Mardani Ali Sera #2019 GANTIPRESIDEN CATATAN SANG INISIATOR GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN Catatan Sang Inisiator Gerakan Penulis Editor Layout & Cover : Mardani Ali Sera : Arief D. Hasibuan : Luqman El-Hadi ISBN: 978-602-5931-02-4 Cetakan I: Agustus 2018 Penerbit RMBOOKS Anggota IKAPI Graha Pena Jakarta, Lt.1 Jln. Kebayoran Lama No.12 Jakarta Selatan 12210 Telp. 021-53651495 (Hunting), Fax. 021-53671716 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak Oleh: PT. Semesta Rakyat Merdeka Hak cipta dilindungi undang-undang All Rights Reserved DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I INISIASI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN • Esensi Gerakan • Gerakan Positif Untuk Demokrasi • Postingan Pertama di Media Sosial • Trending Topik di Twiter • Jadi Trendsetter BAB II MILITANSI RELAWAN GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN • Dari Gelang Karet Hingga Kaos • Kala Kaos Direspon Presiden ii vii 1 1 7 9 14 17 21 21 26 iv | #2019GANTIPRESIDEN • • • • • Menyoal Gesekan Relawan di CFD Deklarasi Relawan Nasional Fenomena Lagu Sang Alang Takjil Gratis Mudik Pakai Kaos BAB III URGENSI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN • Janji-Janji Jokowi • Di Balik Infrastruktur • Rezim Penimbun Utang • Rezim Marak Impor • Pengangguran Merajalela • Serbuan Tenaga Kerja Asing • Angka Kemiskinan • Rezim Pilih Kasih • Ulama Dikriminalisasi BAB IV JOKOWI DAPAT DIKALAHKAN • Beti Dan Beto • Kunci Kemenangan • Cara Mengalahkan Jokowi • Jokowi Tak Aman • Pemilih Loyal Jokowi Minim BAB V ANGIN SEGAR OPOSISI • Mencari Pemimpin yang Amanah • Seruan Habib Rizieq 28 30 35 41 44 47 47 52 53 56 59 62 64 67 72 77 77 79 82 86 88 91 91 96 Catatan Sang Inisiator Gerakan | v • • • PKS-Gerindra Semakin Mesra Tentang Sekretariat Bersama Tentang Poros Ketiga BAB VI IKHTIAR #2019GANTIPRESIDEN • Belajar Dari Kemenangan Tun Mahathir • Belajar Dari Mohamed Salah • Belajar Dari Pilkada DKI 2017 • Belajar Dari Pilkada 2018 • Pilpres 2019 Menang BAHAN BACAAN TENTANG PENULIS 101 108 111 118 118 126 130 137 142 147 149 KATA PENGANTAR S egala puji hanyalah milik Allah SWT. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, dengan Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat merampungkan penyusunan buku yang berjudul #2019GantiPresiden: Catatan Sang Inisiator Gerakan. Seperti yang diketahui. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik tak pernah henti memberitakan tagar #2019GantiPresiden. Sejak awal tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden berselancar di media sosial, dukungan datang mengalir. Tak hanya dari elemen masyarakat yang berada di dalam negeri namun juga di luar negeri. Kini tagar #2019GantiPresiden bertransformasi menjadi gerakan sosial masyarakat yang dahsyat. Keberhasilan tagar #2019GantiPresiden menjadi gerakan sosial bukan tanpa alasan. Tagar #2019GantiPresiden pada hakikatnya menyentuh titik saraf utama masalah di negeri viii | #2019GANTIPRESIDEN ini. Dan masalah itu ada di kepemimpinan nasional kita. Maka ide untuk #2019GantiPresiden mengena ke hati masyarakat. Tentu saja layak untuk diperjuangkan. Bagaimana tidak. Setelah sebelumnya ada kaos, gelang, pin, dan topi bertagar #2019GantiPresiden. Dengan kuasa Allah SWT bergerak pula para seniman dan budayawan yang tergabung dalam relawan gerakan #2019GantiPresiden dengan lagu, puisi, desain grafis yang luar biasa kreatifnya. Jika melihat gelombang yang ada, nampaknya ada dua kekuatan yang membuat para relawan #2019GantiPresiden bersatu. Pertama karena pertolongan Allah SWT, kedua karena keberanian dan kreativitas para relawan #2019GantiPresiden yang luar biasa. Dua kekuatan ini yang membuat keyakinan semakin mantap untuk mengganti presiden pada 2019 mendatang. Saya berpendapat, segala naik turun karena kepemimpinan. Segudang masalah yang melanda bangsa hari ini juga tak jauh dari faktor itu. Semua menyangkut persoalan kapasitas pemimpin di Republik ini. Ibarat kapal yang berlayar di samudra, presiden adalah nahkoda dan Indonesia adalah kapalnya. Tentu saja, nahkoda yang berpengalaman dan memiliki kapasitas, tak akan membuat kapal goyah apalagi karam walau diterjang ombak yang dahsyat sekalipun. Nahkoda, dalam hal ini seorang presiden, harus mengarungi samudra dengan kapasitas yang mumpuni. Supaya negeri ini dapat berlayar dengan tenang menuju dermaga kebahagiaan. Satu periode kepemimpinan Jokowi-JK akan segera rampung. Tidak sampai satu tahun lagi Jokowi akan melepaskan mandat rakyat sebagai Presiden Indonesia selama 5 tahun. Tentu, penilaian terhadap keberhasilan seorang pemimpin dalam jangka waktu hampir satu periode bukan lagi suatu Catatan Sang Inisiator Gerakan | ix hal yang prematur. Sudah saatnya rakyat menagih semua janji politik Jokowi saat kampanye. Pun Jokowi semestinya mampu merealisasikan semua janji politiknya tanpa dalih apapun. Perlu diketahui, saya bukanlah orang yang anti Jokowi. Sejak awal saya katakan gerakan #2019GantiPresiden bukanlah gerakan yang “Asal Bukan Jokowi”. Maka salah jika gerakan #2019GantiPresiden ini diartikan untuk