Uploaded by common.user83499

Buku 2019 Ganti Presiden- Mardani

advertisement
Mardani Ali Sera
#2019
GANTIPRESIDEN
CATATAN
SANG INISIATOR GERAKAN
#2019GANTIPRESIDEN
Catatan Sang Inisiator Gerakan
Penulis
Editor
Layout & Cover
: Mardani Ali Sera
: Arief D. Hasibuan
: Luqman El-Hadi
ISBN: 978-602-5931-02-4
Cetakan I: Agustus 2018
Penerbit RMBOOKS
Anggota IKAPI
Graha Pena Jakarta, Lt.1
Jln. Kebayoran Lama No.12 Jakarta Selatan 12210
Telp. 021-53651495 (Hunting), Fax. 021-53671716
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2.
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak Oleh:
PT. Semesta Rakyat Merdeka
Hak cipta dilindungi undang-undang
All Rights Reserved
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
INISIASI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN
• Esensi Gerakan
• Gerakan Positif Untuk Demokrasi
• Postingan Pertama di Media Sosial
• Trending Topik di Twiter
• Jadi Trendsetter
BAB II
MILITANSI RELAWAN GERAKAN
#2019GANTIPRESIDEN
• Dari Gelang Karet Hingga Kaos
• Kala Kaos Direspon Presiden
ii
vii
1
1
7
9
14
17
21
21
26
iv | #2019GANTIPRESIDEN
•
•
•
•
•
Menyoal Gesekan Relawan di CFD
Deklarasi Relawan Nasional
Fenomena Lagu Sang Alang
Takjil Gratis
Mudik Pakai Kaos
BAB III
URGENSI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN
• Janji-Janji Jokowi
• Di Balik Infrastruktur
• Rezim Penimbun Utang
• Rezim Marak Impor
• Pengangguran Merajalela
• Serbuan Tenaga Kerja Asing
• Angka Kemiskinan
• Rezim Pilih Kasih
• Ulama Dikriminalisasi
BAB IV
JOKOWI DAPAT DIKALAHKAN
• Beti Dan Beto
• Kunci Kemenangan
• Cara Mengalahkan Jokowi
• Jokowi Tak Aman
• Pemilih Loyal Jokowi Minim
BAB V
ANGIN SEGAR OPOSISI
• Mencari Pemimpin yang Amanah
• Seruan Habib Rizieq
28
30
35
41
44
47
47
52
53
56
59
62
64
67
72
77
77
79
82
86
88
91
91
96
Catatan Sang Inisiator Gerakan | v
•
•
•
PKS-Gerindra Semakin Mesra
Tentang Sekretariat Bersama
Tentang Poros Ketiga
BAB VI
IKHTIAR #2019GANTIPRESIDEN
• Belajar Dari Kemenangan Tun Mahathir
• Belajar Dari Mohamed Salah
• Belajar Dari Pilkada DKI 2017
• Belajar Dari Pilkada 2018
• Pilpres 2019 Menang
BAHAN BACAAN
TENTANG PENULIS
101
108
111
118
118
126
130
137
142
147
149
KATA PENGANTAR
S
egala puji hanyalah milik Allah SWT. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, dengan Rahmat
dan Karunia-Nya saya dapat merampungkan penyusunan
buku yang berjudul #2019GantiPresiden: Catatan Sang
Inisiator Gerakan.
Seperti yang diketahui. Berbagai media massa baik
cetak maupun elektronik tak pernah henti memberitakan
tagar #2019GantiPresiden. Sejak awal tanda pagar (tagar)
#2019GantiPresiden berselancar di media sosial, dukungan
datang mengalir. Tak hanya dari elemen masyarakat yang
berada di dalam negeri namun juga di luar negeri. Kini tagar
#2019GantiPresiden bertransformasi menjadi gerakan sosial
masyarakat yang dahsyat.
Keberhasilan tagar #2019GantiPresiden menjadi gerakan
sosial bukan tanpa alasan. Tagar #2019GantiPresiden pada
hakikatnya menyentuh titik saraf utama masalah di negeri
viii | #2019GANTIPRESIDEN
ini. Dan masalah itu ada di kepemimpinan nasional kita. Maka
ide untuk #2019GantiPresiden mengena ke hati masyarakat.
Tentu saja layak untuk diperjuangkan. Bagaimana tidak.
Setelah sebelumnya ada kaos, gelang, pin, dan topi bertagar
#2019GantiPresiden. Dengan kuasa Allah SWT bergerak pula
para seniman dan budayawan yang tergabung dalam relawan
gerakan #2019GantiPresiden dengan lagu, puisi, desain grafis
yang luar biasa kreatifnya.
Jika melihat gelombang yang ada, nampaknya ada dua
kekuatan yang membuat para relawan #2019GantiPresiden
bersatu. Pertama karena pertolongan Allah SWT, kedua karena
keberanian dan kreativitas para relawan #2019GantiPresiden
yang luar biasa. Dua kekuatan ini yang membuat keyakinan
semakin mantap untuk mengganti presiden pada 2019
mendatang.
Saya berpendapat, segala naik turun karena kepemimpinan.
Segudang masalah yang melanda bangsa hari ini juga tak
jauh dari faktor itu. Semua menyangkut persoalan kapasitas
pemimpin di Republik ini. Ibarat kapal yang berlayar di
samudra, presiden adalah nahkoda dan Indonesia adalah
kapalnya. Tentu saja, nahkoda yang berpengalaman dan
memiliki kapasitas, tak akan membuat kapal goyah apalagi
karam walau diterjang ombak yang dahsyat sekalipun.
Nahkoda, dalam hal ini seorang presiden, harus mengarungi
samudra dengan kapasitas yang mumpuni. Supaya negeri ini
dapat berlayar dengan tenang menuju dermaga kebahagiaan.
Satu periode kepemimpinan Jokowi-JK akan segera
rampung. Tidak sampai satu tahun lagi Jokowi akan melepaskan
mandat rakyat sebagai Presiden Indonesia selama 5 tahun.
