Uploaded by User59919

paradigma

advertisement
pada waktu Anton Boisen pertama kali menyarankan agar pendeta-pendeta
seharusnya memasukkan kajian atas dokumen-dokumen yang hidup ke dalam
persiapan pelayanan mereka sebagai pendeta ia mengusulkan sebuah analogi yang
implikasi-implikasi nya tidak pernah dikembangkan sepenuhnya boysen umumnya
diakui sebagai pendiri dan pendidik klinis pastoral atau clinical pastoral education di
Amerika oleh oleh karena itu ia merupakan satu dari antara para perintis gerakan
konseling pastoral abad ke-20 walaupun demikian konseling pastoral bukanlah
perhatian utamanya perhatiannya yang lebih mendasar ialah bahwa usaha-usaha untuk
mengaktifkan bahasa teologis jangan sampai kehilangan bertahan dengan data konkret
pengalaman manusia yang khawatir bahwa mahasiswa mahasiswi nari dan pendetapendeta telah mempelajari bahasa teologi tanpa pertanian dengan kata konkret
pengalaman manusia dalam sudut pandang Boisen yang dapat memulihkan pertalian
itu hanyalah studi sistematis dan teliti atas kehidupan orang-orang yang sedang
bergumul dengan pokok-pokok kehidupan rohani di dalam kekonkretan hubungan
sosial mereka bagi boysen hal ini berarti studi atas dokumen-dokumen yang hidup
dengan
memprioritaskan
studi
terhadap
pengalaman
religius
yang
konkrit
menyingkapkan pertaniannya dengan tradisi psikologi agama yang dibentuk pada akhir
abad ke-19
Dan awal abad ke-20 oleh William James Edwin starbug James hall dan yang dan yang
lain-lainnya tradisi itu terbukti dalam pengutamaan yang diberikan boisen pada
pertanyaan tentang bagaimana fungsi-fungsi pengalaman religius di dalam membentuk
tanggapan orang-orang terhadap masalah-masalah kehidupan merekawalaupun
demikian studi yang dimaksudkan boysen bukanlah sekedar studi atas pengalaman
religius aja perhatian rusaknya disertai oleh perhatian yang mendalam terhadap
kesejahteraan orang-orang yang bermasalah saya tidak ingat apakah bus yang pernah
menggunakan istilah konseling pastoral namun jelas lah kegiatan yang disebut dengan
nama itu bukan hanya menjadi perhatian bagi nya tetapi jugamempunyai makna religius
yang dalam baginya beberapa tahun kemudian ia secara tajam mengkritik keterlibatan
pengikut-pengikutnya di dalam psikoanalisis dan psikoterapi sekuler bagi barisan
penyembuhan batin harus secara fundamental dilaksanakan dengan bahan mentah
1
pengalaman religius of religious experiences Ada baiknya kalau saya ceritakan di sini
bagaimana reaksi saya sendiri atas kritik terhadap psikoterapi itu pada waktu pertama
kali saya mendengar politik saya masih saya masih seorang mahasiswa muda di
seminari ketika itu saya yakin bahwa bahasa Arab yang baru saya temukan dapat
membebaskan Saya dari moralisme Hitam putih yang mewarnai lingkungan tempat
saya telah dibesarkan moralisme ini berisi kesenian khas Amerika tengah bagian barat
konvensional selain itu bahasa Inggris tetapi juga bunyi juga terasa konkret di dalam
perhatiannya pada dinamika-dinamika tersembunyi dari dari tingkah laku manusia itulah
sebabnya bagi saya pada saat itu kritik terhadap psikoterapi tampaknya sempit dan
dangkal namun ketika saya memandang kembali kritik itu sudah perkembangan
perkembangan historis yang kemudian perjalanan dari Saya sendiri sebagai konselor
pastoral perspektif semakin layak untuk dipertimbangkan dalam Citra boysen seorang
manusia dapat dipandang sebagai suatu dokumen yang dapat dibaca dan
presentasikan dalam cara-cara yang sama
proses terakhir ini melibatkan intuisi dan perasaan empati kita terhadap orang
yang telah menghasilkan kata-kata di sana tetap teks tertulis setiap orang yang pernah
berusaha untuk memahami dengan empati komunikasi yang diucapkan oleh orang
yang bermasalah tentunya akan setuju dan dengan pendapat kalian mengenai daya
lihat intuitif tersebut ide itu barangkali didefinisikan secara ketat gambaran yang
disampaikan identitas sesuai dengan teka-teki dari intuitif yang dilibatkan didalam
mendengar orang lain untuk meraih nuansa-nuansa halus komunikasi yang diucapkan
untuk meraih ucapkannya maupun yang telah diucapkannya dalam hal ini saya sendiri
teringat pada banyak peristiwa ketika sebagai pendeta rumah sakit mental Saya
berusaha untuk mengartikan meramal atau Divine hal yang mau dikatakan pasien
psikosomatis kepada saya seorang ahli sejarah sastra 1833 sampai 1911 melanjutkan
tradisi dalam disiplin hermeneutika suatu bangsa bagi semua disiplin ingin
menginterpretasi ungkapan ungkapan dari kehidupan di dalam manusia atau inner light
of human tentang hal itu berupa perilaku entah
hukum seni ataupun sastradelete
menentang sebagian besar Citra mekanistis ilmu fisik pada zaman
2
Dari zaman dan tempat yang lain sebagaimana dokumen historis tradisi Kristen
yang diperlukan ilmu hermeneutika demikian pula dokumen yang hidup menuntut hak
yang sama lebih lanjut bisa menambahkan bahwa pengalaman hidupnya sendiri dan
interpretasinya terhadap pengalamannya itu mempunyai hak dan otoritas yang sama
dengan teks stories tradisi Kristen kisah yang diceritakan oleh orang yang sedang
bermasalah tentang pengalaman dunia dalamnya atau in work experienceharus
dihormati dan didengarkan sebagai hal yang mempunyai keautentikan dan hakim
sendiri tidak peduli bagaimanapun adanya bahasa orang tersebut yang diperlukan kain
adalah seorang penafsir dan pendamping sebagai salah seorang yang memandang
antara lain sebagai bapak leluhur rohani dalam tahun-tahun belakangan ini saya
semakin tertarik pada citra dokumen yang hidup tersebut Citra ini sekaligus dapat
membuka jalan untuk merefleksikan berbagai aplikasi lanjut dan konsep barisan itu
apakah Citra mengenai seorang pelayan sebagai dokumen yang hidup dapat membuka
