Uploaded by nur aisyah

1517-2228-1-PB

advertisement
Sri dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang
Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan
Keluarga yang Kurang
Sri Puji Hartini, Fitria Saftarina
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti
stroke dan penyakit jantung koroner. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Laporan kasus ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor‐faktor
internal dan eksternal sebagai penyebab hipertensi urgensi pada wanita lansia dengan dukungan keluarga yang kurang,
perlu diketahui melalui pendekatan kedokteran keluarga. Seorang wanita lansia, memiliki hipertensi sejak 25 tahun yang
lalu, tidak rutin kontrol darah tinggi dan minum obat. Tinggal hanya bersama dengan suaminya, tidak ada pelaku rawat
dengan dukungan keluarga yang kurang. Dilakukan pembinaan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut. Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab penyakit pasien dan penatalaksanaan
telah dilakukan berdasarkan evidence based medicine. Pembinaan diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang
bertujuan meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga pasien. Penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan
masalah pasien juga dilakukan dan didapatkan perbaikan setelah dilakukan intervensi.
Kata kunci: evidence based medicine, hipertensi urgensi, wanita lansia
Management Of Urgency Hypertension In Elderly Women With Lack Of Family
Support
Abstract
Hypertension is increasing of blood pressure with advance development to the target organs damaging, such as stroke, and
coronary artery disease. This disease has been an unsolving problem not only in Indonesia but also in worldwide. This case
report is to identify the internal and external factors as the cause of urgency hypertension in an elderly woman, which were
lack family support through family medical care. An elderly woman with hypertension since 25 years ago, uncontrol blood
pressure and didn’t take medication for hypertension routinely. Lived only with her husband, with no caregiver and lack of
family member support. We foster the patient and family to overcome the health problems. Identification of internal and
external factors as the cause of patient illness and management of the patient have been done based on evidence based
medicine. Foster was given to the patient and family to increase the healthquality of patient and family. Assessment of
family ability in solving health problems of the patient have also been conducted and showed improvement after the
intervention.
Keywords: elderly women, evidence based medicine, urgency hypertension
Korespondensi: Sri Puji Hartini, S.Ked., alamat Jl. kopi No 25 C Bandar Lampung, HP 085658755283, e‐mail
[email protected]
Pendahuluan
Penyakit
hipertensi
merupakan
peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ,
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah, jantung dan
untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat
yang ada di Indonesia maupun di beberapa
negara yang ada di dunia. Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah
pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80%
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta
kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|98
1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini
didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.1
Hasil Riset Kesehatan Dasar yang
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2008) menunjukkan bahwa
stroke merupakan penyebab kematian utama
(15,4%) di Indonesia, diikuti oleh tuberkulosis
(7,5%), hipertensi (6,8%), cedera (6,5%), dan
perinatal (6%). Promosi pola hidup sehat harus
ditingkatkan agar pada masa yang akan datang
insiden penyebab kematian ini dapat
dikendalikan.2
Hipertensi yang diderita seseorang erat
kaitanya dengan tekanan sistolik dan diastolik
atau keduanya secara terus menerus. Tekanan
Sri dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang
sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri bila jantung berkontraksi,
sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan arteri pada saat jantung
relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari
hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai
yang lebih besar dari tekanan diastolik.3
Hipertensi, diabetes, merokok, dan
dislipidemia adalah faktor‐faktor resiko dari
stroke yang dapat dimodifikasi. Hipertensi
adalah faktor resiko stroke yang paling mudah
dimodifikasi. Resiko stroke meningkat seiring
dengan meningkatnya tekanan sistolik diatas
115 mmHg. Pengontrolan tekanan darah yang
efektif dapat mereduksi resiko stroke 1‐3 kali.4
Di Indonesia sendiri kesadaran dan
pengetahuan tentang penyakit hipertensi
masih sangat rendah, hal ini terbukti
masyarakat lebih memilih makanan siap saji
yang umumnya rendah serat, tinggi lemak,
tinggi gula, dan mengandung banyak garam.
