I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… SISTEM KEKERABATAN KEPURUSA DI BALI 113 . Oleh : I Made Asmarajaya, S.H., M.H Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Indonesian country identic with the diversity religion, race or subrase, and tradition. The relegion followed is embodied in costomary law. In some society as for Bali between relegion and custom can’t be seperated such as the customary law in Bali. We can’t define between relegion and custom becouse all aspect of life are totally influenced by Hindu religion or the believe. Their believe exercise in some system such as the family system. According antropologic science there are three system of families those are patrilinial, matrilineal and parental. Those system exercised in different cummunities. Patrilineal system exercised the people of Bali who follow the Hindu religion. There is no parental term in Bali. It means only the man my become the leader of the family and the decendance must follow the line if the father. In heritage law also only the man can herits. For the woman only accept the thing from their parent during the parent still alife. This institution called “jiwa dana”.There are some reasons Bali people exercise kepurusa system. First, generally the man much more stronger than woman. Second, woman monthly gets menstruation. During this period the woman can’t pray and entering temple. Keywords : Family system, kepurusa. Abstrak Negara Indonesia identik dengan perbedaan agama, suku, ras dan juga tradisi. Agama yang dianut dikejawantahkan dalam hukum adat. Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Bali antara agama dan adat tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa menarik garis pemisah antara agama dan adat karena seluruh aspek kehidupan orang Bali secara total dipengaruhi oleh agama Hindu atau kepercayaannya. Kepercayaan ini diterapkan dalam beberapa sistem seperti dalam sistem kekerabatan. Menurut ilmu antropologi dikenal ada 3 sistem kekerabatan seperti Patrilineal, Matrilineal dan Parental.Sistem ini diterapkan di beberapa masyarakat seperti sistem patrilineal diterapkan di Bali yang memeluk agama Hindu. Di Bali tidak dikenal adanya sistem parental. Ini berarti hanya laki-laki yang bisa menjadi kepala keluarga dan keturunannya harus mengikuti garis keturunan ayah. Dalam hal hukum waris juga disebutkan hanya kepurusa yang berhak mewaris sedangkan predana hanya berhak mendapatkan harta dari orang tuanya semasa orang tuanya masih hidup, lembaga ini disebut dengan “Jiwadana”. Ada beberapa alasan mengapa orang Bali menganut sistem kekerabatan kepurusa yaitu : pertama umumnya laki-laki secara fisik jauh lebih kuat daripada perempuan; kedua, perempuan mengalami menstruasi setiap bulan, selama masa ini perempuan Bali tidak boleh bersembahyang dan masuk ke dalam Pura. Kata Kunci: Sistem kekeluargaan, kepurusa A. yang PENDAHULUAN menyebutkan sistem kekerabatan dengan Dalam bahasa antropologi istilah garis keturunan laki-laki adalah patrilineal biasa dipergunakan untuk yang menggambarkan bahwa dalam 114 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… keluarga itu menggunakan garis keturunan laki laki (dalam arti fisik) penerus keturunan. Ini B. sebagai dianut oleh . PEMBAHASAN Di atas telah disebutkan bahwa patrilineal tidak sama dengan kepurusa sebagian besar masyarakat adat yang dan terdapat di Indonesia. Sebagai kebalikan matrilineal karena secara hukum laki-laki dari patrilineal adalah matrilineal dimana bisa berkedudukan sebagai predana dan dalam sistem kekerabatan ini wanitalah ( perempuan bisa berkedudukan sebagai secara penerus kepurusa. Hal ini jelas nampak dalam keturunan. Ini dianut oleh mereka yang hukum perkawinan di Bali dimana apabila fisik) yang menjadi berada di Sumatra Barat yaitu dikalangan suku Minangkabau. Sebagai gabungan dari kedua sistem ini adalah apa yang disebut parental yang dianut oleh beberapa masyarakat adat di Indonesia seperti suku Jawa, Sunda dan juga beberapa masyarakat adat lainnya. Bagaimana dengan masyarakat Bali sendiri. Di Bali ada sistem yang berlaku walaupun menurut penulis tidak persis predana tidak sama dengan perkawianan terjadi karena pengantin laki laki nyentana atau ikut istri maka status kepurusa yang tadinya dimiliki berubah menjadi predana begitu pula sebaliknya istri yang predana tadinya berubah berstatus menjadi sebagai kepurusa. Dalam hal pewarisan, pihak purusa dalam hal ini istri berhak untuk mewaris seperti halnya saudara saudara laki-laki lainnya sama pengertiannya yaitu “ purusa dan apabila ada. Apabila tidak maka dialah predana”. Kalau kita amati tidak bisa yang menjadi pewaris tunggal. Apabila istilah kepurusa