Uploaded by User83228

R2-PROPOSAL SKRIPSI TALASEMIA BISMILLAH - REVISI 1 - Copy

advertisement
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN FREKUENSI TRANSFUSI DARAH DAN DERAJAT
DEPRESI PADA ANAK TALASEMIA MAYOR DI RSUD DR.M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2018
FITRIL WALIDA
H1A014052
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2018
BAB I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Talasemia merupakan suatu penyakit gangguan darah kronik yang bersifat
herediter (Mednick, et. al., 2010). Pada penyakit ini terjadi kelainan pada gen
globin yang ditandai dengan defisiensi produk rantai globin pada hemoglobin
yang mengakibatkan darah merah mudah rusak atau berumur pendek kurang dari
120 hari (Suriadi, 2010). Talasemia belum bisa disembuhkan secara total dan
memerlukan pengobatan jangka panjang berupa
transfusi darah setiap bulan
(Herdata, 2008).
Menurut Yayasan Talasemia Indonesia (YTI) 2015, prevalensi penderita
talasemia di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 berjumlah
4.938 orang, sampai pada tahun 2015 mencapai 7.029 orang. Talasemia yang
paling banyak ditemukan di Indonesia adalah talasemia beta, dengan angka
kejadian 70-100 penyandang baru talasemia beta mayor setiap tahunnya (YTI,
2013). Di Provinsi Bengkulu, menurut data dari register pasien (2018) tercatat
hingga April 2018 di Ruang Rawat Edelweiss pasien talasemia mayor sebanyak
75 kasus.
Anak dengan penyakit fisik kronik seperti talasemia mudah terkena
masalah emosi dan perilaku dengan insiden gangguan psikiatri yang tinggi seperti
kecemasan dan depresi. Lama sakit lebih dari 12 bulan merupakan faktor
predisposisi terjadinya gangguan mental pada anak (Coupey, 2008). Anak dengan
talasemia mempunyai kesan diri yang rendah, cenderung untuk sedih, merasa
tidak yakin, mengasihani diri sendiri dan cemas bila orang lain tidak menyukainya
dan menolaknya karena mereka sakit, serta kebutuhan untuk datang ke Rumah
Sakit secara teratur guna dilakukan tes darah dan transfusi darah yang
menimbulkan rasa tidak nyaman dan akhirnya berdampak pada psikologisnya
(Kamoushil, 2015).
Anak talasemia mayor yang mengalami depresi dapat mengalami keluhan
somatik berupa sakit kepala, kelemahan anggota badan dan nyeri perut (Maslim,
2013). Selain itu, rutinitas transfusi darah setiap bulan yang biasa dilakukan pada
pagi hari, pemeriksaan Hb berkala dan perawatan di Rumah Sakit mengakibatkan
anak talasemia sering izin dari kegiatan belajar dan dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas belajar yang memengaruh prestasi akademik di sekolah
(Pattanashetti, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yengil et. al., (2014) didapatkan hasil
yaitu 20,5% pasien dengan beta talasemia mayor mengalami depresi. Waktu
perawatan yang lama di Rumah Sakit dan tindakan pengobatan berupa transfusi
darah yang menimbulkan rasa sakit serta pemikiran tentang masa depan yang
tidak jelas ialah faktor-faktor yang berpengauh terhadap timbulnya depresi pada
anak talasemia mayor (Yengil et. al., 2014).
Pada peneitian ini, peneliti tertarik untuk mencari hubungan frekuensi
transfusi darah terhadap derajat depresi yang belum ada pada penelitian
sebelumnya. Banyaknya jumlah anak dengan talasemia mayor di Provinsi
Bengkulu serta belum adanya penelitian terdahulu mengenai hubungan frekuensi
transfusi darah dan derajat depresi pada anak talasemia mayor di RSUD dr.
M.Yunus Bengkulu, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini agar
masalah psikologis pada pasien talasemia mayor juga mendapat perhatian dalam
penatalaksanaan penyakitnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belatang di atas, di dapatkan rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu “bagaimana hubungan frekuensi transfusi darah
dan derajat depresi pada anak talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
tahun 2018?”
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan frekuensi transfusi darah dan derajat depresi pada
anak talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2018 dengan
menggunakan kuesioner Children’s Depression Inventory (CDI)
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah pasien talasemia mayor yang rutin mendapatkan terapi
transfusi darah minimal satu bulan sekali di RSUD dr. M. Yunus Brngkulu
tahun 2018.
b. Mengetahui frekuensi transfusi darah pada pasien talasemia mayor di RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2018.
c. Mengetahui hubungan frekuensi transfusi darah dan derajat depresi anak
talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2018.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang hubungan frekuensi transfusi darah
terhadap tingkat depresi pada anak talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu tahun 2018.