Tentu, penilaian terhadap keberhasilan seorang pemimpin
dalam jangka waktu hampir satu periode bukan lagi suatu
Catatan Sang Inisiator Gerakan | ix
hal yang prematur. Sudah saatnya rakyat menagih semua janji
politik Jokowi saat kampanye. Pun Jokowi semestinya mampu
merealisasikan semua janji politiknya tanpa dalih apapun.
Perlu diketahui, saya bukanlah orang yang anti Jokowi.
Sejak awal saya katakan gerakan #2019GantiPresiden
bukanlah gerakan yang “Asal Bukan Jokowi”. Maka salah jika
gerakan #2019GantiPresiden ini diartikan untuk menyerang
personal Jokowi. Secara pribadi saya tak pernah punya
masalah dengan Jokowi. Bagi saya Jokowi adalah orang yang
baik. Beliau benar-benar sedang bekerja. Motto: kerja, kerja,
kerja yang diusung juga bagus. Tapi sayangnya, kerja Jokowi
pada direction yang salah. Alih-alih ingin menjadi lebih baik,
semakin cepat bekerja pada direction yang salah ini malah
semakin menuju pada arah kehancuran bangsa.
Saya menilai, tak ada inisiatif-inisiatif besar yang diambil
Jokowi. Kita lihat kemandirian tidak dibangun. Impor
diperbanyak, pendidikan tak diperbaiki, tata hukum semeraut,
korupsi semakin merajalela, harga-harga mahal, rupiah
terpuruk, hutang membengkak, serbuan TKA, pengangguran
tinggi, ulama dikriminalisasi dan lain sebagainya. Tentu yang
tak bisa dimaafkan Jokowi betul-betul membiarkan dikotomi
masyarakat terjadi. Intinya, negeri ini terbelah karena
kepemimpinan yang tak memiliki kapasitas.
Saya ingin katakan dalam konteks kepemimpinan, Jokowi
nilainya hanya 6. Dan kita ingin presiden yang akan datang
nilainya 9 bahkan 10. Untuk itu, nahkoda selanjutnya harus
diganti dengan yang memiliki kapasitas yang lebih. Maka cara
yang tepat adalah dengan mengganti presiden lewat gerakan
#2019GantiPresiden. Tentu saja secara konstitusional, pada
Pilpres 2019 mendatang.
x | #2019GANTIPRESIDEN
Jokowi harusnya beruntung dengan adanya gerakan ini.
Karena para relawan #2019GantiPresiden bukanlah jenis
orang yang menusuk dari belakang - memuji padahal ingin
menikam. Kami lebih memilih jujur meskipun itu pahit.
Maka kami tegaskan sekali lagi, dalam pesta demokrasi
yang dilaksanakan pada 17 April 2019 Pukul 07:00 – 13:00
WIB, kami bersama masyarakat Indonesia lainnya akan
berbondong-bondong mengganti Jokowi sebagai presiden.
Siapa penggantinya? Tentu kita akan serahkan kepada para
ulama. Silakan para ulama dan tokoh bangsa bermusyawarah.
Kami para relawan #2019GantiPresiden akan ikut apa
kata ulama. Karena itu kami hanya fokus kepada gerakan
#2019GantiPresiden.
Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan
rakyat. Gerakan ini sah, legal, dan konstitusional. Para
relawan #2019GantiPresiden bergerak dengan santun dan
dengan akhlak. Tidak memfitnah, menyebarkan hoax, apalagi menggangu ketertiban umum. Oleh karenanya, gerakan
#2019GantiPresiden ini ke depan bukan hanya tentang mengganti presiden. Tapi juga memikirkan bagaimana membangun
ekonomi dan politik umat. Termasuk menajamkan intelektual
dan mengokohkan persatuan umat. Intinya, kita semua ingin
Indonesia menjadi negeri yang berkah dan diridhoi Allah SWT.
Baldatun Thoyyibatun Wa Robun Ghofur.
Dalam kerangka gerakan ini, saya ingin menekankan dan
menegaskan. Bahwa gerakan #2019GantiPresiden adalah
bayi yang lahir dari rahim niat yang tulus untuk mencintai
negeri ini. Tagar ini merupakan perwujudan amal sholeh di
era milenial. Saya memang inisiatornya. Tapi sesungguhnya
gerakan ini milik masyarakat Indonesia. Terutama milik para
pemberani yang menjadi relawan #2019GantiPresiden di
Catatan Sang Inisiator Gerakan | xi
seluruh penjuru nusantara. Maka tak dapat dipungkiri. Jika
gelombang gerakan #2019GantiPresiden yang semakin membesar ini tak lain disebabkan oleh keberanian para relawan
tersebut. Kini, gerakan #2019GantiPresiden menjadi social
movement yang dahsyat. Gerakan ini akan tercatat dalam lembaran sejarah anak bangsa.
Bagaimanapun, saya memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang tagar ini. Untuk
itu, saya berinisiatif menukilkan catatan tentang #2019GantiPresiden dalam sebuah buku yang saat ini ada di tangan Anda.
Buku ini sebenarnya jauh dari kata sempurna. Isinya hanya
berupa catatan-catatan kecil saya yang sebagian sudah diunggah di akun media sosial saya. Untuk itu, saya memohon maaf
apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam buku ini.
Terakhir. Saya ucapkan terima kasih kepada para tokoh
pejuang gerakan #2019GantiPresiden atas segala cucuran
keringat yang berjatuhan. Mohon maaf saya tak bisa tuliskan
satu persatu namanya di sini. Terima kasih yang sama juga saya
ucapkan kepada para seluruh relawan #2019GantiPresiden.
Semoga tetap solid dan selalu meluruskan niat. Tak lupa terima
kasih kepada Arief Darmawan Hasibuan sebagai editor dan
kepada pihak penerbit (Rakyat Merdeka Books) yang bersedia
menerbitkan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Salam #2019GantiPresiden!
Jakarta, 31 Juli 2018
Mardani Ali Sera
BAB I INISIASI
GERAKAN
#2019GANTIPRESIDEN
“Dan masa (kekuasaan dan kehancuran) itu,
Kami pegilirkan di antara manusia..”
(QS. 3: 140)
ESENSI GERAKAN #2019GANTIPRESIDEN
Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang legal.
