ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS : Karya Tulis Ilmiah

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Wed Jul 19 3:53:28 2017 / +0000 GMT
ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS
LINK DOWNLOAD [178.65 KB]
ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih
kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia. Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, bermutu,
dan terjangkau. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna bermutu (preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif) diperlukan kerja sama yang harmonis antara semua tenaga kesehatan. Namun, keberhasilan tim
kesehatan dalam menunaikan tugasnya yang kompleks itu bukan saja ditentukan oleh pengetahuan dan
keterampilan mereka, melainkan juga oleh perilaku (professional behaviour), etik (bioethics), dan moral. Dengan
kata lain, bahwa pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dari pelayanan mediko-etikolegal.
Pelayanan kesehatan sangat sarat dengan kemunculan dilema etik, atau sengketa hukum. Nuansa hukum
kesehatan/kedokteran juga sangat kental dalam pelayanan kesehatan dengan adanya kewajiban-kewajiban yang
harus dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya yang kalau tidak berhati-hati dalam bertindak akan
sangat rawan terhadap tuntutan dan gugatan.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan manusia, yaitu
dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup
sehari-hari. Karena bidang gawap keperawatan adalah manusia, mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Salah
satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah dilema etika dari segala bentuk aspek etik dalam
keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
Untuk menggambarkan issue-issue etik dalam keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat mengetahui pengertian keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.
c. Untuk mengetahui dilema yang terjadi dalam keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat
kebiasaan (custom).
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti tempat tinggal, padang rumput,
karakter , watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk
menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan
kebajikan dan suara hati. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu
ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Seseorang
dikatakan baik atau buruk bukanlah dilandaskan atas satu tindakannya saja, melainkan atas dasar pola tindakannya
secara umum.
Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik
ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan
manusia, yaitu tentang kualitas baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari) atau
nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.
B. Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang untuk menanggulangi
ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat
membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan
anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal.
Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek etik sangat diperlukan dalam penerapan praktek
keperawatan dimana tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu,
keluarga, kelompok atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.
Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu :
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
C. Dilema
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak
dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau
prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada
perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilan keputusan etik yang
menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik,
untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan
apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional.
Kerangka pemecahan dilema etik adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir
atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
Dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan
keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama
memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan
dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengambilan keputusan rasional.
Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik, misalnya kematian batang otak, penyakit
terminal misalnya gagal ginjal.
D. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip Utama Prinsip Utama PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) adalah menyelamatkan pasien
dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”,
dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif
dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas
selama 2 sampai dengan 3 menit dapat mengakibatkan kematian).
Langkah-langkah dasar Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway –
Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan
dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.
BAB III
PEMBAHASAN
Keperawatan Gawat Darurat merupakan suatu tindakan segera yang harus diberikan untuk menanggulangi suatu
ancaman, apabila tidak langsung ditangani maka akan mengancam jiwa. Penderita gawat darurat sangat erat kaitan
dengan kematian. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu
sistem/organ yaitu : susunan saraf pusat; pernapasan; kardiovaskuler; hati; ginjal; pancreas.
Kerusakan sistem atau organ tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : trauma/cedera; infeksi;
keracunan (poisoning); degenerasi (failure); asfiksi; kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive
loss of wafer and electrolit) dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti inilah yang harus diperhatikan oleh perawat gawat darurat yang memang tugasnya sangat berat dan
juga akan mengalami banyak dilema etika yang terjadi apabila tidak hati-hati.
Dalam keperawatan gawat darurat ini peran perawat sangat diutamakan yang diantaranya, yaitu :
a. Fungsi Independen merupakan Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care).
b. Fungsi Dependen merupakan Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain.
c. Fungsi Kolaboratif merupakan Kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (Perawat sebagai anggota
Tim Kesehatan).
Dalam hal peran ini perawat harus benar-benar menjalankan perannya karena apabila hal ini diabaikan maka
perawat akan banyak menghadapi dilema-dilema etik yang sulit dipertanggung jawabkan secara hukum.
A. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek Hukum
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam Keperawatan Gawat Darurat bertujuan meningkatkan kualitas
penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena
konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
medik yang baik. Walaupun ada undang-undang yang mengatur tentang keperawatan gawat darurat yaitu Pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Informed Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat
yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun. (Per.