menyerang personal Jokowi. Secara pribadi saya tak pernah punya masalah dengan Jokowi. Bagi saya Jokowi adalah orang yang baik. Beliau benar-benar sedang bekerja. Motto: kerja, kerja, kerja yang diusung juga bagus. Tapi sayangnya, kerja Jokowi pada direction yang salah. Alih-alih ingin menjadi lebih baik, semakin cepat bekerja pada direction yang salah ini malah semakin menuju pada arah kehancuran bangsa. Saya menilai, tak ada inisiatif-inisiatif besar yang diambil Jokowi. Kita lihat kemandirian tidak dibangun. Impor diperbanyak, pendidikan tak diperbaiki, tata hukum semeraut, korupsi semakin merajalela, harga-harga mahal, rupiah terpuruk, hutang membengkak, serbuan TKA, pengangguran tinggi, ulama dikriminalisasi dan lain sebagainya. Tentu yang tak bisa dimaafkan Jokowi betul-betul membiarkan dikotomi masyarakat terjadi. Intinya, negeri ini terbelah karena kepemimpinan yang tak memiliki kapasitas. Saya ingin katakan dalam konteks kepemimpinan, Jokowi nilainya hanya 6. Dan kita ingin presiden yang akan datang nilainya 9 bahkan 10. Untuk itu, nahkoda selanjutnya harus diganti dengan yang memiliki kapasitas yang lebih. Maka cara yang tepat adalah dengan mengganti presiden lewat gerakan #2019GantiPresiden. Tentu saja secara konstitusional, pada Pilpres 2019 mendatang. x | #2019GANTIPRESIDEN Jokowi harusnya beruntung dengan adanya gerakan ini. Karena para relawan #2019GantiPresiden bukanlah jenis orang yang menusuk dari belakang - memuji padahal ingin menikam. Kami lebih memilih jujur meskipun itu pahit. Maka kami tegaskan sekali lagi, dalam pesta demokrasi yang dilaksanakan pada 17 April 2019 Pukul 07:00 – 13:00 WIB, kami bersama masyarakat Indonesia lainnya akan berbondong-bondong mengganti Jokowi sebagai presiden. Siapa penggantinya? Tentu kita akan serahkan kepada para ulama. Silakan para ulama dan tokoh bangsa bermusyawarah. Kami para relawan #2019GantiPresiden akan ikut apa kata ulama. Karena itu kami hanya fokus kepada gerakan #2019GantiPresiden. Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan rakyat. Gerakan ini sah, legal, dan konstitusional. Para relawan #2019GantiPresiden bergerak dengan santun dan dengan akhlak. Tidak memfitnah, menyebarkan hoax, apalagi menggangu ketertiban umum. Oleh karenanya, gerakan #2019GantiPresiden ini ke depan bukan hanya tentang mengganti presiden. Tapi juga memikirkan bagaimana membangun ekonomi dan politik umat. Termasuk menajamkan intelektual dan mengokohkan persatuan umat. Intinya, kita semua ingin Indonesia menjadi negeri yang berkah dan diridhoi Allah SWT. Baldatun Thoyyibatun Wa Robun Ghofur. Dalam kerangka gerakan ini, saya ingin menekankan dan menegaskan. Bahwa gerakan #2019GantiPresiden adalah bayi yang lahir dari rahim niat yang tulus untuk mencintai negeri ini. Tagar ini merupakan perwujudan amal sholeh di era milenial. Saya memang inisiatornya. Tapi sesungguhnya gerakan ini milik masyarakat Indonesia. Terutama milik para pemberani yang menjadi relawan #2019GantiPresiden di Catatan Sang Inisiator Gerakan | xi seluruh penjuru nusantara. Maka tak dapat dipungkiri. Jika gelombang gerakan #2019GantiPresiden yang semakin membesar ini tak lain disebabkan oleh keberanian para relawan tersebut. Kini, gerakan #2019GantiPresiden menjadi social movement yang dahsyat. Gerakan ini akan tercatat dalam lembaran sejarah anak bangsa. Bagaimanapun, saya memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang tagar ini. Untuk itu, saya berinisiatif menukilkan catatan tentang #2019GantiPresiden dalam sebuah buku yang saat ini ada di tangan Anda. Buku ini sebenarnya jauh dari kata sempurna. Isinya hanya berupa catatan-catatan kecil saya yang sebagian sudah diunggah di akun media sosial saya. Untuk itu, saya memohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam buku ini. Terakhir. Saya ucapkan terima kasih kepada para tokoh pejuang gerakan #2019GantiPresiden atas segala cucuran keringat yang berjatuhan. Mohon maaf saya tak bisa tuliskan satu persatu namanya di sini. Terima kasih yang sama juga saya ucapkan kepada para seluruh relawan #2019GantiPresiden. Semoga tetap solid dan selalu meluruskan niat. Tak lupa terima kasih kepada Arief Darmawan Hasibuan sebagai editor dan kepada pihak penerbit (Rakyat Merdeka Books) yang bersedia menerbitkan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Salam #2019GantiPresiden! Jakarta, 31 Juli 2018 Mardani Ali Sera BAB I INISIASI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN “Dan masa (kekuasaan dan kehancuran) itu, Kami pegilirkan di antara manusia..” (QS. 3: 140) ESENSI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang legal. Gerakan ini menjelaskan urgensi mengganti presiden dengan data dan fakta. Gerakan ini juga bagian dari pendidikan politik bagi rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Seperti dijelaskan pada Pasal 1 Ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang sah dan konstitusional. Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah bentuk aspirasi dari masyarakat yang hidup di alam demokrasi. Pernak-pernik berupa kaos, gelang, dan topi bertuliskan #2019GantiPresiden yang dikenakan oleh masyarakat juga bagian dari ekspresi. Tak ada yang boleh melarang. Sebab kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan sebagian dari Hak Asasi Manusia. Sebagaimana tertulis dalam UUD 1945 Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap 2 | #2019GANTIPRESIDEN orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Namun sangat disayangkan. Dari laporan yang saya peroleh. Perlakuan intimidatif diterima masyarakat yang mengenakan kaos #2019GantiPresiden di beberapa daerah. Di Medan, Bogor, dan Sulawesi, misalnya. Bahkan beberapa pemerintah provinsi mengeluarkan maklumat untuk melarang memakai kaos #2019GantiPresiden di acara Care Free Day (CFD). Bagi saya ini menunjukkan bahwa bangsa kita telah darurat kebebasan berekspresi. Pemerintah sebagai penyelenggara negara harusnya melindungi masyarakat. Bukan malah menggunakan aparat keamanan untuk melarangmasyarakatmenggunakankaos#2019GantiPresiden. Harusnya pemerintah dapat melakukan evaluasi agar bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat. Dan pemerintah harus memaknai gerakan #2019GantiPresiden sebagai muhasabah diri. Kehadiran tagar #2019GantiPresiden tidak lain merupakan bentuk kekecewaan rakyat terhadap pemerintah. Mengapa? Karena rakyat merasa dibohongi oleh janji-janji. Alih-alih menepati janji, kinerja pemerintah jauh panggang dari api. Bagaimana tidak. Ekonomi melemah. Harga BBM naik. Subsidi pun dicabut. Tenaga Kerja Asing (TKA) menjamur. Korupsi merajalela. Dolar selangit. Utang menggunung. Ulama dikriminalisasi. Konflik agama tak kunjung surut. Impor sanasini. Dan masih banyak lagi. Semua ini tak akan terjadi jika presiden mahir mengelola negeri. Dan terpenting presiden yang tak hanya pintar pencitraan dan mengumbar janji. Setidaknya ada tiga esensi dari gerakan #2019GantiPresiden. Pertama, sebagai Wake up Call bagi semua anak bangsa. Khususnya bagi umat Catatan Sang Inisiator Gerakan | 3 Islam maupun para alim ulama. Bahwa Pemilu 2019 sudah di ambang mata. Pencoblosan pada hari Rabu, 17 April 2019 antara Pukul 07.00 - 13.00 WIB sangat penting dan fundamental. Mengapa? Karena menentukan nasib bangsa ke depan. Pemilu pada 2019 kali ini juga terbilang istimewa. Sebab Pilpres dan Pileg dilaksanakan secara bersamaan. Indonesia mendapat kesempatan emas (golden opportunity) dalam bentuk bonus demografi yang tidak terjadi dalam beberapa abad ke depan. Dan adagium almost everything rise and fall on leadership selalu berlaku. Hampir segalanya naik dan turun karena kepemimpinan. Apakah Indonesia akan jadi negara yang bersinar atau menjadi negara yang tenggelam? Semua tergantung siapa presiden-nya di 2019 mendatang. Kedua, walau pencoblosan dilakukan pada 17 April 2019, namun pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden dilaksanakan pada 4-10 Agustus 2018. Untuk itu, tinggal menunggu hitungan hari masyarakat akan mengetahui siapa saja calon pemimpin-nya. Tentu saja pada proses ini sangat menegangkan. Penuh persyaratan, penuh perhitungan serta penuh resiko. Syarat 20% kursi hasil Pileg 2014 lalu, siapa calon yang dapat memenangkan dengan komposisi seperti apa (sipil-militer, Jawa-luar Jawa hingga nasionalis-keummatan) perlu dibahas, dikaji, dan dibuat simulasi. Dan itu akan sangat baik dilakukan jika tidak hanya domain partai atau Ormas. Tapi partisipasi dari semua elemen masyarakat juga sangat perlu dilibatkan. Karena itu, sifat gerakan #2019GantiPresiden adalah lintas partai, lintas Ormas, lintas suku, dan lintas agama. Siapapun warga Indonesia yang ingin kepemimpinan lebih baik di 2019 monggo bersatu. Kita tidak sedang menebar kebencian, 4 | #2019GANTIPRESIDEN kita tidak sedang menjelekkan Jokowi. Beliau adalah orang baik. Pemerintah sekarang pun sedang bekerja. Tapi kami menilai - dan ini hak konstitusional kami - bahwa kami ingin #2019GantiPresiden yang lebih baik. Kemudian yang ketiga. Gerakan #2019GantiPresiden ini akan berusaha merumuskan apa yang disebut sebagai agenda Menuju Indonesia Berkah. Indonesia yang dekat dengan Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Indonesia maju, adil, dan makmur sebagaimana ditulis dalam konstitusi. Apa itu? Indonesia yang tidak punya utang luar negeri, Indonesia yang pendapatan perkapita penduduknya mendekati $10.000. Indonesia yang kokoh dan tangguh karena lapangan pekerjaan tersedia dengan pajak yang tidak memberatkan. Indonesia yang market share perbankan syariah di atas 50%. Indonesia yang pendidikannya mampu menghasilkan mujahid dan mujahidah yang tangguh, ikhlas berjuang untuk negeri, ber-akhlaqul karimah dan siap menjadi rahmat bagi seluruh alam. Jika dasar memilih seorang presiden selama ini karena pesona pribadi (pencitraan). Maka kali ini melalui gerakan #2019GantiPresiden masyarakat akan menelisik karakter, termasuk juga kualitas, integritas, kepribadian, track record, kebijakan, dan program, hingga kecenderungan seorang calon presiden. Untuk itu, gerakan #2019GantiPresiden mengajarkan bagaimana berkompetisi yang lebih substantif. Berkompetisi secara gagasan untuk menyelesaikan problem bangsa. Baik gagasan