BAB IV PEMBAHASAN A. Identifikasi Masalah Berdasarkan asuhan yang telah dilakukan pada Ny. S dari pengkajian data subjektif didapatkan hasil bahwa ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir sejak 22 September 2019 pukul 23.00 WIB dan datang ke PONEK pada pukul 07.30 WIB. Dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosa Ny. S usia 37 tahun G3P2A0 usia kehamilan 38+4 minggu inpartu kala I fase laten dengan ketuban pecah dini dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada Ny.S yaitu Memberikan informasi kepada ibu bahwa jangan terlalu cemas meskipun air ketuban sudah merembes karena pada sat ini ibu sudah memasuki proses persalinan dan melakukan kolaborsi dengan dokter untuk induksi persalinan adalah suatu pemberian obat untuk mempercepat kemajuan persalinan. Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny.S, penulis tertarik untuk membahas dua topik asuhan yang diberikan pada klien yakni Ketuban Pecah Dini dan Kecemasan. B. Urutan Prioritas Masalah Dari kedua topik yang telah ditentukan, penulis melakukan analisis urgensi masalah dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness and Growth) dengan menggunakan skala likert yakni poin 1 (sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), dan 5 (sangat besar) ditemukan hasil penilaian sebagai berikut: U S G (Urgency) (Seriousness) (Growth) Ketuban Pecah Dini 4 5 4 13 Kecemasan 3 4 4 11 Masalah Total C. Analisis Penyebab Masalah 1. Ketuban Pecah Dini Methods Pemberian intravena Man Menjaga kebersihan dan membatasi gerakan antibiotik Ketuban Pecah Dini Pencegahan Infeksi Infus RL + oxytosin 5 IU drip 8 tpm (Induksi Persalinan) Material Environment Gambar 4.1 Fishbone Ketuban Pecah Dini 2. Kecemasan Methods Man Pemberian informasi untuk mengurangi kecemasan Kemampuan pengelolaan terhadap stress Kecemasan Minimnya pengetahuan tentang persalinan dengan ketuban pecah dini Support dan motivasi dari keluarga serta petugas kesehatan Material Environment Gambar 4.2 Fishbone Kecemasan D. Alternatif Pemecahan Masalah Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tandatanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan < 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Wiknjosastro, 2011; Mansjoer, 2010; Manuaba, 2009). Adapun yang menjadi faktor risiko menurut (Rukiyah, 2010; Manuaba, 2009; Winkjosastro, 2011) adalah : infeksi, serviks yang inkompeten, ketegangan intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial ekonomi, peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan kesempitan panggul, korioamnionitis, faktor keturunan, riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban dan serviks yang pendek pada usia kehamilan 23 minggu. Dari kerangka fishbone di atas, ditemukan salah satu akar permasalahan ialahnya KPD. Dalam penatalaksanaan untuk ketuban pecah dini pada kehamilan aterm dengan pemberian antibiotic hasil jurnal menjelaskan bahwa profilaksis antibiotik mengurangi tingkat infeksi maternal pada wanita dengan PROM. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa perpanjangan latency lebih dari 24 jam dikaitkan dengan peningkatan insiden korioamnionitis dan sepsis neonatal. Risiko komplikasi infeksi ibu dan bayi berkurang di PROM ketika profilaksis antibiotik digunakan. Namun, tidak ada konsensus mengenai penggunaannya di pecah jangka membran. Oleh karena itu, banyak penulis merekomendasikan induksi persalinan saat persalinan aktif tidak dimulai secara spontan segera sesudahnya.Yang lain lebih memilih untuk menunggu persalinan spontan, selama tidak ada bukti infeksi janin atau ibu, dengan harapan menurunkan risiko kelahiran sesar. Namun, profilaksis antibiotik tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat infeksi neonatal. Induksi persalinan bisa menjadi strategi yang efisien untuk mengurangi morbiditas infeksi berhubungan dengan PROM. Secara rutin bisa menggunakan antibiotik untuk wanita pada saat PROM jangka Pasien diacak untuk menerima pengobatan antibiotik diberikan ampisilin 1 g setiap 6 jam dan gentamisin 240 mg setiap hari secara intravena. Kombinasi antibiotik adalah rejimen standar untuk mengobati korioamnionitis.