diterjemahkan menjadi dibandingkan antara mereka yang laki- patrilineal atau predana diterjemahkan laki yang berstatus kepurusa dan menjadi matrilineal. Satu hal lagi di Bali perempuan yang berstatus kepurusa maka tidak mengenal istilah parental atau istilah kepurusa ( laki-laki) jauh lebih banyak. yang setara dengan istilah tersebut. Jadi Hal ini disebabkan oleh karena lembaga dapat dikatakan bahwa di Bali hanya perkawinan nyentana menganut purusa dan predana. Kedua mengakibatkan berubahnya sistem ini erat kaitannya dengan sistem perempuan menjadi kepurusa kebanyakan yang dianut dalam hukum perkawinan dan dilakukan karena terpaksa oleh karena di juga hukum waris dimana hanya kaum keluarga tersebut tidak memiliki anak purusalah yang berhak menjadi penerus laki-laki sebagai penerus keturunan. Jadi keturunan dan yang menjadi ahli waris di dapat kita simpulkan bahwa perkawinan keluarga itu. nyentana hanya dilakukan dalam keadaan yang status 115 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . terpaksa. Namun belakangan ini ada dibagi-bagi seperti benda- benda pusaka gejala baru yang muncul dimana keluarga seperti keris dan senjata-senjata lainnya yang sudah memiliki anak kai-laki dan dan benda benda lainnya. Harta warisan bahkan lebih dari satu juga mengangkat ini wajib untuk dipelihara oleh ahli waris sentana. Biasanya ini dilakukan setelah sebagai tanda bakti kepada leluhurnya. ada kesepakatan ayah dan anak laki-laki Begitu ketatnya aturan ini sehingga bagi yang bekerja di luar daerah sehingga orang Bali sendiri haruslah konsekuen menantu ini bisa menggantikan anak laki- untuk menentukan status dirinya apakah laki lainnya untuk melakukan kewajiban dia akan memilih status kepurusa atau di lingkungan desanya. Ada pertanyaan predana. Hal ini disebabkan oleh karena yang sering muncul manakala anak laki- berkaitan erat dengan keturunan yang laki kepurusa dilahirkan. Menurut kepercayaan orang sehingga anak perempuan tidak memiliki Bali keturunan yang lahir itu berasal dari hak mewaris sehingga terlihat telah terjadi reinkarnasi leluhur dari pihak kepurusa diskriminasi terhadap anak perempuan. dan Seperti apa yang telah disebut di atas keluarga predana. Oleh karena itulah hanya apabila berkedudukan kepurusa sebagai saja yang berhak dipercaya tidak seseorang tidak dari memastikan mewaris, hal ini disebabkan oleh karena statusnya tradisi mewaris di Bali tidak hanya ketidakpastian kemana roh leluhurnya mewarisi hak atas harta warisan berupa akan berreinkarnasi. Hal ini dipercaya harta benda yang riil tetapi juga mewarisi akan mengakibatkan kekacauan pada kewajiban pura keturunan mereka kelak dan akan terjadi ini kejadian –kejadian yang aneh tapi nyata harus dan penyakit-penyakit yang tidak bisa dan disembuhkan. Hal inilah yang akan terjadi serta apabila pada mereka yang melakukan melaksanakan upacara enam bulanan atau perkawinan seperti yang terjadi akhir- odalan sebagai perwujudan bakti kepada akhir ini yang disebut “negen dadua” atau leluhurnya. Oleh karena itulah ahli waris gelahang bareng”. Perkawinan ini mirip yang atau dengan sistem parental karena pasangan beralih ke agama lain akan kehilangan suami istri ini masuk dalam kedua haknya untuk mewaris. Selain merajan komunitas yaitu komunitas istri dan ada lagi harta warisan yang tidak dapat komunitas keluarga merupakan seperti atau memelihara merajan. kewajiban Warisan yang dilakukan seperti memelihara merawat pura keluarga meninggalkan agamanya maka mungkin suami. akan terjadi Perkawinan ini 116 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . merupakan trend baru yang terjadi di adalah untuk melanjutkan keturunan di beberapa tempat di pulau Bali dimana keluarga perempuan diteruskan oleh salah para pihak memikul beban yang ganda satu cucunya karena kebetulan mereka yaitu memikul hak dan kewajiban di mempunyai keluarga keluarga Setelah ini dilakukan semuanya menjadi Penulis belum melakukan baik-baik saja dan keadaan ini menambah penelitian secara menyeluruh tentang keyakinan mereka bahwa status kepurusa motif melakukan memang tidak bisa ditawar-tawar lagi. perkawinan seperti ini. Namun dari Dari kejadian ini penulispun berkeyakinan beberapa bahwa laki-laki perempuan. mengapa pasangan dan mereka perkawinan yang beberapa mereka yang cucu laki-laki. telah terlanjur melakukan perkawinan seperti ini yang melakukan perkawinan negen dadua atau penulis wawancarai alasannya hanyalah gelahang bareng akan kembali lagi ke bermotif material dimana pihak keluarga sistem kepurusa namun perlu waktu yang perempuan mengkhawatirkan akan merubahnya. Kembali lagi pada kelangsungan hidup anak perempuannya pendapat yang mengatakan bahwa telah karena suaminya