Uploaded by User81268

1606-1-10597-1-10-20170908

advertisement
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
Vol. 2, No. 6, Juni 2018, hlm. 2067-2074
e-ISSN: 2548-964X
http://j-ptiik.ub.ac.id
Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based
Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer
Bagas Prawira Adji Wisesa1, Aswin Suharsono2, Widhi Yahya3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email :[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Semakin berkembangnya aplikasi internet dan penggunanya yang semakin banyak dapat
mempengaruhi kualitas jaringan internet. Setiap aplikasi internet memiliki kebutuhan trafik yang
berbeda-beda. Seperti Voice over Internet Protocol (VoIP), layanan real-time yang bersifat delaysensitive dan File Transfer Protocol (FTP) yang bersifat delay-tolerant. Dengan manajemen
bandwidth yang baik, dapat mengatur bandwidth sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Selain itu,
manajemen bandwidth juga dapat meminjamkan bandwidth yang telah dialokasikan sesuai dengan
prioritasnya agar dapat mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang ada. Mengimplementasikan
metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada jenis trafik
yang berbeda seperti VoIP dan FTP. Parameter Quality of Service (QoS) yang dihitung meliputi delay,
jitter dan throughput. Dari hasil pengujian, metode Hierarchical Token Bucket (HTB) lebih tepat
diterapkan pada trafik VoIP dan juga FTP. Berdasarkan parameter QoS, nilai yang didapat VoIP saat
menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) tanpa prioritas yaitu delay 14.35 ms, jitter
0.25 ms dan throughput 0.15 Mbit/s. Sedangkan pada FTP yaitu delay 31.93 dan throughput 0.37
Mbit/s.
Kata kunci: Manajemen Bandwidth, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP
Abstract
Voice over Internet Protocol (VoIP) service, which is delay-sensitive and File Transfer
Protocol (FTP) services with delay-tolerant. With bandwidth management, bandwidth can be set
according to the needs of the application. In addition, bandwidth management can also lend out
bandwidth has been allocated in accordance with priorities in order to optimize the use of bandwidth.
Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB) method is bandwidth
management mechanism based on the priority class that can be run in the ubuntu operating system.
This study applies the Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB)
method on different types of traffic such as VoIP and FTP. Parameters of Quality of Service (QoS),
which include delay, jitter and throughput. From the results of testing, Hierarchical Token Bucket
(HTB) method more appropriately applied to VoIP traffic and also FTP. QoS parameters, in
accordance with the value obtained when using the VoIP Hierarchical Token Bucket (HTB) method
without priority i.e. delay at 14.35 ms, jitter and throughput ms 0.25 and 0.15 MBit/s. While at FTP
i.e. delay 31.93 ms and 0.37 MBit/s throughput.
Keywords: Bandwidth Management, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP
yang diberikan. Untuk mengatur trafik sesuai
dengan bandwidth yang ada, dilakukan
manajemen bandwidth. Manajemen bandwidth
adalah sekumpulan teknik yang mengatur trafik
untuk tujuan menjaga kegunaan jaringan selama
kondisi kemacetan (Chen, 2007).
Manajemen bandwidth dilakukan dengan
menggunakan scheduling alghoritm, traffic
shapping, limitasi bandwidth dan teknik
antrian. Manajemen bandwidth dapat mengatur
1. PENDAHULUAN
Pada perkembangan teknologi saat ini,
layanan internet menjadi kebutuhan utama
sebagai sarana komunikasi dan bertukar
informasi. Perkembangan teknologi informasi
diikuti dengan semakin tingginya penggunaan
layanan internet. Hal ini menyebabkan
performa layanan internet menjadi buruk ketika
trafik yang dibutuhkan melebihi bandwidth
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
2067
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
alokasi bandwidth untuk trafik yang memiliki
kebutuhan berbeda, seperti layanan Voice over
Internet Protocol (VoIP) yang membutuhkan
pengiriman paket yang tepat waktu, pengiriman
dengan latency, jitter yang rendah dan
bandwidth yang cukup (Salah, 2006). Berbeda
dengan layanan transfer data menggunakan File
Transfer Protocol (FTP) yang yang bersifat
burst data. Layanan FTP melakukan transmisi
bandwidth yang relative tinggi (Paul, 2013).