jalan bagi kita untuk memulihkan misi dan visi konseling pastoral secara teologis dapat
kita dapatkan itu dan klasifikasi mendorong kita untuk memulihkan pertalian antara
praktik konselor pastoral dan tradisi teologis kita sama-sama mengetahui bahwa
konseling pastoral dalam bentuk yang muncul pada akhir abad ke-20 telah membangun
sebagian besar mode-mode berapa fraksi utamanya cara operasional berdasarkan
Citra Citra konsep-konsep Dian Dian dan asumsi asumsi ontologis dari ilmu psikologi
sosiologi dan antropologi hal itu sudah berlangsung demikian rupa sehingga muncul
bahaya pertanian hidup antara iman Kristen yang stories dan praktik konseling pastoral
akan benda-benda terputus bila hal ini terjadi di dunia persepsi dan konsepsi dunia
makna dimana konsep surat telah melaksanakan tugasnya akan menjadi dunia yang
dikosongkan dari bahasa Inggris dan dari Citra Citra iman dan keselamatan dosa dan
penebusan kita akan memandang dunia sebagai dunia yang dihuni dengan orangorang yang menderita karena simptom-simptom neuritis identitas dan perilaku
kompensasi semua ini merupakan cita-cita bahasa berguna dan baik tentunya bagi
setiap cerita yang secara luas telah dikosongkan dari makna religius bahasa
mengonstruksi dunia bagi manusia mempunyai dunia atau hidup di dunia sama artinya
dengan mendiami suatu waktu dan tempat dimana bahasa tertentu dihubungkan
dengan pengalaman untuk memberi makna pada pengalaman itu lebih dari apapun
3
juga kemampuan untuk memberi makna merupakan ciri khas manusia sebagai manusia
pada saat suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan kita tetap kecil seperti misalnya
tersandung makan yang ada di trotoar atau peristiwa besar dan penting seperti
misalnya memasuki masa perkawinan untuk mendapat penyakit yang menakutkan
dilakukan menjadi suatu pengalaman bagi kita sampai bahasa di dekatkan pada
peristiwa itu dan peristiwa itu diberi makna dalam kenyataannya karena kita hidup di
dalam dunia dunia yang dikonstruksi oleh bahasa hubungan antara bahasa dengan dan
peristiwa merupakan proses yang otomatis refleksi dapat menciptakan makna-makna
baru namun hubungan-hubungan spontan antara kata-kata dari pengalamanpengalaman yang terjadi
agar tidak disadariberbicara tentang seseorang sebagai
dokumen yang hidup sama artinya dengan mengakui hubungan antara kehidupan dan
bahasa juga sama artinya dengan mengakui bahwa untuk memahami apa yang disebut
sebagai dunia dalam atau luar sebenarnya tergantung pada pemahaman bahasa yang
dengannya di dunia dalam pengalaman itu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa di
luar atau eksternal oleh karena itu usaha untuk memahami dunia dalam orang-orang
lain adalah suatu tugas interpretasi yaitu interpretasi atas dunia pengalaman yang ada
pada dirinya sendiri merupakan interpretasi atas beribu-ribu peristiwa dan hubungan
yang telah membentuk kehidupan dengan kata lain tugas 1 memahami orang lain
dalam kedalaman dunia di dalamnya adalah suatu tugas dan wewenang oleh karena itu
tugas ini melibatkan masalah-masalah dan kemungkinan-kemungkinan yang sama
seperti yang dihadapi dalam menginterpretasikan dokumen kuno misalnya Injil atau
surat-surat Paulus perbedaannya ialah bahwa dokumen ini hidup dan terus
mengikatkan dirinya sendiri di dalam bahasa dan tingkah laku yang baru yang
mengungkapkan dunia dalamnya jika kita menelusuri karya-karya dari tradisi filsafat
khususnya pemikiran yang kemudian dikenal sebagai hormon yang ketika kita
dikejutkan oleh kesamaan kesamaan yang menarik antara karya seni dan karya dari
beberapa pelopor tradisi harmonik abad ke-19 terutama dari cek dan William di dalam
karya teater maupun kita temukan hormat yang sama seperti yang diberikan oleh
boysen terhadap integritas dan objektivitas yaitu kekulhasandan otoritas dari
pengalaman hidup masing-masing orang yang menentang kemungkinanpenjelasan
yang reduksi seorang teolog besar Jerman abad ke-19 adalah salah seorang pendiri
4
hermeneutika ia telah mengembangkan teori umum hermeneutika yang dirancang
untuk diterapkan pada semua pertanyaan bahasa yang secara lisan maupun tertulis ia
mengarahkan perhatiannya pertama-tama pada percakapan sehari-hari di mana
bahasa yang digunakan dipahami baik oleh si pembicara maupun si pendengar
menurut Schleiermacher dalam bahasa sehari-hari ada unsur universal di mana
peraturan-peraturan konvensi-konvensi umum diterapkan baik si pembicara maupun si
pendengar berada di bawah puasa dan struktur yang telah membentuk dunia bahasa
yang mereka pergunakan itu tetapi ada juga berita yang pribadi unsur khusus atau
makna unsur khusus yang disampaikan pembicara untuk dapat memahami makna
khusus ini dibutuhkan lebih dari pengertian teknis mengenai bahasa yang sering
digunakan oleh Maker menyimpulkan bahwa untuk memahami makna khusus ini benarbenar dibutuhkan tingkat interpretasi lain yaitu tingkat yang diistilahkan yang bersifat
psikologis atau kemampuan melihat secara intuitif atau divinatory
Setiap orang yang pernah mencoba untuk berhubungan dengan orang lain
khususnya orang bermasalah dengan pengalaman hidupnya, mengetahui betapa
sulitnya hal ini dilaksanakan . walaupun kita sudah berusaha ,keras situasi, kita sendiri
sebagai" orang lain"bagi orang yang kepadanya kita berhubungan itu menjadi unsur
yang menentukan tindakan kita dalam situasi itu. Kemampuan-kemampuan persepsi
dan interpretasi kita sendiri muncul cepat secara otomatis, ke dalam hubungan itu. Oleh
karena itu dapat ditanyakan, apakah mungkin bagi kita, dalam artian penuh
meninggalkan dunia persepsi dan interpretasi kita dalam rangka berempati dengan
(menjadi satu dengan) dunia orang lain .