bukanlah berasal dari terjadi kalangan yang berada dan ada juga kewarisan di Bali. Sebenarnya kalau melakukan itu karena masing-masing dilihat lebih jauh tentang prinsip hukum merupakan anak tunggal sehingga sulit adat bali tidaklah seperti itu oleh karena bagi para pihak untuk menentukan status sebagaimana ada lembaga yang disebut“ mereka sebagai predana atau kepurusa. jiwa dana”sebagai kompensasi terhadap Namun satu pasangan yang penulis sistem pewarisan yang bersifat kepurusa. ketahui, menurut penjelasan salah satu Lembaga jiwa dana ini memberikan hak anak setelah perkawinan ini berlangsung kepada para orang tua semasih hidup puluhan tahun dan memiliki beberapa untuk cucu sang suami mengalami sakit yang kekayaannya kepada anak perempuannya. tidak tersembuhkan. Menurutnya hal ini Jadi hak orang tua untuk memberikan jiwa disebabkan karena status perkawinan dana ini sepenuhnya ada pada orang mereka yang tidak jelas bukan kepurusa tua.Berikut penulis petikkan seri publikasi atau predana. Akirnya mereka sepakat hukum adat oleh Dr V.E. Korn dalam untuk memutuskan bahwa suami berstatus bukunya yang berjudul Hukum adat waris sebagai kepurusa dan perempuan berstatus di Bali yang diterjemahkan oleh I Gede sebagai predana. Jalan keluar lainnya Wayan Pangkat tentang catatan-catatan diskriminasi memberikan dalam sebagian sistem harta 117 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . berkenaan dengan hasil diskusi hukum arwah dari leluhur-leluhur dari suatu adat waris di Bali sebagai berikut:1 Pada keluarga angka beliau-beliau itu dalam suatu tempat 1 sub angka 1 susunan umpamanya kekeluargaan di Bali adalah patrilineal persembahyangan dalam bahasa Belanda “Vaderrechtterlijk” pemerajan atau pura. kecuali di desa Tenganan pegringsingan Karangasem dimana memuja sebagai sanggah Pada angka 1 sub angka3 huruf a: sistem Siapa yang disebutkan ahli waris kiranya yang lebih tepat semua anak-anak kandung maksudnya adalah keturunan-keturunan lelaki yang lahir dari perkawinan yang sah itu dianggap hanya dari ayahnya saja dan anak-anak yang “diperas”(upacara misalnya seorang pengesahan pengangkatan anak) baik berkasta tertentu, mereka bukan seorang diberinama sentana peperasan berlainan bangsawan atau berkasta lebih rendah dari dengan anak kandung yang juga disebut kasta sentana. kebapak-ibuan (Ouderechtterlijk) jika bangsawan si ayah atau sedangkan si si ibu ayah termasuk berlaku tetap maka golongan itu keturunannya bangsawan itu pria atau wanita yang sama Pada angka 1 sub angka 3 huruf b: sebagai golongan ayahnya dan mereka Yang disebut dengan “sentana rajeg” ialah berhak memakai titel sama sebagai titel biasanya seorang anak perempuan tunggal atau kasta ayahnya. Apakah konsekuensi yang oleh orang tuanya ditetapkan sebagai dari stelsel ini adalah hanya ayah(Lelaki) sentana melanjutkan keturunan bahwa hanya anak melanjutkan keturunan dari ayahnya dan laki-laki saja mewaris harta orang tuanya siapa yang melakukan perkawinan kepada saja. dirinya harus melakukan perkawinan apa Pada angka 1 sub angka 2: fungsi yang dalam disebut arti dia perkawinan itu akan “nyeburin” hukum waris menurut hukum adat Bali artinya si pria harus datang ke rumah si kecuali apa yang disebutkan disana wanita memasuki klan si istri dan si pria adalah (semula) agar harta warisan tetap mempunyai kedudukan nomor dua di utuh untuk dalam mewaris harta warisan mertuanya. anggota- Si pria itu bukanlah sebagai sering orang menjadi memelihara anggota satu yakni kesejahteraan keluarga teristimewa arwah- mengatakan-“sentana nyeburin” dalam arti yang melanjutkan keturunan dan tidak 1 V.E.Korn Terjemahan I Gde Wayan Pangkat, 1972, Hukum Adat Waris Di Bali, Penerbit: Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 21. boleh dikelirukan dengan seorang pria yang menjadi “sentana selidihi” sebab si I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… 118 . pria itu memang mengganti si mertua di Korn juga mengatakan Bali termasuk dalam si bagian-bagian daerah di Indonesia dimana istrinya mempunyai kedudukan (hukum) dianut sistem kebapaan (vaderrechttelijk) , sebagai wanita biasa yang kawin ke luar. umum sudah mengetahuinya “sentana Selidihi” tidak diperas melainkan hukum keluarga masih memperlihatkan hanya di umumkan di depan rapat pelbagai ciri-ciri yang sukar diselaraskan (Sangkepan) krama dengan sifat kebapaan itu, juga dapat menghindari delik segala-galanya sedangkan desa untuk bahwa adat “gamya ditarik sama dengan bacaan, akan tetapi terdapatnya suatu suku Bloodschande); disamping itu terdapat bangsa yang tata susunannya murni juga sentana kepala dara yaitu menantu bersifat kebapak-ibuan (ouderrechtelijk) laki-laki yang diperas