Gerakan ini menjelaskan urgensi mengganti presiden dengan
data dan fakta. Gerakan ini juga bagian dari pendidikan politik
bagi rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Seperti
dijelaskan pada Pasal 1 Ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Oleh karena itu, gerakan #2019GantiPresiden
adalah gerakan yang sah dan konstitusional.
Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah bentuk
aspirasi dari masyarakat yang hidup di alam demokrasi.
Pernak-pernik berupa kaos, gelang, dan topi bertuliskan
#2019GantiPresiden yang dikenakan oleh masyarakat juga
bagian dari ekspresi. Tak ada yang boleh melarang. Sebab
kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan sebagian
dari Hak Asasi Manusia. Sebagaimana tertulis dalam UUD
1945 Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap
2 | #2019GANTIPRESIDEN
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”.
Namun sangat disayangkan. Dari laporan yang saya peroleh.
Perlakuan intimidatif diterima masyarakat yang mengenakan
kaos #2019GantiPresiden di beberapa daerah. Di Medan,
Bogor, dan Sulawesi, misalnya. Bahkan beberapa pemerintah
provinsi mengeluarkan maklumat untuk melarang memakai
kaos #2019GantiPresiden di acara Care Free Day (CFD).
Bagi saya ini menunjukkan bahwa bangsa kita telah darurat
kebebasan berekspresi. Pemerintah sebagai penyelenggara
negara harusnya melindungi masyarakat.
Bukan malah menggunakan aparat keamanan untuk
melarangmasyarakatmenggunakankaos#2019GantiPresiden.
Harusnya pemerintah dapat melakukan evaluasi agar bisa
mengembalikan kepercayaan masyarakat. Dan pemerintah
harus memaknai gerakan #2019GantiPresiden sebagai
muhasabah diri.
Kehadiran tagar #2019GantiPresiden tidak lain merupakan
bentuk kekecewaan rakyat terhadap pemerintah. Mengapa?
Karena rakyat merasa dibohongi oleh janji-janji. Alih-alih
menepati janji, kinerja pemerintah jauh panggang dari
api. Bagaimana tidak. Ekonomi melemah. Harga BBM naik.
Subsidi pun dicabut. Tenaga Kerja Asing (TKA) menjamur.
Korupsi merajalela. Dolar selangit. Utang menggunung. Ulama
dikriminalisasi. Konflik agama tak kunjung surut. Impor sanasini. Dan masih banyak lagi.
Semua ini tak akan terjadi jika presiden mahir mengelola
negeri. Dan terpenting presiden yang tak hanya pintar
pencitraan dan mengumbar janji. Setidaknya ada tiga esensi
dari gerakan #2019GantiPresiden. Pertama, sebagai Wake
up Call bagi semua anak bangsa. Khususnya bagi umat
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 3
Islam maupun para alim ulama. Bahwa Pemilu 2019 sudah
di ambang mata. Pencoblosan pada hari Rabu, 17 April
2019 antara Pukul 07.00 - 13.00 WIB sangat penting dan
fundamental. Mengapa? Karena menentukan nasib bangsa
ke depan. Pemilu pada 2019 kali ini juga terbilang istimewa.
Sebab Pilpres dan Pileg dilaksanakan secara bersamaan.
Indonesia mendapat kesempatan emas (golden opportunity)
dalam bentuk bonus demografi yang tidak terjadi dalam
beberapa abad ke depan. Dan adagium almost everything rise
and fall on leadership selalu berlaku. Hampir segalanya naik
dan turun karena kepemimpinan.
Apakah Indonesia akan jadi negara yang bersinar atau
menjadi negara yang tenggelam? Semua tergantung siapa
presiden-nya di 2019 mendatang.
Kedua, walau pencoblosan dilakukan pada 17 April 2019,
namun pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden
dilaksanakan pada 4-10 Agustus 2018. Untuk itu, tinggal
menunggu hitungan hari masyarakat akan mengetahui siapa
saja calon pemimpin-nya. Tentu saja pada proses ini sangat
menegangkan. Penuh persyaratan, penuh perhitungan serta
penuh resiko. Syarat 20% kursi hasil Pileg 2014 lalu, siapa
calon yang dapat memenangkan dengan komposisi seperti apa
(sipil-militer, Jawa-luar Jawa hingga nasionalis-keummatan)
perlu dibahas, dikaji, dan dibuat simulasi. Dan itu akan sangat
baik dilakukan jika tidak hanya domain partai atau Ormas.
Tapi partisipasi dari semua elemen masyarakat juga sangat
perlu dilibatkan.
Karena itu, sifat gerakan #2019GantiPresiden adalah lintas
partai, lintas Ormas, lintas suku, dan lintas agama. Siapapun
warga Indonesia yang ingin kepemimpinan lebih baik di
2019 monggo bersatu. Kita tidak sedang menebar kebencian,
4 | #2019GANTIPRESIDEN
kita tidak sedang menjelekkan Jokowi. Beliau adalah orang
baik. Pemerintah sekarang pun sedang bekerja. Tapi kami
menilai - dan ini hak konstitusional kami - bahwa kami ingin
#2019GantiPresiden yang lebih baik.
Kemudian yang ketiga. Gerakan #2019GantiPresiden ini
akan berusaha merumuskan apa yang disebut sebagai agenda
Menuju Indonesia Berkah. Indonesia yang dekat dengan
Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Indonesia maju,
adil, dan makmur sebagaimana ditulis dalam konstitusi. Apa
itu? Indonesia yang tidak punya utang luar negeri, Indonesia
yang pendapatan perkapita penduduknya mendekati $10.000.
Indonesia yang kokoh dan tangguh karena lapangan
pekerjaan tersedia dengan pajak yang tidak memberatkan.
Indonesia yang market share perbankan syariah di atas 50%.
Indonesia yang pendidikannya mampu menghasilkan mujahid
dan mujahidah yang tangguh, ikhlas berjuang untuk negeri,
ber-akhlaqul karimah dan siap menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Jika dasar memilih seorang presiden selama ini karena
pesona pribadi (pencitraan). Maka kali ini melalui gerakan
#2019GantiPresiden masyarakat akan menelisik karakter,
termasuk juga kualitas, integritas, kepribadian, track record,
kebijakan, dan program, hingga kecenderungan seorang calon
presiden.