Jika kita kembali ke tradisi untuk mencari bantuan dalam masalah ini saya
tertarik pada pemikiran filsuf lain yang lebih kontemporer di dalam tradisi ini yaitu Hans
Georg gadamer. Seperti halnya Diltheysebelumnya, gadamer berpendirian, bahwa
karena kita selalu berdiri di dalam arus proses stories, maka salah bila kita memahami
tugas dapat berdiri terpisah dan dapat melihat ungkapan yang dikatakan ditulis, atau
ungkapan artistik lainnya dari orang lain bagaikan objek yang dapat diperiksa dan
dianalisis dari prosesi yang historis atau "diluar sejarah"sebaliknya. Menurut gadamer,
tugas hermeneutis itu lebih merupakan proses yang dialogis di dalam penggabungan
5
atau penyatuan horizon-horizon makna dan pemahaman terjadi titik hal ini berarti pada
saat kita berusaha untuk memahami orang lain tentang melalui teks tertulis, ungkapan
artistik, ataupun melalui percakapan-percakapan kita membawa serta kedalaman saat
ini prasangka-prasangka paham-paham dan bias-bias kita. Prasangka-prasangka
prapahm_ prapahamatau bias-bias itu adalah bagian yang hakiki dari dunia di mana
kita hidup dan mengalami orang lain: hal hal itu membentuk horizon pemahaman kita.
Jika seseorang mencoba memahami suatu teks, sejak awal mula ia tidak dapat
bergantung pada idenya sendiri, pada pemahaman pemahaman terdahulu. Sebab
seandainya ia bergantung pada pemahaman pemahaman itu ia tak akan dapat
menangkap makna aktual teks tersebut. Ia baru akan memahami teks tersebut apabila
makna aktual teks itu sendiri terdengar keras sehingga berhasil menembus
pemahaman atau pra pahamnya atas teks itu. Jadi, jika seseorang ingin memahami
suatu teks, sebaiknya ia disiapkan bagi suatu kondisi dimana teks itu sendiri dapat
mengatakan" suatu hal"pada orang itu titik itulah sebabnya, pikiran yang sudah terlatih
secara hermeneutis sejak awal mula, harus peka terhadap hal-hal baru yang terdapat
pada teks itu teks itu ataupun "mengosongkan "dirinya,melainkan secara sadar
mengasimilasikan makna-makna awal yang diraihnya dari teks itu dan berapa hampra
pahamnya terdahulu titik yang penting dalam hal ini adalah bahwa ia harus selalu
waspada terhadap biasnya sendiri,supaya teks itu dapat memperlihatkan dirinya sendiri
di dalam segala kekhsan atau kebaruannya bila hal ini terjadi, teks itu dimungkinkan
untuk menuntut kebenarannya sendiriberhadap-hadapandengan makna makna awal
orang itu.
Konseling pastoral dalam perspektif hermeneutis patut mempertimbangkan
beberapa hal penting yang ada dalam ide"horizon pemahaman Man"( horizon
pemahaman yang kita bawa ke dalam setiap situasi yang kita jumpai). pertama, ide itu
menunjuk pada batas-batas di dalam usaha kita memahami orang lain titik sejauh mana
Yang pasti akan tercapai ditentukan atau dibatasi oleh suatu horizon batas
kemungkinan. Pendampingan ( care), seperti dalam pendampingan pastoral ( pastoral
care), adalah pendampingan di dalam batas horizon dan menjadi sasaran bagi biasbias dan makna-makna yang dibawa si pendeta ke dalam tugas pendampingan itu titik
6
pendampingan dan empati oleh karena itu merupakan aktivitas-aktivitas manusia yang
bersifat timbal balik yang didalamnya batas-batas subjektif
Dia berpendapat bahwa untuk memahami fenomena manusia model-model interpretasi
baru harus dibentuk dengan kategori kategori makna dan bukan dengan kategori
kategori tenaga atau daya power seperti halnya di dalam ilmu-ilmu alam yang
menjelaskan Allah sedangkan manusia harus kita pahami demikian ditegaskan dilthey
seperti seperti halnya schleirmacher, diltheypun memandang usaha memahami
manusia sebagai usaha meraih pemikiran atau dalam bahasa boysen dunia dalam dari
orang lain di dalam usaha memahami manusia memang dilibatkan namun pada
akhirnya pemahaman lebih dari pada kesadaran kolektif saja pemahaman terjadi pada
saat seseorang memasuki dunia kehidupan orang lain atau memasuki dunia
pengalaman sesamanya. Bagi dilthey, hal-hal itu berarti bahwa semua pemahaman
atas pengalaman manusia secara mendasar bersifat historis; makna dan relevansi
makna itu bersifat kontekstual.pemahaman dan makna itu muncul dari situasi waktu
dan tempat.
Interpretasi atas makna pengalaman dalam orang lain inner experience juga
bergantung pada situasi dimana interpretasi itu terjadi. Prespektif Dilthey,secara radikal
mempertanyakan kevaliditasan penerapan metodologi ilmu ilmu alam yang eksis pada
subjektivitas manusia. Sehubungan dengan kekhasan / kekhususan historisnya,
membutuhkan model penelitian yang berbeda. Bila kita berusaha memahami
manifestasi pengalaman manusia apapun dari suatu "jarak"( distance) atau kejauhan
seperti diandaikan dengan Le Monde subjek objek itu, kita akan kehilangan kekhasan/
kekhususan
historis
kontekstual
yang
harus
diperhatikan
berkenaan
dengan
pengalaman manusia.
Di dalam perkembangan ilmu hermeneutika belakangan ini, konsep schleirmacher
perihal " melihat secara intuitif" cenderung terjadi proyeksi prakonsepsi si penafsir ke
atas teks . sederhana nya di dalam mulut secara intuitif penafsir cenderung
membenarkan prasangka terhadap teks yang menjadi kurang peka terhadap kekhasan
teks tersebut. Hal ini juga terjadi di dalam percakapan percakapan pastoral, yaitu pada
7
saat si konselor mendengarkan kisah-kisah si kliennya, Iya karena melihat secara
intuitif cenderung berkesimpulan ah, saya sudah tahu inti persoalan orang ini. "
Demikian pula konsep Dilthey yang secara ketat membedakan antara pemahaman
akan "manusia"dan penjelasan akan "alam" juga telah dikritik. Kini semakin disadari
bahwa makna manusia dan proses-proses alam selalu saling menjalin dan saling
berkaitan. Namun kritik dilthey terhadap permasalahan objektif dan" kejahuan "(
distance) yang ada di dalam model-model penelitian objek-objek tetap diperhatikan di
dalam teori sendiri mengakui bahwa pemahaman diri juga membutuhkan usaha untuk
membuat jarak tertentu , yaitu jarak antara diri si penafsir dan subjektivitas introspective
nya sendiri. Atau , dengan kata lain, si penafsir harus sadar akan keterlibatan pahampaham nya sendiri. proses pemahaman diri adalah usaha yang melibatkan suatu jalan
putar hermeneutis ( hermeneuical reports) mengenai percakapan-percakapan dan
kejadian-kejadian kritis di dalam hubungan pastoral,akan menemukan gema dan
konfirmasi tertentu di dalam pendapat diltheybahwa pemahaman diri muncul melalui
usaha membuat jarak dalam refleksi pada catatan-catatan ( verbatim) "yang telah di
objektif kan"dari pertemuan-pertemuan pastoral itu, kita dapat mengenal diri kita sendiri
dengan lebih baik sebagaimana kita telah berfungsi di dalam hubungan yang kini dilihat
dari jarak yang dekat .