tentang utang negara, gagasan soal dunia usaha, gagasan soal demokrasi yang semakin terancam, maupun gagasan-gagasan lainnya. Gerakan #2019GantiPresiden akan terus berjalan membawa misi ini semua. Tentu dengan Catatan Sang Inisiator Gerakan | 5 cara yang baik dan benar. Tidak dengan menebar kebencian apalagi memfitnah. Gerakan #2019GantiPresiden akan selalu merujuk pada ulama dan selalu mengandalkan kekuatan pemilik alam semesta. Allah SWT. Menangkis Serangan Fitnah dan Teror Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah antitesa dari gerakan #JokowiDuaPeriode. Baik gerakan #2019GantiPresiden maupun gerakan #JokowiDuaPeriode, keduanya sama-sama bagian dari aspirasi masyarakat. Dua entitas dari gerakan bertagar ini dapat saling berkompetisi di era demokrasi. Masing-masing berlomba untuk meraih kemenangan pada Pilpres 2019 mendatang. Itu sah, legal dan konstitusional! Namun ironis. Sejak tagar #2019GantiPresiden mencuat ke permukaan, reaksi yang “berlebihan” datang dari segala penjuru. Mulai dari fitnah, hoax, hingga teror tak hentihentinya menerpa. Bahkan menyerang para pejuang gerakan #2019GantiPresiden ini. Sebut saja misalnya fitnah dari salah satu akun yang mengunggah foto saya di media sosial dengan Zakaria yang difitnah sebagai Abu Hamzah (pemiliki travel bermasalah Abu Tour). Fitnah itu menyebut bahwa gerakan #2019GantiPresiden dibiayai pemilik travel tersebut. Namun saya hanya bisa mengelus dada dan menanggapinya sambil tersenyum. Kita tentu mafhum bahwa fitnah dan serangan ini bukan kali pertama. Masih banyak sekali fitnah dan pemberitaan hoax menyerang saya dan para pejuang gerakan #2019GantiPresiden. Belakangan ini teror menimpa rumah saya. Bom Molotov dilemparkan oleh orang tak dikenal pada malam hari ke atas genteng rumah. Untungnya Allah SWT 6 | #2019GANTIPRESIDEN masih melindungi kami sekeluarga. Saat ini kejadian tersebut sedang di tangani pihak kepolisian. Mari kita doakan supaya polisi dapat mengungkap kasus teror ini. Tak hanya saya. Teror juga melanda salah satu pejuang gerakan #2019GantiPresiden, Neno Warisman. Mobil miliknya juga tak luput dari sasaran pengerusakan oleh orang yang tak dikenal. Tak hanya itu, persekusi dan penghadangan juga harus diterima Neno Warisman saat sedang ingin menghadiri deklarasi relawan #2019GantiPresiden di sejumlah daerah. Tentu masih banyak kasus-kasus lainnya. Baik fitnah maupun teror ini bukan yang pertama dan mungkin juga bukan yang terakhir. Tapi kita semua senantiasa berlindung dan meminta pertolongan pada Allah SWT supaya terhindar dari segala keburukan dan marabahaya. Dalam AlQuran Surat Hud 88, Allah berfirman: “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah” Oleh karena itu. Niat yang lurus dan dengan pertolongan Allah SWT, baik saya maupun para pejuang dan relawan gerakan #2019GantiPresiden dapat menangkis berbagai serangan fitnah. Alhamdulillah, perlawanan ini membuahkan semangat perjuangan untuk semakin mantap menatap Pilpres 2019. Sebagai kelanjutan dari gerakan 212 di DKI, gerakan #2019GantiPresiden ingin membawa perubahan yang lebih baik terhadap kepemimpinan bangsa ini. Tentunya, kepemimpinan yang mengedepankan aspek keimanan, Catatan Sang Inisiator Gerakan | 7 ketakwaan, keadilan sosial , dan kedaulatan serta kemandirian. GERAKAN POSITIF UNTUK DEMOKRASI Tak sedikit orang yang gerah dengan adanya gerakan #2019GantiPresiden. Bahkan ada yang mempersoalkan. Sampai-sampai menganggap gerakan #2019GantiPresiden sebagai bagian dari upaya makar terhadap pemerintah. Tentu saja anggapan ini menggelitik kita. Jika ditelisik lebih mendalam penyebutan 2019 dalam tagar #2019GantiPresiden sangat jelas mengarah pada suatu rencana Pilpres 2019. Jadi sikap ekspresi tagar ini bukanlah bermaksud untuk melakukan upaya makar seperti yang dituduhkan oleh sekelompok orang. Melainkan untuk mengganti presiden secara konstitusional pada Pilpres mendatang. Dalam konteks demokrasi. Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang positif. Gerakan #2019GantiPresiden dapat menggairahkan partisipasi politik warga negara. Masyarakat jadi terlibat dengan proses demokrasi yang saat ini sedang diruwat. Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015 berada pada angka 72,82. Angka itu turun dibanding 2014 yang mencapai 73,04. Gejala terjungkirnya IDI dibanding 2014 disebabkan tiga aspek: pertama, demokrasi kebebasan sipil yang menurun dari 86,62 menjadi 80,30. Kedua, aspek lembaga-lembaga demokrasi turun pada angka 8,94 dari 75,81 pada 2014 menjadi 66,87. Sementara hanya satu yang meningkat yakni aspek hak politik yakni dari 63,72 menjadi 70,63. Tatkala kondisi demokrasi Indonesia terus seperti ini. Tanpa haluan dan tujuan jelas. Maka, menurut saya, yang paling bertanggungjawab adalah para elit yang berkuasa. Penguasa 8 | #2019GANTIPRESIDEN yang dengan semena-mena membuat sendi demokrasi kita rapuh. Jauh hari, James Modison telah mewanti-wanti bahwa bencana demokrasi terkadang datang dari elit penguasa. Panggung politik diwarnai kegaduhan. Para penguasa lupa akan pemegang tertinggi demokrasi. Politik berubah pentas bagi-bagi