Untuk itu, gerakan #2019GantiPresiden mengajarkan
bagaimana berkompetisi yang lebih substantif. Berkompetisi
secara gagasan untuk menyelesaikan problem bangsa. Baik
gagasan tentang utang negara, gagasan soal dunia usaha,
gagasan soal demokrasi yang semakin terancam, maupun
gagasan-gagasan lainnya. Gerakan #2019GantiPresiden
akan terus berjalan membawa misi ini semua. Tentu dengan
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 5
cara yang baik dan benar. Tidak dengan menebar kebencian
apalagi memfitnah. Gerakan #2019GantiPresiden akan selalu
merujuk pada ulama dan selalu mengandalkan kekuatan
pemilik alam semesta. Allah SWT.
Menangkis Serangan Fitnah dan Teror
Sejatinya, gerakan #2019GantiPresiden adalah antitesa
dari gerakan #JokowiDuaPeriode. Baik gerakan #2019GantiPresiden maupun gerakan #JokowiDuaPeriode, keduanya
sama-sama bagian dari aspirasi masyarakat. Dua entitas
dari gerakan bertagar ini dapat saling berkompetisi di
era demokrasi. Masing-masing berlomba untuk meraih
kemenangan pada Pilpres 2019 mendatang. Itu sah, legal dan
konstitusional!
Namun ironis. Sejak tagar #2019GantiPresiden mencuat
ke permukaan, reaksi yang “berlebihan” datang dari segala
penjuru. Mulai dari fitnah, hoax, hingga teror tak hentihentinya menerpa. Bahkan menyerang para pejuang gerakan
#2019GantiPresiden ini. Sebut saja misalnya fitnah dari salah
satu akun yang mengunggah foto saya di media sosial dengan
Zakaria yang difitnah sebagai Abu Hamzah (pemiliki travel
bermasalah Abu Tour). Fitnah itu menyebut bahwa gerakan
#2019GantiPresiden dibiayai pemilik travel tersebut. Namun
saya hanya bisa mengelus dada dan menanggapinya sambil
tersenyum.
Kita tentu mafhum bahwa fitnah dan serangan ini
bukan kali pertama. Masih banyak sekali fitnah dan
pemberitaan hoax menyerang saya dan para pejuang gerakan
#2019GantiPresiden. Belakangan ini teror menimpa rumah
saya. Bom Molotov dilemparkan oleh orang tak dikenal pada
malam hari ke atas genteng rumah. Untungnya Allah SWT
6 | #2019GANTIPRESIDEN
masih melindungi kami sekeluarga. Saat ini kejadian tersebut
sedang di tangani pihak kepolisian. Mari kita doakan supaya
polisi dapat mengungkap kasus teror ini.
Tak hanya saya. Teror juga melanda salah satu pejuang
gerakan #2019GantiPresiden, Neno Warisman. Mobil miliknya
juga tak luput dari sasaran pengerusakan oleh orang yang
tak dikenal. Tak hanya itu, persekusi dan penghadangan juga
harus diterima Neno Warisman saat sedang ingin menghadiri
deklarasi relawan #2019GantiPresiden di sejumlah daerah.
Tentu masih banyak kasus-kasus lainnya. Baik fitnah maupun
teror ini bukan yang pertama dan mungkin juga bukan yang
terakhir. Tapi kita semua senantiasa berlindung dan meminta
pertolongan pada Allah SWT supaya terhindar dari segala
keburukan dan marabahaya.
Dalam AlQuran Surat Hud 88, Allah berfirman:
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan (pertolongan) Allah”
Oleh karena itu. Niat yang lurus dan dengan pertolongan
Allah SWT, baik saya maupun para pejuang dan relawan
gerakan #2019GantiPresiden dapat menangkis berbagai
serangan fitnah. Alhamdulillah, perlawanan ini membuahkan
semangat perjuangan untuk semakin mantap menatap Pilpres
2019.
Sebagai kelanjutan dari gerakan 212 di DKI, gerakan
#2019GantiPresiden ingin membawa perubahan yang
lebih baik terhadap kepemimpinan bangsa ini. Tentunya,
kepemimpinan yang mengedepankan aspek keimanan,
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 7
ketakwaan, keadilan sosial , dan kedaulatan serta kemandirian.
GERAKAN POSITIF UNTUK DEMOKRASI
Tak sedikit orang yang gerah dengan adanya gerakan
#2019GantiPresiden. Bahkan ada yang mempersoalkan.
Sampai-sampai menganggap gerakan #2019GantiPresiden
sebagai bagian dari upaya makar terhadap pemerintah.
Tentu saja anggapan ini menggelitik kita. Jika ditelisik lebih
mendalam penyebutan 2019 dalam tagar #2019GantiPresiden
sangat jelas mengarah pada suatu rencana Pilpres 2019.
Jadi sikap ekspresi tagar ini bukanlah bermaksud untuk
melakukan upaya makar seperti yang dituduhkan oleh
sekelompok orang. Melainkan untuk mengganti presiden
secara konstitusional pada Pilpres mendatang.
Dalam konteks demokrasi. Gerakan #2019GantiPresiden
adalah gerakan yang positif. Gerakan #2019GantiPresiden
dapat menggairahkan partisipasi politik warga negara.
Masyarakat jadi terlibat dengan proses demokrasi yang saat
ini sedang diruwat. Sebagaimana diketahui, Badan Pusat
Statistik mencatat, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015
berada pada angka 72,82.
Angka itu turun dibanding 2014 yang mencapai 73,04.
Gejala terjungkirnya IDI dibanding 2014 disebabkan tiga
aspek: pertama, demokrasi kebebasan sipil yang menurun
dari 86,62 menjadi 80,30. Kedua, aspek lembaga-lembaga
demokrasi turun pada angka 8,94 dari 75,81 pada 2014
menjadi 66,87. Sementara hanya satu yang meningkat yakni
aspek hak politik yakni dari 63,72 menjadi 70,63.
Tatkala kondisi demokrasi Indonesia terus seperti ini.