Menurut dilthey"jalan putar hermeneutis" yang diperlukan untuk pemahaman diri ini
membuktikan bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk historis perihal seperti diri
kita akan senantiasa dekat di dalam proses historis yang membentuk kehidupan kita.
Kita tak dapat memandang diri kita dari luar sejarah kita, karena kita adalah kita di
dalam dan melalui sejarah kita .
Di sini kita menghadapi masalah Hermeneutis pertama bagi penafsir" dokumen
yang hidup " konselor pastoral sebagai penafsir, seperti halnya penafsir perjanjian baru,
tidaklah menafsir dengan"kantong kosong"atau "tangan kosong".dia dalam menafsir
sesuatu, ia membawa serta sejarah dan dunia bahasanya titik di dalam sejarah pribadi
8
dan sosial dan terbenam di dalam satu atau lebih dunia-dunia bahasa asal citra-citra,
simbol-simbol dan makna-makna, yang digunakannya untuk menginterpretasi.
Jika kita mau mendengarkan sungguh-sungguh apa yang ingin dikatakan orang
lain didalam integritasnya sendiri maka kita harus menembus tembok tembok batas
yang berada di antara dunia bahasa Jepang dengar dan dunia bahasa si pembicara
secara lebih mendasar dapat dikatakan," mengenal"orang lain berarti berusaha
memasuki dunia orang tersebut dalam cara gimana penggabungan dari realitas yang
dialami ( experienced reality) tutup kurung dapat terjadi . di dalam Citra perjanjian lama
kuno'"berkenalan"atau
"mengenal"diasosiasikan
dengan"
bersetubuh"
atau
"menyetubuhi".Citra itu mengungkapkan suatu kebenaran bahwa gabungan atau
interpretasi harus terjadi jika kita ingin sungguh mengenal orang lain. Secara teologis, di
sini kita menemukan pengertian asli mengenai inkarnasi titik dalam pengertian
inkarnasi, mengenal seseorang berarti memasuki dunianya dan membiarkan ia
memasuki dunia kita. garis baru secara hermeneutis, hal tersebut menjadi mungkin
hanya karena dan sejauh kita mampu memasuki dunia bahasa orang lain, dunia dari
makna-makna orang lain itu titik dengan cara yang lain, jika kita ingin dikenal orang lain
orang tersebut dalam derajat tertentu harus memasuki dunia kita, Bahasa makna yang
kita bawa ke pertemuan itu titik dalam hal ini lah dunia bahasa yang dengannya
konselor pastoral membentuk persepsi persepsi dan tanggapannya kepada orang lain
menjadi penting sekali. Jika dunia bahasa itu dibentuk oleh citra-citra dari teologi dan
iman makasi kalian akan diundang ke dalam" dunia bahasa religiusyang telah dibentuk
oleh Citra Citra itu titik demikian pula, kita dunia bahasa itu lebih dibentuk oleh Citra
Citra sekuler, maka skala yang akan diundang ke dalam "dunia bahasa sekuler" Secara
tradisional
dalam
bahasa"empati","
teori
konseling
hubungan",
dan
pastoral,
"
proses
penerimaan".
ini
Yang
dibicarakan
dimaksud
dalam
dengan
"berempati"dengan orang lain ialah menempatkan diri kita ke tempat orang tersebut
akan mengalami kehidupan aktual sebagaimana dialami orang itu
Garis penolong dan orang yang ditolong menjadi mudah tergelincir. Pemahaman
kita sehingga kita dapat menerima" gangguan"dari dunia orang lain di dalam rangka
berharap dan menanti bahwa sesuatu yang sungguh-sungguh baru akan diceritakan di
9
dalam pertemuan itu titik dengan kata lain pendampingan melibatkan"penyatuan
horizon-horizon"yang didalamnya orang-orang lain diperbolehkan untuk berbicara,
untuk mempertanyakan pemahaman kita dan sebaliknya. Kita perlu menyelidiki lebih
secara teologis dalam hubungannya dengan Citra mengenai aktivitas roh Kudus.
Namun saat ini saya hanya ingin menunjukkan implikasi penting Ide ini bagi konseling
pastoral, yakni gambarannya mengenai pertumbuhan dengan orang lain sebagai suatu
usaha
untuk
membuka
kemungkinan
terjadinya
penyatuan
horizon-horizon
pemahaman.
Hal kedua yang patut dipertimbangkan konseling pastoral dari citragada Amir itu ialah
pendapatnya mengenai pemahaman sebagai usaha yang melibatkan penggabungan
atau pemahaman sebagai usaha yang melibatkan penggabungan atau penyatuan
horizon-horizon pemahaman antar subjektif. Citra ini memungkinkan konseling pastoral
untuk bergerak melampaui kerangka pikir yang biasa digunakan nya yaitu kerangka
pikir subjek objek dari sebagian besar profesi-profesi penolong sekuler ( the secular
helping professions).di dalam mode subjek objek, teknik-teknik seperti yang dimiliki
pendeta atasi konselor itu lebih dilihat sebagai ungkapan ungkapan dari dunia makna
yang telah dibentuknya sebelumnya ,artinya dengan bantuan teknik-teknik itu, seperti
ratu si konselor akan "mengundang masuk"anggota jemaatnya tok lainnya agar
mereka, pada akhirnya, menerima dunia makna yang telah dibentuk si pendeta atau si
konselor itu. Jadi, dunia makna yang telah dibentuk pendeta itu dipaksakan ke atas
dunia makna titik Dengan demikian teknik-teknik itu sebenarnya menghalangi dan
bukan memberi fasilitas untuk menyingkapkan "teks"dari dokumen yang hidup itu (
klien). dalam bahasa gadamer, "teks "itu seharusnya dibiarkanuntuk mengatakan suatu
hal kepada si pendeta titik "Teks" itu seharusnya diperbolehkan untuk menuntut
kebenarannya sendiri berhadap hadapan dengan makna-makna awal seseorang."
anggota jemaat, dari konselor dan klien. Demikianlah pemahaman konsep alur bahwa
pendampingan pastoral dan konseling pastoral adalah usaha untuk menerapkan teknikteknik pertolongan demi memecahkan masalah masalah klien telah diruntuhkan oleh
pemahaman gadamer.
