yang seharusnya kembali ditumbuhkan di zaman sekarang. Perikop ini secara tidak langsung menegaskan kembali inti ajaran Krisitiani yang dirumuskan secara baik oleh Kardinal Suharyo dengan “Makin beriman, Makin bersaudara, Makin berbelarasa”. Melalui Injil dan rumusan iman ini, sudah seharusnya kita meninggalakn keegoisan kita. Ambil waktu untuk meninggalkan kepentingan pribadi dan membuka hati bagi mereka yang membutuhkan secara khusus bagi kaum disabilitas. Kita semua harus memiliki andil dalam menjadi saudara bagi mereka dan juga memiliki andil dalam mempermudah kehidupan mereka. Hilangkanlah ego tetapi tumbuhkanlah semangat untuk semakin mencintai sesama yang dapat diwujudkan dalam memanusiakan kaum disabilitas. B. Proses Katekese Sosial 1. Langkah mengangkat masalah aktual Masyarakat (10 Menit) Dalam langkah ini, pertama-tama akan dilakukan perkenalan secara singkat dari pembawa materi dengan peserta. Selanjutnya untuk memperkenalkan masalah yang mau diangkat pembawa materi akan berangkat dari pengalaman pribadi dengan kaum disabilitas. Pengalaman itu berupa kisah disaat memiliki teman disabilitas yang cenderung menerima perilaku diskriminatif. Melalui pengalaman pribadi peserta yang adalah ibu-ibu WKRI saya kira akan cenderung lebih mudah menangkap inti permasalahan. 2. Langkah memberi tanggapan spontan (15 Menit) Dalam langkah ini, peserta diminta untuk memberikan tanggapan terkait pengalaman yang telah disharingkan. Tanggapan bisa berupa komentar, perasaan, ataupun pengalman serupa yang dimiliki oleh peserta. 3. Langkah memetakan masalah (5 menit) Langkah ini berangkat dari hasil tanggapan spontan terlebih jika ada satu atau dua ibu yang telah menceritakan pengalaman mereka bersama kaum disabilitas. Dari pengalamanpengalaman itu, saya akan mengajak peserta untuk menemukan inti atau pokok permasalahan yang mirip dan kerap kali terulang. Hal itu bisa berupa kurangnya fasilitas, kebingungan menghadapi kaum disabilitas, stigma negatif yang kerap kali muncul, ataupun sikap diskriminatif yang kerap kali terjadi. 4. Langkah memilih pokok masalah (5 menit) Dalam langkah ini, saya akan mencoba untuk mengerucutkan pokok-pokok masalah yang telah muncul. Pokok masalah itu terletak pada sikap diskriminatif yang dialami oleh kaum disabilitas. Sikap diskriminatif inilah yang kerap kali terjadi dan menodai martabat kaum disabilitas. 5. Melihat peristiwa dalam masyarakat (25 menit) Berdasar masalah pokok yaitu sikap diskriminatif tersebut, dalam langkah ini saya akan memperlihatkan secara jelas bentuk konkret dari sikap diskriminatif itu. Contoh-contoh melalui video Youtube: https://www.youtube.com/results?search_query=diskriminatif+disabilitas https://www.youtube.com/watch?v=O9_h87W1ejA dari kedua video diatas peserta dapat melihat bagaimana sikap diskriminatif itu mudah sekali terjadi dalam keseharian hidup masyarakat. 6. Membuat analisa sederhana (10 menit) Melalui tema besar sikap diskriminatif dan juga dari video tersebut, saya mencoba mengajak peserta untukmenemukan apa penyebab dari sikap diskriminatif tersebut. Dalam langkah ini saya akan mencoba menegaskan, sebagai seorang ibu silahkan ibu-ibu sekalian berimajinasi menjadi ibu dari saudar kita para penyandang disabilitas. Dari imanjinasi itu perlahan-lahan peserta diajak untuk merefleksikan juga dunia di masa sekarang dimanan keegoisan manusia sangat tinggi. Saya kedua hal ini, perlahan-lahan membantu peserta dalam menyadari kurangnya kepekaan yang menjadi akar dari sikap diskriminatif. 