Tanpa haluan dan tujuan jelas. Maka, menurut saya, yang paling
bertanggungjawab adalah para elit yang berkuasa. Penguasa
8 | #2019GANTIPRESIDEN
yang dengan semena-mena membuat sendi demokrasi kita
rapuh. Jauh hari, James Modison telah mewanti-wanti bahwa
bencana demokrasi terkadang datang dari elit penguasa.
Panggung politik diwarnai kegaduhan. Para penguasa lupa
akan pemegang tertinggi demokrasi. Politik berubah pentas
bagi-bagi jabatan. Pembahasan UU bak sapi peras. Tentu
dengan ideologi penawaran tertinggi. Penegakan hukum
tersungkur di bawah logika pragmatisme. Demokrasi berubah
menjadi alat transaksional.
Di tengah hiruk-pikuk demokrasi model ini, maka
demokrasi Indonesia perlu diruwat. Rakyat perlu sadar akan
haknya. Dan penguasa harus dikontrol. Wacana menggalakkan
esensi demokrasi penting diketengahkan. Bukan retorika
belaka. Tujuan akhir adalah kesejahteraan semua kalangan.
Maka, cara paling efektif untuk mengembalikan demokrasi
kepada khittahnya adalah dengan berjuang lewat jalan politik.
Lewat perjuangan politik, kita akan mampu mewujudkan citacita reformasi dan esensi demokrasi. Tentu saja politik yang
sehat dan santun. Politik yang mengetengahkan etika politik
yang manusiawi. Dengan cara menggandeng masyarakat
untuk berpartisipasi aktif menjadi pejuang politik di era
digital ini.
Menelisik betapa urgennya demokrasi, maka gerakan
#2019GantiPresiden memiliki kekuatan politik signifikan.
Dari gerakan #2019GantiPresiden saya melihat angin segar
perubahan akan segera bertiup. Apalagi pejuang politik telah
terbentuk dari segenap elemen masyarakat di seluruh penjuru
tanah air. Mereka yang memiliki kecintaan terhadap negerinya.
Mereka yang bercita-cita untuk membawa Indonesia berkah.
Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya. Indonesia yang
Baldatun
Toyyibatun
Wa
Robun
Ghofur.
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 9
POSTINGAN PERTAMA DI MEDIA SOSIAL
Media sosial memiliki fungsi yang sangat ideal. Media
sosial juga dinilai memiliki magnet dan daya pikat tersendiri
bagi masyarakat. Terutama kaitannya dalam politik. Hal ini
tentu saja karena sifat media sosial yang maya. Tak mengenal
adanya batas ruang dan waktu. Sehingga interaksi dan
gagasan politik dapat lebih mudah tersampaikan dan cepat
menjangkau masyarakat. Pengguna media sosial di tanah air
yang semakin meningkat tiap tahunnya ini membuat media
sosial semakin sexy di mata para politisi.
Seperti yang diketahui. Perusahaan Riset We Are Social pada
26 Januari 2017, merilis pengguna media sosial di Indonesia
pada 2017 meningkat menjadi 106 juta setelah sebelumnya di
tahun 2016 berjumlah 79 juta. Bahkan ditemukan juga bahwa
untuk kepemilikan akun media sosial pengguna internet di
Indonesia sudah mencapai lebih dari 132 juta akun.
Stepi Anriani dalam bukunya yang berjudul Intelijen dan
Pilkada juga mengemukakan hasil survei pengguna internet
dan media sosial di Indonesia. Hasilnya, pada awal 2018, dari
populasi Indonesia yang mendekati 265,4 juta jiwa, sekitar
132,7 juta orang Indonesia telah memiliki akses internet.
Dari 132,7 juta pengguna internet tadi, sebanyak 90%
adalah pengguna media sosial aktif. Angka ini menunjukkan
peningkatan 49% dari tahun sebelumnya. Ini artinya, media
sosial semakin digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Data
ini juga menunjukkan bahwa internet sudah mendapat tempat
di hati masyarakat.
Tak bisa dipungkiri. Kini era digitalisasi telah menjelma
di pelbagai lini kehidupan. Dalam waktu singkat, internet
menjelma menjadi realitas global. Salah satu lembaga
10 | #2019GANTIPRESIDEN
Internasional, UN International Telecommunications Union
(ITU), suatu lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa
melaporkan bahwa 2016 lalu setengah penghuni bumi telah
menggunakan internet. Beranjak dari realitas ini, maka benar
perkataan Milton Muller bahwa sekarang dunia berada dalam
keadaan baru. Kemudian ia sebut sebagai globalisasi secara
unilateral. Wajar saja, pelbagai orang jatuh hati pada media
baru ini.
Teknologi digital ini mempunyai keunggulan mampu
menembus ruang dan waktu. Menjelma bak pesulap andal.
Koneksinya mampu membuat seorang berada dalam dunia
dua tempat dalam satu waktu. Tak ada pembatas. Dunia nan
luas berada dalam alat berbentuk persegi empat - yang populer
dengan sebutan gawai. Seantero informasi bisa diakses lewat
gawai di tangan tiap-tiap orang. Dan di Indonesia, itu semua
populer dengan istilah dunia maya.
Berangkat dari fenomena ini, media sosial menjadi sarana
yang amat menjanjikan. Tak hanya bagi informasi dan interaksi.
Tapi juga bagi pendidikan politik masyarakat. Edukasi politik
kepada masyarakat lewat media sosial dapat dibilang lebih
efektif. Sebab dapat menjangkau ke seluruh pelosok negeri.
Manfaatnya tak hanya untuk memupuk demokrasi. Tapi juga
untuk meningkatkan partisipasi politik.
Oleh karena itu, gerakan #2019GantiPresiden sesungguhnya tak lepas dari peran media sosial. Ini membuktikan
betapa media sosial itu penting. Platform media sosial seperti:
Facebook, Instagram, Twitter, You Tobe, Line, Path, dan lainnya, berhasil menjelma menjadi arena baru dalam kaitannya
dengan partisipasi politik masyarakat.
Sejak di-posting pertama kali di media sosial lewat
Twitter, tagar #2019GantiPresiden ini langsung banjir
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 11
dukungan. Netizen berbondong-bondong menyukai (like)
dan membagikan ulang (retweet) tagar #2019GantiPresiden.