1.4.2. Bagi RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Memberikan data tentang hubungan antara frekuensi transfusi darah dan
derajat depresi pada anak talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2018 dengan menggunakan kuesioner CDI sehingga dapat dijadikan acuan
untuk meningkatkan pengobatan serta terapi pada pasien talasemia mayor yang
rutin mendapatkan terapi transfusi darah minimal satu bulan sekali di RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu yang mengalami depresi.
1.4.3. Bagi FKIK UNIB
Memberikan tambahan sumber kepustakaan berupa data dan hasil
penelitian terbaru tentang hubungan frekuensi transfusi darah dan derajat depresi
pada anak talasemia mayor.
1.4.4. Bagi Subjek Penelitian
Mengetahui hubungan frekuensi transfusi darah dan derajat depresi pada
anak talasemia mayor untuk dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi pasien dan
keluarga agar dapat meningkatkan kualitas hidup anak talasemia mayor.
1.4.5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang
hubungan frekuensi transfusi darah dan derajat depresi pada anak talasemia mayor
di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2018.
\
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sari Pustaka
2.1.1. Thalassemia Mayor
2.1.1.1. Definisi
Thalassemia bersal dari kata Yunani Thalassa (Laut) dan Haema (Darah)
yang merupakan suatu gangguan darah yang bersifat herediter ditandai dengan
penurunan satu atau lebih produk rantai globin yang menyebabkan penurunan
produksi hemoglobin (Origa, 2015). Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua
kromosom dinamakan thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang
masing-masing membawa sifat thalassemia (Kliegman et al., 2011).
Thalassemia mayor belum bisa disembuhkan secara total dan membutukan
transfusi darah setiap 2 sampai 4 minggu secara teratur untuk mempertahankan
kadar Hb 9-10 gr/dL yang diimbangi dengan terapi kelasi besi untuk
meningkatkan kualitas hidup penderitanya (Pattanashetti, 2017; Weatherall &
Clegg, 2011).
2.1.1.2. Klasifikasi
2.1.2. Transfusi Darah
2.1.3. Depresi
2.1.4. Kuesioner Children Depression Inventory (CDI)
2.1.5. Hubungan Frekuensi Darah dan Derajat Depresi
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis Penelitian
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan secara cross-sectional.
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang transfusi darah PMI RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu pada bulan September 2018.
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasien talasemia mayor
di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua pasein talasemia
mayor di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2018 yang rutin mendapatkan
terapi transfusi darah minimal satu kali dalam sebulan.
3.3.3. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah semua pasien talasemia mayor
yang ada di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan September 2018 yang
memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus
besar sampel dengan koefisien korelasi, menurut Sastroasmoro dan Ismael (2014)
seperti di bawah ini:
𝑛=[
(𝑍𝛼+𝑍𝛽)
0.5𝐼𝑛[
1+π‘Ÿ
]
1−π‘Ÿ
2
] + 3…………………………………………………………...(3.1)
Keterangan :
Zα = Deviat baku alfa (Zα= 1,645)
Zβ = Power (Zβ= 1,282)
r = Korelasi minimal yang dianggap bermakna peneliti = 0,4
2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)
𝑛=[
] +3
1+π‘Ÿ
0.5𝐼𝑛 [1 − π‘Ÿ]
2
𝑛=[
(1,645 + 1,282)
] +3
1 + 0,4
0.5𝐼𝑛 [1 − 0,4]
2,927 2
𝑛 = [0,424] + 3
𝑛 = 50,651 ≈ 51 orang
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel di atas, dibutuhkan subjek
penelitian dengan jumlah 51 orang pasien talasemia mayor.
3.3.4. Teknik Sampling
Sampel penelitian adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi. Pemilihan sampel yang digunakan ialah (non-probability
sampling) dengan jenis total sampling. Semua subjek yang datang ke rumah sakit
dan memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan subjek penelitian (Sastroasmoro,
2011).
3.4. Kriteria Subjek Penelitian
3.4.1. Kriteria Inklusi
1.
Penderita talasemia mayor di RSUD dr. M. Yunus yang rutin menjalani
terapi transfusi darah minimal satu kali sebulan.
2.
Memiliki data rekam medis didiagnosis talasemia
3.
Penderita talasemia mayor yang berusia 8-15 tahun.
4.
Anak dan orang tua bersedia menjadi responden.
5.
Bisa membaca dan menulis.
3.4.2. Kriteria Eksklusi
1..
Berusia < 8 tahun dan >15 tahun.
2.