Pola makan yang kurang sehat ini merupakan
pemicu penyakit hipertensi.5
Seluruh penderita tekanan darah tinggi,
ternyata sekitar 90‐95% belum dapat
diterangkan mekanisme terjadi penyakitnya
secara tepat.6 Tidak diketahui pasti bagaimana
sampai terkena penyakit tekanan darah tinggi
yang merupakan problem dari penderitanya.7
Penanganan
hipertensi
dilakukan
bersama dengan diet rendah kolesterol atau
diet tinggi serat dan diet rendah energi bagi
penderita hipertensi yang juga obesitas.1
Pasien
hipertensi
sebaiknya
banyak
mengkonsumsi buah‐buahan, sayuran, dan
makanan rendah lemak sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.8 Pengubahan pola
hidup dapat berupa penurunan berat badan
jika overweight, membatasi konsumsi alkohol,
berolahraga teratur, mengurangi konsumsi
garam, mempertahan konsumsi natrium,
kalsium, magnesium yang cukup, dan berhenti
merokok.9 Selain itu penderita hipertensi juga
harus mempunyai pengetahuan dan sikap
kepatuhan untuk dapat menyesuaikan
penatalaksanaan hipertensi dalam kehidupan
sehari‐ hari.10
Tujuan
penulisan,
menerapkan
pelayanan berbasis evidence based medicine
pada pasien penderita DM tipe II dengan
mengidentifikasi faktor‐faktor internal dan
eksternal sebagai penyebab hipertensi urgensi
pada kasus yang dibahas.
Kasus
Ny. S, 54 tahun, seorang ibu rumah
tangga datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri kepala sejak pagi. Nyeri dirasakan tiba‐
tiba saat pasien beraktivitas. Nyeri kepala
sudah pernah dirasakan sebelumnya, hilang
timbul, hilang saat beristirahat. Saat ini nyeri
kepala dirasakan lebih hebat dari biasanya,
menjalar ke leher, bahu, serta kedua lengan
yang menyebabkan pasien khawatir dan
berobat ke puskesmas. Selain itu pasien juga
sering merasakan nyeri pada ulu hati. Ulu hati
terasa perih dan panas, yang menjalar hingga
ke dada. Pasien pernah mengalami gejala
serupa sebelumnya pada tahun 1990 dan 2002.
Pada tahun 1990, pasien pertama didiagnosis
hipertensi oleh dokter puskesmas dan
mengkonsumsi obat antihipertensi. Pasien
hanya datang berobat ke puskesmas apabila
timbul keluhan berupa sakit kepala. Riwayat
darah tinggi saat hamil disangkal. Saat ini
pasien tidak menggunakan kontrasepsi apapun
dikarenakan
pasien
sudah
mengalami
manepouse sejak 2 tahun yang lalu.
Pada tanggal 20 Februari 2016 pasien ke
puskesmas rawat inap Kemiling
karena
keluhan yang dirasakan, dan dilakukan
pemeriksaan.
Pada
pemeriksaan
fisik
didapatkan penampilan bersih dan terawat,
berat badan 65kg, tinggi badan 157 cm, IMT
26.73 kg/m2 (overweight). Tampak sakit ringan,
tekanan darah 240/120 mmHg, frekuensi nadi
102 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit dan
suhu 36,6°C. Mata tak tampak konjuntiva
pucat, sklera anikterik. Telinga, hidung, dan
tenggorokan dalam batas normal. Pada mulut
bibir tak ada kelainan, higiene baik. Leher,
jantung dan paru dalam batas normal pada
abdomen didapatkan adanya nyeri tekan
epigastrum. Ekstremitas superior dan inferior
dalam batas normal tidak sianosis dan akral
hangat. Status neurologi reflek fisiologis
normal, reflek patologis tidak ada. Pasien
diberikan obat untuk keluhannya, yaitu
captopril 2x12,5 mg, hidroklortiazid 1x12,5 mg,
dan antasida 3x1 tab.
Pasien teratur dalam pola makan, baik
sarapan, makan siang, dan makan malam.