Hingga akhirnya, menjadi viral dan menjadi buah bibir media
massa. Secepat kilat, tagar #2019GantiPresiden ini pun
menyebar di seluruh platform media sosial lainnya.
Tak pernah disangka. Tagar #2019GantiPresiden berhasil
menyedot perhatian publik. Tak hanya publik di dunia
maya tapi juga di dunia nyata. Saya pribadi. Tak pernah
membayangkan sebelumnya. Inisiatif untuk mengganti
presiden secara konstitusional lewat Pilpres 2019 ternyata
banjir dukungan. Apalagi kini tagar #2019GantiPresiden
melalangbuana di media sosial.
Meski demikian, tagar #2019GantiPresiden bukan muncul
tanpa alasan. Inisiatif ini lahir dari suara hati masyarakat
sendiri yang memiliki kecintaan terhadap bumi pertiwi.
Masyarakat yang rindu akan presiden yang berpihak dan
dapat memenuhi janji-janji. Serta masyarakat yang rindu akan
presiden yang dapat mencintai dan dicintai. Dari sinilah tagar
#2019GantiPresiden itu terinspirasi.
Kali Pertama Tampil di ILC
Undangan untuk menjadi narasumber pertama kalinya di
Indonesia Lawyer Club (ILC) besutan Wartawan Senior, Karni
Ilyas pada 27 Februari 2018 dengan tema Jokowi Semakin
Kuat? menjadi sebuah kesempatan emas. Program acara
yang berkelas dan selalu menyajikan isu hangat itu patut di
ancungi jempol. Selain selalu menghadirkan narasumber yang
andal, ILC juga selalu menghasilkan dialektika yang tajam.
Isu-isu yang dibahas selalu menarik. Tak heran, jika ILC selalu
menjadi bahan rujukan masyarakat untuk mengetahui segala
informasi dari persoalan yang terjadi pada bangsa ini.
12 | #2019GANTIPRESIDEN
Pernyataan salah satu narasumber, Said Didu di ILC
yang mengatakan bahwa “semua partai sama saja”, sontak
mengganggu telinga. Pernyataan itu lalu saya tepis dengan
menyebutkan bahwa “PKS beda”. PKS adalah partai dakwah.
Saya lalu mengatakan dengan tegas “2019 kita akan ganti
pemerintah”. Pernyataan ini sekaligus untuk membantah isu
miring yang mencoba mendiskreditkan PKS.
Apalagi sebelumnya, beredar fitnah dan poster dukungan
PKS terhadap Joko Widodo untuk Pilpres 2019. Poster itu
bertuliskan: PKS Partaiku, Jokowi Capresku. Poster tersebut
juga dilengkapi tagar #Capres2019. Hal ini tentu saja fitnah.
Tujuan tak lain untuk menjatuhkan PKS. Padahal sebaliknya,
PKS sangat konsisten menjadi partai oposisi. Kendati demikian,
meski saat itu diundang sebagai perwakilan partai (PKS). Tapi
Mardani Ali Sera saat tampil di program Indonesia Lawyers Club (ILC)
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 13
saat berbicara di ILC, saya memposisikan diri sebagai rakyat
yang menginginkan agar Indonesia di 2019 memiliki presiden
baru.
Pasca acara ILC berlangsung, keesokan harinya, cuplikan
video yang menampilkan saat saya menyatakan 2019 ganti
pemerintah menyebar di media sosial. Dan hingga akhirnya
menjadi viral. Selanjutnya, di acara yang sama (ILC). Telinga
saya lagi-lagi terganggu dengan pernyataan yang dilontarkan
oleh Ruhut Sitompul dan Nusron Wahid, yang berlebihan
memuji Jokowi sedemikian rupa. Saat itu, tegas saya respon
dengan pernyataan pertama: “Pak Jokowi bisa kita kalahkan”.
Saya sebutkan kemudian dengan lantang: “Profesional kita
akan mengalahkan Presiden Jokowi”. Sontak cuplikan video
saat saya berbicara menyatakan hal itu, viral kembali.
Ketika cuplikan video ILC tersebut diunggah pertama kali
di Facebook. Tak menduga. Ternyata yang melihat (viewers)
mencapai 100.000 dalam seminggu. Video yang kedua
bertambah lagi, dan membludak menjadi 300.000 lebih
viewers dalam seminggu. Kami simpulkan. Ternyata banyak
yang suka dengan sikap lantang kita. Termasuk juga inisiatif
untuk mengganti presiden.
Melihat respon masyarakat yang begitu dahsyat. Bersama
tim dan teman-teman yang lain ikhtiar ini pun didiskusikan.
Ini saatnya publik mendapatkan edukasi untuk mencari
pemimpin yang lebih baik. Oleh karena itu, hasil dari diskusi
bersama tim kemudian melahirkan slogan 2019 Ganti
Presiden dengan tagar #2019GantiPresiden. Akhirnya tagar
ini pun kita selancarkan di media sosial. Semangat mengganti
presiden baru di 2019 dan tagar #2019GantiPresiden kita
unggah pertama kali secara resmi melalui akun sosmed kita.
14 | #2019GANTIPRESIDEN
TRENDING TOPIK DI TWITER
Di Indonesia perkembangan media sosial cukup pesat.
Ekspansinya menjelajahi seluruh pulau di nusantara—Sabang
sampai Merauke—. Perkembangan pesat media sosial sejalan
dengan melonjak pengguna internet. Berdasarkan data
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari
sekian banyak pengguna internet di Indonesia ada tiga media
sosial yang paling digemari. Di antaranya: Facebook dengan
71,6 juta pengguna (54 persen). Menyusul Instagram di posisi
kedua dengan 19,9 juta pengguna (15 persen). Pada posisi
ketiga yang paling sering dikunjungi adalah Youtube. Layanan
berbagi video itu digemari 14,5 (11 persen).
Adalah Facebook. Media sosial yang berpusat di negeri
Paman Sam, Amerika ini menjadi yang paling populer di
Indonesia. Termasuk media sosial yang cukup umur. Namun,
hingga kini pamornya tak jua menurun. Eksis dan tak
terkalahkan di Indonesia. Meski banyak media sosial lain
seperti: Line dan Whatsapp yang menjangkau hingga ruangruang komunikasi paling pribadi dalam interaksi antar dua
manusia.