Menkes, 1989). Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
Tetapi yang menjadi tuntutan hukum dalam praktek Keperawatan Gawat Darurat biasanya berasal dari :
a. Kegagalan komunikasi
b. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat Darurat merupakan isu yang juga
terjadi pada etika dan hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
a. Diagnosis keadaan gawat darurat.
b. Standar Operating Procedure (SOP).
c. Kualifikasi tenaga medis.
d. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak).
e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien.
f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan).
g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum).
h. Prinsip keadilan dan fairness.
i. Kelalaian.
j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah dosis.
k. Diagnosis kematian.
l. Surat Keterangan Kematian.
m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan kerahasiaan informasi
pasien.
Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat dapat dicegah dengan :
a. Mematuhi standar operating procedure (SOP)
b. Melakukan pencatatan dengan bebar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat segala instruksi dan mencatat
serah terima
B. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Hukum Islam
Dalam islam ditentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia yang lainnya, karena Allah sebagai
khalik sendiri menghormati manusia. Maka dokter, perawat maupun paramedis lainnya tidak memaksakan sesuatu
kepada pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela dan atas keyakinan.
Dalam keperawatan gawat darurat pelayanan yang diberikan merupakan tindakan yang memang darurat yang
apabila tidak diberikan pelayanan maka pasien tersebut dapat kehilangan nyawanya.
Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi' (jika
kondisi sulit, maka Islam memberikan kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: ‘Kondisi
darurat menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah'. Namun darurat itu bukan sesuatu yang bersifat rutin dan
gampang dilakukan. Umumnya darurat baru dijadikan pilihan manakala memang kondisinya akan menjadi kritis
dan tidak ada alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko fitnah dan sebagainya. Sebagai mana firman
Allah yang berbunyi yang artinya :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ ( Al-Baqarah : 173 )
Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehakan berobat kepada lawan jenis jika sekiranya yang
sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang yang sejenis. Alasannya, karena berobat
hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah). Ulama sepakat
bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang lain,ada
batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al-qur'an dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia, yaitu
dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup
sehari-harinya. Salah satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dan
moral sering digunakan secara bergantian.
Etik atau Ethnics berasal dari bahasa Yunani,yaitu etos yang artinya adat,kebiasaan,perilaku atau karakter. Etika
adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia. Etika dan Moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip- prinsip yang menjadi
penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang untuk menanggulangi
ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara tiba-tiba. Pasien gawat darurat adalah pasien yang
tiba-tiba berada dalam keadaan gawat. Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D
(Airway – Breathing – Circulation – Disability).
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat,karena setiap klien
mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin.
B. Saran
a. Penulis mengharapkan kritikan apabila didalam penulisan makalah ini ada kekurangan, supaya kedepan dapat
lebih baik.
b. Dengan adanya penulisan makalah tentang aspek etik Keperawatan Gawat Darurat dapat menambah
pengetahuan mahasiswa akan pentingnya aspek etik dalam penerapan dilapangan atau Rumah Sakit.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC.
Sudjito, M.H. 2003. Dasar-dasar Pengelolaan Penderita Gawat Darurat. Surakarta : UNS Press.
Hamdani, Njowito. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran. 2002. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta : Majelis Kehormatan
Etika Kedokteran.
Mansjoer, Arif. Suprohaita. Wardhani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Menteri Kesehatan RI. 1989. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/MENKES1PER/IX/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik.
Presiden RI. 2004. UU no. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Puja. 2009. Dilema Etik. http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=72, akses tanggal
Sarwat, Ahmad. 2008. Hukum Mengotopsi Mayat. http://ustsarwat.eramuslim.com/search.php, akses tanggal 20
Oktober 2008, 19:45.
Wujoso, Hari. 2008. Kaidah Dasar Bioetik.
Wujoso, Hari. 2008. KUHP.
Wujoso, Hari. 2008. Medical Error.
http://www.serambinews.com/columns/view/29/kontras
http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-keperawatan-gawat-darurat.html
http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam-pelayanan.html
Post date: 2016-06-09 23:52:52
Post date GMT: 2016-06-09 23:52:52
Post modified date: 2016-06-09 23:52:52
Post modified date GMT: 2016-06-09 23:52:52
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download