Makanan sehari‐hari dengan lauk beraneka
ragam, seperti tempe, telur, tahu, dan ikan
yang berganti‐gantian dalam seminggu. Selain
lauk, pasien juga mengkonsumsi sayuran
secara rutin. Pasien sering mengonsumsi
makanan tumis‐tumisan, asin, berpenyedap,
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|99
Sri dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang
dan bersantan. Pasien tidak rutin berolahraga
dan tidak mengkonsumsi alkohol serta rokok.
Pasien tinggal bersama suami, Tn. A (55
tahun) yang sudah tidak bekerja lagi dan hanya
menjaga warung sembako di rumah. Pola
pengobatan keluarga adalah kuratif, dimana
anggota
keluarga
mencari
pelayanan
kesehatan saat sakit saja. Keluarga pasien tidak
pernah
mengingatkan
pasien
untuk
mengontrol tekanan darahnya.
Riwayat keluarga pasien dengan
penyakit yang sama diakui pasien dirasakan
oleh kedua orang tua dan saudara kandung
pasien, riwayat penyakit keluarga yang lainnya
tidak diketahui pasien. Pasien mengetahui
penyebab kematian kedua orang tuanya adalah
disebabkan karena darah tinggi dan komplikasi
jantung. Jika pasien dan anggota keluarganya
sakit, mereka baru berobat ke puskesmas
terdekat
Pembahasan
Pada tanggal 20 Februari 2016, dilakukan
pembinaan pada pasien Ny. S, usia 54 tahun
yang didiagnosis hipertensi urgensi. Diputuskan
untuk dilakukan binaan kepada Ny. S dengan
alasan penyakit tersebut merupakan penyakit
menahun yang akan diderita seumur hidup dan
membutuhkan peranan keluarga dalam
kepatuhan minum obat dan waktu kunjungan
rutin.
Sesuai dengan konsep pelayanan dokter
keluarga, bentuk pelayanan harus memenuhi
kriteria holistik‐komprehensif: memandang
pasien sebagai bagian dari keluarganya,
menyelesaikan semua keluhan dengan
mempertimbangkan kemampuan sosial dan
melakukan konsultasi/rujukan pada ahli yang
tepat. Semua didukung oleh pengetahuan
kedokteran dan praktis klinis terkini.11
Tekanan darah adalah tekanan yang
dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume
darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan
peningkatan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan
volume darah akan menurunkan tekanan
darah.1
Hipertensi dicetuskan oleh beberapa
faktor resiko baik yang tidak dapat dimodifikasi
seperti faktor keturunan, jenis kelamin, dan
umur juga faktor yang dapat dimodifikasi
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|100
seperti
kebiasaan
merokok,
obesitas,
kebiasaan kurang berolah raga, dan stres.13
Pada Ny. S didiagnosis mengalami
hipertensi urgensi karena pada anamnesa
didapatkan adanya keluhan nyeri kepala yang
hilang timbul. Sejak +25 tahun yang lalu pasien
telah menderita hipertensi dan dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
pasien 240/120 mmHg.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah
menurut JNC 7 20
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Klasifikasi
Diastolik (mmHg)
Sistolik
Tekanan
(mmHg)
Darah
Normal
<120
Dan <80
Pre
hipertensi
120‐139
Atau 80‐89
Hipertensi
grade I
140‐159
Atau 90‐99
Hipertensi
grade II
>160
Atau >100
Hipertensi urgensi merupakan kenaikan
tekanan darah mendadak (sistolik ≥180 mmHg
dan atau diastolik ≥120 mmHg) tanpa
kerusakan organ target yang progresif atau
minimal. Sehingga penurunan tekanan darah
bisa dilaksanakan lebih lambat dalam hitung
jam sampai hari.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada
Ny. S adalah captopril 2x12,5 mg,
hidroklortiazid 1x12,5 mg dan antasida 3x1 tab.
