Uploaded by User78906

BU ELA (Psikologi) diedit+dilengkapi...KOGNITIF

advertisement
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas: Psikologi Pendidikan
Disusunoleh:
1. Dyas Anggraini Pandan Wangi
(16.0305.0157)
2. Fitri Hariyati
(16.0305.0165)
3. Riyan Mahbub Djunaedi
(16.0305.0171)
4. Muhammad Adam Arifan
(16.0305.0185)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
BAB VI
TEORI KOGNITIF/KOGNISI
A.
Pengertian Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau
mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan
pengetahuan
(Neisser,
1976).Secara
sederhana,
dapat
dipahami
bahwa
kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih
kompleks,
serta
kemampuan
penalaran
dan
pemecahan
masalah.Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu
ranah psikologis manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pengolahan informasi, pemecahan masalah db an keyakinan. Untuk
memberikan pemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip beberapa pendapat
ahli.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi
adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk
didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan,
menduga, dan menilai.Sedangkan menurut Mayers (1996) menjelaskan bahwa
kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau
peristiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini.Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang digunakan
oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan.
B.
1.
Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif
Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai
aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam
teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog
developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi
serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut
Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental
yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif,
melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut Suhaidi Jean
Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
a. Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan
persepsi yang masih sederhana.Contohnya Bayi bergerak dari tindakan
refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.
Bayi
membangun
suatu
pemahaman
tentang
dunia
melalui
pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Contoh Anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini
menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas
dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual
pasif.Contoh
Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda
kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah
anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang
dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses,
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang
diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif
yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang
disesuaikan
dengan
perkembangan
informasi
kognitif
ini
yang
Piaget
baru
juga
diterima.Dalam
menekankan
teori
pentingnya
penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan
dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya.
Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara
asimilasi
dan
akomodasi
sehingga
seseorang
dapat
menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek
seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui
asimilasi dan akomodasi. Contoh Anak remaja berfikir dengan cara yang
lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.
Menurut Piaget, perkembangan tahap tersebut merupakan hasil perbaikan
dari perkembangan tahap sebelumnya. Penting bagi calon guru dan guru
professional untuk menhindari pemahaman bahwa teori perkembangan diatas
pasti berlaku sepenuhnya kepada siswa. Tahapan perkembangan versi Piaget
tersebut pada dasarnya hanya merupakan outline (garis besar) yang berhubungan
dengan kapasitas kognitif tertentu yang berkembang dalam diri siswa diri siswa
dari masa ke masa. Hal ini menunjukan bahwa teori temuan sang jenius Piaget
meskipun lugas dan ilmiah, tapi tidak bebas kritik.Hal ini berarti bahwa menurut
teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur.
Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari
dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah,
sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi,
dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh
faktor-faktornya.
Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkahlaku
yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua
komponen ini berarti bahwah kognisi berarti merupakan sistem yang selalu
diorganisir dan di adaptasi, sehingga memunginkan individu beradaptasi dengan
lingkungannya.
2.
Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya.
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul
dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran
enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori
Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi
objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anakanak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali
(„melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana
menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus
menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran
yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan
pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka.Anak-anak sangat
mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam
benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam katakata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui
representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki
kesamaan
fisik
dengan
pengalaman
tersebut.
Sebagaimana
namanya,
membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang
satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir dalam teori
Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran,
Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:
a. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Selfcuriousity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
b. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur
yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai
kemungkinan pengenalan.
c. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan
kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik.
d. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan
instruksional sebagai arah informatif.
e. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan
bertanggung jawab memungkinkan kemajuan.
3. Robert Gagne
Robert Gagne juga telah
mengemukakan teori beliau dalan bidang
kognitif yaitu teori mengenai bagaimana manusia memperolehi maklumat dalam
sesuatu proses pembelajaran. Mengikut teori beliau, rangsangan dari persekitaran
luar akan diterima dalam sistem saraf melalui deria manusia dan seterusnya
ditafsirkan dalam stor ingatan, kemudian dihantar kepada stor ingatan jangka
panjang. Akhirnya, ia akan dihantar kepada penggerak tindak balas melalui sistem
saraf.
