MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas: Psikologi Pendidikan Disusunoleh: 1. Dyas Anggraini Pandan Wangi (16.0305.0157) 2. Fitri Hariyati (16.0305.0165) 3. Riyan Mahbub Djunaedi (16.0305.0171) 4. Muhammad Adam Arifan (16.0305.0185) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2017 BAB VI TEORI KOGNITIF/KOGNISI A. Pengertian Kognitif Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan (Neisser, 1976).Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah psikologis manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan informasi, pemecahan masalah db an keyakinan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip beberapa pendapat ahli. Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan menilai.Sedangkan menurut Mayers (1996) menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini.Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan. B. 1. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: a. Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.Contohnya Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Contoh Anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik. c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.Contoh Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan perkembangan informasi kognitif ini yang Piaget baru juga diterima.Dalam menekankan teori pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. Contoh Anak remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik. Menurut Piaget, perkembangan tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Penting bagi calon guru dan guru professional untuk menhindari pemahaman bahwa teori perkembangan diatas pasti berlaku sepenuhnya kepada siswa. Tahapan perkembangan versi Piaget tersebut pada dasarnya hanya merupakan outline (garis besar) yang berhubungan dengan kapasitas kognitif tertentu yang berkembang dalam diri siswa diri siswa dari masa ke masa. Hal ini menunjukan bahwa teori temuan sang jenius Piaget meskipun lugas dan ilmiah, tapi tidak bebas kritik.Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya. Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkahlaku yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwah kognisi berarti merupakan sistem yang selalu diorganisir dan di adaptasi, sehingga memunginkan individu beradaptasi dengan lingkungannya. 2. Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya. Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anakanak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali („melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka.Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam katakata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut: a. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Selfcuriousity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman. b. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan. c. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik. d. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional sebagai arah informatif. e. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab memungkinkan kemajuan. 3. Robert Gagne Robert Gagne juga telah mengemukakan teori beliau dalan bidang kognitif yaitu teori mengenai bagaimana manusia memperolehi maklumat dalam sesuatu proses pembelajaran. Mengikut teori beliau, rangsangan dari persekitaran luar akan diterima dalam sistem saraf melalui deria manusia dan seterusnya ditafsirkan dalam stor ingatan, kemudian dihantar kepada stor ingatan jangka panjang. Akhirnya, ia akan dihantar kepada penggerak tindak balas melalui sistem saraf. Menurut Gagne.pengalaman-pengalaman yang disimpan dalam stor ingatan jangka panjang adalah penting bagi manusia untuk mengaitkannya dengan pengalaman baru demi memudahkan proses pembelajaran baru berlaku. Berdasarkan kepada teorinya, Gagne kemudian mengenal pasti dan menyarankan lapan fasa yang biasa dialami oleh manusia dalam proses pembelajaran. Fasa motivasi. Ia adalah fasa pertama dalam proses pembelajaran. Kita belajar kerana didorong oleh motivasi tertentu. Motivasi memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam pengajaran di sekolah, guru boleh menggunakan motivasi untuk menimbukan motif murid supaya berusaha belajar. Jadi, tanpa motivasi, proses pembelajaran tidak akan menjadi bermakna dan berkesan. Fasa-Fasa pembelajaran : a. Fasa Tanggapan melibatkan aktiviti pemerhatian dan pemilihan rangsangan yang tepat dan relevan. Dalam fasa ini, murid-murid akan menumpukan perhatian terhadap rangsangan yang dimotivasikan, dan memilih serta membezakan rangsanganrangsangan melalui organ derianya. Semasa dalam pengajaran di sekolah, murid dapat menumpukan perhatian terhadap aktiviti pengajaran guru dan menolak gangguan yang lain seperti bunyi perbualan daripada rakan-rakan sekelas. b. Fasa Penyimpanan, apabila seseorang kanak-kanak berjaya memilih rangsangan yang relevan dan mempersepsikannya dengan tepat, maka rangsangan itu akan dibawa oleh sistem saraf ke dalam stor ingatan jangka pendek. c. Fasa Penahan. Selepas rangsangan yang dipilih dikodkan dalam ingatan jangka pendek, ia akan disalur dan disimpan dalam dalam stor