setelah melakukan belum pernah diberitakan. Suku bangsa perkawinan biasa dengan anak perempuan itu adalah orang-orang Bali Age dari desa si mertua itu. Tenganan gamana”(Sumbang Pada angka 1 sub angka3 nomor 1: kesimpulan dari Pegeringsingan Karangasem).2 Seketika buku-buku (Kabupaten timbul anak-anak lelaki yang kawin nyeburin pertanyaan apakah tidak semua orang Bali putus hak waris di rumah asalnya, ialah Age menganut seitem kebapak-ibuan. sesuai dengan stelsel hukum adat bali Meskipun penyelidikan secara seksama artinya ia itu “meninggal kedaton” dengan belum pernah dilakukan dengan pasti memasuki klan istrinya yang di rumahnya sudah dapat dikatakan bahwa diantara menjadi sentana rajeg, lihat di atas; mereka itu sifat kebapak-ibuan tidaklah seorang pria yang demikian itu bila ia umum, walaupun hukum mereka banyak dipecat dari kedudukannya itu karena memperlihatkan alasan-alasan membenarkan dahulu kala adanya sifat yang berdasarkan kebenaran, maka jika ia kembali lagi ke ciri-ciri yang kebapak-ibuan itu. rumah orang tuanya ia tidak akan lagi Hal-hal penting lain dalam hukum berhak menerima warisan di rumahnya adat waris menurut Tolib Setiady Sh, itu. M.Pd, MH bahwa pengertian warisan itu Pada halaman lain yaitu 443 yang memperlihatkan adanya tiga unsur yang terjemahannnya diterbitkan oleh Biro Dokumentasi Dan Pubblikasi Hukum Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat Universatas Udayana V.E. 2 Ibid, h. 443. 119 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . masing-masing merupakan unsur esensial peninggal warisan dan ahli yaitu : 3 waris a. Seseorang peninggal warisan yang pada waktu b. c) unsur wafatnya persoalan menimbulkan bagaimana serta meninggalkan warisan; sejauh mana wujud kekayaan Seseorang atau beberapa orang yang beralih itu dipengaruhi para ahli waris yang berhak oleh menerima kekeluargaan kekayaan yang ditinggalkan; c. ketiga Harta lingkungan dimana si peninggal warisan dan ahli warisan atau harta peninggalan yaitu”kekayaan in concreto” sifat yang waris bersama-sama berada. Menurut Mr Gde Panetje golongan ditinggalkan ahli waris pertama adalah turunan pewaris dan sekali beralih pada ahli kencang ke bawah (decendenten) yaitu waris. anak kandung atau anak sentana. Pada Masing-masing pelaksanaan proses pengoperan kepada unsur ini pada asasnya penerusan serta pewaris tinggal tetap dalam lingkungan yang berhak harta keluarganya, peninggalan yaitu keluarga purusa(dari menimbulkan persoalan seperti: berhubungan erat dengan sifat hukum a) unsur pertama kekeluargaan umat hindu di bali yang persoalan bagaimana dan patrilineal. Praktek Asas ini sehari-hari dalam sampai sejauhmana hubungan masyarakat seseorang peninggal warisan memperlihatkan bahwa anak kandung dengan kekayaan dipengaruhi laki-laki oleh laki/perempuanlah sifat kekeluargaan lingkungan dimana si peninggal warisan itu berada. b) unsur kedua persoalan dan atau dimana-mana anak sentana menerima warisan Menurut Wayan P. Windia dalam menimbulkan bagaimana bali ayahnya.4 hukum adat Bali yang berdasarkan pada dan sistem kekeluargaan ke purusa orang- sampai sejauh mana harus ada orang yang dapat di perhitungkan sebagai tali ahli waris dalam garis pokok keutamaan kekeluargaan antara si 4 3 laki). ke menerima harta kekayaan itu selalu menimbulkan pancar seorang Tolib Setiady, 2009, Intisari Hukum Adat Indonesia, Penerbit Alfabeta, Bandung, h. 282. Gde Panetje, 2004, Aneka Catatan Tentang Hukum Adat Bali, Penerbit:CV Kayumas Agung. Denpasar, h. 26. I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… 120 . da garis pokok pengganti adalah para laki- I Ketut Artadi,SH.,SU menegaskan laki dalam keluarga yang bersangkutan tentang peran keluarga kepurusa dalam sepanjang tidak terputus ahaknya sebagai memberikan ahli waris.Kelompok orang-orang yang pengangkatan anak.7 Dikatakannya bahwa termasuk dalam garis keutamaan pertama disinilah menurut hemat saya makna dari sebagai ahli waris adalah keturunan kenapa keluarga kepurusa harus memberi pewaris kenceng ke bawah, yaitu anak persetujuan jika dilakukan pengangkatan kandung anak anak di Bali. Makna ini menggantungkan perempuan yang ditingkat kan statusnya suatu tanggung jawab/hak bahkan juga sebagai penerus keturunan (sentana rajeg ) kewajiban bagi keluarga untuk ikut dan anak angkat (sentana peperasan).5 mengarahkan anak angkat untuk selelu laki-laki Soerjono ataupun Soekanto persetujuan dalam mengatakan bakti kepada leluhurnya (tidak drowaka). pada masyarakat di Bali walaupun anak Tanggung jawab disini adalah tanggung perempuan jawab keluarga kepurusa untuk suatu dan janda bukanlah merupakan ahli waris akan tetapi mereka usaha berhak menikmati atas bagian dari harta