jabatan. Pembahasan UU bak sapi peras. Tentu dengan ideologi penawaran tertinggi. Penegakan hukum tersungkur di bawah logika pragmatisme. Demokrasi berubah menjadi alat transaksional. Di tengah hiruk-pikuk demokrasi model ini, maka demokrasi Indonesia perlu diruwat. Rakyat perlu sadar akan haknya. Dan penguasa harus dikontrol. Wacana menggalakkan esensi demokrasi penting diketengahkan. Bukan retorika belaka. Tujuan akhir adalah kesejahteraan semua kalangan. Maka, cara paling efektif untuk mengembalikan demokrasi kepada khittahnya adalah dengan berjuang lewat jalan politik. Lewat perjuangan politik, kita akan mampu mewujudkan citacita reformasi dan esensi demokrasi. Tentu saja politik yang sehat dan santun. Politik yang mengetengahkan etika politik yang manusiawi. Dengan cara menggandeng masyarakat untuk berpartisipasi aktif menjadi pejuang politik di era digital ini. Menelisik betapa urgennya demokrasi, maka gerakan #2019GantiPresiden memiliki kekuatan politik signifikan. Dari gerakan #2019GantiPresiden saya melihat angin segar perubahan akan segera bertiup. Apalagi pejuang politik telah terbentuk dari segenap elemen masyarakat di seluruh penjuru tanah air. Mereka yang memiliki kecintaan terhadap negerinya. Mereka yang bercita-cita untuk membawa Indonesia berkah. Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya. Indonesia yang Baldatun Toyyibatun Wa Robun Ghofur. Catatan Sang Inisiator Gerakan | 9 POSTINGAN PERTAMA DI MEDIA SOSIAL Media sosial memiliki fungsi yang sangat ideal. Media sosial juga dinilai memiliki magnet dan daya pikat tersendiri bagi masyarakat. Terutama kaitannya dalam politik. Hal ini tentu saja karena sifat media sosial yang maya. Tak mengenal adanya batas ruang dan waktu. Sehingga interaksi dan gagasan politik dapat lebih mudah tersampaikan dan cepat menjangkau masyarakat. Pengguna media sosial di tanah air yang semakin meningkat tiap tahunnya ini membuat media sosial semakin sexy di mata para politisi. Seperti yang diketahui. Perusahaan Riset We Are Social pada 26 Januari 2017, merilis pengguna media sosial di Indonesia pada 2017 meningkat menjadi 106 juta setelah sebelumnya di tahun 2016 berjumlah 79 juta. Bahkan ditemukan juga bahwa untuk kepemilikan akun media sosial pengguna internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 132 juta akun. Stepi Anriani dalam bukunya yang berjudul Intelijen dan Pilkada juga mengemukakan hasil survei pengguna internet dan media sosial di Indonesia. Hasilnya, pada awal 2018, dari populasi Indonesia yang mendekati 265,4 juta jiwa, sekitar 132,7 juta orang Indonesia telah memiliki akses internet. Dari 132,7 juta pengguna internet tadi, sebanyak 90% adalah pengguna media sosial aktif. Angka ini menunjukkan peningkatan 49% dari tahun sebelumnya. Ini artinya, media sosial semakin digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Data ini juga menunjukkan bahwa internet sudah mendapat tempat di hati masyarakat. Tak bisa dipungkiri. Kini era digitalisasi telah menjelma di pelbagai lini kehidupan. Dalam waktu singkat, internet menjelma menjadi realitas global. Salah satu lembaga 10 | #2019GANTIPRESIDEN Internasional, UN International Telecommunications Union (ITU), suatu lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa 2016 lalu setengah penghuni bumi telah menggunakan internet. Beranjak dari realitas ini, maka benar perkataan Milton Muller bahwa sekarang dunia berada dalam keadaan baru. Kemudian ia sebut sebagai globalisasi secara unilateral. Wajar saja, pelbagai orang jatuh hati pada media baru ini. Teknologi digital ini mempunyai keunggulan mampu menembus ruang dan waktu. Menjelma bak pesulap andal. Koneksinya mampu membuat seorang berada dalam dunia dua tempat dalam satu waktu. Tak ada pembatas. Dunia nan luas berada dalam alat berbentuk persegi empat - yang populer dengan sebutan gawai. Seantero informasi bisa diakses lewat gawai di tangan tiap-tiap orang. Dan di Indonesia, itu semua populer dengan istilah dunia maya. Berangkat dari fenomena ini, media sosial menjadi sarana yang amat menjanjikan. Tak hanya bagi informasi dan interaksi. Tapi juga bagi pendidikan politik masyarakat. Edukasi politik kepada masyarakat lewat media sosial dapat dibilang lebih efektif. Sebab dapat menjangkau ke seluruh pelosok negeri. Manfaatnya tak hanya untuk memupuk demokrasi. Tapi juga untuk meningkatkan partisipasi politik. Oleh karena itu, gerakan #2019GantiPresiden sesungguhnya tak lepas dari peran media sosial. Ini membuktikan betapa media sosial itu penting. Platform media sosial seperti: Facebook, Instagram, Twitter, You Tobe, Line, Path, dan lainnya, berhasil menjelma menjadi arena baru dalam kaitannya dengan partisipasi politik masyarakat. Sejak di-posting pertama kali di media sosial lewat Twitter, tagar #2019GantiPresiden ini langsung banjir Catatan Sang Inisiator Gerakan | 11 dukungan. Netizen berbondong-bondong menyukai (like) dan membagikan ulang (retweet) tagar #2019GantiPresiden. Hingga akhirnya, menjadi viral dan menjadi buah bibir media massa. Secepat kilat, tagar #2019GantiPresiden ini pun menyebar di seluruh