ingatan jangka panjang dan ditransformasi menjadi sistem yang lebih mudah dan kekal dalam ingatan. d. Fasa Mengingati Kembali merupakan tindakan mencari maklumat yang telah simpan dalam stor jangka panjang. Tindakan ini biasanya digerakkan oleh rangsangan luaran ataupun melalui motif dalaman. Dalam proses pembelajaran, murid-murid akan berusaha mengingati kembali apa yang telah dipelajarinya supaya menjawab soalan guru. e. Fasa Generalisasi pula merujuk kepada fasa pemindahan pembelajaran atau fasa aplikasi, di mana seseorang individu boleh mengingati kembali maklumat dalam stor ingatan panjang dan menggunakannya untuk situasi yang serupa atau sama. f. Fasa Prestasi pula dikenali sebagai fasa perlakuan. Gagne mengatakan bahawa fasa ini boleh diperlihat dan diukur daripada perubahan tingkah laku seseorang dalam proses pembelajaran. Dan akhir sekali ialah Fasa Maklum Balas. Fasa ini berlaku selepas seseorang individu telah bertindak balas dengan prestasi atau perubahan tingkah laku yang tepat. Dalam proses pengajaran, guru haruslah sering memberikan pujian kepada murid yang memberi jawapan yang tepat. Ini boleh membentuk peneguhan positif dalam diri mereka dan meningkatkan prestasi mereka pada masa hadapan. C. Hubungan Kognitif dengan Tingkah laku dan Hasil Belajar Sebelum menguraikan hubungan kognitif dengan tingkah laku dan hasil belajar, kami akan mengemukakan beberapa manfaat bagi guru dan calon guru yang memahami perkembangan kognitif siswa, antara lain : 1. Guru dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.. 2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa, lalu mengambil langkah untuk menanggulanginya. 3. Guru dapat mempertibangkan waktu yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar bidang studi tertentu. Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa).Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir.Selanjutnya, tanpa berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang disajikan guru kepadanya.[6] Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif. Dapat kita pahami dari uraian diatas bahwa hubungan kognitif dengan hasil belajar sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami. Hubungan perkembangan kognitif juga sangat berpengaruh pada pola tingkah laku anak. Pada tahap sensorimotor, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Anak usia sekitar 2 tahun, pola sensori motorik nya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Pada tahap praoperasional (2-7 tahun ), konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egoisentrisnya mulai kuat. Pada tahap ini pola pikir anak terbagi 2 : Prakonseptual (2-4 th), danPemikiran Intuitif (4-7 th).[8] Tahap selanjutnya Concrete Operarational, anak usia 7-11 th lebih banyak meluangkan waktunya (lebih dari 40 %) untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Pada tahap Formal Operational, anak sudah memasuki masa remaja, disini fungsi kognitif telah mencapai aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan.[9] Dapat kami simpulkan pula bahwa perkembangan kognitif anak berperan penting dalam tingkah laku dan hasil belajar seorang anak.Pola pikir dan tingkah laku anak seperti yang diuraikan diatas merupakan hasil dari fungsi kognitif anak. D. Karakteristik Perkembangan Kognitif Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Perkembangan kognitif pada anak dapat dibedakan menjadi 2 : 1. Anak-anak ( usia Sekolah Dasar) Pada anak sekitar usia Sekolah Dasar, aktivitas mental anak terfokus pada objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Ini bararti bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan berpikir melalui urutan sebab-akibat.Dalam memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaidranya, karena mereka mulai memiliki kemamapuan untuk membedakan apa yamg tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya. Menurut Piaget, anak pada masa ini telah mampu menyadari konservasi (kemampuan anak untuk berhubungan dengan aspek yang berbeda), karena anak telah mengembangkan tiga macam proses, yaitu : Negasi (Negation), Hubungan timbal balik (Resipsokasi), dan Identitas. 2. Remaja (SMP dan SMA) Secara umum, karakteristik perkembangan usia remaja ditandai dengan kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja dapat mangintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tatantngan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu saja.Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak. a. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf. Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ tubuh anak itu sendiri.Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat.Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya. b. Latihan dan Pengalaman Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya.Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman. c. Interaksi Sosial Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi antara teman sebaya maupun orang - orang terdekatny. Walaupun kanak-kanak dipengaruhi oleh persekitaran hidup adalah penting untuk memberi perhatian bahawa kanak-kanak mempengaruhi persekitaran dalam konteks hubungan dan interaksi dengan ahli- ahli keluarga dan rakan-rakan. Dengan adanya hubungan ini, mereka berjaya mewujudkan peluang-peluang melalui pengaruh daripada persekitaran. Kanak-kanak menggunakan peluang-peluang pembelajaran yang sedia ada di persekitaran hidup mereka untuk meningkatkan kemahiran, pengalaman dan pembelajaran melalui hasil interaksinya. Keadaan hidup dan cara kanak-kanak menerima asuhan dan didikan sejak di peringkar bayi lagi dapat membantu mereka dalam menentukan jenis pengalaman yang membantu memberi kesan terhadap pembelajaran. d. Ekuilibrasi Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri. F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif Individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka.Berkembang atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa anak akan mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat tergantung pada lingkungan. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran.Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.Perbedaan individu dalam perkembangan kognisi menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. G. Membantu Perkembangan Kognitif dan Implikasinya dalam Pendidikan. Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan fungsi kognitif anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru dapat melakukuan beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran. Berikut adalah beberapa praktek yang dapat mengembangkan fungsi kognitif siswa dalam mengingat, memahami, dan meneapkan informasi / pengetahuan.: 1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya. Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu. 2. Mengorganisasikan informasi. Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum. 3. Menggunakan tekhnik bertanya. Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut. 4. Menggunakan model konseptual. Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan. Implikasi dalam pembelajaran: a. Implikasi yang pertama ialah guru perlu menggalakkan murid agar menggunakan penalaran akalnya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran. Sebagai contoh, apabila guru mengajarkan sesuatu tajuk baru kepada murid. Guru hendaklah menyediakan bahan dan aktiviti yang sesuai untuk merangsang celik akal murid memahami isi pengajaran yang hendak disampaikan oleh guru. Selain itu, membimbing murid menggunakan persepsinya untuk menghubungkaitkan unsur-unsur dalam persekitaran. Hal ini memerlukan murid menjalankan ujikaji atau pemerhatian untuk mereka memahami dan melihat sendiri perkaitan antara unsur-unsur yang relevan dalam sesuatu masalah. b. Implikasi yang kedua ialah menyampaikan pengajaran selangkah demi selangkah mengikut urutan yang sesuai. Hal ini adalah penting untuk memastikan murid dapat memahami secara mendalam isi pengajaran yang hendak diajar. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada murid disamping menarik minat murid untuk belajar. Malah sesuai digunakan bagi memastikan murid di taraf sederhana dan lemah dapat mengikuti pengajaran dengan baik. c. Implikasi yang ketiga ialah membimbing murid menyelesaikan masalah dengan teknik tanya jawab. Hal ini dapat membantu guru menjalankan pemerhatian bahawa murid memahami ataupun tidak isi pengajaran yang disampaikan. Selain itu, murid juga dapat memproses maklumat yang diterima dengan lebih cepat. Selain itu, guru boleh menggunakan contoh-contoh khusus yang berkaitan untuk membimbing pelajar supaya menggunakan celik akal mereka, demi mendapat kesimpulan atau generalisasi. Kaedah ini dapat membantu pelajar menyelesaikan masalah yang diberikan dengan lebih mudah. Pengajaran mesti disampaikan selangkah demi selangkah dan mengikut urutan kesinambungan yang padu. Proses ini lebih berkesan jika guru memberi banyak contoh yang khusus, dan pelajar cuba membuat generalisasi yang betul. Guru juga perlu mengajar pengalaman baru berdasarkan tahap kebolehan pelajar dan pengalaman mereka. Guru juga boleh mengaitkan pengalaman sedia ada murid untuk membantu mengajarkan sesuatu yang baru. Sebagai contoh pelajar yang pernah melihat situasi kebakaran akan dapat menggambarkan keadaan ketika situasi itu berlaku berbanding pelajar yang tidak pernah melaluinya. Namun begitu, pengajaran yang ingin dijalankan perlu juga diukur dari segi kebolehan murid. Sekiranya mengajarkan murid di tahap lemah perlulah menggunakan bahan rangsangan yang bersesuaian berbanding mengajarkan murid di tahap sederhana. d. Implikasi yang keempat ialah membekalkan bahan-bahan pelajaran yang lengkap supaya pelajar boleh menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. Bahan bantu mengajar yang bersesuaian adalah penting bagi memastikan proses berfikir dan celik akal murid berlaku dengan teratur. Proses memahami juga akan berlaku dengan lebih mudah DAFTAR PUSTAKA __________._________”perkembangan piage”(Online). thttp://pt102a.weebly.com/uploads/1/6/3/8/16384486/perkembangan_n_p iaget_v2.pdf, diakses pada tanggal 7 Juni 2017 _________.___________”teori pembelajaran kognitif”. (Online) https://teorikognitif.wordpress.com/teori-pembelajaran kognitif/, diakses pada tanggal 7 Juni 2017