7. Memilih dan merenungkan sabda Tuhan (15 menit) Permenungan dapat diambil dari Injil Markus 2:1-12, tentang “orang lumpuh yang disembuhkan”. Permasalahan kurang pekanya kehidupan manusia di era ini dapat dicerminkan dalam perikop tersebut. Perikop ini menggambarkan bahwa sejak zaman Yesus para pengikut Yesus tidak pernah lupa dengan sesamanya. Hal ini tergambar dari empat orang yang rela dan setia membawa sesama mereka yang lumpuh kepada Yesus Kristus. Rasa solidaritas dalam perikop ini sangatlah terasa, dan hal inilah yang dipuji oleh Yesus sendiri. Rasa solidaritas inilah yang bisa menjadi jawaban dalam sikap diskriminatif yang dialami oleh para penyandang disabilitas. Melalui perikop ini, perserta diajak untuk memiliki kesadaran bahwa sebagai Katolik kita itu harus “Makin beriman, Makin bersaudara, dan makin berbela rasa.” Inilah yang menjadi tiupan rohani yang perlu didalami dalam karya mereka terlebih untuk menumpas sedikit demi sedikit diskriminatif penyandang disabilitas. 8. Memperbaharui diri (15 menit) Dari hasil analisa dan berdasar sabda Tuhan, saya mencoba memberi tawaran untuk peserta dalam memperbaharuhi diri. Pertama, pembaharuan secara pribadi bisa diwujudkan dengan menumbuhkan kepekaan dalam diri. Hal ini bisa dilakukan melalui menggali informasi tentang kaum disabilitas dan sedia dan sigap menolong jika berjumpa dengan mereka dalam keseharian. Kedua, pembaharuan juga dapat dilakukan sebagai bentuk pergerakkan organisasi WKRI cabang Kelapa Gading. Hal ini bisa sejalan juga dengan semangat arah dasar KAJ untuk mewujudkan keadilan sosial bagi sesama. Sebagai suatu organisasi dapat dan pelu diagendakan mengenai tindakan kasoh bagi mereka kaum disabilitas. Dua ajakan itu akan saya sampaikan, akan tetapi saya mencoba memberikan waktu untuk sharing apakah ada saran-saran lain yang bisa menindaklanjuti perwujudan dari hal tersebut. Mungkin bisa berupa WKRI cabang Kelapa Gading menggagas misa bagi saudara-saudara kita yang tergolong sebagai kaum disabilitas. Diskusi akan hal tersebut mengakhiri perjumpaan dalam katekese sosial ini. Ditutup dengan lagu “Mereka adalah Kita” https://www.youtube.com/watch?v=N7L-Swalq3s Sumber https://www.youtube.com/results?search_query=diskriminatif+disabilitas https://www.youtube.com/watch?v=O9_h87W1ejA https://www.youtube.com/watch?v=N7L-Swalq3s https://nasional.kompas.com/read/2020/07/08/08395101/pemenuhan-hak-kelompokdifabel-harus-jadi-perhatian?page=all Lampiran Berita Utama Sejarah Hari Disabilitas Internasional dan Upaya Memenuhi Hak Penyandang Disabilitas...1 Kompas.com - 03/12/2020, 15:56 WIB KOMPAS.com - Hari Disabilitas Internasional (HDI) diperingati setiap 3 Desember. Tujuan diperingatinya Hari Disabilitas Internasional (HDI) yakni untuk memberikan dukungan dan mencapai hak-hak yang seharusnya didapatkan para penyandang disabilitas. Atau dengan kata lain, tujuan HDI yakni untuk mendukung penuh kesetaraan para penyandang disabilitas dan untuk mengambil tindakan agar penyandang disabilitas diikutsertakan dalam semua aspek masyarakat dan pembangunan. Mengutip un.org, para penyandang disabilitas masih mengalami diskriminasi atau dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Bahkan, pandemi Covid-19 semakin memperparah kesenjangan tersebut. Baca juga: Hari Diabetes Sedunia 14 November: Makna, Simbol, dan Sejarahnya... Tahun ini, tema Hari Disabilitas Sedunia adalah Building Back Better: toward a