Pasien yang mengkonsumsi obat anti depressan.
3.4. Alur Penelitian
Memperoleh izin penelitian dari Komite Etik (Etichal Chlearance) FKIK UNIB.
Memperoleh izin penelitian dari Ketua Prodi FKIK UNIB
Memperoleh izin dari RSUD Dr. M. Yunus
Peneliti meminta data jumlah pasien Thalasemia Mayor di RSUD Dr. M. Yunus
Pemilihan subjek penelitian secara Consecutive Sampling.
Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
Pemberian informasi kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan
Pengisian lembar Informed Consent dan identitas
Pemberian lembar seleksi terhadap kriteria inklusi dan eksklusi
Pengisian kuesioner Children Depression Inventory (CDI)
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.5. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variable bebas
: Frekuensi transfusi darah anak Talasemia Mayor
di RSUD M. Yunus.
2. Variabel tergantung : Derajat depresi pada anak Talasemia Mayor di
RSUD M. Yunus.
3.6. Definisi Operasional
1. Pasien talassemia mayor
a. Definisi
:
pasien yang mengalami gangguan pada darah
berupa kelainan gen globin yang mengakibatkan
kegagalan pada pembentukan hemoglobin.
2. Usia
a. Definisi
:
lama waktu hidup terhitung sejak dilahirkan hingga
saat ini.
b. Cara ukur
:
dengan menghitung selisih tahun sekarang dikurang
tahun lahir.
c. alat ukur
:
lembar biodata yang diisi oleh anak atau orang tua
d. hasil ukur
:
usia dalam tahun
e. skala ukur
:
numerik
:
karakteristik gender yang sudah ada sejak lahir.
3. Jenis kelamin
a. Definisi
b. cara ukur
:
lembar biodata yang diisi oleh anak atau orang tua
dan wawancara serta melihat langsung fisik
responden.
c. alat ukur
:
lembar biodata
d. hasil ukur
:
1. Perempuan
2. Laki-laki
e. skala ukur
:
nominal
:
lama waktu sakit dari sejak terdiagnosis talassemia
4. durasi sakit
a. definisi
sampai saat ini.
b. cara ukur
:
rekam medik
c. hasil ukur
:
bulan atau tahun
d. skala ukur
:
numerik
5. frekuensi transfusi darah
a. definisi
:
jumlah transfusi darah yang pernah dilakukan
terhitung sejak awal terdiagnosis talasemia sampai
sekarang.
b. Cara ukur
:
data rekam medik
c. alat ukur
:
lembar rekam medik
d. skala ukur
:
numerik
:
gangguan mental umum yang ditandai dengan mood
6. Depresi
a. Definisi
tertekan,
kehilangan
kesenangan
atau
minat,
perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan
yang rendah (WHO, 2010)
b. Cara ukur
:
menggunaka kriteria diagnosis depresi menurut
PPDGJ III dan diagnosis oleh dokter.
c. Alat ukur
:
Kuesioner CDI (Child Depression Inventory).
d. Hasil ukur
:
Tidak depresi, depresi sedang, depresi berat.
e. Skala ukur
:
Ordinal.
7. Kuesioner CDI (Child Depression Inventory)
a. Definisi operasional :
kuesioner yang berbentuk pelaporan diri
yang berorientasi terhadap gejala depresi
pada anak dan remaja
b. Cara ukur
:
wawancara dan pengisian kuesioner CDI
c. Hasil ukur
:
Skor 0-12
= Tidak depresi
Skor 13-41
= Gejala depresi sedang
Skor 41-54
= Gejala depresi berat
d.
Skala ukur
:
Ordinal.
3.7. Instrumen Penelitian
3.7.1. formulir
a. formulir 1 : lembar informasi penelitian.
b. formulir 2 : lembar Informed Consent
c. formulir 3 : lembar seleksi subjek
d. formulir 4 : lemabar biodata (identitas subjek)
e. formulir 5 : lembar kuesioner CDI
3.7.2. alat dan bahan
a. lembar formulir penelitian
b. rekam medik
c. data pasien talasemia di RSUD dr. M. Yunus
d. alat tulis
3.8. Cara Kerja
3.8.1. Pelaksanaan Pra Penelitian
Setelah mendapat persetujuan penelitian dari Ketua Prodi FKIK UNIB dan
persetujuan dari Komite Etik penelitian kesehatan FKIK UNIB, peneliti akan
meminta izin kepada Kepala RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu untuk melakukan
penelitian, kemudian meminta data pasien Talasemia Mayor tahun 2018 yang
rutin melakukan transfusi darah setiap bulan. Setelah itu dilakukan pemilihan
subjek penelitian secara consecutive sampling dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan eksklusi.