10
Dengan semua orang lain pun berubah. kemungkinan segar ini terkandung di
dalam hubungan antarsubjektul yang sulbur Seimbang. dan penuh hormat, yang
dialami ini baik oleh si klien maupun si konselor Jadi, di dalam penyatuan horizonhorizon atau lebih orang-orang, setiap dokunen yang hidup itu terbuka bagi interpreasi
dan pertanyaan dari salu sama lain. Didalam penyatuan horizon inilah perubahan
dimungkinkan Gadamer berbicara tentang proses penyatuan horizon gagal semacan
permainan (game.Tesepakatan bersama yang terjadi di dalam pembicaraan antara
didorong pada dirinya adalah suatu permainan. Pada saat ddua orang sama berbicara
salu sanma lain, mereka sebenarnya berbicara di dalam Bahasa yang sama. Mereka
sendiri, walau bagaimanapun, tidak menganut bahwa didalam berbicara dengan
bahasa tersebut mereka sebenarnya sedang bermain dengan bahasa ini.
Persepakatan
bersama
terjadi
berdasarkan
takta
bahWa
pembicaraan
berkonlrontast dengatpembicar aan tetapi bergerak terus. Di dalam berbicara dengan
oranglain, kita terus-menerus masuk ke dalam dunia pemikiran orang tersebut kita
teribat dengannya, dan ia terlibat dengan kita. Jadi. kita saling11engadaptasikan dirm
kita satu sama lam se bagai suaafu cara persiapan pertanyaan Diberikan diambil-dialog
yang sejati-dimulai dari argumen Gadamer di sini lalah bahwa di dalam permainan
antarsubjektif antara anggota-anggoa percakapan atau di dalam perteuan interpretatif
itu, sesuatu yang sungguh-sungguh baru akan nuncul. Hal baru inilah yang akan
mentransendensikan segala sesuatu yang dibawa oleh masing-masing peserta ke
dalam pertemuan itu.
Di dalam permainan dari pertemuan yang murni, semua peserta akan mengalami
perubahan. Pendapat ini akan saya jelaskan pada bab selanjutnya dan akan saya
terapkan pada hubungan saling mempengaruhi yang tejadi antara mitos tentang diri
yang dibawa kedalam hubungan konseling oleh si klien dan mitos Kristen yang
dihadirkan oleh si konselor pastoral. Perubahan yang sesuai dengan mitos Kristen
dapat terjadi di dalam permainan atau di dalam hubungan saling mempengaruhi antara
dua horizon bahasa pemahaman ini. Perkembangan lebih lanjut dari konsep mitos diri
maupun si pendeta sebagai wakil mitos Kristen di
11
Dalam Percakapan itu perlu diteruskan. sampai janji kemungkinan dari proses itu
menjadi Jelas.tetapi Sebagaimana saya katakan di atas, konsep hermeneutis mengenai
pertemuan interpreatif sebagai suatu penyatuan horizon-horizon pemahaman itu tidak
hanya berisi janji tetapi juga masalah. Masalah ini berkaitan denganPengalaman bahwa
perubahan hanya terjadi didalam ditata yang diubah. Jika pertemuan interpretative
teladan dengan suatu teks yang historis, seperti mestinya ingatan dalam Kitab Suci,
maka harapannya Cadaner itu tampaknya, pada awalya, masih dapat dipenuhi.
Pemahaman kognitif seseorang atas suatu angkah sungguh-sungguh dapat diubah,
sebagaimana apakah Cadaner, oleh perubahan yang teijadi dl alanpemah.amannya
pada saat teks itu dihadapi atau subJektif. Demikian pula, pemahaman kognitifnya
mengenal masalah-masalalh dan situasi manusiawi barangkali dapat Oleh pertemuan
antar subjektif dalam percakapan dengan Orang lain. Tetapi apakah hal ini cukup
Apakah perubanan Seperti yang terjadi dalam hormon pemahaman seseorang itu
Sungguh-sungguh dapat menciptakan dan mempertanankan perubahan pada ungkatan
pemahaman alekut dan perilaku: Apakah cerita atau metafor mengenai dii sebagai
dokumen yang hidup akhirnya gagal?Usaha untuk nengatasi masalah itu merupakan
tujuan pokok buku ni, dan tentunya perlu dipikrkan lebih lanjut dalam bab-bab berikut.
Namun untuk ulai menyelesaikan masalah ini saya mgin kembali dahulu ke gagasan
utama Boisen,yaitu gagasan untuk memahami silat dasar penderitaan orang yang sakit
mental, dan secara sangat khusus, penderitaan Boisen sendiri. Dalam Bab
Pendahuluan The exploration of TheInner World, Boisen mengungkapan gagasannya
untuk mengaitkan peristiwa-peristiwa di dalan kehidupan orang yang sedang
bermasalah dengan pemanaman-pemahaman Orangtersebut terhadap segala sesuatu
yang sudah dan sedang tejadı."Telah terjadi suatu gangguan terhadap fondasi-fondasi
penalaran klien.Kematian, kekecewaan, atau perasaan gagal tampaknya telah
memaksa dalam percakapan itu perlu diteruskan, sampai janji dan kemungkinan dari
proses itu menjadi jelas.