disability-inclusive, accessible and sustainable Covid-19 World, atau membangun kembali kehidupan yang lebih baik, lebih inklusif, lebih berkelanjutan di masa pandemi Covid-19. Peringatan HDI untuk mengkampanyekan hak-hak penyandang disabilitas ini dimulai dari Resolusi Majelis Umum PBB 47/3 pada 1992. Dengan adanya peringatan HDI, diharapkan bahwa penyandang disabilitas dapat lebih berpartisipasi dalam masyarakat. Baca juga: Viral Video Pria Penyandang Disabilitas Jatuh dari Kursi Rodanya Saat Unjuk Rasa, Bagaimana Cerita Sebenarnya? Data penyandang disabilitas Lihat Foto Foto : Yenti Selus, penyandang disabilitas asal Kampung Parang, Desa Golo Ndele, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT saat menganyam kerajinan tangan dari rotan, Senin (29/6/2020).(Kompas.com/Nansianus Taris ) Melansir Kompas.com (3/12/2020), Indonesia belum banyak memiliki data terperinci mengenai penyandang disabilitas. Namun, menurut riset Badan Pusat Statistik (BPS), populasinya mencapai 9,6 juta jiwa. Minimnya data terkait 1 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Hari Disabilitas Internasional dan Upaya Memenuhi Hak Penyandang Disabilitas...", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/03/155600665/sejarah-hari-disabilitas-internasional-dan-upayamemenuhi-hak-penyandang?page=all#page4. Penulis : Tita Meydhalifah Editor : Sari Hardiyanto penyadang disabilitas ini dibenarkan oleh Sunarman Sukamto, staf ahli madya Bidang Hukum dan HAM Kantor Staf Presiden (KSP). Menurutnya, memang sudah ada data mengenai penyandang disabilitas di tingkat nasional yang dikumpulkan oleh berbagai lembaga. Namun, data tersebut belum menyentuh hingga tingkat kelurahan. Baca juga: 6 Bantuan Pemerintah di Tengah Pandemi Corona, dari Kartu Prakerja hingga Pulsa Rp 400.000 Keberadaan data ini sangat penting untuk mengetahui apakah penyandang disabilitas terpapar Covid-19 dan seberapa besar bantuan yang seharusnya diterima. Meskipun belum banyak data yang terkumpul, baik pemerintah maupun masyarakat setidaknya telah mulai memperhatikan hak para penyandang disabilitas. Untuk merespons kondisi Covid-19, Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengeluarkan pedoman khusus bagi penyandang disabilitas. Baca juga: Bansos Pekerja Rp 600.000, Bagaimana dengan yang Bukan Peserta BPJS Ketenagakerjaan? Fasilitas khusus Selain itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga memanfaatkan juru bicara bahasa isyarat ketika memberikan informasi terkait Covid-19. Pemerintah juga memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mempermudah aktivitas mereka di ruang publik. Salah satunya adalah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menyediakan 26 unit layanan Transjakarta Cares untuk memfasilitasi penyandang disabilitas yang ingin bepergian. Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya? Melansir website Kemensos, berikut ini adalah rangkaian acara Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2020 yang digelar Kemensos mulai 18 November hingga 3 Desember 2020. Peluncuran website Creative Disabilities Gallery digelar pada 18 November 2020. Opening Ceremony dan konferensi pers digelar pada 18 November 2020. Disabilities Show (Variety Show) digelar pada 30 November hingga 3 Desember 2020. Creative Disabilities Award digelar pada 18 November hingga 3 Desember 2020. Key Opinion Leader Support digelar pada 18 November hingga 3 Desember 2020. Acara Puncak HDI 2020 akan digelar pada 3 Desember 2020.