STUDI KASUS PRAKTIKUM DIETETIK BAGIAN 1. ASSESMEN A. ANAMNESIS Identitas Pasien Nama : Sdr. AS Umur : 27 tahun Sex : Laki-laki Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMA Agama : Islam No RM : 1 – 34 – 44 – 89 Ruang : Bougenville R 10 Tgl Masuk : 4 April 2008 Tgl Kasus : 8 April 2008 Alamat : Jl. Imogiri Diagnosis medis : B 20, abdominal pain suspect TB ulcer, massa paru B. DATA SUBYEKTIF 1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Perut terasa nyeri, badan lemas, diare b. Riwayat Penyakit Sekarang 1 BSMRS os mulai merasa badan lemas dan tidak enak, demam (+) hilang timbul, berat badan turun, diare (-), sariawan (-), os periksa ke RS Panti Rapih dan mondok 5 hari, mual (+), muntah (-), makan/minum menurun. Kemudian cek B20 dengan hasil reakif, os pulang dan rawat jalan di RS Panti Rapih. 1 MSMRS os mulai terapi ARV (duviral dan neviral) pada tanggal 28 maret 2008. HMRS os mengeluh nyeri perut terus menerus, keringat malam (+), baruk (-), periksa di RS Panti Rapih kemudian dirujuk ke RS Sardjito untuk penanganan lebih lanjut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat IVDU (+) 2 tahun yang lalu sudah berhenti, sex premarital (+), berganti-ganti pasangan (+) d. Riwayat Penyakit Keluarga 2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi Data Sosio Penghasilan : ± 1.500.000,0 ekonomi Pasien tinggal di tempat kost Suku : Jawa Aktifitas fisik Bekerja darijam 08.00-16.30 Tidur 7-8 jam sehari Tidak pernah olahraga Alergi Tidak ada makanan 1 Masalah Pasien merasakan mual sejak sakit, rasa mual timbul hilang gastrointestinal tidak menentu Pasien diare sejak 2 hari yang lalu (konsistensi caier frekuensi 23 kali sehari) Pasien mengalami penurunan nafsu makan Tidak ada muntah dia tidak ada nyeri ulu hati Penyakit kronik Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik tertentu Kesehatan Kesehtan mulut pasien baik, stomatitis (-), gangguan menelan (-), mulut dan gigi lengkap (+) Pengobatan Tidak ada Perubahan BB Biasanya berat badan pasien 65 kg saat tidak sakit. Saat sakit ini beratnya terasa berkurang. Terakhir menimbang saat masuk rumah sakit dengan berat 58 kg Mempersiapka Pasien makan makanan dengan membelinya di warung makan n makanan ataupun restoran. Jika ada makanan sisa disimpan di meja Riwayat / pola Sebelum sakit pasien memiliki kebisaan makan utama 3-4 kali makan sehari. Dalam sehari sering makan cemilan sebanyak 1-3 kali. Berikut adalah kebiasaan makan pasien. Makanan pokok : nasi dan mie. Frekuensi 3-4 kali sehari @ 1 ½ - 2 centong sedang Lauk hewani : ika,ayam, telur. Diolah dengan goreng, bakar, bumbu rendang, dan bacem. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 1 potong/butir Lauk nabati : tempe dan tahu. Diolah dengan dioseng, digoreng dan dibacem. Frekuensi 1-2 kali sehari @ 1-2 potong Sayur : kangkung, wortel dan daun singkong. Diolah dengan lalap, bening, sop dan santan. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 3 sendok sayur Minuman : air putih dan susu. Frekuensi air putih 5 gelas sehari, susu 2 gelas sehari. Buah : melon, jeruk semangka. Frekuensi 1-3 kali seminggu @ 1 buah Snack : gorengan, roti, cemilan. Frekuensi 1-3 kali sehari @ 1-2 potong/bungkus kecil untuk cemilan. Selama sakit nafsu maknan pasien menurun menjadi setengah dari porsi biasanya. Penurunan konsumsi terutama pada lauk hewani. Pasien merasa semakin mual jika mencium bau lauk hewani yang amis. 2 Kesimpulan & Pembahasan : Pasien sdr.AS berusia 27 tahun menderita penyakit dengan suspect B20 dan TB Ulcer dengan gejala diare, nyeri perut dan badan lemas. Pasien mengalami masalah gastrointestinal yang dirasakannya mual, diare 2 hari yang lalu, dan penurunan nafsu makan terutama pada lauk hewani menjadi setengah porsi dari biasanya. Awalnya, di RS Panti Rapih pasien melakukan cek B20 dengan hasil reaktif, kemudian kembali lagi melakukan terapi ARV dan HMRS pasien mengalami sakit perut berketerusan dan keringat malam sehingga dirujuk ke RS Sardjito. Kemungkinan penyakit ini muncul kembali karena riwayat penyakit yang dahulu yaitu riwayat IVDU (+), sex primatal (+) dan beganti pasangan (+). BB pasien biasanya adalah 65 kg sedangkan saat sakit mengalami penurunan sebanyak 7 kg ditimbang ketika masuk rumah sakit dengan BB 58 kg. Pola makan cukup teratur 3-4 kali sehari namun pasien sering makan cemilan yang digoreng. C. DATA OBYEKTIF 1. Antropometri TB 185 cm Kesimpulan : IMT = BB = TB² (m) 56 Berat Badan 56 kg = 16.4 1.85² BBI = (TB-100) ± 10% (TB-100) = (185-100) ±10% (185-100) = 85 ± 8.5 = 76,5 kg s/d 93,5 kg Pembahasan : Dari perhitungan IMT pasien berdasarkan BB dan TB diperoleh hasil 16.4 sehingga status gizi pasien dikategorikan pada gizi kurang berat atau sangat kurus. Karena, rentang normal IMT orang dewasa adalah 18.5-25.0 (Depkes RI). Dan untuk BB pasien juga menunjukkan tidak ideal karena BBI dewasa laki-laki berumur 27 tahunn dengan TB 185 cm ini antara 76,5 kg s/d 93,5, sehingga dikatakan juga pasien mempunyai gizi kurang. 3 2. Biokimia Pemeriksaan Hb AL AT AE Hmt MCV MCH GOT GPT TP Alb Na K Cl C Total bilirubin Unconj bilirubin Direct bilirubun BT CT Nilai Normal 14-18 g/dl 4-10 10⁹/L 150450.10⁹/L 4,6-6,2 10⁶/mm³ 42-52 80-94 fL 27-31 pg 15-46 U/L 13-69 U/L 6,3-8,2 g/dl 3,5-5 g/dl 137-145 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L 98-107 mmol/L 0,2-1,3 0-1,1 0-0,3 3,7 2,6 Awal Masuk RS 10,9 7,3 628 Interpretasi 4,16 Rendah 33,1 79,5 26,3 97,8 83,7 6,7 2,93 122,6 Awal Kasus Interpretasi 11,8 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Normal Rendah Rendah 137,5 Normal 4,08 Normal 4,30 Normal 86,9 Rendah 0,56 0,18 Normal Normal 0,381 Tinggi 0,381 - Tinggi - 2” 6” Rendah Normal Rendah Normal Tinggi Kesimpulan : Dari awal kasus diambil,data biokiomia yang dihasilkan menunjukkan bahwa pada Hb dan BT nya rendah berkaitan dengan sel darah merah yang kurang menyebabkan anemia sehingga pasien cepat merasakan kelelahan dan lemas juga dikarenakan tidak pernahnya berolahraga. 4 3. Fisik Klinis Tanggal 4 April (Awal masuk RS) Kesan Umum : compos mentis, kesadaran CM Diare (+) 3x Kepala : CA +/+, SI -/ Leher : JVP ҂ c/p : dalam batas normal abdomen : datar, supel,peristaltic (+) N, NT (+) seluruh lapisan perut H/L : tak teraba Ecxtremitas edema - - Suhu : 36̊ C Nadi : 72x/menit (Normal) Resipirasi : 20x/menit (Normal) Tekanan darah : 100/60 mmHg (Normal) Tanggal 8 April (Awal studi kasus) Kondisi umum sedang, kesadaran CM Diare (+) 2x, mual (+) Kepala : CA -/-, SI -/Leher : JVP ҂ c/p : dalam batas normal abdomen : NT (+) seluruh lapisan perut suhu : 36,5̊ C Nadi : 80x/menit (Normal) Respirasi : 20x/menit (Normal) Tekanan darah : 90/50 mmHg (Rendah) Sumber : Buku panduan Praktek FK Unsoed. Sumber : Buku panduan Praktek FK Unsoed. 4. Pemeriksaan Penunjang USG tanggal 8 April 2008 Kesimpulan : multiple limphadenopathy paraaorta Pemeriksaan Imunologi tanggal 7 April 2008 Kesimpulan : Hbs Ag negative, anti HCV negative Pemeriksaan Imuno-serologi tanggal 17 maret 2008 Hasil : Anti HIV reaktif (metode ICT) 5 5. Dietary Hasil Recall 24 jam diet Tanggal Diet RS : Rumah sakit : 08 April 2008 : Diet lunak TKTP Implementasi Asupan Oral/Enteral Infuse NaCl 16 ptm Jumlah Standar % Asupan Keterangan Energi (kcal) 449.8 449.8 1753.44 25.65% Kurang Protein (g) 17.09 17.09 69.16 24.71% Kurang Lemak (g) 17.52 17.52 70.49 24.85% Kurang KH (g) 61.09 61.29 218.30 27.98% Kurang Kesimpulan : Dari hasil recall rumah sakit asupan pasien kurang <90% (Ariningsih, 2008) dbuktikan dengan asupan E 25.65%, P 24.71%, L 24.85%, 27.98. Artinya, asupan konsumsi pasien sangat rendah dan kurang gizi sehingga akan ditata laksanakan menu yang tepat agar pasien dapat meningkatkan asupannya. 6. Terapi Medis Interaksi Dengan Zat Gizi Mual Jenis Obat Fungsi Sistenol Duviral Demam, sakit kepala & keadaan sangat nyeri Antibiotik Neviral Antibiotik Mual Contimox ole Anti infeksi yang disebabkan mikroorganisme sensitive pada kulit, jaringan lunak, saluran cerna Meningitis kriptokokal, kandidas sistematik, kandidiasis orofaring dan esophagus, kandidasis vaginal akut atau kambuhan Gangguan saluran cerna, mual, muntah Pengawasan efek samping obat Pengawasan efek samping obat Pengawasan efek samping obat Mual, sakit perut, diare, kembung Pengawasan efek samping obat Flucunazo le Mual Solusi Pengawasan efek samping obat 6 BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI Problem Gizi 1. Domain Intake (NI) : Malnutri (5.2) 2. Domain Clinical (NC) : Underweight (3.1), Penurunan BB yang tidak diharapkan (3.2) 3. Domain Behavior (NB) : Aktifitas fisik kurang (2.1), Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi (1.1) Kesimpulan : NI 5.2 Malnutrisi berkaitann dengan asupan yang kurang dan salah ditandai dengan hasil recall 24 jam E= 26.65%, P= 24.71%, L= 24.85%, KH= 27.08% NC 3.1 Underweight berkaitan dengan status gizi kurang ditandai dengan IMT = 16,4 NC 3.1 Penurunan BB yang tidak diharapkan berkaitan dengan penururnan nafsu makan dan diare ditandai dengan BB tidak idealdan penurunan BB sebanyak 7 kg. NB 2.1 Aktifitas fisik kurang berkaitan dengan kebiasaan yang buruk ditandai dengan tidak pernah berolahraga. NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi brkaitan dengan pola makan yang tidak sehat ditandai dengan sering makan diwarung dan sering mkan cemilan. BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI A. PLANNING 1. Terapi Diet : a. Jenis diet : Diet HIV/AIDS b. Bentuk makanan : ML c. Cara pemberian : Oral 2. Tujuan Diet : a. Mengatasi gejaala diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah b. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian yang terlihat c. Mencapai dan meningkatkan berat badan hingga normal d. Memberikan kebebasan pasien dalam memilih makanan adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis diet yang diberi. 7 e. Memberikan makanan yang mudah dicerna f. Memberikan edukasi gizi dalam upaya perubahan sikap dan perilaku makan 3. Syarat / prinsip Diet : a. Energi tinggi. Perhatikan faktor strres, aktifitas fisik dan kenaikan suhu tubuh. b. Protein tinggi, yaitu 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. c. Lemak cukup, yaitu 25% dari kebutuhan energi total. d. Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ x (150%) AKG. Terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, kalsium, magnesium, seng dan selenium. e. Serat cukup. f. Cairan cukup. g. Elektrolit cukup, natrium, kalium, klorida. h. Makanan yang diberikan dalam porsi kecil dan sering. i. Hindari makanan yang merangsang pencernaan. 4. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi a. Kebutuhan Energi menurut rumus Harrist Benedict = 66 + (13,7 x 56) + (5 x 185) – (6,8 x 27) = 66 + 767,2 + 925 -183,6 = 1569,6 kkal. = 1569,6 x 1,3 x 1,5 = 3060,72 kkal (dibulatkan menjadi 3061 kkal) ±10% = 2755 – 3367 kkal Protein = 1,5 x 56 = 84 gr = 84 x 4 = 336 kkal = 75,6 – 92,4 gr BMR Energi b. ± 10% 8 c. = 25% x 3061 = 765,3 kkal = 765,3 : 9 = 85,03 gr ± 10% = 76,5 – 93,5 gr KH = E – (P + L) = 3061 – (336 + 765,3) = 3061 – 1101,3 = 1959,7 kkal = 1959,7 : 4 = 490 gr ± 10% = 441– 539 gr e. Cairan = 1500 ml + (20 ml x (BB – 20) = 1500 + 60 = 2220 ml. d. Lemak f. Vitamin A = 1,5 x 600 = 900 mcg g. Vitamin B12 = 1,5 x 2,4 = 3,6 mcg h. Vitamin C = 1,5 x 90 = 135 mg i. Vitamin E = 1,5 x 15 = 22,5 mg Pembahasan : ML, Diet Aids III Energi 3061 kkal, Protein 84 gr, Lemak 85,03 gr, KH 490 gr. 9 5. Rencana monitoring dan evaluasi Yang diukur Pengukuran Antropometri Berat Badan Awal kasus dan akhir kasus Evaluasi/ target Peningkatan bb menjadi normal dan ideal Biokimia Hb dan BT Sesuai perintah dokter Untuk menormalkan nilai lab Hb dan BT Fisik dan Klinis Vital sign Kesadaran umum dan tekanan darah Setiap kunjungan Normal Intake E, P, L, dan KH Setiap hari Asupan mencapai ≥80-100% 6. Rencana Konsultasi Gizi Masalah gizi Penurunan BB Efek samping obat ARV Tujuan Materi konseling Keterangan Meningkatkan kembali BB -Memberikan motivasi mencapai BB normal dan kepada pasien untuk ideal meningkatkan asupannya agar target tercapai. -Memberikan menu yang baik untuk dikonsumsi diimbangi dengan aktifitas fisik Konseling langsung yang teratur yaitu diberikan kepada pasien berolahraga. dengan cara diskusi, motivasi hidup sehat Memberikan pengetahuan -Menjelaskan efek menggunakan alat mengenai interaksi obat dari dari obat dan bantu leaflet dan food dengan zat gizi yang terapi ARV terhadap model dikonsumsi dengan zat gizi yang mengurangi efek mengakibatkan mual, sampingnya diare, konstipasi sehingga harus diperhatikan jadwal pemberian obat agar zat gizi dicerna secara sempurna. 10 B. IMPLEMENTASI 1. Rekomendasi Diet a. Jenis Diet : TETP HIV/AIDS b. Bentuk Makanan : ML c. Cara Pemberian : Oral d. Pembagian makanan dalam sehari : 3x makan utama dan 2x makan selingan Waktu Makan Makan Pagi 07.00 Selingan siang 10.00 Makan Siang 13.00 Selingan sore 16.00 Makan Malam 19.00 Menu Bahan Makanan Nasi tim Orak arik telur Nasi tim Telur ayam Mentega Tumis wortel + buncis Wortel Buncis Pisang Pisang mas Teh Teh Gula pasir Bubur nasi kental Beras giling masak Ayam panggang Dada ayam Bayam tumis oncom bayam Oncom Semangka Semangka Bubur kacang hijau Kacang hijau Gula pasir santan Nasi tim Daging kerbau tomat Susu sapi Alpukat Nasi tim Sup daging tomat Susu Alpukat Rekomendasi Pemesanan Diet Berat (gr) 200 gr 65 gr 8 gr 56 gr 56 gr 70 gr 180 ml 55 gr 220 gr 55 gr 75 gr 55 gr 155 gr 55 gr 55 gr 50 gr 200 gr 50 gr 50 gr 225 ml 90 gr : Diet diteruskan : DA III 2. Kajian Rekomendasi Diet Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g) Kebutuhan 3061 84 85,03 490 Rekomendasi 2326 93 51 477 % Asupan 76% 111% 60% 97% 11 BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA A. B20 1. Definisi B20 adalah penyakit human immunodeficiency virus yang mengakibatkan penyakit infeksi dan parasit. Selain B20, penyakit HIV memiliki tipe yang lain yang memberikan gejala yang berbeda-beda. HIV tersebut menyebabkan AIDS (acquired immune deficency syndrome). HIV dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit dan juga dapat mengakibatkan kematian. Pengobatan yang dilakukan adalah terapi antiretroviral, namun kerjanya hanya memperlabat replikasi virus, bukan membunuh virus. 2. Patofisiologis HIV akan menyerang inti genetik dari sel CD4 atau sel limfosit T-helper, dimana limfosit Thelper merupakan agen proteksi yang melawan infeksi. Dengan terjadinya infeksi HIV dapat mengakibatkan terjadinya imunodefisiensi. Infeksi HIV terjadi 4 tahap yaitu infeksi HIV akut, laten, infeksi HIV simtomatik, dan progresi HIV ke AIDS. Pada tahap akut, HIV transmisi ke host hingga diproduksi antibodi yang melawan virus (seroconversion). Berikutnya pada tahap laten hingga 10 tahun berikutnya dimana virus tetap aktif dan bereplikasi disertai dengan penurunan CD4. Tahap berikutnya pada infeksi HIV simtomatik menunjukkan bahwa HIV mulai mengganggu sistem imun dimana CD4 berada di bawah 500 sel/mm3. Pada tahap ini mulai muncul gejala berupa demam persisten, diare kronis, penurunan berat badan, dan infeksi bakteri serta jamur. Tahap akhir yaitu menjadi AIDS dimana imunodefisiensi memburuk dan CD4 menurun menjadi dibawah 200 sel/mm3. Pada tahap ini risiko infeksi oportunistik meningkat. 3. Manajemen Manajemen nutrisi pada pasien HIV yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan indeks massa tubuh, mengurangi keparahan HIV karena gejalanya, meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan keefektifan terapi anti retroviral. Harus diperhatikan pula asupan makan dan cairan, keamanan dan kebersihan makan, aktivitas fisik, suplementasi, bentuk makanan sesuai kondisi pasien, dan perlu tidaknya asupan parenteral maupun enteral (Mahan, 2016). B. TB Ulcer 1. Definisi Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Penyakit TB dapat dibedakan berdasarkan tipe penderita, yaitu : a. Kasus baru : penderita yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan b. Kasus kambuh (relaps) : penderita yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tapi kembali berobat c. Kasus pindahan : penderita yang dirujuk dari pengobatan daerah lain d. Kasus lalai berobat : penderita yang sudah berobat kurang lebih 1 bulan tapi berhenti 2 minggu dan datang kembali berobat e. Kasus gagal : penderita BTA positif yang masih positif pada akhir bulan ke-5 atau perburukan hasil pemeriksaaan BTA. f. Kasus kronik : penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2. 12 g. Kasus bekas TB : hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi TB inaktif atau tidak perubahan setelah pengobatan OAT 2 bulan. 2. Patofisiologis Kelainan jaringan pada paru-paru pasien TB sebagai respon tubuh terhadap infeksi, dimana terbentuk jaringan granuloma yaitu kumpulan padat sel makrofag. Respon awalnya adalah terbentuknya sel leukosit polimorfonukleus (PMN) atau sel fagosit mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel dan mematikan sel fagosit sedangkan sel mononukleus terus meningkat. Sel monosit berkembang menjadi sel epiteloid dan membentuk sel datia Langhans dan sel datia asing. Semakin lama, granuloma akan dikelilingi sel limfosit, sel plasma, kapiler, dan fibroblas. Sel mulai mengalami nekrosis dan mikroba dapat berkurang serta terbentuk garam kalsium pada bagian nekrosis. Dengan kondisi mikroba virulen maka granuloma akan membesar dan terbentuk granuloma satelit. Terbentuknya sel epiteloid dan makrofag akan menghasilkan protease dab hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa. Granuloma yang mencair akan meningkatkan pertumbuhan kuman ekstrasel sehingga terjadi perluasan penyakit. Hal ini dapat terjadi lebih cepat pada pasien TB yang sebelumnya pernah mengalami TB (PDPI, ;Mahan, 2016). 3. Manajemen Pada pasien TB rentan mengalami malnutrisi karena kondisi katabolisme dari inflamasi sehingga membutuhkan beberapa jenis suplementasi. Pada pasien TB perlu dilakukan pemeriksaan status protein, antropomentri, dan status mikronutrien. Pasien TB memerlukan suplementasi hingga mencapai IMT 18,5. Pada pasien TB rentan berisiko penurunan berat badan, kaheksia, dan penurunan leptin. Pada pasien dengan status gizi kurang, kebutuhan energi 35-40 kkal/kg BB dan meningkat 20-30% jika juga mengal ami AIDS. Rekomendasi pemenuhan protein juga mencapai 75-100 gram per hari. Pasien TB juga membutuhkan suplementasi mikronutrien berupa vitamin A,B,C,E, seng, dan selenium (Mahan, 2016). 4. Ulcer Ulser dapat berupa lesi tunggal ataupun multipel, Terdapat indurasi, kadang nyeri, sensasi terbakar, ireguler, tidak berbatas jelas, dan terdapat granulasi pada dasar lesi. Terdapat di dorsum lidah, gingiva, dasar mulut, mukosa bukal. Diagnosis banding ulser ini meliputi, RAU (Recurrent Apthous Ulseration), traumativ ulser, syphilitic ulser dan keganasan termasuk squamous cell carcinoma primer, limfoma. Diperlukan juga pemeriksaan sputum untuk mencari Mycobacterium tuberculosis dan pemeriksaan radiologi. BAGIAN 5. KESIMPULAN 1. 2. 3. 4. 5. Pasien mengalami B20 dikarenakan riwayat penyakit dahulu yang kembali muncul ditandai dengan hasil B20 reaktif dengan gejala diare dan penurunan nafsu makan dan juga diprediksi suspect TB akibat dari HIV tersebut. Menurut pengukuran BB//TB status gizi pasien adalah kesan status gizi kurang dengan IMT 16.4. Berdasarkan recal 24 jam, diketahui bahwa persentase asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien kurang. Kondisi fisik pasien cukup, CM dan mengalami mual dan diare sebanyak 2x sehari. Intervensi yang diberikan adalah diet HIV/AIDS III. 13 6. Asupan pasien dikatakan masih harus terus ditingkatkan hingga mencapai normal >80% untuk memperbaiki fungsi jaringan tubuh dengan memperhatikan vitamin dan mineral pasien dengan memberikan edukasi dan konseling yang tepat. LAMPIRAN PERHITUNGAN Tanggal : 8 April 2008 Diet : TETP/ML/Oral Waktu pagi Energi : 3061 kkal Protein : 84 g Masakan nasi tim orak arik telur tumis wortel + buncis snack siang siang snack sore malam buah pisang the bubur nasi kental ayam panggang bayam tumis oncom buah semangka bubur kacang hijau nasi tim sup daging tomat susu buah alpukat Bahan nasi tim telur ayam mentega wortel buncis pisang mas the gula pasir beras giling masak dada ayam bayam oncom semangka kacang hijau gula pasir santan nasi tim daging kerbau tomat susu sapi alpukat DKBM 70 190 468 403 285 449 518 502 2 158 272 593 459 158 502 143 70 170 392 472 406 gram 200 65 8 56 56 70 180 55 220 55 75 55 155 55 55 50 200 50 50 225 90 Lemak : 85,03 g KH : 490 g BDD 100 90 100 88 100 85 100 100 100 58 71 100 46 58 100 100 100 100 95 100 61 total Energi Protein Lemak Kharbo 240 94.77 58 20.6976 16.8 75.565 237.6 200.2 391.6 96.338 19.17 22 19.964 96.338 200.2 61 240 42 9.5 137.25 46.665 2326 4.8 7.488 0.04 0.59136 1.232 0.833 35.1 0 4.62 5.8058 1.86375 1.1 0.3565 5.8058 0 1 4.8 9.35 0.475 7.2 0.4941 93 0.8 6.7275 6.528 0.14784 0.112 0.119 1.26 0 0.22 7.975 0.26625 1.1 0.1426 7.975 0 5 0.8 0.25 0.1425 7.875 3.5685 51 52 0.4095 0.112 4.58304 3.584 19.992 122.04 51.7 89.32 0 3.46125 1.65 4.9197 0 51.7 3.8 52 0 1.995 9.675 4.2273 477 14 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietesien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Jakarta : CV. Sagung Seto Fahmi, R. 2010. Infeksi Sitomegalovirus. diunduh dari forum Universitas Negeri Malang pada tanggal 6 April 2010 dari http//.www.community.um.ac.id Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC https://www.academia.edu/29874721/makalah_konsep_dan_tatalaksana_gizi_hiv_dan_aids.docx 15