Tetapi sebagaimana saya katakan di atas, konsep hermeneutika gadamer mengenai
pertemuan interpretatif sebagai suatu penyatuan horizon-horizon pemahaman itu tidak
hanya berisi janji tetapi juga masalah titik masalah ini berkaitan dengan pemikirannya
bahwa perubahan hanya terjadi di dalam pemahaman yang diubah titik jika pertemuan
12
itu interpretatif itu adalah pertemuan dengan suatu teks yang stories seperti misalnya
satu bagian dari kitab suci maka harapannya mengenai perubahan semacam itu
tampaknya, pada awalnya, masih dapat dipenuhi. pemahaman kognitif seseorang atau
suatu teks barangkali bersungguh-sungguh dapat diubah, sebagaimana diharapkan
oleh perubahan yang terjadi dalam horizon pemahamannya pada saat teks itu dihadapi
antar subjektif. Demikian pula pemahaman kognitif nya mengenai masalah-masalah
dan situasi manusiawi barangkali dapat diubah oleh pertemuan antara subjektif dalam
percakapan dengan orang lain. Tetapi apakah hal ini cukup apakah ?perubahan seperti
yang terjadi di dalam horizon pemahaman seseorang itu sungguh-sungguh dapat
menciptakan dan mempertahankan perubahan pada tingkat pemahaman afektif dan
perilaku? Apakah Citra atau mengenai"diri" sebagai" dokumen yang hidup" akhirnya
gagal?
usaha untuk mengatasi masalah itu merupakan tujuan pokok buku ini dan
tentunya perlu dipikirkan lebih lanjut dalam berikut. Namun untuk memulai
menyelesaikan masalah ini saya ingin kembali dahulu ke gagasan utama yaitu gagasan
untuk memahami sifat dasar penderitaan orang yang sakit mental dan secara sangat
khusus, penderitaan boisen sendiri titik dalam Bab pendahuluan "the exploration of the
inner world",puisi mengungkapkan gagasannya untuk mengaitkan peristiwa-peristiwa di
dalam kehidupan orang yang sedang bermasalah dengan pemahaman-pemahaman
orang tersebut terhadap segala sesuatu yang sudah dan sedang terjadi. Telah terjadi
suatu gangguan terhadap pondasi-pondasi penalaran klien. Kematian,, atau perasaan
gagal tampaknya telah memaksa suatu rekonstruksi pandangan dunia nya mulai dari
bawah sampai atas pikirannya didominasi oleh suatu ide yang diusahakannya agar
dapat ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Hal inilah saya pikir yang menjadi
masalah saya dan saya pikir hal ini juga menjadi masalah bagi orang-orang lain Pada
kutipan di atas kita melihat bahwa menempatkan masalah klien pada titik pertalian
antara peristiwa-peristiwa pengalaman klien dan pemahaman pemahaman akan makna
peristiwa peristiwa itu. Atau, dapat juga dikatakan bahwa menempatkan masalah lain
pada titik rintangan atau distro distorsi yang telah terjadi dalam proses interpretasi klien
atas peristiwa peristiwa yang dialaminya di dalam kehidupannya.
13
Di sini bisa menunjuk pada masalah eksistensial dan dilema dari kehidupan manusia
sebagai pembuat makna titik manusia sebagai pembuat makna senantiasa dihadapkan
pada dua sisi. Pada satu sisi terdapat aliran realitas yang keras di dalam peristiwa
peristiwa titik-titik kita dilahirkan dan dipengaruhi oleh seluruh aspek realitas dan
peristiwa yang atasnya kita secara individu hanya mempunyai sedikit atau bahkan tak
punya sama sekali, kendali . Paul Thilich sebagai " nasib" atau "takdir" kita (destiny)di
sekitar situasi nasib manusia yaitu terdapat tenaga yang keras alat dan kekuatan yaitu
tenaga yang keras dan alat mengejawantah dalam berbagai macam bentuk di dalam
situasi situasi manusiawi yang unik bagi setiap individu.
Pada sisi lain di tengah situasi individual itu setiap orang yang sungguh-sungguh ingin
hidup dengan integritas harus dapat memelihara perasaan kemandiriannya, dan
menjadi seorang be someoneyang mempunyai kekuasaan untuk bertindak dan memilih
titik pada titik inilah kemampuan manusia untuk membuat makna mulai berfungsi. Kita
harus menggunakan kebutuhan dan kemampuan kita untuk membuat interpretasi
interpretasi yang relevan mengenai siapakah diri kita ke rumah apakah dunia
sebenarnya Dan apakah di dalam situas kita .
Yang paling bermakna yang dinamakan Tilich sebagai keprihatinan kita yang
terdalam (our ultimate concern)
pada saat saya memikirkan kebutuhan dan kemampuan manusia untuk membuat
makna pada setiap situasi nasibnya Saya jadi teringat pada anak-anak yang sering
dipukul orang tuanya. Lebih dari satu kali saya mendapat kesempatan yang
menyakitkan dan menolong manusia yang masih muda itu untuk menjelaskan apa yang
terjadi atas dirinya. Berulang kali saya telah menyaksikan bagaimana anak ini bukan
tempatmu dengan kemungkinan, bahkan kepastian bahwa ia memang harus dan
pantas menerima pukulan itu jika tidak tentunya hal itu akan terjadi di demikianlah bagi
manusia ada desakan yang kuat untuk dapat merasa mandiri berpartisipasi walau
bagaimanapun keras dan alatnya tenaga nasib yang menimpa kehidupannya.
14
jadi peristiwa-peristiwa dan tenaga tenaga di dalam kehidupan kita harus melalui
bahasa dikaitkan dengan makna makna dibalik keinginan dan desakan manusia itu
terdapat ancaman kaos dan absurditas ,ancaman terdalam ( unlimate threat)terhadap
kesadaran kita sebagai manusia yang bertanggung jawab. Menurut boysen,
permasalahan dari orang-orang yang bermasalah mendalam terletak pada hal ini. Ideide dan makna magnet tidak dapat dilepaskan dengan pengalaman atau dengan kata
lain pengalaman tak berasa di mana. Sebuah "rekonstruksi"mulai dari bawah sampai
atas harus dilakukan.
Sekarang jika kita mengembangkan hal ini dengan masalah " perubahan"di dalam
konsep gadamer mengenai penyuluhan horizon-horizon pemahaman rumah kedua sisi
tadi juga tampak terlibat. Sisip pertama yakni sisi eksternal adalah sisi perubahan yang
disebabkan oleh tenaga pengubah yang yang membentuk dan menyimpan nasib
manusia. dalam hal ini, penempatan anak yang sering dipukul itu ke panti asuhan
dengan orang tua asuh yang baik dan penuh cinta barangkali akan menghasilkan
perubahan tersebut titik dalam mengupayakan tingkat perubahan ini pihak orang atau
orang penolong itu membutuhkan suatu analisis atas kekuatan kekuatan atau tenagatenaga ( forces)yang telah membentuk situasi pengalaman anak itu.