Menurut Gagne.pengalaman-pengalaman yang disimpan dalam stor
ingatan jangka panjang adalah penting bagi manusia untuk mengaitkannya dengan
pengalaman baru demi memudahkan proses pembelajaran baru berlaku.
Berdasarkan kepada teorinya, Gagne kemudian mengenal pasti dan menyarankan
lapan fasa yang biasa dialami oleh manusia dalam proses pembelajaran.
Fasa motivasi. Ia adalah fasa pertama dalam proses pembelajaran. Kita belajar
kerana didorong oleh motivasi tertentu. Motivasi memainkan peranan penting
dalam proses pembelajaran. Dalam pengajaran di sekolah, guru boleh
menggunakan motivasi untuk menimbukan motif murid supaya berusaha belajar.
Jadi, tanpa motivasi, proses pembelajaran tidak akan menjadi bermakna dan
berkesan.
Fasa-Fasa pembelajaran :
a.
Fasa Tanggapan melibatkan aktiviti pemerhatian dan pemilihan
rangsangan yang tepat dan relevan. Dalam fasa ini, murid-murid
akan
menumpukan
perhatian
terhadap
rangsangan
yang
dimotivasikan, dan memilih serta membezakan rangsanganrangsangan melalui organ derianya. Semasa dalam pengajaran di
sekolah, murid dapat menumpukan perhatian terhadap aktiviti
pengajaran guru dan menolak gangguan yang lain seperti bunyi
perbualan daripada rakan-rakan sekelas.
b. Fasa Penyimpanan, apabila seseorang kanak-kanak berjaya
memilih rangsangan yang relevan dan mempersepsikannya dengan
tepat, maka rangsangan itu akan dibawa oleh sistem saraf ke dalam
stor ingatan jangka pendek.
c.
Fasa Penahan. Selepas rangsangan yang dipilih dikodkan dalam
ingatan jangka pendek, ia akan disalur dan disimpan dalam dalam
stor ingatan jangka panjang dan ditransformasi menjadi sistem
yang lebih mudah dan kekal dalam ingatan.
d. Fasa Mengingati Kembali merupakan tindakan mencari maklumat
yang telah simpan dalam stor jangka panjang. Tindakan ini
biasanya digerakkan oleh rangsangan luaran ataupun melalui motif
dalaman. Dalam proses pembelajaran, murid-murid akan berusaha
mengingati kembali apa yang telah dipelajarinya supaya menjawab
soalan guru.
e. Fasa Generalisasi pula merujuk kepada fasa pemindahan
pembelajaran atau fasa aplikasi, di mana seseorang individu boleh
mengingati kembali maklumat dalam stor ingatan panjang dan
menggunakannya untuk situasi yang serupa atau sama.
f. Fasa Prestasi pula dikenali sebagai fasa perlakuan. Gagne
mengatakan bahawa fasa ini boleh diperlihat dan diukur daripada
perubahan tingkah laku seseorang dalam proses pembelajaran. Dan
akhir sekali ialah Fasa Maklum Balas. Fasa ini berlaku selepas
seseorang individu telah bertindak balas dengan prestasi atau
perubahan tingkah laku yang tepat. Dalam proses pengajaran, guru
haruslah sering memberikan pujian kepada murid yang memberi
jawapan yang tepat. Ini boleh membentuk peneguhan positif dalam
diri mereka dan meningkatkan prestasi mereka pada masa hadapan.
C.
Hubungan Kognitif dengan Tingkah laku dan Hasil Belajar
Sebelum menguraikan hubungan kognitif dengan tingkah laku dan hasil
belajar, kami akan mengemukakan beberapa manfaat bagi guru dan calon guru
yang memahami perkembangan kognitif siswa, antara lain :
1.
Guru dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa
sesuai dengan tingkat perkembangannya..
2.
Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar
siswa, lalu mengambil langkah untuk menanggulanginya.
3.
Guru dapat mempertibangkan waktu yang tepat untuk memulai proses
belajar mengajar bidang studi tertentu.
Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam
perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah
kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa).Tanpa ranah
kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir.Selanjutnya, tanpa
berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang
disajikan guru kepadanya.[6] Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun
dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.