anak angkat itu untuk selaluada pada batas warisan selama tidak terputus haknya.6 hormat kepada keluarga dan leluhur. Kehilangan hak menikmati dari harta Wajib memberi bimbingan yang baik warisan sesuai dengan adat sopan santun rumpun itu terjadi apabila anak perempuan itu; sedapat-dapatnya membimbing keluarga , dan berhak sebaliknya memecat a) kawin ke luar jika anak angkat itu tidak menjalankan b) dipecat sebagai anak oleh orang dharmanya sebagai anak angkat. tuanya Sedangkan Hilman Hadikusuma mengatakan bagi janda hak menikmati itu hilang apabila janda itu ; bahwa sistem kewarisan di Indonesia ada 3 yaitu sistem kolektif, sistem mayoratdan a) bergendak sistem individual.8 Kalau kita lihat sistem b) kawin lagi. pewarisan di Bali ketiga sistem tersebut berlaku untuk jenis harta warisan tertentu. Pada harta warisan yang tidak dapat 5 Wayan P. Windia, dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Penerbit:Lembaga Dokumentasi Dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana, h. 78. 6 Soerjono Soekanto, 1983, Hukum Adat Indonesia, Penerbit:PT Radja GrafindoPersada, Jakarta, h. 49. dibagi-bagi seperti pusaka berlaku sistem 7 I Ketut Artadi, 1987, Hukum Adat Bali. Penerbit: Setia Kawan, h. 6. 8 Hilman Hadikusuma, 1992, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Penerbit:CV.Mandar Maju, h. 211. I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… 121 . kolektif, pada harta warisan ayah desa di menjadi pemangku berhalangan. Alasan beberapa desa seperti de Ngis Kabupaten kedua Karangasem berlaku sistem mayorat dan Penulis menggunakan konfidensial karena sistem, individual berlaku pada harta alasan ini merupakan alasan yang sangat warisan yang riil yang bersifat perorangan khusus dan merupakan pilihan alasan dengan tetap bepegang pada prinsip yang paling jelek apabila hal ini terjadi kepurusa. seperti perselingkuhan yang dilakukan Setelah kita mengetahui tentang adalah bersaifat konfidensial. oleh perempuan dan terlebih-lebih sampai seluk beluk kepurusa dan predana kita mengakibatkan kembali ke pertanyaan semula yaitu seorang istri melakukan perselingkuhan mengapa harus Menurut dengan laki-laki lain maka ini sangat pendapat penulis ada beberapa alasan berakibat sangat buruk pada keluarga yaitu: pertama dari segi fisik laki-laki tersebut baik secara sekala maupun secara memiliki jika niskala. Hal ini sangat berkaitan dengan perempuan kepercayaan umat hindu yang percaya sehingga laki-laki bisa lebih banyak dengan adanya reinkarnasi dan hal ini berperan di masyarakat. Hal lain yang akan berakibat kacaunya keluarga secara membatasi perempuan adalah setiap bulan kenyataan atau sekala. Secara niskala perempuan mengalami menstruasi yang dipercaya merupakan pembatasan bagi perempuan berreinkarnasi untuk di keturunan kepurusa. Dapat dibayangkan lingkungannya terutama kewajiban yang apa yang terjdi apabila ada laki-laki lain disebut ngayah ngayah di pura dimana yang muncul sebagai teman selingkuh perempuan yang sedang menstruasi tidak sang istri yang juga memiliki leluhur yang boleh bersembahyang dan tidak boleh akan memasuki areal Ternyata kepurusa. fisik dibandingkan lebih dengan melakukan kuat kewajiban pura. Ini adalah salah kehamilan. leluhur akan melakukan yang akan mencari garis reinkarnasi kelebihan yang pula. dimiliki satu alasan juga mengapa Pemangku di perempuan Bali harus laki-laki. Pemangku adalah keturunan memiliki sisi kelemahan jika orang suci yang bertugas memimpin perempuan tidak mampu menjaganya upacara di pura utuk tingkatan upacara dengan baik. Walau demikian bukan tertentu. berarti laki laki boleh berselingkuh, Kalaupun ada pemangku untuk Apabila walaupun mengembangkan perempuan sifatnya hanya membantu karena ia laki-laki maka menggantikan suami apabila suami yang akibatnya akan sama pula apabila dia 122 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . berselingkuh dengan perempuan yang terlebih dahulu namun yang jelas sistem sudah laki-laki perkawinan ini telah terjadi di beberapa adalah secara alamiah dia tidak bisa desa di Bali. Istilah tersebut adalah mengandung, jadi dia tidak mungkin “gelahang bareng” dan “ negen dadua”. mengandung anak orang lain dari hasil Perkawinan persaelingkuhan. Itulah alasan yang kedua dilakukan secara tertutup artinya tidak mengapa perempuan di Bali kebanyakan diumumkan kepada khalayak dan ada juga berkedudukan sebagai predana. Itulah dua yang alasan temukan diketahui oleh aparat desa dan masyarakat mengapa harus menganut kepurusa. Ada umum lainnya. Ada pro dan kontra hal lain yang penting yaitu masyarakat terhadap perkawinan ini dengan berbagai Hindu di Bali harulah konsekuen siapa alasan. Penulis tidak akan memaparkan