3.8.2. Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti akan menjelaskan kepada calon
responden dan orang tuanya tentang penelitian yang akan dilakukan. Setelah
memberikan penjelasan yang lengkap, peneliti akan menanyakan kesediaan calon
responden untuk menjadi subjek penelitian. Apabila calon responden sudah
memahami tentang penelitian yang akan dilakukan dan bersedia menjadi subjek
penelitian,
maka peneliti akan memberikan lembar Informed Consent untuk
ditandatangani oleh calon responden dan orang tuanya yang akan berfungsi
sebagai alat bukti yang sah bahwa responden bersedia mengikuti penelitian.
Kemudian peneliti akan memberikan beberapa formulir yang akan diisi oleh
responden secara berurutan, dimulai dari lembar biodata responden, lembar
seleksi subjek penelitian dan lembar kuesioner CDI (Children Depression
Inventory) yang masing-masing akan diberikan penjelasan dan arahan terlebih
dahulu sebelum responden melakukan pengisian formulir dan kuesioner.
3.8.3. Pelaksanaan Pasca Penelitian
Peneliti akan melakukan pengecekan ulang pada seluruh data, kemudian
akan dilakukan input data ke komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data
menggunakan SPSS.
3.9. Prosedur Pengambilan Data
3.9.1. wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data diri dan perjalanan
penyakit responden dan sebagai sarana untuk menyeleksi responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
3.9.2. kuesioner CDI (Child Depression Inventory)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner CDI
(Children Depression Inventory) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh
Yongki pada tahun 1990. Kuesioner CDI berorientasi pada gejala depresi pada
anak dan remaja usia 8-15 tahun yang terdiri dari 27 butir pernyataan yang
masing-masing item diberi nilai numerik, yaitu 0 = tidak ada gejala, 1 = gejala
sedang dan 2 = gejala berat. Responden diminta mengisi kuesioner sesuai dengan
apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh responden dalam dua minggu terakhir.
Seluruh nilai yang diperoleh dari pengisian 27 butir pernyataan pada kuesioner
akan dijumlahkan dan hasilnya akan diinterpretasikan sesuai dengan rentang nilai
yang akan menentukan derajat depresi yang dialami responden, yaitu 0-12 = tidak
depresi, 13-41 = gejala depresi sedang dan 42-54 = gejala depresi berat.
3.10. Teknik Analisis Data
3.11. Jadwal Penelitian
Alokasi waktu penelitian
Matriks kegiatan
Bimbingan Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal, Ethical
Clearance dan Izin Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data dan Bimbingan
Seminar dan Publikasi Hasil
2
3
Mei 2018
2018
2018
1
Pengajuan Judul
Maret-April
Februari
Juni-
September
Oktober
November
Agustus
2018
2018
2018
2018
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3 4
3.12. Etika Penelitian
Daftar pustaka
Mednick, L., Yu, S., Trachtenberg, F., Xu, Y., Kleinert, D.A., Giardina, P.J., et
al., 2010. Symptoms Of Depression and Anxiety In Patients with Thalassemia.
Am J Hematol. Published October 2010, 85 (10) , pp. 802-805.
Yengil, E., Acipayam, C., Kokacya, M.H., Kurhan, F., Oktay, G., Oer, C., 2014.
Anxiety, Depression and Quality Of Life In Patients With Beta Thalassemia
Major and Their Caregivers. Published 30 August 2014, 7(8), pp. 2165-2172
[PubMed: 19405901]
Coupey, S.M., 2008. Chronic Illness In The Adolescent Health Care A Practical
Guide. Edisi Ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Isworo, A., Setiowati, D. dan Taufik, A., 2012. Kadar Hemoglobin, Status Gizi,
Pola Konsumsi Makanan dan Kualitas Hidup Pasien Thalassemia. Purwokerto:
Universitas Jendral Soedirman
“Tinjauan Pustaka”
1. Origa R. Beta-Thalassemia. Gene Reviews, Last Update: May 14, (2015).
PMID: 20301599.
Ganie, R.A. 2008. Distribusi Pembawa Sifat Thalassemia (α & β) dan
Hemoglobin-E pada Penduduk Medan. Majalah Kedokteran Nusantara. 41(2):
117-122
Ganie, R.A. 2008. Kajian Molekular Mutant DelSEA Thalassemia-α pada
Populasi Medan. Majalah Kedokteran Nusantara. 41(2): 93-98
Kliegman R, Stanton B, St. Geme J, Schor N, Behrman RE (2011) 19th edition,
Nelson Textbook of Pediatrics. Elsevier Saunders, Philadelphia, USA.
Download