Dapat kita pahami dari uraian diatas bahwa hubungan kognitif dengan
hasil belajar sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada
siswa ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru,
sehingga hasil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa
memperoleh hasil yang baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia
pahami.
Hubungan perkembangan kognitif juga sangat berpengaruh pada pola
tingkah laku anak. Pada tahap sensorimotor, perkembangan mental ditandai
dengan
kemajuan
kemampuan
bayi
untuk
mengorganisasikan
dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Anak usia sekitar 2 tahun, pola sensori motorik nya semakin kompleks dan mulai
mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.
Pada tahap praoperasional (2-7 tahun ), konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egoisentrisnya mulai kuat. Pada tahap ini pola pikir
anak terbagi 2 : Prakonseptual (2-4 th), danPemikiran Intuitif (4-7 th).[8] Tahap
selanjutnya Concrete Operarational, anak usia 7-11 th lebih banyak meluangkan
waktunya (lebih dari 40 %) untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Pada tahap Formal Operational, anak sudah memasuki masa remaja, disini
fungsi kognitif telah mencapai aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil
keputusan.[9]
Dapat kami simpulkan pula bahwa perkembangan kognitif anak berperan
penting dalam tingkah laku dan hasil belajar seorang anak.Pola pikir dan tingkah
laku anak seperti yang diuraikan diatas merupakan hasil dari fungsi kognitif anak.
D.
Karakteristik Perkembangan Kognitif
Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,
lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman.Perubahan persepsi dan pemahaman
tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Perkembangan kognitif pada anak dapat dibedakan menjadi 2 :
1.
Anak-anak ( usia Sekolah Dasar)
Pada anak sekitar usia Sekolah Dasar, aktivitas mental anak terfokus pada
objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Ini bararti
bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan berpikir melalui
urutan sebab-akibat.Dalam memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaidranya, karena mereka mulai
memiliki kemamapuan untuk membedakan apa yamg tampak oleh mata dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Menurut Piaget, anak pada masa ini telah mampu
menyadari konservasi (kemampuan anak untuk berhubungan dengan aspek yang
berbeda), karena anak telah mengembangkan tiga macam proses, yaitu : Negasi
(Negation), Hubungan timbal balik (Resipsokasi), dan Identitas.
2.
Remaja (SMP dan SMA)
Secara umum, karakteristik perkembangan usia remaja ditandai dengan
kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan
sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja
dapat mangintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tatantngan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Mereka juga sudah mampu
berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin
terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.
E.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu
saja.Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan
sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini
tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif pada diri seorang anak.
a.
Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ
tubuh anak itu sendiri.Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum tentu
mengalami perkembangan kognitif yang lambat.Begitu juga sebaliknya, seorang
anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula
perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut
mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam
otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak seperti
anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi
perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya.
b.
Latihan dan Pengalaman
Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian
latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya.Perkembangan kognitif
seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.
c.
Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak
terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi
antara teman sebaya maupun orang - orang terdekatny. Walaupun kanak-kanak
dipengaruhi oleh persekitaran hidup adalah penting untuk memberi perhatian
bahawa kanak-kanak mempengaruhi persekitaran dalam konteks hubungan dan
interaksi dengan ahli- ahli keluarga dan rakan-rakan. Dengan adanya hubungan
ini, mereka berjaya mewujudkan peluang-peluang melalui pengaruh daripada
persekitaran. Kanak-kanak menggunakan peluang-peluang pembelajaran yang
sedia ada di persekitaran hidup mereka untuk meningkatkan kemahiran,
pengalaman dan pembelajaran melalui hasil interaksinya. Keadaan hidup dan cara
kanak-kanak menerima asuhan dan didikan sejak di peringkar bayi lagi dapat
membantu mereka dalam menentukan jenis pengalaman yang membantu memberi
kesan terhadap pembelajaran.
d.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu
pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan
tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan
kognitif anak itu sendiri.
F.
Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif
Individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam
perkembangan berpikir mereka.Berkembang atau tidaknya potensi tersebut
tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa
anak akan mempunyai
kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat
tergantung pada lingkungan.
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara
lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada
pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran.Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.Perbedaan individu dalam
perkembangan kognisi menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan
kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin
pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan
kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
G.