yang akan menjadi kepurusa dan siapa tentang sejauh mana lembaga perkawinan yang akan menjadi predana. dan yang ini berkembang oleh karena ada beberapa pasti tidak ada yang mendua seperti apa peneliti yang terhadap bersuami. yang terjadi Kelebihan dapat penulis akhir-akhir lembaga” negen gelahang” atau” dadua” ini berupa atau” ini ada dilakukan telah secara kebanyakan terbuka melakukan lembaga dan penelitian perkawinan ini. pada Terlepas dari pro dan kontra terhadap bareng”. lembaga perkawinan ini penulis disini Kesimpulannya adalah sistem kekerabatan akan mengemukakan alasan mengapa di Bali menganut sistem kepurusa baik itu menurut penulis harus menganut sistem laki-laki atau perempuan kepurusa bukan predana apalagi negen gelahang dan harus konsekuen siapa yang akan menjadi dadua atau gelahang bareng. kepurusa dan siapa yang akan menjadi diingat bahwa apapun perbuatan hukum pihak predana. Satu alasan lagi mengapa yang dilakukan oleh masyarakat Bali yang masyarakat konsekuen memeluk agama Hindu tidak bisa lepas menganut sistem kepurusa atau predana dari dasar kepercayaan Agama Hindu yaitu tidak adanya istilah sistem parental. yaitu Panca Srada. Salah satu dasar Jadi sekali lagi hukum adat bali tidak kepercayaan atau srada yang berkaitan mengenal istilah parental. langsung Bali harus Akhir-akhir ini berkembang satu dengan perkawinan Harus adalah “reinkarnasi”. model perkawinan yang baru yang boleh Masyarakat Bali meyakini bahwa dikatakan sama dengan sistem parental. reinkarnasi terjadi dengan mengikuti alur Entah siapa yang memberi istilah ini kepurusa. Artinya roh-roh atau atma yang 123 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . akan melakukan reinkarnasi akan selalu dilahirkan dari status yang kekerabatan melalui garis keturunan kepurusa artinya selain kepurusa tidak akan selamat. Hal roh-roh leluhur dari keluarga istri tidak ini terjadi karena terkait erat dengan akan mungkin bisa bereinkarnasi di kepercayaan adanya roh leluhur atau keluarga suami. Hal ini sangat diyakini kawitan. kebenarannya oleh setiap orang Bali. Hal haruslah jelas apakah mereka menjadi ini terlihat dari tindakan orang-orang Bali kerabat suami ataukah masuk kerabat istri. yang menanyakan kepada orang pintar Apabila ini tidak jelas maka kedua leluhur atau dari kedua belah pihak akan menuntut dukun bereinkarnasi tentang pada siapa bayi yang yang baru dilahirkan. Di daerah Bali timur tindakan Etika kewajiban perkawinan secara di Bali niskalakepada keturunannya berupa bakti dan kewajiban ini disebut “nyapa” di daerah Bali Tengah religi lainnya. Keadaan yang seperti ini disebut “ngaloin” Bagaimanapun hasilnya tidak menguntungkan bagi keturunannya namun yang pasti siapapun yang bereinkarnasi sudah pasti selalu dari garis keturunan laki-laki atau kepurusa. Hal ini terjadi karena status anak yang dilahirkan adalah jelas yaitu dari orang tua yang berstatus kepurusa. Harapan kita semua adalah mendapatkan sentana yang keturunan suputra dan atau bahkan yang seolah-oleh menjadi rebutan kedua leluhur Dari pihak kepurusa dan predana di Bali disebut “mekedeng-kedengan” Diyakini juga keturunannya akan mengalami kejadian kejadian yang tidak masuk akal atau tragedi-tragedi dan bahkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Memang hal ini tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat istilah disebutkan dal Veda Smrti.37 yaitu bali ”lalah tabia” tetapi akan terjadi dalam keturunan yang dapat memberi pengaruh rentang waktu yang lama. Cepat atau untuk melebur dosa-dosa sepuluh tingkat lambat peristiwa ini diyakini pasti akan leluhurnya, sepuluh tingkat keturunannya terjadi. Etika dalam perkawinan Hindu di dan dia sendiri termasuk yang kedua Bali yaitu pihak predana haruslah masuk puluh satu. ke dalam kerabat purusa dengan cara Tetapi Bagaimana halnya apabila pamitan di Pemerajan pihak predana dan anak tersebut dilahirkan dari status orang masuk melapor ke pemerajan kepurusa. tua sistem Tidak cukup dengan cara itu tetapi masih kekerabatannya atau dengan kata lain ada satu lagi yaitu apabila keduanya status perkawinannya tidak kepurusa. berasal dari klan atau soroh yang berbeda. Diyakini Jadi merekapun harus keluar dari klan yang tidak bahwa jelas keturunan yang I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… predana dan masuk ke klan 124 . purusa. dunia ini sehingga apabila ada saloah Upacara ini dilakukan di pura leluhur satun diantara mereka yang beralih agama yang disebut pura “kawitan”. Orang Bali maka hak mereka untuk mewaris menjadi hingga hilang. Hal ini disebabkan oleh karena sekarang masih menyimpan silsilah leluhur mereka dengan baik mereka sehingga disana terlihat jelas siapa siapa memiliki