Dengan alokasi bandwidth yang tepat,
diharapkan mampu menjalankan aplikasi yang
memiliki kebutuhan berbeda seperti Voice over
Internet Protocol (VoIP) dan FTP. Metode
Class-Based Queue (CBQ) dan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah
mekanisme manajemen bandwidth berdasarkan
kelas prioritas, selain itu kedua manajemen
bandwidth ini dapat berjalan dalam sistem
operasi linux sehingga dapat diimplementasikan
secara gratis.
Metode Class-Based Queue (CBQ) adalah
mekanisme penjadwalan yang memberikan
link-sharing antar kelas. Metode Class-Based
Queue (CBQ) didasarkan pada interaksi antara
general scheduler dan link-sharing scheduler.
General scheduler bertugas menjamin layanan
pada tiap kelas leaf. Sedangkan link-sharing
scheduler bertugas untuk mendistribusikan
bandwidth yang berlebih sesuai dengan struktur
link-sharing (F & B, 1999).
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB)
merupakan teknik antrian yang mendukung
link-sharing, traffic priority dan peminjaman
bandwidth antar kelas. Metode Class-Based
Queue (HTB) menggunakan metode shape &
drop dari token bucket filter untuk membatasi
bandwidth. Paket data memasuki bucket
menggunakan aliran token dengan kecepatan
konstan, jika token dalam bucket tidak tersedia
maka paket data akan dimasukkan kedalam
antrian dan kelebihannya akan buang.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul
“QoS Mechanism for RTP voice and RTP video
based on Queuing Techinques“ dilakukan
implementasi manajemen bandwidth LowLatency Queuing (LLQ) pada RTP suara dan
RTP video. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah penerapan Low-Latency Queuing (LLQ)
memberikan dampak yang baik untuk RTP
suara dibandingkan dengan RTP video.
Pada penelitian lainya yang berjudul
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
2068
“Analisa Unjuk Kerja Aplikasi CBQ dan HTB
pada Jaringan Komputer Untuk Pembatasan
Bandwidth Berbasis IPv6” dilakukan analisis
unjuk kerja dari metode Class-Based Queue
(CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket
HTB pada IPv6. Beban trafik pada penelitian
ini adalah video streaming saja. Penelitian ini
berfokus pada pengalamatan IP. Pengalamatan
IPv6 dapat menerapkan metode Class-Based
Queue (CBQ) tetapi tidak dengan metode
Hierarchical Token Bucket HTB karena belum
mendukung sistem pengalamatan ipv6.
Dari penelitian sebelumnya, tidak satupun
yang memberikan kondisi trafik yang memiliki
kebutuhan berbeda. Kenyataannya, ada banyak
aplikasi internet yang memerlukan trafik
dengan kebutuhan yang berbeda. Pada
penelitian ini dilakukan testbed dengan
implementasi metode Class-Based Queue
(CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket
HTB pada trafik VoIP dan FTP. Parameter
Quality of Service (QoS) seperti, delay, jitter
dan throughput digunakan untuk melihat
pengaruh penerapan manajemen bandwidth
yang diusulkan.
2.1 Kajian pustaka
2.1.1
Konsep Dasar Internet Protocol
Internet terus tumbuh pada tingkat yang
fenomenal. Hal ini terlihat dari popularitas yang
luiar biasa dari World Wide Web (WWW) yang
luar biasa. Terdapat perluang bisnis untuk
menjangkau pelanggan dari etalase virtual.
Selama beberapa tahun terakhir, internet telah
mengalami dua masalah penyekalaan utama
karena telah berjuang untuk memberikan
pertumbuhan yang terus menerus dan tidak
terputus. Malasahnya yaitu, kelebihan dari
ruang alamat Internet Protocol (IP) versi 4
(IPv4) dan kebutuhan untuk mengarahkan lalu
lintas karena semakin banyaknya jumlah
jaringan yang terhubung dengan internet.