Namun disini saya juga teringat pada penemuan-penemuan Freud dan tradisi
psikoanalitisyang didirikannya, yang menunjuk pada fakta bahwa situasi eksistensi yang
seseorang itu tidak hanya ditentukan oleh tenaga-tenaga eksternal. Ada juga tenagatenaga proses di dalam diri yang secara dinamis saling mempengaruhi untuk
menciptakan situasi nasib tertentu dari orang tersebut pada setiap saat dalam
hidupnya. Sampai saat ini, teori freudian dan masih terus dikembangkan untuk
menyelidiki dan menjelaskan tenaga-tenaga di dalam diri ini
Paul ricoeur adalah seorang teolog dan filsuf yang penelitian harmoni uts-nya
berusaha menggabungkan eksistensialisme fenomenologi dan teori psikoanalisis titik
dalam karya monumentalnya mengenai freud, ricoeur membahas adanya dua tingkat
bahasa yang jalin menjalin di dalam semua karya Freud di satu sisi ada bahasa tenaga
metafor dinamis ekonomis hidrolisis yang dibangun di atas kerangka berpikir bahwa
semua perilaku manusia ditentukan oleh penjumpaan tenaga-tenaga. di sisi lain, ada
15
Bahasa makna, bahasa interpretasi atas simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbol
yang menghubungkan keinginan dan tujuan manusia ke kebudayaan titik di dalam
mempelajari Freud ricoeur ingin menyatukan kedua bahasa yang tampaknya
bertentangan itu di dalam hal yang disebutnya sebagai "semantik hasrat"( smeantics of
desiere)
menurut ricoeur, kesadaran bagi Freud bukanlah sesuatu yang dimiliki
manusia secara kodrati,melainkan suatu tugas, yaitu tugas yang berkaitan dengan
kebutuhan bawaan untuk berangsur-angsur meninggalkan masa kecil dan masa anakanak dan menjadi matang dan dewasa mandiri namun bagaimanapun juga bagi orang
dewasa akan tetap dikuasai oleh masa kanak-kanaknya dan oleh kodrat kodrat yang
terdapat di dalam masa anak-anak itu yang ditinggalkan di masa lalu sebagai
sejenisresidu ketidaksadaran singkatnya, kehidupan dewasa seseorang pada saat ini
tetap dipengaruhi atau ditentukan oleh kehidupan masa kecilnya. Tenaga-tenaga yang
terdapat di dalamnya hanya mungkin melalui apa yang disebut representasi
representasi nya, misalnya saja mimpi-mimpi, lelucon-lelucon, persepsi-persepsi,
gambaran-gambaran, mitos-mitos, dan cerita-cerita.
Herbert fingarete, filsuf yang juga memberi perhatian khusus pada tradisi
psikoanalisis mengusulkan formulasi mengenai tugas konselor terapis yang agak
berbeda dari formulasi yang dikembangkan Ricouer dan Freud .ia mengusulkan di
kemungkinan defenisi mengenai tugas itu, ia menekankan definisi yang kedua. definisi
pertama menekankan ciri terapi psikoanalisis sebagai pencarian realitas yang
tersembunyi. kesadaran menurut definisi ini beranalogi dengan kualitas penampakan
titik tugas terapi adalah membuka pintu persembunyian masa lalu, atau menyingkapkan
selubung penyamaran masa kini titik realitas yang tersembunyi itu harus ditemukan dan
disimak/dinyatakan titik perubahan akan terjadi oleh restruk strukturisasi diri dan
struktur restrukturisasi ini dimungkinkan oleh penyikapan realitas-realitas tersembunyi
itu.Berbeda dengan pandangan realitas tersembunyi itu fingarete mengusulkanagar si
konselor tidak mencari dengan si klient realitas masa lalu yang tersembunyi itu,
melainkan memberi suatu interpretasi Baru terhadap masa lalu maupun masa sekarang
klien itu.
16
pemahaman yang didapat di dalam terapi tidaklah menunjukkan kepada si klien
perihal siapakah ia kini dan siapakah ia sebelumnya: melainkan mengubahnya menjadi
seseorang yang baru. fungsi utama pemahaman bukanlah mengungkapkan peristiwa
peristiwa masa lalu yang tak dikenal melainkan menolong kita melihat peristiwaperistiwa masa lalu yang dikenal di dalam cara yang baru titik ungkapan proses yang
tak disadari tidaklah menunjuk secara langsung kepada proses yang terpaku pada
tempat dan waktu spatio-temporal. Pemahaman ke dalam kehendak tak sadar bagaikan
tiba-tiba melihat suatu bentuk "kapal" yang bagus di gumpalan awan awan daripada
melihat bentuk "kelinci" yang jelek disisi lain pemahaman bukanlah seperti menemukan
seekor binatang yang sedang bersembunyi di semak-semak pemahaman adalah suatu
proses reorganisasi makna dari pengalaman masa kini suatu reorientasi masa kini ke
arah masa depan maupun masa lalu.
Dalam hal ini kita dekat dengan konsep mengenai kebutuhan akan reorganisasi
dunia dalam dari orang yang menderita itu maupun dengan pandangan mengenai
penyatuan horizon-horizon pemahaman konsep Ricouer mengenai dua tingkat bahasa,
yaitu bahasa tenaga dan makna, memperkaya dan memperluas baik puisi Bahasa
realitas dalam yang subjektif maupun visi tugas menghasilkan perubahan.
Sekarang saya ingin menceritakan sebuah mimpi yang pernah saya alami dan
saya catat. ( pembaca yang terhormatdapat menganggap cerita ini sebagai komik yang
dapat melepaskan anda dari diskusi yang terlalu serius dan abstrak jika memang
dikehendaki!). Mimpi ini muncul di retreat fakultas seminari. ketika itu satu diantara
kolega-kolega teolog dan filsuf saya, yang lebih terpelajar daripada saya dalam filsafat
Paul ricoeur telah menyampaikan sebuah diskusi yang membangkitkan semangat dan
yang bagi saya menakut-nakuti. Hal yang disampaikannya iya ialah mengenai beberapa
aplikasi konsep Ricouer tentang dua bahasa itubagi pertimbangan teologis atas
masalah penderitaan manusia titik malam itu saya tidur di ranjang yang asing dan
rupanya saya merasa terlalu hangat sehingga saya menendang jatuh selimut tipis saya.
Akibatnya Saya kedinginan titik saya terbangun dalam keadaan kedinginan dan
ketakutan sesudah saya mengalami mimpi yang pendek tetapi sangat kuat titik dalam
mimpi itu saya bangun dalam keadaan telanjang di dalam sebuah ruangan yang dihadiri
17
orang-orang lain juga dan saya ingin meraih selimut yang telah saya jatuh ke lantai
untuk menutupi ketelanjangan saya. tetapi pada saat itu saya mulai ingin menarik
selimut itu sebuah suara geraman yang menakutkan dahsyat dan penuh dengan
kekuatan muncul dari dalam lantai persembunyian di ujung lain selimut itu dan sebuah
tarikan yang kuat berusaha sekuat kuatnya mencegah saya untuk menutupi diri.