saja leluhur mereka, namun yang pasti keluarga dan leluhurnya. Hal ini juga yang tertulis disitu hanyalah lai-laki atau dikatakan juga Oleh I Ketut Artadi kepurusa. Silsilah ini sangat penting bagi sebagai berikut. Seperti diketahui sistem orang Bali karena menurut kepercayaan kewarisan di Bali tidaklah selesai dan orang terbuka Bali apabila dia melupakan yang beralih kewajiban secara agama tertentu otomatis tidak untuk setelah leluhurnya dia akan mendapat sanksi yang pewarismeninggal dunia. Sebab setelah bersifat niskala atau “kepongor”. Itulah pewaris meninggal dunia, masih perlu sebabnya pada waktu upacara atau odalan diingat serentetan kewajiban yang sama di pemerajan seluruh anggota keluarga sekali tidak boleh dipisahkan akan datang melakukan bakti atau sembah harta warisan yang ditinggalkan itu seperti sebagai wujud bakti kepada leluhur. misalnya Perbuatan asal-usal Dikatakannya bahwa untuk melakukan mencuri pengabenan diperlukan biaya yang cukup seseorang menghilangkan misalnya dengan silsilah leluhur merupakan perbuatan jahat Sanksi mereka Setelah ahli waris melakukan yang serentetan kewajiban, barulah harta warisa melakukan perbuatan ini dapat kita lihat terbuka untuk dialihkan kepada ahli waris. pada lukisan mitos yan g ada di Kertha Perlu ditambahkan bahwa tentang kapan Gosa yang terletak di kota Semara Pura. harta warisan itu terbuka masih terdapat Mitos perbedaan di beberapa daerah di Bali. Ada kepercayaan bagi pengabenan.9 upacara banyak. (pidana) dan merupakan dosa yang sangat besar. dengan jugamerupakan orang Hindhu sumber di Bali yang menerapkan ketentuan bahwa harta sehingga hal ini sangat diyakini akan warisan terbuka untuk diwaris setelah ahli dialami oleh mereka dikehidupan lain waris setelah mereka meninggal dunia yaitu pewaris. Di tempat lain belumlah cukup neraka. Bagitu kuat kepercayaan mereka oleh karena setelah pengabenan masih ada terhadap peran leluhur didalam kehidupan upacara nyekah dan ngunggahan pitara di manusia Hindhu di Bali yang menentukan pemerajan. Setelah melakukan semua melakukan pengabenan bahagia atau tidak kehidupann mereka di 9 I Ketut Artadi, Loc. Cit., h. 106. bagi 125 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… . rentetan upacara ini barulah kewajibannya maka harta warisan itu minimal harus dianggap selesai untu membagi harta dinyatakan tidak terbuka selama keluarga warisannya. itu ada. Apabila kasus seperti ini sampai ke Tradisi ini sudah berjalan selama pengadilan maka hakim haruslah berhati- berabad-abad dan tiada satupun yang hati terutama apabila ada ahli waris yang berani beragama lain. Menurut Artadi sebaiknya yang mengajarkan kepada mereka bahwa hakim menempuh jalan yang lebih tegas siapapun yang melanggar ketentuan ini dalam menentukan kapan harta warisan akan kena sanksi yang bersifat niskala itu terbuka(boleh dibagi). 10 Andaikata melanggarnya. Pengalamanlah yang amat ditakuti oleh siapa saja di hakim menentukan harta warisan itu masyarakat terbuka selesai sekarang adalah mengapa akhir-akhir ini melakukan upacara pengabenan maka ada yang berani melanggar aturan tersebut setidak-tidaknya rasa keadilan dari sistem padahal jelas dikatakan kita di Bali hanya kewarisan di Bali yang erat hubungannya mengenal kepurusa dan predana. Penulis dengan rentetan upacara keagamaan untuk memang belum melakukan penelitian kepentingan keselamatan pewaris yang tentang nota bene (sustau keharusan bagi ahli melakukan hal itu, tetapi dari wawancara waris melakukan) adalah sudah terpenuhi. penulis dengan dua pasangan pengantin Tetapi jika harta warisan itu dinyatakan menunjukkan bahwa adanya kekhawatiran terbuka secara otomatis setelah pewaris pihak perempuan akan masa depannya meninggal dunia terjadi dimana pihak laki-laki tidak mampu serentetan yang menggelisahkan sebab membiayai kehidupan keluarganya dari harta-harta untuk segi materi. Atau setidaknya mereka akan pengabenen itu tidak akan terbatas kepeda kehilangan haknya untuk mewaris sebagai harta warisan saja, tetapi juga menyangkut akibat dari perkawinan ini. Atau terjadi harta kekayaan hasil jerih payah pribadi kekhawatiran ahli waris. Namun jika sudah menyangkut bubar,maka ketika pihak perempuan tidak persoalan ikut memelihara pura keluarga mendapatkan hak lagi untuk mewaris dari dengan segala beban kewajiban maka orang tuanya karena harta warisannya masalahnya sudah menjadi sangat pelik. terlanjur sudah dibagi oleh saudara laki- Setidak-tidaknya jika hal seperti ini lakinya. Memang dikehendaki oleh sistem pewarisan di Bali yang ditimbulkan dari perkawinan ini setelah yang ahli maka waris akan dikeluarkan adat alasan Bali. Masalahnya mengapa apabila mereka perkawinan ini diakui bawa resiko adalah sangat berat dimana di lingkungan 10 Ibid, h. 135. 