platform media sosial lainnya. Tak pernah disangka. Tagar #2019GantiPresiden berhasil menyedot perhatian publik. Tak hanya publik di dunia maya tapi juga di dunia nyata. Saya pribadi. Tak pernah membayangkan sebelumnya. Inisiatif untuk mengganti presiden secara konstitusional lewat Pilpres 2019 ternyata banjir dukungan. Apalagi kini tagar #2019GantiPresiden melalangbuana di media sosial. Meski demikian, tagar #2019GantiPresiden bukan muncul tanpa alasan. Inisiatif ini lahir dari suara hati masyarakat sendiri yang memiliki kecintaan terhadap bumi pertiwi. Masyarakat yang rindu akan presiden yang berpihak dan dapat memenuhi janji-janji. Serta masyarakat yang rindu akan presiden yang dapat mencintai dan dicintai. Dari sinilah tagar #2019GantiPresiden itu terinspirasi. Kali Pertama Tampil di ILC Undangan untuk menjadi narasumber pertama kalinya di Indonesia Lawyer Club (ILC) besutan Wartawan Senior, Karni Ilyas pada 27 Februari 2018 dengan tema Jokowi Semakin Kuat? menjadi sebuah kesempatan emas. Program acara yang berkelas dan selalu menyajikan isu hangat itu patut di ancungi jempol. Selain selalu menghadirkan narasumber yang andal, ILC juga selalu menghasilkan dialektika yang tajam. Isu-isu yang dibahas selalu menarik. Tak heran, jika ILC selalu menjadi bahan rujukan masyarakat untuk mengetahui segala informasi dari persoalan yang terjadi pada bangsa ini. 12 | #2019GANTIPRESIDEN Pernyataan salah satu narasumber, Said Didu di ILC yang mengatakan bahwa “semua partai sama saja”, sontak mengganggu telinga. Pernyataan itu lalu saya tepis dengan menyebutkan bahwa “PKS beda”. PKS adalah partai dakwah. Saya lalu mengatakan dengan tegas “2019 kita akan ganti pemerintah”. Pernyataan ini sekaligus untuk membantah isu miring yang mencoba mendiskreditkan PKS. Apalagi sebelumnya, beredar fitnah dan poster dukungan PKS terhadap Joko Widodo untuk Pilpres 2019. Poster itu bertuliskan: PKS Partaiku, Jokowi Capresku. Poster tersebut juga dilengkapi tagar #Capres2019. Hal ini tentu saja fitnah. Tujuan tak lain untuk menjatuhkan PKS. Padahal sebaliknya, PKS sangat konsisten menjadi partai oposisi. Kendati demikian, meski saat itu diundang sebagai perwakilan partai (PKS). Tapi Mardani Ali Sera saat tampil di program Indonesia Lawyers Club (ILC) Catatan Sang Inisiator Gerakan | 13 saat berbicara di ILC, saya memposisikan diri sebagai rakyat yang menginginkan agar Indonesia di 2019 memiliki presiden baru. Pasca acara ILC berlangsung, keesokan harinya, cuplikan video yang menampilkan saat saya menyatakan 2019 ganti pemerintah menyebar di media sosial. Dan hingga akhirnya menjadi viral. Selanjutnya, di acara yang sama (ILC). Telinga saya lagi-lagi terganggu dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Ruhut Sitompul dan Nusron Wahid, yang berlebihan memuji Jokowi sedemikian rupa. Saat itu, tegas saya respon dengan pernyataan pertama: “Pak Jokowi bisa kita kalahkan”. Saya sebutkan kemudian dengan lantang: “Profesional kita akan mengalahkan Presiden Jokowi”. Sontak cuplikan video saat saya berbicara menyatakan hal itu, viral kembali. Ketika cuplikan video ILC tersebut diunggah pertama kali di Facebook. Tak menduga. Ternyata yang melihat (viewers) mencapai 100.000 dalam seminggu. Video yang kedua bertambah lagi, dan membludak menjadi 300.000 lebih viewers dalam seminggu. Kami simpulkan. Ternyata banyak yang suka dengan sikap lantang kita. Termasuk juga inisiatif untuk mengganti presiden. Melihat respon masyarakat yang begitu dahsyat. Bersama tim dan teman-teman yang lain ikhtiar ini pun didiskusikan. Ini saatnya publik mendapatkan edukasi untuk mencari pemimpin yang lebih baik. Oleh karena itu, hasil dari diskusi bersama tim kemudian melahirkan slogan 2019 Ganti Presiden dengan tagar #2019GantiPresiden. Akhirnya tagar ini pun kita selancarkan di media sosial. Semangat mengganti presiden baru di 2019 dan tagar #2019GantiPresiden kita unggah pertama kali secara resmi melalui akun sosmed kita. 14 | #2019GANTIPRESIDEN TRENDING TOPIK DI TWITER Di Indonesia perkembangan media sosial cukup pesat. Ekspansinya menjelajahi seluruh pulau di nusantara—Sabang sampai Merauke—. Perkembangan pesat media sosial sejalan dengan melonjak pengguna internet. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari sekian banyak pengguna internet di Indonesia ada tiga media sosial yang paling digemari. Di antaranya: Facebook dengan 71,6 juta pengguna (54 persen). Menyusul Instagram di posisi kedua dengan 19,9 juta pengguna (15 persen). Pada posisi ketiga yang paling sering dikunjungi adalah Youtube. Layanan berbagi video itu digemari 14,5 (11 persen). Adalah Facebook. Media sosial yang berpusat di negeri Paman Sam, Amerika ini menjadi yang paling populer di Indonesia. Termasuk media sosial yang cukup umur. Namun, hingga kini pamornya tak jua menurun. Eksis dan tak terkalahkan di Indonesia. Meski banyak media sosial lain seperti: Line dan Whatsapp yang menjangkau hingga ruangruang komunikasi paling pribadi dalam interaksi antar dua manusia. Di lain sisi, instagram pun eksis beberapa tahun terakhir. Tak hanya kalangan bawah, kalangan