Di lain sisi, instagram pun eksis beberapa tahun terakhir.
Tak hanya kalangan bawah, kalangan elit pun turut ambil
andil. Citra diri yang dibentuk untuk menggaet populeritas.
Artis, pejabat, politisi, dan cendikiawan pun turut ambil bagian
dalam memanfaatkan media sosial yang memanfaatkan fitur
foto ini.
Selain itu, kicauan burung Twitter juga tak bisa dipandang
sebelah mata. Pola komunikasi yang berseliweran berkat
cuitan netizen pun dianggap potensial. Dengan keunikan
tanda pagar (tagar) yang dimiliki, suatu isu hangat dapat
menjadi trending topic dalam platform media sosial yang satu
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 15
ini. Tagar #2019GantiPresiden termasuk yang mengambil
bagian dari trending topic di Twitter. Tak hanya sekedar slogan,
tagar #2019GantiPresiden juga berisi alasan dan sejumlah
urgensinya. Tak dinyana, gagasan ini kemudian mendapat
dukungan netizen. Alhasil, tagar #2019GantiPresiden ini viral
dan menjadi trending topic di Twitter.
Berdasarkan data Drone Emprit, peranti lunak analisis
percakapan di media online dan media sosial besutan
Ismail Fahmi, ada beberapa fakta menarik tentang tagar
#2019GantiPresiden. Seperti yang dilansir dari Viva.
coid, Ismail menuliskan, hasil analisis Drone Emprit
sejak 1 April sampai 10 April, menemukan sebanyak 110
ribu mention tentang #2019GantiPresiden.
Bahkan, pengukuran Drone Emprit menunjukkan, justru
Jokowi merupakan top promotor tagar #2019GantiPresiden
tersebut. Hal ini dikarenakan komentar Jokowi dalam
sebuah pidato, pada 1 April 2018 yang menyindir
gerakan #2019GantiPresiden. Menurut Ismail, komentar
Jokowi atas kaos #2019GantiPresiden memicu naiknya tagar
#2019GantiPresiden. Ismail bahkan menuliskan, dari tren
volume percakapan, sehari setelah komentar Jokowi itu, total
mention harian tagar #2019GantiPresiden melonjak, yakni:
300 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
setelah sebelumnya hanya 7 ribu mention per hari. Pada hari
berikutnya dan seterusnya tagar #2019GantiPresiden pun
terus mencapai puncak populeritasnya.
Lebih dari itu, peta Social Network Analysis (SNA) Drone
Emprit menunjukkan, tagar #2019GantiPresiden didukung
oleh kluster besar yang berisi full team promotor yang selama
ini muncul dalam kluster Muslim Cyber Army (MCA). Tagar ini
di-retweet oleh follower yang mayoritas polanya akun asli. Jika
16 | #2019GANTIPRESIDEN
dilihat head to head, menurut peta SNA tersebut, kluster pro
#2019GantiPresiden lebih besar dibanding kluster yang
kontra dengan tagar tersebut. Malah kluster yang kontra
pada tagar #2019GantiPresiden sangat kecil.
Beberapa lembaga survei media turut melakukan
analisis terkait tagar #2019GantiPresiden ini. Sebuah riset
juga dilakukan oleh beberapa media daring, seperti yang
dilakukan Alinea.id. Hasil survei Alinea.id pada Minggu
(29/04), tagar #Pokoknya2019GantiPresiden nangkring di
posisi pertama trending topic media sosial Twitter. Alineia.
id juga membeberkan hasil riset publik yang membicarakan
tagar #2019GantiPresiden ini dengan membaginya menjadi
4 sebaran usia. Di antaranya: 18-25 tahun (43,,40%), di atas
35 tahun (43,40%), usia 26-35 tahun (29,50%), dan di bawah
18 tahun (29,50%). Sementara dalam ranah gender category
tercatat laki-laki menduduki posisi (75,00%) lebih tinggi
di banding perempuan (25,00%) dalam membahas tagar
#2019GantiPresiden ini.
Pasca tagar #2019GantiPresiden di posting, netizen
memang tampak heboh. Pro kontra baik di dunia maya
maupun di dunia nyata di antara masyarakat tak terhindarkan.
Ada yang menganggap bahwa tagar #2019GantiPresiden
merupakan ungkapan masyarakat Indonesia yang ingin
menganti presiden yang sekarang menjabat. Namun, ada
pihak lain yang menganggap tagar tersebut hanyalah sebuah
sensasi menjelang tahun politik di 2019. Hal seperti ini biasa
saja dan lumrah terjadi.
Kendati demikian. Baik pro maupun kontra, yang jelas
tagar #2019GantiPresiden menjadi ramai diperbincangkan.
Berbagai isu turut meramaikan tagar ini hingga menjadi
trending topic di Twitter. Respon beragam pun banyak
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 17
diberikan oleh netizen. Mulai dengan mencari tahu isu-isu
terkait, hingga turut me-retweet atau men-share berita yang
berkaitan dengan tagar #2019GantiPresiden.
JADI TRENDSETTER
Viralnya tagar #2019GantiPresiden benar-benar mewabah
ke dunia nyata. Berbagai lapisan masyarakat ramai-ramai
menjadikan tagar #2019GantiPresiden sebagai trendsetter.
Suatu waktu dalam sebuah kunjungan kerja di pelosok Desa
Babelan Sukawangi, Bekasi. Saya mendapati seorang warga
mengenakan kaos bertagar #2018GantiLurah. Kebetulan tak
lama lagi penyelenggaraan pemilihan di tingkat kelurahan di
Desa mereka akan berlangsung. Ketika ditanya, dari mana ide
mengenakan kaos bertagar #2018GantiLurah itu ia dapatkan.
Ternyata warga tersebut mengaku terinspirasi dari tagar
#2019GantiPresiden. Bagi saya yang dilakukan warga tersebut
menarik dan patut diapresiasi. Bahkan masyarakat di pelosok
Desa sudah gerak dan jalan sendiri untuk menyalurkan
aspirasinya. Hal ini membuktikan betapa dampak dari tagar
#2019GantiPresiden ini sangat terasa dan dahsyat sekali. Ini
yang disebut sebagai social movement.