Masalah pertama berkaitan dengan penghentian
dari ruang alamat IPv4 mendefinisikan alamat
32-bit yang berarti hanya ada 232
(4.294.967.296) alamat IPv4 yang tersedia.
Jumlah alamat IP yang terbatas ini akhirnya
akan habis (ICANN, 2011).
2.1.2
Real-Time Protocol
RTP adalah protocol yang dikembangkan
oleh IETF (Internet Engineering Task Force)
dan digunakan secara luas. Standart RTP
sebenarnnya mendefinisikan sepasang protokol,
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
yaitu RTP dan Real-Time Transport Control
Protocol (RTCP). Yang pertama digunakan
untuk pertukaran data multimedia sedangkan
yang terakhir digunakan untuk secara berkala
mengirim informasi kontrol yang terkait dengan
aliran data tertentu. Data RTP menggunakan
nomor port genap dan informasi control RTCP
menggunakan nomor port ganjil yang lebih
tinggi berikutnya. Karena RTP dirancang untuk
mendukung berbagai macam aplikasi, ia
menyediakan mekanisme fleksibel dimana
aplikasi baru dapat dikembangkan tanpa
berulang kali merevisi protokol RTP itu sendiri.
Untuk setiap aplikasi, RTP mendefinisikan
profil dan satu atau lebih format. Profil ini
menyediakan
berbagai
informasi
yang
memastikan pemahaman umum tentang bidang
di header RTP untuk kelas aplikasi tersebut
(Peterson & Davide, 2003).
2.1.3
Session Initiation Protocol
Session Initiation Protocol (SIP) adalah
standart untuk multimedia melalui Internet
Protocol (IP). SIP dirancang untuk memulai
sesi interaktif di jaringan IP. Program yang
menyediakan komunikasi real-time antar
peserta dapat menggunakan SIP untuk
mengatur, memodifikasi dan mengakhiri
hubungan antara dua computer atau lebih.
Program yang dapat menggunakan SIP
mencakup pesan instan, voice over IP (VoIP),
telekonferensi video, virtual reality, game multi
pemain dan aplikasi lainnya yang menggunakan
singlemedia atau multimedia. SIP tidak
menyediakan
semua
fungsi
yang
memungkinkan program ini berkomunikasi,
namun ini adalah komponen penting yang
memfasilitasi komunikasi antara dua atau lebih
pengguna. SIP mendukung fungsi tambahan
seperti call waiting, call transfer dan panggilan
konferensi dengan mengirimkan sinyal yang
diperlukan untuk mengaktifkan dan nonaktifkan
fungsi ini sama seperti operator telepon tidak
peduli bagaimana komunikasi terjadi. SIP
bekerja dengan sejumlah komponen dan dapat
berjalan diatas beberpa protocol transportasi
yang berbeda untuk mentransfer media antara
peserta (Chaffin, 2006).
2.1.4
Voice over Internet Protocol
VoIP adalah teknologi yang menggunakan
data multimedia (video atau suara) untuk
ditransmisikan melalui jaringan internet. Dalam
proses transmisi terjadi perubahan data dari data
suara analog menjadi data digital. Lalu, data
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
2069
digital diubah kembali menjadi data analog
untuk penerima (Salah, 2006).
Gambar 1. Komponen End-to-end VoIP
Gambar 1 mengidentifikasi komponen
voip end-to-end dari pengirim ke penerima.
Proses pertama adalah bagian encoder, yang
menerima sampel sinyal suara asli secara
berkala dan memberikan bit tetap untuk setiap
sampel. Setelah encoder adalah packetizer,
packetizer mengencapsulasi sampel suara
menjadi paket-paket dan menambahkan User
Datagram Protocol (UDP), IP dan header
Ethernet. Paket suara ke jaringan data untuk
menuju penerima. Pada penerima, terdapat
komponen penting yang bernama playback
buffer untuk menyerap jitter dalam delay untuk
menyediakan playout yang lancar. Paket
kemudian diteruskan ke depacketizer
dan
akhirya
menuju
decoder,
yang
akan
merekonstruksi sinyal suara yang asli (Chaffin,
2006).
2.1.5
Manajemen Bandwidth
Manajemen bandwidth adalah istilah
umum yang diberikan untuk sekumpulan teknik
dan alat yang digunakan untuk mengurangi
kebutuhan kritikal pada segmen dalam jaringan.
Tujuan dari majemen bandwidth adalah untuk
mengoptimalkan kinerja jaringan sehingga
performansi jaringan dapat lebih terjamin.
2.1.5.1 Class-Based Queue
Class-Based Queue adalah mekanisme
penjadwalan yang menyediakan link-sharing
antara agensi, protokol atau servis. Sistem ini
memperbaiki penggunaan dari jalur untuk
beberapa agensi karena link-sharing menjamin
bandwidth yang berlebih dapat digunakan dari
agensi yang tidak menggunakannya atau
membagi ke agensi yang lainnya. Dengan
kemampuan link-sharing, agensi yang lain
dapat berbagi bandwidth diantara trafik yang
sudah
dialokasikan.
Memperbolehkan
bandwidth yang tidak terpakai dari kelas agensi
untuk di berikan ke kelas lainnya. Gambar 2
adalah konsep dari kemacetan di router yang
menggunakan metode CBQ. Router CBQ
menyatukan
penggolongan
paket
yang
menggunakan kelas/routing/firewall database
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
2070
ke pemetaan paket ke dalam kelas dan daftar
paket yang nantinya akan dimasukkan ke daftar
paket masuk (Chereddi, 2009).
Gambar 2. Class-Based Queue pada Router
Gambar 3. Konsep Token Bucket Filter
2.1.5.2 Hierarchical Token Bucket
Metode HTB merupakan sebuah disiplin
antrian. Sebuah disiplin antrian yang bisa
menjadi black box yang dapat mengatur antrian
paket dalam perjalannnya menggunakan
algoritma didalamnya. Terdapat diantara layer
IP dan layer 2 (MAC). Metode HTB
mempunyai dasar kelas hirarki dimana ada tiga
tipe kelas, yaitu root, inner dan leaf. Kelas root
berada pada puncak hirarki dan semua trafik
keluar melalui kelas ini. Kelas inner
mempunyai kelas induk dan kelas anak. Kelas
ini mempunyai fungsi untuk menyampaikan
informasi bagaimana bandwidth yang lebih
dibagi untuk kelas anak yang menyertainya.
Terakhir, kelas leaf adalah kelas sambungan,
berada dalam hirarki paling dasar. Kelas ini
bertugas untuk mengontrol lalu lintas dalam
kelas itu saja. Trafik yang datang mengalami
klasifikasi dimana klasifikasi ini menggunakan
filter sehingga dapat mengetahui jenis trafik dan
prioritasnya yang mendapatkan perlakuan
berbeda. Sebelum trafik berada pada kelas leaf
dilakukan klasifikasi menggunakan filter
dengan aturan yang berbeda, filter dapat
dilakukan dengan servis, alamat IP atau alamat
jaringan. Proses ini disebut dengan proses
klasifikasi. Selanjutnya, ketika kelas sudah di
klasifikasi sekarang adalah proses penjadwalan
dan pembatasan bandwidth. Metode HTB
menggunakan konsep token dan bucket untuk
mengontrol bandwidth. Untuk mengatur
throughput, metode HTB harus meng-generate
token untuk paket yang berada pada bucket jika
token itu tersedia. Pada Gambar 3 adalah
gambar konsep token bucket filter (JL, 2004).
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
2.1.6
Quality of Service
Quality of Service didefinisikan sebagai
kemampuan
memberikan
jaminan
dan
perbedaan layanan dalam jaringan internet.
Jaminan layanan adalah layanan untuk
menyediakan yang sesuai untuk memenuhi
persyaratan seperti bandwidth, jitter dan delay.
Sedangkan
perbedaan
layanan
adalah
kemampuan jaringan untuk memperlakukan
paket yang berbeda dengan cara yang berbeda.