elit pun turut ambil andil. Citra diri yang dibentuk untuk menggaet populeritas. Artis, pejabat, politisi, dan cendikiawan pun turut ambil bagian dalam memanfaatkan media sosial yang memanfaatkan fitur foto ini. Selain itu, kicauan burung Twitter juga tak bisa dipandang sebelah mata. Pola komunikasi yang berseliweran berkat cuitan netizen pun dianggap potensial. Dengan keunikan tanda pagar (tagar) yang dimiliki, suatu isu hangat dapat menjadi trending topic dalam platform media sosial yang satu Catatan Sang Inisiator Gerakan | 15 ini. Tagar #2019GantiPresiden termasuk yang mengambil bagian dari trending topic di Twitter. Tak hanya sekedar slogan, tagar #2019GantiPresiden juga berisi alasan dan sejumlah urgensinya. Tak dinyana, gagasan ini kemudian mendapat dukungan netizen. Alhasil, tagar #2019GantiPresiden ini viral dan menjadi trending topic di Twitter. Berdasarkan data Drone Emprit, peranti lunak analisis percakapan di media online dan media sosial besutan Ismail Fahmi, ada beberapa fakta menarik tentang tagar #2019GantiPresiden. Seperti yang dilansir dari Viva. coid, Ismail menuliskan, hasil analisis Drone Emprit sejak 1 April sampai 10 April, menemukan sebanyak 110 ribu mention tentang #2019GantiPresiden. Bahkan, pengukuran Drone Emprit menunjukkan, justru Jokowi merupakan top promotor tagar #2019GantiPresiden tersebut. Hal ini dikarenakan komentar Jokowi dalam sebuah pidato, pada 1 April 2018 yang menyindir gerakan #2019GantiPresiden. Menurut Ismail, komentar Jokowi atas kaos #2019GantiPresiden memicu naiknya tagar #2019GantiPresiden. Ismail bahkan menuliskan, dari tren volume percakapan, sehari setelah komentar Jokowi itu, total mention harian tagar #2019GantiPresiden melonjak, yakni: 300 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah sebelumnya hanya 7 ribu mention per hari. Pada hari berikutnya dan seterusnya tagar #2019GantiPresiden pun terus mencapai puncak populeritasnya. Lebih dari itu, peta Social Network Analysis (SNA) Drone Emprit menunjukkan, tagar #2019GantiPresiden didukung oleh kluster besar yang berisi full team promotor yang selama ini muncul dalam kluster Muslim Cyber Army (MCA). Tagar ini di-retweet oleh follower yang mayoritas polanya akun asli. Jika 16 | #2019GANTIPRESIDEN dilihat head to head, menurut peta SNA tersebut, kluster pro #2019GantiPresiden lebih besar dibanding kluster yang kontra dengan tagar tersebut. Malah kluster yang kontra pada tagar #2019GantiPresiden sangat kecil. Beberapa lembaga survei media turut melakukan analisis terkait tagar #2019GantiPresiden ini. Sebuah riset juga dilakukan oleh beberapa media daring, seperti yang dilakukan Alinea.id. Hasil survei Alinea.id pada Minggu (29/04), tagar #Pokoknya2019GantiPresiden nangkring di posisi pertama trending topic media sosial Twitter. Alineia. id juga membeberkan hasil riset publik yang membicarakan tagar #2019GantiPresiden ini dengan membaginya menjadi 4 sebaran usia. Di antaranya: 18-25 tahun (43,,40%), di atas 35 tahun (43,40%), usia 26-35 tahun (29,50%), dan di bawah 18 tahun (29,50%). Sementara dalam ranah gender category tercatat laki-laki menduduki posisi (75,00%) lebih tinggi di banding perempuan (25,00%) dalam membahas tagar #2019GantiPresiden ini. Pasca tagar #2019GantiPresiden di posting, netizen memang tampak heboh. Pro kontra baik di dunia maya maupun di dunia nyata di antara masyarakat tak terhindarkan. Ada yang menganggap bahwa tagar #2019GantiPresiden merupakan ungkapan masyarakat Indonesia yang ingin menganti presiden yang sekarang menjabat. Namun, ada pihak lain yang menganggap tagar tersebut hanyalah sebuah sensasi menjelang tahun politik di 2019. Hal seperti ini biasa saja dan lumrah terjadi. Kendati demikian. Baik pro maupun kontra, yang jelas tagar #2019GantiPresiden menjadi ramai diperbincangkan. Berbagai isu turut meramaikan tagar ini hingga menjadi trending topic di Twitter. Respon beragam pun banyak Catatan Sang Inisiator Gerakan | 17 diberikan oleh netizen. Mulai dengan mencari tahu isu-isu terkait, hingga turut me-retweet atau men-share berita yang berkaitan dengan tagar #2019GantiPresiden. JADI TRENDSETTER Viralnya tagar #2019GantiPresiden benar-benar mewabah ke dunia nyata. Berbagai lapisan masyarakat ramai-ramai menjadikan tagar #2019GantiPresiden sebagai trendsetter. Suatu waktu dalam sebuah kunjungan kerja di pelosok Desa Babelan Sukawangi, Bekasi. Saya mendapati seorang warga mengenakan kaos bertagar #2018GantiLurah. Kebetulan tak lama lagi penyelenggaraan pemilihan di tingkat kelurahan di Desa mereka akan berlangsung. Ketika ditanya, dari mana ide mengenakan kaos bertagar #2018GantiLurah itu ia dapatkan. Ternyata warga tersebut mengaku terinspirasi dari tagar #2019GantiPresiden. Bagi saya yang dilakukan warga tersebut menarik dan patut diapresiasi. Bahkan masyarakat di pelosok Desa sudah gerak dan jalan sendiri untuk menyalurkan aspirasinya. Hal ini membuktikan betapa dampak dari tagar #2019GantiPresiden ini sangat terasa dan dahsyat sekali. Ini yang disebut sebagai social movement. Tak lama tagar #2019GantiPresiden viral. Muncul berbagai tagar lainnya. Namun