Membantu Perkembangan Kognitif dan Implikasinya dalam Pendidikan.
Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan fungsi
kognitif anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru dapat
melakukuan beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami
pelajaran. Berikut adalah beberapa praktek yang dapat mengembangkan fungsi
kognitif siswa dalam mengingat, memahami, dan meneapkan informasi /
pengetahuan.:
1.
Membuat
pembelajaran
relevan
dan
mengaktifkan
pengetahuan
sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat
membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2.
Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan
diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah
yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3.
Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat
membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4.
Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang
memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.
Implikasi dalam pembelajaran:
a. Implikasi yang pertama ialah guru perlu menggalakkan murid agar
menggunakan penalaran akalnya untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran. Sebagai contoh, apabila guru mengajarkan sesuatu tajuk
baru kepada murid. Guru hendaklah menyediakan bahan dan aktiviti
yang sesuai untuk merangsang celik akal murid memahami isi
pengajaran
yang
hendak
disampaikan
oleh
guru.
Selain itu, membimbing murid menggunakan persepsinya untuk
menghubungkaitkan
unsur-unsur
dalam
persekitaran.
Hal
ini
memerlukan murid menjalankan ujikaji atau pemerhatian untuk
mereka memahami dan melihat sendiri perkaitan antara unsur-unsur
yang relevan dalam sesuatu masalah.
b. Implikasi yang kedua ialah menyampaikan pengajaran selangkah demi
selangkah mengikut urutan yang sesuai. Hal ini adalah penting untuk
memastikan murid dapat memahami secara mendalam isi pengajaran
yang hendak diajar. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna kepada murid disamping menarik minat
murid untuk belajar. Malah sesuai digunakan bagi memastikan murid
di taraf sederhana dan lemah dapat mengikuti pengajaran dengan baik.
c. Implikasi yang ketiga ialah membimbing murid menyelesaikan
masalah dengan teknik tanya jawab. Hal ini dapat membantu guru
menjalankan pemerhatian bahawa murid memahami ataupun tidak isi
pengajaran yang disampaikan. Selain itu, murid juga dapat memproses
maklumat yang diterima dengan lebih cepat.
Selain itu, guru boleh menggunakan contoh-contoh khusus yang
berkaitan untuk membimbing pelajar supaya menggunakan celik akal
mereka, demi mendapat kesimpulan atau generalisasi. Kaedah ini
dapat membantu pelajar menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan lebih mudah. Pengajaran mesti disampaikan selangkah demi
selangkah dan mengikut urutan kesinambungan yang padu.
Proses ini lebih berkesan jika guru memberi banyak contoh yang
khusus, dan pelajar cuba membuat generalisasi yang betul. Guru juga
perlu mengajar pengalaman baru berdasarkan tahap kebolehan pelajar
dan pengalaman mereka. Guru juga boleh mengaitkan pengalaman
sedia ada murid untuk membantu mengajarkan sesuatu yang baru.
Sebagai contoh pelajar yang pernah melihat situasi kebakaran akan
dapat menggambarkan keadaan ketika situasi itu berlaku berbanding
pelajar yang tidak pernah melaluinya. Namun begitu, pengajaran yang
ingin dijalankan perlu juga diukur dari segi kebolehan murid.
Sekiranya mengajarkan murid di tahap lemah perlulah menggunakan
bahan rangsangan yang bersesuaian berbanding mengajarkan murid di
tahap sederhana.
d. Implikasi yang keempat ialah membekalkan bahan-bahan pelajaran
yang lengkap supaya pelajar boleh menggunakannya untuk
menyelesaikan masalah. Bahan bantu mengajar yang bersesuaian
adalah penting bagi memastikan proses berfikir dan celik akal murid
berlaku dengan teratur. Proses memahami juga akan berlaku dengan
lebih mudah
DAFTAR PUSTAKA
__________._________”perkembangan
piage”(Online).
thttp://pt102a.weebly.com/uploads/1/6/3/8/16384486/perkembangan_n_p
iaget_v2.pdf, diakses pada tanggal 7 Juni 2017
_________.___________”teori
pembelajaran
kognitif”.
(Online)
https://teorikognitif.wordpress.com/teori-pembelajaran kognitif/, diakses
pada tanggal 7 Juni 2017
Download