126 I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… masyarakat mereka . dua diperlukan hanyalah satu dan tidak lebih kewajiban yaitu dilingkungan masyarakat sebab kalau lebih atma akan kebingungan suami dan lingkungan masyarakat istri. rumah mana yang akan ditempati. Hal ini Bagi penulis sendiri kewajiban yang tidak berbeda dengan konsep domisili bersifat dimana seseorang secara yuridis harus sekala memikul seperti kewajiban di lingkungan masyarakatnya dapat disiasati menentukan misalnya dengan meminta bantuan orang berdomisili. Jadi domisilinya haruslah lain sebagai wakil untuk melakukan satu walaupun mereka memiliki beberapa kewajiban-kewajibannya, tetapi rumah. Apabila hal ini tidak dilakukan kewajiban maka sentana atau keturunannyapun akan bagaimana halnya dengan dimana niskala yang telah penulis sebutkan di mengalami atas. Justru inilah yang paling penting diketahui untuk kita bahas agar kejadian ini tidak konsep bertambah atau kalau mereka yang telah dengan “tat twam asi” . terlanjur melakukannya kembali lagi mematuhi aturan yang seharusnya . Di akhir mereka kebingungan penyebabnya. kepercayaan harus yang tidak Inilah dalam Hindu disebut Agar hal ini tidak terjadi maka mau tidak mau orang bali harus menentukan kehidupan kita sebagai pilihan apakah dia sebagai kepurusa atau manusia akan kembali menuju sang predana. pencipta atau disebut dengan “ Amor Ring menjadi kepurusa atau predana. Saran dari Acintya”. Tetapi menurut kepercayaan penulis untuk mereka yang menyimpang orang Hindu Bali yang percaya akan dari ketentuan ini sebaiknya semasa hidup karma phala maka tidak setiap orang bisa sekarang inilah kita harus menentukan langsung mencapai amor ring acintya, sikap jalan mana yang harus kita tempuh tetapi setiap roh orang mati atau atma dari dua jalan yang ada. Apabila tidak kita akan menjalani sanksi sesuai dengan apa lakukan pada saat kita masih hidup akan yang dilakukan semasa hidupnya. Dan menjadi sangat sulit bagi kita untuk untuk membebaskan atma dari hukuman. kembali Inipun terlanjur kita sudah meninggalkan dunia memerlukan doa-doa dari Sekali lagi karena keadaannya bhakti ini berkomunikasi lagi dengan sentana kita diwujudkan dalam bentuk pemerajan. karena alam kita sudah berbeda. Untuk Kalau boleh penulis ibaratkan pemerajan bisa ini adalah sebagai rumah terakhir bagi diperlukan kemampuan spiritual yang orang Hindu di Bali. tinggi Bhakti Rumah yang berkomunikasi atau kalau sulit sudah ini. leluhur. sangat memilih keturunan atau sentana dalam bentuk kepada Tentu harus dengan tidak untuk sentana memiliki I Made Asmarajaya, S.H., M.H. Sistem… 127 . kemampuan itu kita memerlukan media dibandingkan perempuan. Perempuan orang yang memiliki kemampuan untuk memiliki berkomunikasi dengan leluhur di Bali menstruasi yang datang setiap bulan “petapakan” atau yang membatasi peran perempuan disebut dengan “sedahan”. Tentu tidak banyak orang yang keterbatasan seperti Bali. memiliki kemampuan seperti itu sehingga di Bali disebut sidi atau ayakan. Artinya adalah kalau alat penampi beras di bali disebut ngiyu sedangkan anyamannya pada ayakan rapat atau sidi anyamannya langah-langah atau jarangjarang Jadi sidi itu identik dengan jarang-jarang. C. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas maka DAFTAR PUSTAKA BUKU : Artadi, I Ketut, 1987, Hukum Adat Bali. Penerbit: Setia Kawan. Hadikusuma, Hilman, 1992, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Penerbit:CV.Mandar Maju. Panetje, Gde, 2004, Aneka Catatan Tentang Hukum Adat Bali, Penerbit:CV Kayumas Agung. Denpasar. dapat disimpulkan sebagai berikut: - Masyarakat adat di mengenal sistem Bali hanya kekerabatan kepurusa dan predana. Dari kedua sistem kekerabatan ini orang Bali harus menentukan pilihan mereka memilih sebagai apakah mereka kepurusa atau sebagai predana. - Sebagai penerus keturunan adalah mereka yang berstatus sebagai kepurusa bukan predana. Kebanyakan yang berstatus kepurusa adalah lakilaki sedangkan perempuan bisa saja berstatus kepurusa apabila terjadi perkawinan nyentana. Hal ini terjadi oleh karena secara fisik laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat jika Soekamto, Soerjono, 1983, Hukum Adat Indonesia, Penerbit:PT Radja GrafindoPersada, Jakarta. Setiady, Tolib, 2009, Intisari Hukum Adat Indonesia, Penerbit Alfabeta, Bandung. V.E.Korn, DR. Terjemahan I Gde Wayan Pangkat, 1972, Hukum Adat Waris Di Bali, Penerbit: Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar. P. Windia, Wayan, dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Penerbit:Lembaga Dokumentasi Dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana.