Uploaded by nursakinahdella

2. Kasus dewasa

advertisement
STUDI KASUS
PRAKTIKUM DIETETIK
BAGIAN 1. ASSESMEN
A. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama
: Sdr. AS
Umur
: 27 tahun
Sex
: Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama
: Islam
No RM
: 1 – 34 – 44 – 89
Ruang
: Bougenville R 10
Tgl Masuk
: 4 April 2008
Tgl Kasus
: 8 April 2008
Alamat
: Jl. Imogiri
Diagnosis medis : B 20, abdominal pain suspect
TB ulcer, massa paru
B. DATA SUBYEKTIF
1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Perut terasa nyeri, badan lemas, diare
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1 BSMRS os mulai merasa badan lemas dan tidak enak, demam (+) hilang timbul, berat
badan turun, diare (-), sariawan (-), os periksa ke RS Panti Rapih dan mondok 5 hari, mual
(+), muntah (-), makan/minum menurun. Kemudian cek B20 dengan hasil reakif, os pulang
dan rawat jalan di RS Panti Rapih.
1 MSMRS os mulai terapi ARV (duviral dan neviral) pada tanggal 28 maret 2008.
HMRS os mengeluh nyeri perut terus menerus, keringat malam (+), baruk (-), periksa di RS
Panti Rapih kemudian dirujuk ke RS Sardjito untuk penanganan lebih lanjut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat IVDU (+) 2 tahun yang lalu sudah berhenti, sex premarital (+), berganti-ganti
pasangan (+)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi
Data Sosio
Penghasilan : ± 1.500.000,0
ekonomi
Pasien tinggal di tempat kost
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Bekerja darijam 08.00-16.30
Tidur 7-8 jam sehari
Tidak pernah olahraga
Alergi
Tidak ada
makanan
1
Masalah
 Pasien merasakan mual sejak sakit, rasa mual timbul hilang
gastrointestinal tidak menentu
 Pasien diare sejak 2 hari yang lalu (konsistensi caier frekuensi 23 kali sehari)
 Pasien mengalami penurunan nafsu makan
 Tidak ada muntah dia tidak ada nyeri ulu hati
Penyakit kronik Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik tertentu
Kesehatan
Kesehtan mulut pasien baik, stomatitis (-), gangguan menelan (-),
mulut
dan gigi lengkap (+)
Pengobatan
Tidak ada
Perubahan BB Biasanya berat badan pasien 65 kg saat tidak sakit. Saat sakit ini
beratnya terasa berkurang. Terakhir menimbang saat masuk
rumah sakit dengan berat 58 kg
Mempersiapka Pasien makan makanan dengan membelinya di warung makan
n makanan
ataupun restoran.
Jika ada makanan sisa disimpan di meja
Riwayat / pola Sebelum sakit pasien memiliki kebisaan makan utama 3-4 kali
makan
sehari. Dalam sehari sering makan cemilan sebanyak 1-3 kali.
Berikut adalah kebiasaan makan pasien.
 Makanan pokok : nasi dan mie. Frekuensi 3-4 kali sehari @ 1 ½
- 2 centong sedang
 Lauk hewani : ika,ayam, telur. Diolah dengan goreng, bakar,
bumbu rendang, dan bacem. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 1
potong/butir
 Lauk nabati : tempe dan tahu. Diolah dengan dioseng, digoreng
dan dibacem. Frekuensi 1-2 kali sehari @ 1-2 potong
 Sayur : kangkung, wortel dan daun singkong. Diolah dengan
lalap, bening, sop dan santan. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 3
sendok sayur
 Minuman : air putih dan susu. Frekuensi air putih 5 gelas sehari,
susu 2 gelas sehari.
 Buah : melon, jeruk semangka. Frekuensi 1-3 kali seminggu @
1 buah
 Snack : gorengan, roti, cemilan. Frekuensi 1-3 kali sehari @ 1-2
potong/bungkus kecil untuk cemilan.
Selama sakit nafsu maknan pasien menurun menjadi setengah
dari porsi biasanya. Penurunan konsumsi terutama pada lauk
hewani. Pasien merasa semakin mual jika mencium bau lauk
hewani yang amis.
2
Kesimpulan & Pembahasan :
Pasien sdr.AS berusia 27 tahun menderita penyakit dengan suspect B20 dan TB Ulcer dengan gejala
diare, nyeri perut dan badan lemas. Pasien mengalami masalah gastrointestinal yang dirasakannya
mual, diare 2 hari yang lalu, dan penurunan nafsu makan terutama pada lauk hewani menjadi setengah
porsi dari biasanya. Awalnya, di RS Panti Rapih pasien melakukan cek B20 dengan hasil reaktif,
kemudian kembali lagi melakukan terapi ARV dan HMRS pasien mengalami sakit perut berketerusan
dan keringat malam sehingga dirujuk ke RS Sardjito. Kemungkinan penyakit ini muncul kembali
karena riwayat penyakit yang dahulu yaitu riwayat IVDU (+), sex primatal (+) dan beganti pasangan
(+). BB pasien biasanya adalah 65 kg sedangkan saat sakit mengalami penurunan sebanyak 7 kg
ditimbang ketika masuk rumah sakit dengan BB 58 kg. Pola makan cukup teratur 3-4 kali sehari
namun pasien sering makan cemilan yang digoreng.
C. DATA OBYEKTIF
1. Antropometri
TB
185 cm
Kesimpulan :
IMT = BB
=
TB² (m)
56
Berat Badan
56 kg
= 16.4
1.85²
BBI = (TB-100) ± 10% (TB-100)
= (185-100) ±10% (185-100)
= 85 ± 8.5
= 76,5 kg s/d 93,5 kg
Pembahasan :
Dari perhitungan IMT pasien berdasarkan BB dan TB diperoleh hasil 16.4 sehingga status gizi pasien
dikategorikan pada gizi kurang berat atau sangat kurus. Karena, rentang normal IMT orang dewasa
adalah 18.5-25.0 (Depkes RI).
Dan untuk BB pasien juga menunjukkan tidak ideal karena BBI dewasa laki-laki berumur 27 tahunn
dengan TB 185 cm ini antara 76,5 kg s/d 93,5, sehingga dikatakan juga pasien mempunyai gizi kurang.
3
2. Biokimia
Pemeriksaan
Hb
AL
AT
AE
Hmt
MCV
MCH
GOT
GPT
TP
Alb
Na
K
Cl
C Total bilirubin
Unconj
bilirubin
Direct
bilirubun
BT
CT
Nilai
Normal
14-18 g/dl
4-10 10⁹/L
150450.10⁹/L
4,6-6,2
10⁶/mm³
42-52
80-94 fL
27-31 pg
15-46 U/L
13-69 U/L
6,3-8,2 g/dl
3,5-5 g/dl
137-145
mmol/L
3,5-5,1
mmol/L
98-107
mmol/L
0,2-1,3
0-1,1
0-0,3
3,7
2,6
Awal
Masuk
RS
10,9
7,3
628
Interpretasi
4,16
Rendah
33,1
79,5
26,3
97,8
83,7
6,7
2,93
122,6
Awal
Kasus
Interpretasi
11,8
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Rendah
Rendah
137,5
Normal
4,08
Normal
4,30
Normal
86,9
Rendah
0,56
0,18
Normal
Normal
0,381
Tinggi
0,381
-
Tinggi
-
2”
6”
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Tinggi
Kesimpulan :
Dari awal kasus diambil,data biokiomia yang dihasilkan menunjukkan bahwa pada Hb dan BT nya
rendah berkaitan dengan sel darah merah yang kurang menyebabkan anemia sehingga pasien cepat
merasakan kelelahan dan lemas juga dikarenakan tidak pernahnya berolahraga.
4
3. Fisik Klinis
Tanggal 4 April (Awal masuk RS)
 Kesan Umum : compos mentis, kesadaran CM
 Diare (+) 3x
 Kepala : CA +/+, SI -/ Leher : JVP ҂
 c/p
: dalam batas normal
 abdomen : datar, supel,peristaltic (+) N, NT (+) seluruh lapisan perut
















H/L
: tak teraba
Ecxtremitas edema - - Suhu : 36̊ C
Nadi : 72x/menit (Normal)
Resipirasi : 20x/menit (Normal)
Tekanan darah : 100/60 mmHg (Normal)
Tanggal 8 April (Awal studi kasus)
Kondisi umum sedang, kesadaran CM
Diare (+) 2x, mual (+)
Kepala : CA -/-, SI -/Leher : JVP ҂
c/p
: dalam batas normal
abdomen : NT (+) seluruh lapisan perut
suhu
: 36,5̊ C
Nadi
: 80x/menit (Normal)
Respirasi : 20x/menit (Normal)
Tekanan darah : 90/50 mmHg (Rendah)
Sumber : Buku panduan Praktek FK Unsoed.
Sumber : Buku panduan Praktek FK Unsoed.
4. Pemeriksaan Penunjang
USG tanggal 8 April 2008
Kesimpulan : multiple limphadenopathy paraaorta
Pemeriksaan Imunologi tanggal 7 April 2008
Kesimpulan : Hbs Ag negative, anti HCV negative
Pemeriksaan Imuno-serologi tanggal 17 maret 2008
Hasil : Anti HIV reaktif (metode ICT)
5
5. Dietary
Hasil Recall 24 jam diet
Tanggal
Diet RS
: Rumah sakit
: 08 April 2008
: Diet lunak TKTP
Implementasi
Asupan Oral/Enteral
Infuse NaCl 16 ptm
Jumlah
Standar
% Asupan
Keterangan
Energi (kcal)
449.8
449.8
1753.44
25.65%
Kurang
Protein (g)
17.09
17.09
69.16
24.71%
Kurang
Lemak (g)
17.52
17.52
70.49
24.85%
Kurang
KH (g)
61.09
61.29
218.30
27.98%
Kurang
Kesimpulan :
Dari hasil recall rumah sakit asupan pasien kurang <90% (Ariningsih, 2008) dbuktikan dengan asupan
E 25.65%, P 24.71%, L 24.85%, 27.98. Artinya, asupan konsumsi pasien sangat rendah dan kurang
gizi sehingga akan ditata laksanakan menu yang tepat agar pasien dapat meningkatkan asupannya.
6. Terapi Medis
Interaksi Dengan Zat
Gizi
Mual
Jenis Obat
Fungsi
Sistenol
Duviral
Demam, sakit
kepala & keadaan
sangat nyeri
Antibiotik
Neviral
Antibiotik
Mual
Contimox
ole
Anti infeksi yang
disebabkan
mikroorganisme
sensitive pada kulit,
jaringan lunak,
saluran cerna
Meningitis
kriptokokal,
kandidas sistematik,
kandidiasis
orofaring dan
esophagus,
kandidasis vaginal
akut atau kambuhan
Gangguan saluran
cerna, mual, muntah
Pengawasan efek
samping obat
Pengawasan efek
samping obat
Pengawasan efek
samping obat
Mual, sakit perut,
diare, kembung
Pengawasan efek
samping obat
Flucunazo
le
Mual
Solusi
Pengawasan efek
samping obat
6
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
Problem Gizi
1. Domain Intake (NI) : Malnutri (5.2)
2. Domain Clinical (NC) : Underweight (3.1), Penurunan BB yang tidak diharapkan (3.2)
3. Domain Behavior (NB) : Aktifitas fisik kurang (2.1), Kurang pengetahuan terkait makanan dan
zat gizi (1.1)
Kesimpulan :
NI 5.2
Malnutrisi berkaitann dengan asupan yang kurang dan salah ditandai dengan hasil recall 24 jam
E= 26.65%, P= 24.71%, L= 24.85%, KH= 27.08%
NC 3.1
Underweight berkaitan dengan status gizi kurang ditandai dengan IMT = 16,4
NC 3.1
Penurunan BB yang tidak diharapkan berkaitan dengan penururnan nafsu makan dan diare
ditandai dengan BB tidak idealdan penurunan BB sebanyak 7 kg.
NB 2.1
Aktifitas fisik kurang berkaitan dengan kebiasaan yang buruk ditandai dengan tidak pernah
berolahraga.
NB 1.1
Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi brkaitan dengan pola makan yang tidak sehat
ditandai dengan sering makan diwarung dan sering mkan cemilan.
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Terapi Diet :
a. Jenis diet
: Diet HIV/AIDS
b. Bentuk makanan
: ML
c. Cara pemberian
: Oral
2. Tujuan Diet :
a. Mengatasi gejaala diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah
b. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian yang terlihat
c. Mencapai dan meningkatkan berat badan hingga normal
d. Memberikan kebebasan pasien dalam memilih makanan adekuat sesuai dengan kemampuan
makan dan jenis diet yang diberi.
7
e. Memberikan makanan yang mudah dicerna
f. Memberikan edukasi gizi dalam upaya perubahan sikap dan perilaku makan
3. Syarat / prinsip Diet :
a. Energi tinggi. Perhatikan faktor strres, aktifitas fisik dan kenaikan suhu tubuh.
b. Protein tinggi, yaitu 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang
rusak.
c. Lemak cukup, yaitu 25% dari kebutuhan energi total.
d. Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ x (150%) AKG. Terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,
kalsium, magnesium, seng dan selenium.
e. Serat cukup.
f. Cairan cukup.
g. Elektrolit cukup, natrium, kalium, klorida.
h. Makanan yang diberikan dalam porsi kecil dan sering.
i. Hindari makanan yang merangsang pencernaan.
4. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi
a. Kebutuhan Energi menurut rumus Harrist Benedict
=
66 + (13,7 x 56) + (5 x 185) – (6,8 x 27)
=
66 + 767,2 + 925 -183,6
=
1569,6 kkal.
=
1569,6 x 1,3 x 1,5
=
3060,72 kkal (dibulatkan menjadi 3061 kkal)
±10%
=
2755 – 3367 kkal
Protein
=
1,5 x 56
=
84 gr
=
84 x 4 = 336 kkal
=
75,6 – 92,4 gr
BMR
Energi
b.
± 10%
8
c.
=
25% x 3061
=
765,3 kkal
=
765,3 : 9 = 85,03 gr
± 10%
=
76,5 – 93,5 gr
KH
=
E – (P + L)
=
3061 – (336 + 765,3)
=
3061 – 1101,3
=
1959,7 kkal
=
1959,7 : 4 = 490 gr
± 10%
=
441– 539 gr
e. Cairan
=
1500 ml + (20 ml x (BB – 20)
=
1500 + 60
=
2220 ml.
d.
Lemak
f. Vitamin A = 1,5 x 600
= 900 mcg
g. Vitamin B12 = 1,5 x 2,4
= 3,6 mcg
h. Vitamin C
= 1,5 x 90
= 135 mg
i. Vitamin E = 1,5 x 15 = 22,5 mg
Pembahasan :
ML, Diet Aids III Energi 3061 kkal, Protein 84 gr, Lemak 85,03 gr, KH 490 gr.
9
5. Rencana monitoring dan evaluasi
Yang diukur
Pengukuran
Antropometri
Berat Badan
Awal kasus dan
akhir kasus
Evaluasi/ target
Peningkatan bb
menjadi normal dan
ideal
Biokimia
Hb dan BT
Sesuai perintah
dokter
Untuk menormalkan
nilai lab Hb dan BT
Fisik dan
Klinis
Vital sign
Kesadaran umum dan
tekanan darah
Setiap kunjungan
Normal
Intake
E, P, L, dan KH
Setiap hari
Asupan mencapai
≥80-100%
6. Rencana Konsultasi Gizi
Masalah
gizi
Penurunan
BB
Efek
samping
obat ARV
Tujuan
Materi konseling
Keterangan
Meningkatkan kembali BB -Memberikan motivasi
mencapai BB normal dan
kepada pasien untuk
ideal
meningkatkan
asupannya agar target
tercapai.
-Memberikan menu
yang baik untuk
dikonsumsi diimbangi
dengan aktifitas fisik
Konseling langsung
yang teratur yaitu
diberikan kepada pasien
berolahraga.
dengan cara diskusi,
motivasi hidup sehat
Memberikan pengetahuan -Menjelaskan efek
menggunakan alat
mengenai interaksi obat
dari dari obat dan
bantu leaflet dan food
dengan zat gizi yang
terapi ARV terhadap
model
dikonsumsi dengan
zat gizi yang
mengurangi efek
mengakibatkan mual,
sampingnya
diare, konstipasi
sehingga harus
diperhatikan jadwal
pemberian obat agar
zat gizi dicerna secara
sempurna.
10
B. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet
a. Jenis Diet
: TETP HIV/AIDS
b. Bentuk Makanan : ML
c. Cara Pemberian : Oral
d. Pembagian makanan dalam sehari : 3x makan utama dan 2x makan selingan
Waktu Makan
Makan Pagi
07.00
Selingan siang
10.00
Makan Siang
13.00
Selingan sore
16.00
Makan Malam
19.00
Menu
Bahan Makanan
Nasi tim
Orak arik telur
Nasi tim
Telur ayam
Mentega
Tumis wortel + buncis Wortel
Buncis
Pisang
Pisang mas
Teh
Teh
Gula pasir
Bubur nasi kental
Beras giling masak
Ayam panggang
Dada ayam
Bayam tumis oncom
bayam
Oncom
Semangka
Semangka
Bubur kacang hijau
Kacang hijau
Gula pasir
santan
Nasi tim
Daging kerbau
tomat
Susu sapi
Alpukat
Nasi tim
Sup daging tomat
Susu
Alpukat
Rekomendasi
Pemesanan Diet
Berat
(gr)
200 gr
65 gr
8 gr
56 gr
56 gr
70 gr
180 ml
55 gr
220 gr
55 gr
75 gr
55 gr
155 gr
55 gr
55 gr
50 gr
200 gr
50 gr
50 gr
225 ml
90 gr
: Diet diteruskan
: DA III
2. Kajian Rekomendasi Diet
Implementasi
Energi (kcal)
Protein (g)
Lemak (g)
KH (g)
Kebutuhan
3061
84
85,03
490
Rekomendasi
2326
93
51
477
% Asupan
76%
111%
60%
97%
11
BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA
A. B20
1. Definisi
B20 adalah penyakit human immunodeficiency virus yang mengakibatkan penyakit infeksi dan
parasit. Selain B20, penyakit HIV memiliki tipe yang lain yang memberikan gejala yang
berbeda-beda. HIV tersebut menyebabkan AIDS (acquired immune deficency syndrome). HIV
dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit dan juga dapat
mengakibatkan kematian. Pengobatan yang dilakukan adalah terapi antiretroviral, namun
kerjanya hanya memperlabat replikasi virus, bukan membunuh virus.
2. Patofisiologis
HIV akan menyerang inti genetik dari sel CD4 atau sel limfosit T-helper, dimana limfosit Thelper merupakan agen proteksi yang melawan infeksi. Dengan terjadinya infeksi HIV dapat
mengakibatkan terjadinya imunodefisiensi. Infeksi HIV terjadi 4 tahap yaitu infeksi HIV akut,
laten, infeksi HIV simtomatik, dan progresi HIV ke AIDS. Pada tahap akut, HIV transmisi ke
host hingga diproduksi antibodi yang melawan virus (seroconversion). Berikutnya pada tahap
laten hingga 10 tahun berikutnya dimana virus tetap aktif dan bereplikasi disertai dengan
penurunan CD4. Tahap berikutnya pada infeksi HIV simtomatik menunjukkan bahwa HIV
mulai mengganggu sistem imun dimana CD4 berada di bawah 500 sel/mm3. Pada tahap ini
mulai muncul gejala berupa demam persisten, diare kronis, penurunan berat badan, dan infeksi
bakteri serta jamur. Tahap akhir yaitu menjadi AIDS dimana imunodefisiensi memburuk dan
CD4 menurun menjadi dibawah 200 sel/mm3. Pada tahap ini risiko infeksi oportunistik
meningkat.
3. Manajemen
Manajemen nutrisi pada pasien HIV yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan indeks
massa tubuh, mengurangi keparahan HIV karena gejalanya, meningkatkan kualitas hidup, dan
meningkatkan keefektifan terapi anti retroviral. Harus diperhatikan pula asupan makan dan
cairan, keamanan dan kebersihan makan, aktivitas fisik, suplementasi, bentuk makanan sesuai
kondisi pasien, dan perlu tidaknya asupan parenteral maupun enteral (Mahan, 2016).
B. TB Ulcer
1. Definisi
Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Penyakit TB dapat dibedakan berdasarkan tipe
penderita, yaitu :
a. Kasus baru : penderita yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari 1 bulan
b. Kasus kambuh (relaps) : penderita yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tapi kembali berobat
c. Kasus pindahan : penderita yang dirujuk dari pengobatan daerah lain
d. Kasus lalai berobat : penderita yang sudah berobat kurang lebih 1 bulan tapi berhenti 2
minggu dan datang kembali berobat
e. Kasus gagal : penderita BTA positif yang masih positif pada akhir bulan ke-5 atau
perburukan hasil pemeriksaaan BTA.
f. Kasus kronik : penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori 2.
12
g. Kasus bekas TB : hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi TB inaktif atau tidak
perubahan setelah pengobatan OAT 2 bulan.
2. Patofisiologis
Kelainan jaringan pada paru-paru pasien TB sebagai respon tubuh terhadap infeksi, dimana
terbentuk jaringan granuloma yaitu kumpulan padat sel makrofag. Respon awalnya adalah
terbentuknya sel leukosit polimorfonukleus (PMN) atau sel fagosit mononukleus. Kuman
berproliferasi dalam sel dan mematikan sel fagosit sedangkan sel mononukleus terus
meningkat. Sel monosit berkembang menjadi sel epiteloid dan membentuk sel datia Langhans
dan sel datia asing. Semakin lama, granuloma akan dikelilingi sel limfosit, sel plasma, kapiler,
dan fibroblas. Sel mulai mengalami nekrosis dan mikroba dapat berkurang serta terbentuk
garam kalsium pada bagian nekrosis. Dengan kondisi mikroba virulen maka granuloma akan
membesar dan terbentuk granuloma satelit. Terbentuknya sel epiteloid dan makrofag akan
menghasilkan protease dab hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa. Granuloma yang
mencair akan meningkatkan pertumbuhan kuman ekstrasel sehingga terjadi perluasan penyakit.
Hal ini dapat terjadi lebih cepat pada pasien TB yang sebelumnya pernah mengalami TB
(PDPI, ;Mahan, 2016).
3. Manajemen
Pada pasien TB rentan mengalami malnutrisi karena kondisi katabolisme dari inflamasi
sehingga membutuhkan beberapa jenis suplementasi. Pada pasien TB perlu dilakukan
pemeriksaan status protein, antropomentri, dan status mikronutrien. Pasien TB memerlukan
suplementasi hingga mencapai IMT 18,5. Pada pasien TB rentan berisiko penurunan berat
badan, kaheksia, dan penurunan leptin. Pada pasien dengan status gizi kurang, kebutuhan
energi 35-40 kkal/kg BB dan meningkat 20-30% jika juga mengal ami AIDS. Rekomendasi
pemenuhan protein juga mencapai 75-100 gram per hari. Pasien TB juga membutuhkan
suplementasi mikronutrien berupa vitamin A,B,C,E, seng, dan selenium (Mahan, 2016).
4. Ulcer
Ulser dapat berupa lesi tunggal ataupun multipel, Terdapat indurasi, kadang nyeri, sensasi
terbakar, ireguler, tidak berbatas jelas, dan terdapat granulasi pada dasar lesi. Terdapat di
dorsum lidah, gingiva, dasar mulut, mukosa bukal. Diagnosis banding ulser ini meliputi,
RAU (Recurrent Apthous Ulseration), traumativ ulser, syphilitic ulser dan keganasan
termasuk squamous cell carcinoma primer, limfoma. Diperlukan juga pemeriksaan sputum
untuk mencari Mycobacterium tuberculosis dan pemeriksaan radiologi.
BAGIAN 5. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
Pasien mengalami B20 dikarenakan riwayat penyakit dahulu yang kembali muncul ditandai
dengan hasil B20 reaktif dengan gejala diare dan penurunan nafsu makan dan juga
diprediksi suspect TB akibat dari HIV tersebut.
Menurut pengukuran BB//TB status gizi pasien adalah kesan status gizi kurang dengan IMT
16.4.
Berdasarkan recal 24 jam, diketahui bahwa persentase asupan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat pasien kurang.
Kondisi fisik pasien cukup, CM dan mengalami mual dan diare sebanyak 2x sehari.
Intervensi yang diberikan adalah diet HIV/AIDS III.
13
6.
Asupan pasien dikatakan masih harus terus ditingkatkan hingga mencapai normal >80%
untuk memperbaiki fungsi jaringan tubuh dengan memperhatikan vitamin dan mineral
pasien dengan memberikan edukasi dan konseling yang tepat.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tanggal : 8 April 2008
Diet : TETP/ML/Oral
Waktu
pagi
Energi : 3061 kkal
Protein : 84 g
Masakan
nasi tim
orak arik telur
tumis wortel + buncis
snack siang
siang
snack sore
malam
buah pisang
the
bubur nasi kental
ayam panggang
bayam tumis oncom
buah semangka
bubur kacang hijau
nasi tim
sup daging tomat
susu
buah alpukat
Bahan
nasi tim
telur ayam
mentega
wortel
buncis
pisang mas
the
gula pasir
beras giling masak
dada ayam
bayam
oncom
semangka
kacang hijau
gula pasir
santan
nasi tim
daging kerbau
tomat
susu sapi
alpukat
DKBM
70
190
468
403
285
449
518
502
2
158
272
593
459
158
502
143
70
170
392
472
406
gram
200
65
8
56
56
70
180
55
220
55
75
55
155
55
55
50
200
50
50
225
90
Lemak : 85,03 g
KH : 490 g
BDD
100
90
100
88
100
85
100
100
100
58
71
100
46
58
100
100
100
100
95
100
61
total
Energi
Protein
Lemak
Kharbo
240
94.77
58
20.6976
16.8
75.565
237.6
200.2
391.6
96.338
19.17
22
19.964
96.338
200.2
61
240
42
9.5
137.25
46.665
2326
4.8
7.488
0.04
0.59136
1.232
0.833
35.1
0
4.62
5.8058
1.86375
1.1
0.3565
5.8058
0
1
4.8
9.35
0.475
7.2
0.4941
93
0.8
6.7275
6.528
0.14784
0.112
0.119
1.26
0
0.22
7.975
0.26625
1.1
0.1426
7.975
0
5
0.8
0.25
0.1425
7.875
3.5685
51
52
0.4095
0.112
4.58304
3.584
19.992
122.04
51.7
89.32
0
3.46125
1.65
4.9197
0
51.7
3.8
52
0
1.995
9.675
4.2273
477
14
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Asosiasi Dietesien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Informatorium Obat
Nasional Indonesia 2000. Jakarta : CV. Sagung Seto
Fahmi, R. 2010. Infeksi Sitomegalovirus. diunduh dari forum Universitas Negeri Malang pada tanggal
6 April 2010 dari http//.www.community.um.ac.id
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/29874721/makalah_konsep_dan_tatalaksana_gizi_hiv_dan_aids.docx
15
Download