Hidroklortiazid merupakan diuretika golongan
tiazid bekerja meningkatkan ekskresi natrium,
air dan klorida sehingga menurunkan volume
darah dan cairan ekstraseluler akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan
darah. Captopril merupakan golongan ACE‐
Inhibitor dengan merilis renin dari korteks
ginjal distimulasi oleh penurunan tekanan
arteri ginjal, stimulasi saraf simpatis dan
penurunan
pengiriman
natrium
atau
peningkatan konsentrasi natrium pada tubulus
distalis ginjal. Renin bekerja terhadap
angiotensin untuk melepaskan angiotensin I
dekapeptida yang tidak aktif. Angiotensin I
kemudian dikonversi, terutama oleh enzim
pengubah angiotensin endothelial (endothelial
angiotensin‐converting enzyme, ACE), menjadi
Sri dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang
oktapeptida angiotensin II vasokonstriktor
arterial, yang akan dikonversi menjadi
angiotensin III didalam kelenjar adrenal.
Angiotensin II merupakan vasokonstriktor dan
memiliki kemampuan untuk retensi natrium.
Angiotensin II dan III menstimulasi rilis
aldosterone.14 Captopril digunakan untuk
mengatur tekanan darah arteri, membentuk
kompleks dengan logam transisi. Kompleks
mononuklear terbentuk dalam larutan air pada
rentang pH fisiologis (netral atau sedikit
basa).15
Penilaian tingkat depresi pada Ny. S
dilakukan dengan menggunakan Geriatric
Depresion Scale (GDS), dan didapatkan skor <5
yang menunjukkan bahwa pasien tidak
mengalami depresi. Sehingga pasien tidak
memiliki masalah dengan psikologinya.
Hubungan dengan keluarga cukup baik, tetapi
semua anaknya tidak ada yang tinggal
serumah. Pasien sehari‐hari hanya bersama
suaminya, sehingga kedekatan pasien dengan
suami sangat dekat.16
Dari penelitian yang dilakukan pada 21
orang yang didiagnosis hipertensi, telah
diidentifikasi 4 kategori yang mempengaruhi
kesembuhan pasien dengan hipertensi, yaitu:
keluarga, keuangan, kesehatan, dan aspek
emosional.17
Sedangakan
berdasarkan
penelitian yang lain, didapatkan bahwa sebuah
hubungan yang kuat dan independen antara
dukungan keluarga dan kepatuhan terapi.
Dengan demikian kepatuhan terapi terkait
dengan dukungan keluarga yang diberikan
kepada pasien hipertensi dapat mempengaruhi
kesembuhan pasien.18
Edukasi terhadap pasien dan keluarga
diperlukan sebagai proses mempengaruhi
perilaku, mengubah pengetahuan, sikap, dan
kemampuan
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatan pasien. Proses tersebut meliputi
pemberitahuan kepada pasien dan keluarga
akan penyakit yang diderita pasien, diharapkan
dengan intervensi tersebut terjadi perubahan
perilaku serta
pengetahuan pasien dan
keluarga. Dukungan anggota keluarga (anak
dan cucu) sangat penting dalam pembentukan
perilaku kesehatan dan perbaikan keadaan
pasien.
Berdasarkan penelitian pada 77 pasien
hipertensi rawat jalan yang digolongkan
menjadi kelompok hipertensi tanpa komplikasi
dan hipertensi dengan komplikasi, didapatkan
kesimpulan bahwa program perawatan khusus
dengan kegiatan multidisiplin, bantuan
individual dan personal, akses mudah untuk
melakukan
pengobatan
farmakologis,
pertemuan sering, dan panggilan telepon aktif
untuk pasien hipertensi secara signifikan
berarti dalam melakukan kontrol tekanan
darah.19
Pada pasien hipertensi, penting sekali
akan peranan serta dukungan keluarga untuk
membantu mengawasi ketaatan pasien dalam
minum obat dan melakukan kunjungan rutin
serta asupan makanan sesuai untuk penderita
hipertensi sehingga tekanan darah pasien
dapat terkontrol.20
Simpulan
faktor internal berupa seorang wanita,
usia 54 tahun, dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga, konsumsi makanan tinggi garam, pola
berobat kuratif, pengetahuan pasien tentang
hipertensi masih kurang. Didapatkan faktor
ekstenal berupa seorang ibu rumah tangga
yang tidak bekerja, tinggal hanya bersama
suaminya dan seorang cucunya, tidak ada
pelaku rawat, dukungan anggota keluarga
kurang, pasien ingin diperhatikan oleh
keluarganya. Keluarga amat berperan penting
dalam perawatan dan penyembuhan anggota
keluarga yang sakit. Keluarga mempengaruhi
timbul dan sembuhnya dari suatu penyakit.