Tak lama tagar #2019GantiPresiden viral. Muncul berbagai
tagar lainnya. Namun masih dengan semangat yang sama. Sebut saja, tagar yang datang dari elite Partai Demokrat. Mereka mempopulerkan tagar #2019PemimpinMuda di media
sosial. Hal itu disampaikan sebagai upaya mendorong Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY) maju di Pilpres 2019.
Apa yang dilakukan oleh elit Partai Demokrat itu sah-sah
saja. Tentu kita merasa senang dan mendukung apapun tagar
yang senapas dengan #2019GantiPresiden. Namun yang jelas,
semua tagar tersebut tak dapat mengelak dari turunan tagar
18 | #2019GANTIPRESIDEN
#2019GantiPresiden. Artinya, trendsetter-nya tetap tagar
#2019GantiPresiden. Artinya, perpaduan tahun politik dan
aspirasi mengganti pemimpin itu merupakan turunan dari
#2019GantiPresiden.
Dengan demikian, jika ada #2019PemimpinMuda,
justru membuat tagar #2019GantiPresiden jadi makin
populer. Apapun slogannya, baik tagar #2018GantiWalikota,
#2018GantiLurah, maupun #2019GantiPacar, dan lain
sebagainya. Akan semakin memperkuat brand dan
meningkatkan populeritas tagar #2019GantiPresiden.
Berangkat dari situ. Kini tagar #2019GantiPresiden
bertransformasi menjadi gerakan sosial yang masif. Seiring
dengan antusiasme dan simpati masyarakat yang semakin
tinggi. Bahkan, munculnya pernak-pernik berupa kaos, gelang,
topi, dan lain sebagainya membuat tagar #2019GantiPresiden
menjadi trendsetter di kalangan “Anak Muda Zaman Now”. Tak
berlebihan dikatakan. Bahwa gerakan #2019GantiPresiden
telah menjadi trendsetter di zaman milenial ini.
Ceruk Suara Pemilih Milenial
Pembicaraan tentang milenial ini cukup menarik.
Sebagaimana kita ketahui. Pergelaran Pilpres dan Pileg 2019
mendatang kian istimewa. Pelbagai kejutan akan hadir dan
turut meramaikan hajat akbar lima tahunan ini. Salah satunya,
tentang pemilih dari kalangan generasi milenial. Penyelenggara
Pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat pada 2019
mendatang jumlah pemilih dari kalangan milenial—umur 1738 tahun— berkisar sebanyak 55 persen dari jumlah pemilih
196,5 juta. Jumlah angka yang sangat fantastis besar.
Di tempat lain, menurut data yang diterbitkan Badan Pusat
Statistik (BPS) tercatat sebanyak 60 juta orang dikukuhkan
Catatan Sang Inisiator Gerakan | 19
sebagai pemilih pemula. Jumlah sangat besar untuk kalangan
anak muda yang baru akan merasakan sensasi Pemilu sekelas
Pilpres dan Pileg. Di samping itu, angka yang tak kalah besar
pun juga dicatat BPS terkait pemilih kurun usia 18-35 tahun,
yang berkisar sebanyak 100 juta orang pemilih.
Hasil riset di atas memang penting. Tak bisa dibantah.
Dibandingkan dengan negara lain, generasi muda Indonesia
masuk ke-4 terbesar di dunia. Sedangkan untuk wilayah
Asia Tenggara, Indonesia menempati negara dengan
generasi milenial terbesar. Beranjak dari kenyataan tersebut,
momentum pelbagai hajat lima tahun, yang akan di gelar di
Pilpres 2019 tak terlepas dari peran generasi millenial. Atau
generasi yang disebut juga sebagai generasi emas.
Lantas siapa pula mereka yang berjuluk generasi emas ini?
Saat ini generasi millenial tengah menjadi topik perbincangan
hangat. Generasi yang berjuluk generasi Y merupakan
sekelompok orang yang lahir di antara tahun 1980-2000 an
atau yang sering dipanggil sebagai Generasi X. Dengan kata
lain Generasi Y adalah sekelompok anak muda yang berumur
17-37 di tahun ini. Dalam teknologi, generasi ini dianggap
memiliki keistimewaan dengan teknologi.
Revolusi teknologi lah yang mendorong munculnya
generasi milenial. Karenanya mereka menggunakan sarana
teknologi yang menyajikan informasi secara cepat sebagai
referensi utama di segala hal. Termasuk referensi di bidang
politik. Perkembangan teknologi membuat generasi milenial
mampu menelan informasi dengan kapasitas tak terbatas
dalam satu waktu. Pelbagai informasi yang dapat mereka
input dengan mudah membuat generasi milenial memiliki
sikap kritis sehingga dapat membandingkan satu isu politik
dengan
isu
yang
lain.
20 | #2019GANTIPRESIDEN
Dari pelbagai fenomena politik yang muncul, generasi
milenial lebih menitikberatkan pada kasus yang mereka
pahami untuk dijadikan sebagai topik ruang dialog terbuka.
Bisa jadi generasi milenial mengartikan hak dasar politik
‘versi’ mereka sehingga tak mudah untuk dipengaruhi
oleh kepentingan politik apa pun. Untuk menarik simpati
generasi ini, harus jelas dan tegas memperhatikan kebutuhan
terkini untuk menarik simpati mereka. Karenanya, dunia
perpolitikkan pun harus cepat dan tepat menggunakan media
informasi untuk mendulang suara dari generasi milenial. Jika
tidak, siap-siap untuk tertinggal ditelan oleh mobilitas yang
melanda dunia informasi.
Menurut hemat saya, internet lah yang menjadi dalang
utama sekaligus menjadi fenomena yang paling digemari.
Kekuatan internet yang sesungguhnya bersifat dunia maya
mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat yang berada
di dunia nyata. Internet yang berafiliasi menjadi dunia maya
jualah yang mendalangi dan mempengaruhi sikap politik
masyarakat. Terutama politik generasi milenial. Maka dengan
adanya tagar #2019GantiPresiden ini, harapannya netizen
yang didominasi oleh generasi milenial dapat tercerahkan.
Download