Sementara saya berbaring untuk mengingat-ingat dimana saya berada, interpretasi
mimpi itu muncul dan tetap valid di dalam kesadaran saya pada saat saya mencatat
pengalaman itu."untuk menjadi hangat dan aman, Saya perlu menutupi ketelanjangan
dan kerapuhan saya dengan selimut makna yang dapat memberi perasaan pertanian
dan pada kehidupan saya. Tetapi selalu ada tenaga-tenaga yang dalam dan sangat
kuat dari kedalaman kedalaman kehidupan saya yang telah membentuk dan terus
membentuk saya. Tenaga-tenaga di bawah sadar ini menyiapkan ketelanjangan saya.
Selimut itu begitu tipis dan terus-menerus terjatuh pada saat saya membutuhkannya.
Saya dibiarkan telanjang dan rapuh."
Demikianlah halnya dengan kita bahasa dari"dokumen yang hidup"yang kita bawa ke
dalam setiap pertemuan manusiawi manapun,entah pertemuan dengan teks-teks yang
membentuk dasar dari tradisi religius dan budaya kita ataupun pertemuan dengan
manusia-manusia lainnya, adalah bahasa yang bersisi dua. sisi pertama bahasa itu
adalah bahasa tenaga tenaga dalam ( deep forces)yang telah membentuk kehidupan
kita dan memberinya garis bentuk dan kekhususan eksistensial. Sisi kedua bahasa itu
adalah bahasa interpretasi kita yang relevan atas pengalaman kita dan atas tenagatenaga yang ada dibawahnya ( underlying forces). bahasa yang terakhir ini memakai
atau menggunakan Citra Citra, simbol-simbol, mitos-mitos dan metafor metafor yang
telah disediakan bagi kita oleh lingkungan sosial budaya tempat kita berasal. Tetapi
bahasa ini juga mempunyai putaran dan gerakan tertentu suatu kecondongan, yang
menandai nya sebagai milik kita yang unik dan pribadi.
Dengan mendayagunakan Citra"dokumen yang hidup"dari Boisen, saya setuju
bahwa Boisen secara mendasar benar di dalammenempatkan hal yang terpenting dari
penderitaan rohani manusia pada titik hubungan antara pengalaman dan makna bagi
peristiwa-peristiwa itu. Pada saat hubungan itu terhalangi, terdistorsi, atau tidak
18
dimungkinkan, maka orang yang bermasalah itu harus mencari konselor seorang
penafsir yang akan memberinya kemungkinan makna yang baru.jika diuraikan di dalam
pemahaman ini maka peran konselor pastoral sebagai penafsir dan pembimbing di
dalam merekonstruksi suatu struktur dan Bahasa makna demi orang yang bermasalah
harus menggunakan perangkat yang jika tidak teologis amat religius di pusat struktur
magnet terletak pertanyaan-pertanyaan iman dan tujuan terdalam ( ultimate purpose) .
sebagaimana sudah lama kita ketahui, fungsi agama ialah mengikat semua kehidupan
menjadi satu dalam kesatuan yang pada akhirnya bermakna. Otoritas dan peran dari
perwakilan utama fungsi tersebut dijalankan oleh konselor pastoral di dalam tugas
pembimbingan interpretasi.
Masalah yang ditemui konselor pastoral masa kini pada saat ia menjalankan
tugas interpretasi dan reinterpretasi dengan orang yang bermsalah adalah, seperti yang
sudah diajukan, bahwa konseling pastoral menempatkan dirinya diperbatasan sejumlah
dunia dunia bahasa. tak ada satu dunia bahasa pun juga dunia bahasa agama dan
teologi pada dirinya cukup memadai untuk tugas tersebut berbagai dunia bahasa harus
diintegrasikan sementara dunia dunia bahasa ini masing-masing diperbolehkan untuk
berfungsi dengan integritasnya sendiri. Dunia dunia bahasa dapat digambarkan sebagai
jembatan antara ambiguitas dan makna.dunia-dunia bahasa itu mempertalikan hal-hal
yang misterius dan tak ada penjelasannya di satu sisi, dan hal-hal yang teratur dan
dapat dimengerti, di sisi lain. Jadi dengan demikian dapat dikatakan, didalam makna
akar dari kata itu semua dunia bahasa mempunyai fungsi yang religius atau mitis. Dunia
dunia bahasa itu mengikat hal-hal yang bila tidak diikat akan tetap terpecah-pecah dan
ambigu oleh karena itu pendeta, sebagai konselor religius cukup sah di dalam
menggunakan dunia bahasa manapun di dalam proses interpretasi dan rekonstruksi
terhadap hubungan-hubungan antara pengalaman dan makna demi orang yang
bermasalah. namun inti dan dunia bahasa yang menjadi dasar dimana konseling
pastoral itu dilaksanakan adalah bahasa agama dan iman dan kepada bahasa teologis
lah pendeta itu harus berpaling untuk memberi ketepatan dan untuk menstrukturkan
penggunaan bahasa religius maupun bahasa lainnya,meskipun bahasa yang diucapkan
nya di dalam pertemuan terapi itu mungkin berupa metafor dan simbol, mitos dan cerita.
Dengan mengingat hal yang terakhir ini, di dalam bab berikut kita akan kembali ke
19
interpretasi teologis atas situasi manusia yang diformulasikan sebagai proses
pembentukan"dokumen yang hidup ini"dan teks-teks atau dokumen-dokumen yang
telah membentuk tradisi Kristen.
Kesimpulan
Setelah saya membaca buku inisaya setuju dengan perkataan Boisen yang mengatakan “
mengenal orang lain berarti berusaha memasuki dunia orang tersebut dalam cara dimana
penggabungan dari realitas yang dialami dapat terjadi “ melakukan metode Boisen ini maka kita
sebagai konselor dapat menentukan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menolong masalah
si klien ( konsele)
Saya setuju dengan perkataan Fingarette yang mengatakan pemahan bukan lah seperti
menemukan seekor binatang yang sedang bersembunyi di semak-semak , melainkan suatu
proses reorganisasi makna dari pengalaman masa kini, suatu reorientasi masa kini kearah masa
depan maupun masa lalu.
20
Download