Melakukan intervensi terhadap pasien tidak
hanya hal klinis saja, tetapi juga psikososialnya,
oleh karenanya diperlukan pemeriksaan dan
penanganan yang holistik, komprehensif dan
berkesinambungan.
Daftar Pustaka
1. Armilawati, Husnul A, Ridwan A.
Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam
Kajian Epidemiologi [internet]. Makasar:
Bagian Epidemiologi FKM UNHAS; 2007
[diakses tanggal 14 Februari 2016].
Tersedia
dari
http://www.cerminduniakedokteran.com.
2. Yendra, Melvi. Indonesia Economic
Outlook 2010. FK UI: Grasindo; 2010.
3. Corwin,
Elizabeth
J.
Buku
Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2005.
4. Bendok BR, Naidech AM, Walker MT,
Batjer HH. Hemorhagic and Ischemic
Stroke Medical, Imaging, Surgical, and
Interventional approaches. New York:
Thieme Medical Publisher; 2011.
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|101
Sri dan Fitria | Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang
5. Saputro
HT.
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan Pasien tentang Hipertensi
dengan
Sikap
kepatuhan
dalam
Menjalankan Diit Hipertensi di Wilayah
Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali
[Skripsi]. Surakarta: FKI Universtitas
Muhammadiyah; 2009.
6. Hinkle JL, Cheever KH. Brunner and
suddarth textbook of medical‐surgical
nursing. New York: Lipincott Williams &
Wilkins; 2008.
7. Departement of Health and Human
Service. Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. Maryland: National
Institute of Health; 2010.
8. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Pharmeceutical Care Untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2006.
9. Halim. Diet Sehat Untuk Penderita
Hipertensi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta;
2003.
10. Rahmat F. Pengelolaan Pasien Hipertensi
Grade II Dengan Pendekatan Medis Dan
Perilaku. Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Medula. 2013; 1;30‐
8
11. Ronny S, Setiawan, Sari F. Fisiologi
Kardiovaskuler:
Berbasis
Masalah
Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC; 2010.
12. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM,
Simpson I. Kardiologi: Lecture Notes. Edisi
ke‐4. Jakarta; Penerbit Erlangga; 2005.
J Medula Unila|Volume 5|Nomor 2|Agustus 2016|102
13. Benowitz, L. Obat Antihipertensi. Dalam:
Katzung, Bertman G, editor. Basic and
Clinical Farmacology edisi ke‐3. Jakarta;
Salemba Medika; 2002.
14. Jurca T, Vicas L. Complexes of The ACE‐
Inhibitor Captopril. Farmacia. 2010;
58(2):198‐202.
15. Greenberg SA. The Geriatric Depression
Scale. New York: Hartford Institute for
Geriatric Nursing; 2012.
16. Costa RS, Nogueira LT. Family support in
the control of hypertension. Rev Latino‐
am Enfermagem setembrooutubro. 2008;
16(5):871‐6
17. Marin‐Reyes F, Rodriquez‐Moran M.
Family Support of Treatment Complaince
in Essential Arterial Hypertension. Salud
Publica Mex. 2001; 43(4):336‐9.
18. Gusmão JL, Mion D Jr, Pierin AM. Health‐
related quality of life and blood pressure
control in hypertensive patients with and
without complications. Clinics. 2009;
64(7): 619‐28.
19. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al.
The seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure: The JNC 7 Report. JAMA. 2003;
289(19): 2560‐72
Download