masih dengan semangat yang sama. Sebut saja, tagar yang datang dari elite Partai Demokrat. Mereka mempopulerkan tagar #2019PemimpinMuda di media sosial. Hal itu disampaikan sebagai upaya mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju di Pilpres 2019. Apa yang dilakukan oleh elit Partai Demokrat itu sah-sah saja. Tentu kita merasa senang dan mendukung apapun tagar yang senapas dengan #2019GantiPresiden. Namun yang jelas, semua tagar tersebut tak dapat mengelak dari turunan tagar 18 | #2019GANTIPRESIDEN #2019GantiPresiden. Artinya, trendsetter-nya tetap tagar #2019GantiPresiden. Artinya, perpaduan tahun politik dan aspirasi mengganti pemimpin itu merupakan turunan dari #2019GantiPresiden. Dengan demikian, jika ada #2019PemimpinMuda, justru membuat tagar #2019GantiPresiden jadi makin populer. Apapun slogannya, baik tagar #2018GantiWalikota, #2018GantiLurah, maupun #2019GantiPacar, dan lain sebagainya. Akan semakin memperkuat brand dan meningkatkan populeritas tagar #2019GantiPresiden. Berangkat dari situ. Kini tagar #2019GantiPresiden bertransformasi menjadi gerakan sosial yang masif. Seiring dengan antusiasme dan simpati masyarakat yang semakin tinggi. Bahkan, munculnya pernak-pernik berupa kaos, gelang, topi, dan lain sebagainya membuat tagar #2019GantiPresiden menjadi trendsetter di kalangan “Anak Muda Zaman Now”. Tak berlebihan dikatakan. Bahwa gerakan #2019GantiPresiden telah menjadi trendsetter di zaman milenial ini. Ceruk Suara Pemilih Milenial Pembicaraan tentang milenial ini cukup menarik. Sebagaimana kita ketahui. Pergelaran Pilpres dan Pileg 2019 mendatang kian istimewa. Pelbagai kejutan akan hadir dan turut meramaikan hajat akbar lima tahunan ini. Salah satunya, tentang pemilih dari kalangan generasi milenial. Penyelenggara Pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat pada 2019 mendatang jumlah pemilih dari kalangan milenial—umur 1738 tahun— berkisar sebanyak 55 persen dari jumlah pemilih 196,5 juta. Jumlah angka yang sangat fantastis besar. Di tempat lain, menurut data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sebanyak 60 juta orang dikukuhkan Catatan Sang Inisiator Gerakan | 19 sebagai pemilih pemula. Jumlah sangat besar untuk kalangan anak muda yang baru akan merasakan sensasi Pemilu sekelas Pilpres dan Pileg. Di samping itu, angka yang tak kalah besar pun juga dicatat BPS terkait pemilih kurun usia 18-35 tahun, yang berkisar sebanyak 100 juta orang pemilih. Hasil riset di atas memang penting. Tak bisa dibantah. Dibandingkan dengan negara lain, generasi muda Indonesia masuk ke-4 terbesar di dunia. Sedangkan untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia menempati negara dengan generasi milenial terbesar. Beranjak dari kenyataan tersebut, momentum pelbagai hajat lima tahun, yang akan di gelar di Pilpres 2019 tak terlepas dari peran generasi millenial. Atau generasi yang disebut juga sebagai generasi emas. Lantas siapa pula mereka yang berjuluk generasi emas ini? Saat ini generasi millenial tengah menjadi topik perbincangan hangat. Generasi yang berjuluk generasi Y merupakan sekelompok orang yang lahir di antara tahun 1980-2000 an atau yang sering dipanggil sebagai Generasi X. Dengan kata lain Generasi Y adalah sekelompok anak muda yang berumur 17-37 di tahun ini. Dalam teknologi, generasi ini dianggap memiliki keistimewaan dengan teknologi. Revolusi teknologi lah yang mendorong munculnya generasi milenial. Karenanya mereka menggunakan sarana teknologi yang menyajikan informasi secara cepat sebagai referensi utama di segala hal. Termasuk referensi di bidang politik. Perkembangan teknologi membuat generasi milenial mampu menelan informasi dengan kapasitas tak terbatas dalam satu waktu. Pelbagai informasi yang dapat mereka input dengan mudah membuat generasi milenial memiliki sikap kritis sehingga dapat membandingkan satu isu politik dengan isu yang lain. 20 | #2019GANTIPRESIDEN Dari pelbagai fenomena politik yang muncul, generasi milenial lebih menitikberatkan pada kasus yang mereka pahami untuk dijadikan sebagai topik ruang dialog terbuka. Bisa jadi generasi milenial mengartikan hak dasar politik ‘versi’ mereka sehingga tak mudah untuk dipengaruhi oleh kepentingan politik apa pun. Untuk menarik simpati generasi ini, harus jelas dan tegas memperhatikan kebutuhan terkini untuk menarik simpati mereka. Karenanya, dunia perpolitikkan pun harus cepat dan tepat menggunakan media informasi untuk mendulang suara dari generasi milenial. Jika tidak, siap-siap untuk tertinggal ditelan oleh mobilitas yang melanda dunia informasi. Menurut hemat saya, internet lah yang menjadi dalang utama sekaligus menjadi fenomena yang paling digemari. Kekuatan internet yang sesungguhnya bersifat dunia maya mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat yang berada di dunia nyata. Internet yang berafiliasi menjadi dunia maya jualah yang mendalangi dan mempengaruhi sikap politik masyarakat. Terutama politik generasi milenial. Maka dengan adanya tagar #2019GantiPresiden ini, harapannya netizen yang didominasi oleh generasi milenial dapat tercerahkan.