QoS pada voip biasanya digambarkan dari segi
layanan dan kualitas suara. Kualitas layanan
dihubungkan
pada
keterlambatan
dan
ketersediaan setelah panggilan dan tarif
panggilan. Dibawah ini merupakan parameter
QoS.
2.1.6.1 Delay
Delay adalah akumulasi dari transmisi,
pengolahan data dan antrian pada router. Untuk
aplikasi percakapan real-time seperti VoIP,
delay
yang
di
rekomendasikan
oleh
International Telecommunication Union –
Telecommunication (ITU-T) adalah 150 ms
sampai 400 ms. Pada sisi penerima dari aplikasi
VoIP biasanya akan mengabaikan setiap paket
yang melebihi batas delay tertentu. Misal, lebih
dari 400 ms paket yang terlambat datang lebih
dari ambang batas secara efektif akan hilang.
Tabel 1. Standarisasi pemakaian delay
No
1
2
3
4
Kategori
Sangat Baik
Baik
Sedang
Jelek
Besar Delay
< 150 ms
151 – 300 ms
300 – 450 ms
> 450 ms
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
2071
2.1.6.2 Jitter
Salah satu komponen penting dari end-toend delay adalah variasi antrian delay pada
router. Karena variasi delay ini, waktu ketika
sebuah paket yang di generate dari sumber
sampai diterima oleh penerima dapat
berfluktuatif dari paket ke paket. Fenomena ini
disebut dengan jitter atau bisa disebut variasi
delay. Nilai jitter digunakan sebagai parameter
kualitas kondisi jaringan untuk melihat kondisi
jaringan dalam rentang waktu yang berbeda.
Tabel 2. Standarisasi pemakaian jitter
No
1
2
3
4
Kategori
Degradasi
Sangat Baik
Baik
Sedang
Jelek
Peak Jitter
0 ms
0 - 75 ms
75 - 125 ms
125 - 225 ms
Gambar 4. Metodologi penelitian
4. PERANCANGAN & IMPLEMENTASI
2.1.6.3 Throughput
4.1 Perancangan Sistem
Thoughput adalah banyaknya bit yang
berhasil diterima perdetik melalui sebuah media
komunikasi. Throughput diukur setelah
transmisi data dilakukan karena suatu sistem
akan menambah delay yang disebabkan
processor limitations, kongesti jaringan,
buffering inefficient, error transmisi, traffic
load dan beberapa factor lainnya. Aspek utama
throughput adalah ketersediaan bandwidth yang
cukup untuk menjalankan aplikasi, dengan ini
dapat menentukan besarnya lalu lintas yang
berasal dari aplikasi yang melalui jaringan.
Pada gambar 5 menjelaskan gambaran
topologi jaringan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini ditunjukkan pada gambar 4
dibawah ini.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Gambar 5. Topologi jaringan
Perancangan sistem keseluruhan terdiri
dari dua buah router yang dijalankan
menggunakan sistem operasi Ubuntu 14.04 dan
router ini dipakai untuk menerepkan
manajeman bandwidth pada trafik. Untuk
menjalankan trafik VoIP, tool yang digunakan
adalah SIPp yang telah dikonfigurasi sebagai
User Agent Client (UAC) dan User Agent
Server (UAS) untuk transmisis dan menerima
data real-rime. H1 sebagai UAC dan H3
sebagai UAS.
Trafik FTP yang dikonfigurasi dengan
menggunakan proftpd sebagai server FTP.
Skema pengalamatan IP dilakukan yaitu
jaringan 192.168.1.0/24 terhubung ke R1 dan
jaringan 192.168.2.0/24 terhubung ke R2. Rute
statis dikonfigurasi diantara kedua router. VoIP
client dan FTP server ditempatkan pada R1.
Sedangkan VoIP server dan FTP client
ditempatkan pada R2 untuk meneriman dan
menghasilkan trafik RTP dan RTP.
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
RTP. Konfigurasi metode HTB pada penelitian
ini menggunakan tool HTBinit.
4.2 Perancangan Manajemen Bandwidth
4.2.1
2072
Class-Based Queue
Metode CBQ adalah teknik klasifikasi data
yang paling terkenal karena konfigurasinya
yang mudah dan memungkinkan sharing
bandwidth.
4.3 Perancangan Trafik
4.3.1
Trafik VoIP
Trafik VoIP menggunakan aplikasi SIPp.
SIPp
dapat
menghasilkan
panggilan
menggunakan skenario xml pada UAC dan
UAS. SIPp dapat mendukung media transmisi
seperti suara dan video.
4.3.2
Trafik FTP
Proftpd digunakan sebagai server FTP.
Pada proftpd terdapat file yang berukuran 5
Mbyte. Trafik FTP akan dilakukan dengan cara
mengunduh file tersebut.
User
yang
mengunduhnya adalah user dengan alamat
192.168.2.3.
4.4 Implementasi Manajemen Bandwidth
Gambar 6. Kelas CBQ
4.4.1
Penjelasan pada gambar 6 dalam
perancangan metode CBQ, vboxnet0 adalah
interface yang dilalui trafik. Vboxnet0
membuat class dengan bandwidth sebesar 512
Kbit. Class mempunyai dua klien, yaitu H1 dan
H2. Masing-masing klien mendapat bandwidth
sebesar 256 Kbit. Setelah itu, masing-masing
klien dimasukkan ke dalam prioritas yang akan
ditentukan pada saat pengujian.
4.2.2
Hierarchical Token Bucket
Metode
HTB
adalah
hasil
pengembangan dari teknik antrian CBQ.
dari
Class-Based Queue
Metode CBQ adalah salah satu metode
manajemen bandwidth yang sangat mudah
dipahami dan memungkinkan terjadinya
sharing bandwidth. Tool yang digunakan untuk
penerapan metode CBQ ini adalah cbq.initv0.7.1.
4.4.2
Hierarchial Token Bucket
Aplikasi HTB yang digunakan adalah
HTBinit. Konfigurasi awal yang dilakukan
dalam file /etc/sysconfig/htb. Direktori berisi
file konfigurasi Htbinit yang digunakan. File
yang digunakan yaitu eth0, eth0-2.root, eth2:10.rtp, eth0-2:20.ftp.
4.5 Implementasi Trafik
4.5.1
Trafik VoIP
Aplikasi yang digunakan untuk melakukan
panggilan pada pengujian ini adalah SIPp.
Tabel 3. Konfigurasi SIPp untuk UAC
1
2
3
./sipp –sf uac_pcap.xml –i
192.168.1.2 192.168.2.3 –s
bagas –m 25
1
2
./sipp –sn uas 192.168.1.2 –
i 192.168.2.3
Gambar 7. Class dan qdic HTB
Total bandwidth pada jaringan adalah 512
Kbit,
dengan
masing-masing
trafik
mendapatkan rate 256 Kbit. Class root dengan
id 1:2 digunakan untuk dapat melakukan proses
peminjaman. Class dengan id 1:10 mewakili
trafik RTP sedangkan id 1:20 mewakili trafik
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Tabel 4. Konfigurasi SIPp untuk UAS
Tabel 3 adalah perintah SIPp untuk
menghasilkan panggilan dari IP 192.168.1.2
menuju 192.168.2.3 sebanyak 25 panggilan,
dengan autentifikasi nama bagas menggunakan
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
2073
skenario uac_pcap.xml. Sedangkan Tabel 4,
UAS SIPp yang menerima panggilan dari
192.168.1.2 dengan menggunakan skenario
default SIPp.
4.5.2
Trafik FTP
Server FTP yang digunakan adalah
proftpd. Untuk membangkitkan trafik FTP
diperlukan klien dan server FTP. Pertama,
service proftpd pada server harus dijalankan
seperti Gambar 8.
Gambar 9. Grafik delay CBQ dan HTB
Gambar 8. FTP Client
Gambar 10. Grafik jitter CBQ dan HTB
Pada Gambar 5.7, klien mengakses proftpd
dengan perintah ftp 192.168.1.3. Setelah
terhubung dengan server, dilakukan proses
autentifikasi. Klien memasukkan nama dan
password yang telah didaftarkan pada server.
Setelah berhasil login, klien dapat mengunduh
file yang ada pada server dengan perintah get.
Pada penelitian ini, file yang digunakan adalah
file word dengan ukuran 5 Mbyte.
Nilai delay dan jitter saat menggunakan
metode CBQ lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan HTB.
5. PENGUJIAN
5.1 Pengujian Tanpa Prioritas
Mekanisme
manajemen
bandwidth
bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap
pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang
sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini,
menerapkan metode CBQ dan metode HTB
tanpa prioritas. Tujuannya agar terlihat unjuk
kerja dari masing-masing mekanisme yang
diterapkan.
Gambar 11. Grafik throughput CBQ dan HTB
Throughput pada saat menggunakan
metode CBQ lebih rendah dibandingkan dengan
metode HTB.
5.2 Pengujian dengan prioritas
Mekanisme
manajemen
bandwidth
bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap
pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang
sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini,
menerapkan metode CBQ dan metode HTB
dengan menggunakan prioritas. Aplikasi VoIP
mendapatkan prioritas 1 sedangkan aplikasi
FTP mendapatkan prioritas 5. Tujuannya agar
terlihat unjuk kerja dari masing-masing
mekanisme yang diterapkan.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
Gambar 122. Grafik delay CBQ dan HTB
2074
ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai
jitter dan delay VoIP yaitu 0.19 ms dan 13.53.
Sedangkan, saat menggunakan metode CBQ,
nilai jitter dan delay VoIP saat tidak
menggunakan prioritas yaitu 0.30 ms dan 15.13
ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai
jitter dan delay VoIP yaitu 0.26 ms dan 14.54
ms.
Parameter yang dihitung pada trafik FTP
yaitu delay dan throughput. Saat menggunakan
metode HTB, nilai delay dan throughput saat
tidak menggunakan prioritas yaitu 32.39 ms dan
0.36 Mbit/s. Pada saat menggunakan prioritas,
nilai delay dan throughput FTP yaitu 31.92 ms
dan 0.37 Mbit/s. Sedangkan saat menggunakan
metode CBQ, nilai delay dan throughput yaitu
47.26 ms dan 0.25 Mbit/s. pada saat
menggunakan prioritas yaitu 47.23 ms dan 0.25
Mbit/s./s.
7. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 13. Grafik jitter CBQ dan HTB
Pada saat mendapatkan prioritas. Aplikasi
yang menggunakan metode CBQ kembali
mendapatkan nilai delay dan jitter yang lebih
besar dibandingkan dengan yang menggunakan
metode HTB
Gambar 13. Grafik throughput CBQ dan HTB
6. KESIMPULAN
Untuk mengimplementasikan manajemen
bandwidth
Class-Based
Queue
dan
Hierarchical Token Bucket pada router Ubuntu
dapat menggunakan aplikasi Cbqinit dan
Htbinit.
Konfigurasi
dilakukan
dengan
membuat file untuk setiap kelas hirarki. File
berisi rate dan burst yang didapat untuk setiap
kelas.
Analisis
manajemen
bandwidth
Hierarchical Token Bucket tanpa menggunakan
prioritas, nilai jitter dan delay VoIP saat tidak
menggunakan prioritas yaitu 0.25 ms dan 14.35
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Chaffin, L. (2006). Building a VoIP Network
with Nortel's Multimedia Communication
Server 5100 1st Edition.
Chen, T. M. (2007). The Handbook of
Computer Networks. Texas: Southern
Methodist University.
Chereddi, C. (2009). Class Based Queue (CBQ)
for Link Sharing and Resource
Management (The Linux Implementation).
Osmania University.
Ilyas, S. A. (2008). VoIP Handbook
Applications, Technologies, Reliability,
and Security. CRC Press.
JL, V. (2004). A Hierarchical Token Bucket
Algorithm to Enhance QoS in IEEE
802.11: Proposal, Implementation and
Evaluation.
Peterson, L., & Davide, B. (2003). Computer
Networks System Approach 3th. Morgan
Kaufmann Publishers.
Salah, K. (2006). On the Development of VoIP
in Ethernet Network: Methodology and
Case Study.
Download